Analisis Diversifikasi Pangan Guna Meningkatkan Ketahanan Pangan Di Sumatera Utara

(1)

DIVERSIFIKASI PANGAN GUNA

MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN

DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

EMMA REGINA PINEM 040304070

SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

RIWAYAT HIDUP

Nama EMMA REGINA PINEM, dilahirkan pada tanggal 11 Nopember 1985 di Kabanjahe, Kabupaten Kar anak dari Bapak Ir. Sidharta Pinem dan Ibu U.Rosalinda Br Ginting.

Pada tahun 1992 tamat dari Taman Kanak-kanak St. Xaverius Kabanjahe dan masuk ke Sekolah Dasar St. Xaverius pada tahun 1992 dan tamat pada tahun1998, masuk ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negri 1 Kabanjahe pada tahun 1998 dan tamat tahun 2001 dan pada tahun 2004 menamatkan Sekolah Menengah Umum Negri 1 Kabanjahe.

Pada tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada bulan Juli 2008 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Gajapokki, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, dan pada bulan Agustus 2008 melaksanakan Penelitian Skripsi di Desa Samura, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah Bapa Yang Maha Kasih, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS DIVERSIFIKASI PANGAN GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA UTARA”.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada;

• Orang Tua saya yang telah mendidik, membimbing saya yang penuh dengan kasih sayang dan kesabaran, yang tidak pernah lupa untuk mengingatkan saya dalam melakukan segalanya.

• Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Jurusan Fakultas Pertanian dan sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah memberi bimbingan dan pengarahan.

• Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku Dosen Ketua Pembimbing saya yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan mulai dari penyusunan sampai terselesaikannya skripsi ini.

• Seluruh Dosen dan staff Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam masa pembelajaran saya.

• Bapak Kepala Dinas Pertanian, Camat, Desa Samura dan Para Penyuluh Lapangan Kabupaten Karo dalam membantu saya untuk memperoleh data selama penelitian.


(4)

• Semua saudaraku K’Terra, K’Debie, K’Rosie, K’Corry dan adek ku yang paling aku sayangi Petrus dan juga kepada kedua abang ipar aku atas berbagai bantuan dan semangat yang mereka beri dalam menyelesaikan skripsi ini. • Semua Teman-temanku Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

khususnya WaLanG dan CafeDuT untuk semua hal yang kita pernah lalui bersama.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna.

(To My LORD JESUS, atas BerKat, TalenTa dan Mujizat

dalam HidUp SaYa )

(Kita memang tidak dapat merubah hal yang tidak dapat dihindari,

namun hal tak dapat dihindari itu pasti akan berakhir)

Medan, November 2008


(5)

ABSTRAKSI

Semakin bertambahnya penduduk menyebabkan semakin banyak pemanfaatan lahan-lahan kosong yang menyebabkan semakin berkurangnya lahan untuk digunakan untuk dapat memproduksi bahan pangan. Ketahanan pangan sangat sulit dicapai jika masyarakat secara terus-menerus hanya mengkonsumsi satu jenis bahan pangan saja yaitu beras.

Ketahanan pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan, tingkat konsumsi masyarakat dan distribusi. Ketersediaan pangan meliputi pasca usaha tani. Konsumsi masyarakat yaitu bagaimana pengkonsumsian masyarakat, dimana masyarakat memiliki kemampuan untuk dapat memperolah makanan baik dari segi ekonomi maupun ketersediaan bahan pangan. Distribusi bagaimana saluran tataniaga yang ada di daerah tersebut. Pada saat ketiga faktor tersebut dapat terpenuhi dengan baik maka dapat diterapkan diversifikasi pangan.

Diversifikasi pangan bertujuan untuk menyarankan masyarakat agar dapat melakukan pemberagaman jenis pangan yang dikonsumsi, karena bukan hanya beras yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh tetapi tubuh memerlukan pemenuhan berbagai jenis pangan untuk mencapai pola pangan harapan yaitu kecukupan energi sebanyak 2200 kkal/hari. Pencapaian energi tersebut tersusun dari pemenuhan karbohidrat, protein, lemak, mineral dan bahan lainnya.

Pencapaian pola pangan harapan dapat dengan mudah dicapai melalui diversifikasi pangan. Di daerah penelitian dapat dilaksanakan diversifikasi pangan karena mereka bukanlah masyarakat yang hanya bergantung pada satu jenis pekerjaan, pada umumnya semua masyarakat memiliki lahan pertanian. Ketersediaan pangan akan selalu ada karena mereka selalu menanam tanaman


(6)

sampingan diantara tanaman utama mereka. Pendapatan yang tidak terlalu rendah menyebabkan mereka dapat memperoleh bahan pangan non-beras dengan mudah.

Diversifikasi pangan akan mengurangi jumlah pengkonsumsian beras sehingga pada jangka waktu yang lama beras dapat di hemat sehingga ketahanan pangan dapat tercapai.


(7)

DAFTAR ISI

Riwayat Hidup...i

Kata Pengantar...ii

Abstraksi...iv

Daftar Isi...vi

Daftar Tabel...vii

Daftar Gambar...viii

Daftar Lampiran...ix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah...4

1.3 Tujuan Penelitian...4

1.4 Kegunaan Penelitian...5

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka...6

2.2 Landasan Teori...9

2.3 Kerangka Pemikiran...14

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek dan Lingkup Penelitian...15

3.2 Metode Pengumpulan Data...16

3.3 Metode Analisis Data...16


(8)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan Keadaan Geografi...20

4.1.2 Tata Guna Lahan...21

4.2 Keadaan Penduduk 4.2.1 Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin...22

4.2.2 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin...23

4.2.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan...23

4.2.4 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan...24

4.2.5 Keadaan Penduduk Menurut Agama yang Dianut...25

4.3 Sosial Ekonomi...26

4.4 Sarana dan Prasarana...27

4.5 Karakteristik Responden...27

V. HASIL DAN PEMBAHASAN...30

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...54

6.2 Saran...55 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HAL

1 Produksi Beberapa Pangan Kabupaten Karo pada Tahun2006 2 Penggunaan Tanah dan Lahan Di Desa Samura Tahun 2006

3 Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Di Desa Samura Tahun 2006

4 Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin Di Desa Samura Tahun 2006 5 Penduduk Dirinci Menurut Tinggi Pendidikan Di Desa Samura Tahun

2006

6 Penduduk Dirinci Menurut Jenis Pekerjaan Di Desa Samura Tahun 2006 7 Penduduk Dirinci Menurut Agama Di Desa Samura Tahun 2006

8 Jenis Rumah yang Ditempati Di Desa Samura Tahun 2006 9 Sarana dan Prasarana Di Desa Samura Tahun 2006

10 Karakteristik Responden Di Desa Samura Tahun 2006 11 Jumlah Pendapatan Sampel

12 Rata-rata Pendapatan Masyarakat

13 Jumlah Sampel Mengkonsumsi Energi/hari 14 Jumlah Sampel Mengkonsumsi Protein/hari 15 Beberapa Contoh Menu Diversifikasi Pangan 16 Menu Makanan Sampel/hari

17 Beberapa Contoh Menu Divesifikasi Pangan yang dapat mencapai Pola Pangan Harapan yang Disesuaikan dengan Kondisi Ekonomi dan Ketersediaan Pangan


(10)

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. JUDUL HAL 1. Apakah Responden Pernah Mendengar dan Setuju dengan Adanya

Diversifikasi Pangan. 2. Karakteristik Responden 3. Harga-harga Bahan Pangan


(12)

ABSTRAKSI

Semakin bertambahnya penduduk menyebabkan semakin banyak pemanfaatan lahan-lahan kosong yang menyebabkan semakin berkurangnya lahan untuk digunakan untuk dapat memproduksi bahan pangan. Ketahanan pangan sangat sulit dicapai jika masyarakat secara terus-menerus hanya mengkonsumsi satu jenis bahan pangan saja yaitu beras.

Ketahanan pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan, tingkat konsumsi masyarakat dan distribusi. Ketersediaan pangan meliputi pasca usaha tani. Konsumsi masyarakat yaitu bagaimana pengkonsumsian masyarakat, dimana masyarakat memiliki kemampuan untuk dapat memperolah makanan baik dari segi ekonomi maupun ketersediaan bahan pangan. Distribusi bagaimana saluran tataniaga yang ada di daerah tersebut. Pada saat ketiga faktor tersebut dapat terpenuhi dengan baik maka dapat diterapkan diversifikasi pangan.

Diversifikasi pangan bertujuan untuk menyarankan masyarakat agar dapat melakukan pemberagaman jenis pangan yang dikonsumsi, karena bukan hanya beras yang dapat memenuhi kebutuhan tubuh tetapi tubuh memerlukan pemenuhan berbagai jenis pangan untuk mencapai pola pangan harapan yaitu kecukupan energi sebanyak 2200 kkal/hari. Pencapaian energi tersebut tersusun dari pemenuhan karbohidrat, protein, lemak, mineral dan bahan lainnya.

Pencapaian pola pangan harapan dapat dengan mudah dicapai melalui diversifikasi pangan. Di daerah penelitian dapat dilaksanakan diversifikasi pangan karena mereka bukanlah masyarakat yang hanya bergantung pada satu jenis pekerjaan, pada umumnya semua masyarakat memiliki lahan pertanian. Ketersediaan pangan akan selalu ada karena mereka selalu menanam tanaman


(13)

sampingan diantara tanaman utama mereka. Pendapatan yang tidak terlalu rendah menyebabkan mereka dapat memperoleh bahan pangan non-beras dengan mudah.

Diversifikasi pangan akan mengurangi jumlah pengkonsumsian beras sehingga pada jangka waktu yang lama beras dapat di hemat sehingga ketahanan pangan dapat tercapai.


(14)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. (Baliwati,dkk , 2004)

Produksi pangan di Asia Tenggara terus meningkat, tetapi banyak penduduknya yang tidak memperoleh makanan, sehingga banyak penduduk yang tetap menderita kelaparan. Kekurangan pangan bukanlah suatu hal yang baru, persoalan baru tentang kekurangan pangan adalah kecenderungan para petani di negara-negara bukan industri beralih ke tanaman perdagangan dan pada saat bersamaan jumlah penduduk yang meningkat secara cepat (Harper,et.al,1986).

Indonesia sebagai salah satu negara agraris semestinya dapat memenuhi sumber kebutuhan pangannya sendiri. Dengan memanfaatkan semua potensi sumber daya manusia, sumberdaya alam, modal sosial dan pemerintah, seharusnya Indonesia mampu menjadi salah satu negara swasembada pangan, tetapi dibeberapa daerah masih terjadi kekurangan pangan. Pangan merupakan masalah yang sangat penting dalam pembangunan, karena jumlah pengeluaran untuk pangan merupakan bagian terbesar dari biaya hidup masyarakat (Pambudy,2006).


(15)

Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar yang saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Melalui penataan pola makan yang tidak hanya bergantung pada satu sumber pangan memungkinkan masyarakat dapat menetapkan pangan pilihan sendiri, sehingga dapat membangkitkan ketahanan pangan keluarga masing-masing yang berujung pada peningkatan ketahanan pangan secara nasional (Sadjad,2007).

Konsep penganekaragaman pangan yang dianggap benar adalah upaya untuk meningkatkan mutu gizi makanan keluarga sehari-hari dengan cara menggunakan bahan-bahan makanan yang beragam dan terdapat di daerah yang bersangkutan, sehingga ketergantungan kepada salah satu bahan pangan terutama beras dapat dihindari (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,1991).

Masalah gizi di negara yang sedang berkembang dipengaruhi oleh daerah dan musim. Pola konsumsi makanan sangat berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh agama, adat istiadat, tingkat urbanisasi dan faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut akan berpengaruh baik terhadap produksi pangan nabati maupun hewani serta bagaimana pola konsumsi mereka. Masalah gizi pada penduduk yang tinggal di pedesaan akan berbeda dengan pola konsumsi masyarakat yang tinggal di area perkotaan (Suhardjo,1996).

Dibeberapa daerah pola konsumsi makanan masyarakat secara turun-temurun sudah menggunakan pangan pokok sagu, ubi-ubian dan ada juga masyarakat yang mengkombinasikan makanan antara jagung dengan beras. Melihat kenyataan seperti ini pelaksanaan diversifikasi pangan dapat dengan


(16)

mudah untuk diterapkan, tetapi budaya konsumsi beras telah merasuki sebagian besar daerah-daerah terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat lebih memilih beras sebagai pangan pokok karena: (1) pembagian beras bagi para pegawai negri, (2) beras tersedia dalam pasaran dan mudah untuk didapatkan dan (3) adanya peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut menyebabkan pada jangka waktu yang lama kebiasaan mengkonsumsi beras semakin merambat ke daerah-daerah lainnya bahkan ke pedesaan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,1991).

Diversifikasi pangan dapat dikembangkan baik melalui pendidikan tertulis dalam berbagai bentuk tulisan di media massa maupun pendekatan tatap muka, harus diupayakan untuk dapat mengubah kebiasaan memakan nasi (beras). Diversifikasi pangan non-beras harus dapat menjauhkan masyarakat dari naluri anggapan bahwa jika memakan nasi ditambah lauk maka dikatakan makan. Sumber bahan pangan sebenarnya tidak hanya bersumber dari beras, tetapi terdapat diberbagai jenis pangan lainnya, misalnya setelah memakan ice cream juga dapat dikatakan sudah memakan satu jenis pangan yang memiliki kalori dan gizi yang cukup tinggi, karena pada umumnya ice cream berasal dari ubi jalar yang diolah (Sadjad,2007).

Jika panagn hendak didiversifikasi, itu berarti bukan sekedar membuat beragam makanan di atas meja makan, tetapi harus menjadi kemauan politik seluruh bangsa yang diprogramkan secara nasional apa yang akan di produksi dan bagaimana cara pengolahannya (Sadjad,2007).


(17)

1.2. Identifikasi Masalah

Kebiasaan pangan masyarakat yang masih relatif kuat terikat dengan sistem sosial budaya setempat menyebabkan kesulitan dalam melaksanakan penerapan diversifikasi pangan. Masalah yang dihadapi sekarang ini adalah bagaimana upaya yang dapat diselenggarakan di wilayah-wilayah tersebut agar konsep tentang penganekaragaman konsumsi makanan dapat terlaksana. Dilihat dari aspek sosial budaya mereka, sangat sulit untuk mengubah anggapan bahwa ”Belum makan jika belum mengkonsumsi beras (nasi)”.

Melihat kenyataan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang layak untuk diteliti, yaitu :

1. Apakah dengan adanya diversifikasi pangan dapat mencapai pola pangan harapan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat dan ketersediaan pangan di daerah penelitian?

2. Bagaimana cara yang dapat dilakukan agar dapat mengubah budaya masyarakat agar dapat melaksanakan diversifikasi pangan?

3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program diversifikasi pangan?

4. Apa saja upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai deversifikasi pangan?


(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut, yaitu untuk :

1. Melihat dengan adanya diversifikasi pangan dapat mencapai pola pangan harapan yang sesuai dengan kondisi ekonomi dan ketersediaan pangan di daerah penelitian.

2. Melihat cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengubah kebudayaan masyarakat dalam pelaksanaan diversifikasi pangan.

3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaian program diversifikasi pangan..

4. Mengetahui upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencapai diversifikasi pangan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :

1. Bahan informasi bagi pemerintah dan lembaga lainnya yang berkaitan dengan pola ketahanan pangan dalam pelaksanaan pola diversifikasi pangan di Sumatera Utara.

2. Bahan informasi bagi masyarakat untuk dapat menerapkan kegiatan diversifikasi pangan.

3. Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ingin memperluas atau memperdalam penelitian ini, maupun bagi pihak-pihak lainnya.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Departemen pertanian berkerjasama dengan masyarakat petani pada tahun 1985, menjadikan Indonesia telah mampu berswasembada beras dan status itu mendapatkan penghargaan dari FAO. Konsenkuensi dari kondisi tersebut adalah agar dapat mempertahankan dan melestarikan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Landasan formal ke arah upaya itu adalah INPRES Nomor 20 tahun 1979 tentang “Perbaikan Menu Makanan Rakyat”, sedangkan landasan teknis oprasional adalah melalui penganekaragaman menu makanan sehari-hari.Sesuai dengan prinsip penganekaragaman menu makanan maka ada dua tujuan yang ingin dicapai: (1) agar ketergantungan masayarakat kepada salah satu jenis makanan pokok, terutama beras dapat dikurangi, (2) agar mutu gizi susunan makanan masyarakat dapat ditingkatkan (Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan,1991).

Kebijakan diversifikasi pangan dan perbaikan menu makanan rakyat dalam upaya memperbaiki mutu gizi masyarakat sudah ditetapkan sejak tahun 1974 dan disempurnakan dengan INPRES 20/1979. Namun secara operasional diversifikasi pangan belum dapat terlaksana dengan sempurna. Berdasarkan widia pangan dan gizi menyimpulkan ada dua pengertian tentang diversifikasi pangan. Pertama, diversifikasi pangan dalam rangka pemantapan swasembada beras. Hal


(20)

ini dimaksudkan agar laju peningkatan konsumsi beras dapat dikendalikan setidak-tidaknya seimbang dengan kemampuan laju peningkatan produksi beras. Kedua, diversifikasi pangan dalam rangka memperbaiki mutu gizi, susunan makanan penduduk sehari-hari beragam dan seimbang (Amang,1995).

Masalah yang masih tetap menjadi kendala dalam mengembangkan diversifikasi pangan selain terletak dalam dukungan produksi aneka pangan di dalam negri dan pemahaman gizi oleh masyarakat, juga berkaitan dengan status pendapatan masyarakat (Amang,1995).

Kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi tidak hanya tergantung pada konsumsi makanan, tetapi juga tergantung pada pengadaan atau penyediaan dari pangan tersebut. Faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program untuk meningkatkan pangan dan gizi yang lebih baik, antara lain: 1) hasil produksi pertanian yang menentukan tingkat penyediaan pangan dan zat gizi, 2) variasi jenis makanan yang dikonsumsi terutama tergantung pada variasi dan komposisi hasil produksi pertanian setempat dan 3) perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengertian tentang kebutuhan gizi dan adanya tindakan-tindakan yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi konsumen dalam memilik makanannya, sehingga pola konsumsi pangan dapat terarah agar sesuai dengan persyaratan gizi (Suharjo,1996).

Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh untuk mengatur proses dalam tubuh dan membuat semakin lancarnya pertumbuhan serta dapat memperbaiki jaringan tubuh. Pangan telah dikelompokkan menurut berbagai cara yang berbeda. Salah satu cara untuk mengelompokkannya adalah:


(21)

1. padi-padian,

2. akar-akaran, umbi-umbian dan pangan berpati, 3. kacang-kacangan dan biji-bijian berminyak, 4. sayur-sayuran,

5. buah-buahan, 6. pangan hewani, 7. lemak dan minyak,

8. gula dan sirop, (Harper,et.al,1986).

Peratuaran Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan pasal 9 menyebutkan: (1) penganekaragaman pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan memperhatikan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, (2) penganekaragaman pangan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat1 dilakukan dengan a. Meningkatkan keragaman pangan, b. Mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pertanian dan c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi anekaragam pangan dengan prrinsip gizi berimbang.

Diversifikasi pangan tidak dimaksudkan untuk menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat sehingga masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan dan lebih baik gizinya. Dengan menambah jenis pangan dalam pola konsumsi diharapkan konsumsi beras akan menurun (Amang,1995).

Pengetahuan bahan makanan diperlukan sebagai dasar untuk menyusun hidangan. Dengan mengetahui komposisi bahan makanan kita dapat memilih jenis makanan untuk memenuhi kebutuhan suatu gizi tertentu. Bahan makanan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian di dalam susunan hidangan Indonesia,


(22)

diantaranya bahan makanan pokok, bahan makanan lauk-pauk, bahan makanan sayur mayur, bahan makanan buah-buahan dan ditambah susu atau telur (Sediaoetama,1999).

2.2 Landasan Teori

Secara keseluruhan, mengapa diversifikasi pangan tidak berhasil? Pertama, beras mempunyai citra superior sehingga pemilihan atas beras mengungguli jagung, singkong, ubi jalar dan lainnya. Kedua, ketersediaan beras sepanjang waktu di berbagai wilayah lebih baik dibandingkan ketersediaan komoditas pangan lainnya. Ketiga, teknologi pengolahan beras menjadi nasi amat simpel dan menghasilkan citra rasa yang enak dan tidak membosankan. Kini diversifikasi pangan menjadi langkah yang tepat. Pola konsumsi pangan yang bermutu dan bergizi seimbang mensyaratkan perlu adanya diversifikasi pangan dalam menu sehari-hari. Pangan yang beragam amat penting karena tidak ada satu jenis makanan yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap. Melalui konsumsi yang beragam kekurangan gizi pada satu jenis makanan dapat dilengkapi oleh jenis makanan lainnya (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,1991).

Produksi pangan dicirikan bukan oleh kurangnya produksi terhadap konsumsi secara tetap melainkan lebih disebabkan oleh ketimpangan produksi konsumsi antar negara. Ketimpangan tersebut selain di pengaruhi oleh iklim dan keadaan tanah yang kurang sesuai, juga dipengaruhi oleh ketidak mampuan negara-negara berkembang yang miskin teknologi dan dana untuk mengembangkan produksi dalam negri atau membeli pangan dari pasar


(23)

internasional. Sementara itu, negara-negara maju yang memiliki keunggulan teknologi dan dana untuk menikmati surplus pangan yang besar. Mereka juga mampu mengendalikan perdagangan dunia sesuai dengan tujuan mereka, yang kadangkala tidak menguntungkan bagi negara berkembang (Amang,1995).

Diversifikasi pangan dapat berjalan dengan baik bila dikaitkan dengan pembangunan agroindustri, khususnya yang berlokasi di pedesaan. Hal ini berarti pembangunan agroindustri tersebut berbasis usaha pertanian domestik sehingga memiliki keterkaitan kuat dengan uapaya memajukan perekonomian pedesaan. Peran agroindustri dipedesaan sangat penting, selain menyerap hasil pertanian dan meningkatkan nilai tambah komoditas juga menciptakan kesempatan kerja baru di pedesaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan tentunya dapat meningkatkan mutu gizi masyarakat (Pasandaran dan Simatupang,1990).

Menurut Hutabarat dan Pasandaran (1987), Pasandaran dan Simatupang (1990) dan Amang dan Sawit (2001), untuk mengembangkan diversifikasi pangan perlu dilakukan upaya melalui:

1. Pengembangan dan pembangunan agroindustri bahan pangan non-beras, agar konsumen dapat mengkonsumsi secara langsung. Agroindustri komoditas pangan non-beras tersebut sebaiknya dibangun di daerah-daerah pedesaan, dengan harapan akan dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat desa dan dapat meningkatkan kualitas hidup dan mutu gizi masyarakat. Makin meningkatnya daya beli masyarakat akan berpengaruh terhadap: (a) makin beragamnya jenis pangan yang dikonsumsi, (b) makin banyak pangan yang mengandung nilai gizi tinggi dikonsumsi dan (c) cenderung makin


(24)

berkurangnya proporsi pendapatan yang dipergunakan untuk pangan. Diversifikasi pangan dapat berjalan baik bila dikaitkan dengan pembangunan agroindustri, khususnya yang berlokasi di pedesaan.

2. Kampanye intensif tentang diversifikasi pangan disertai dengan penyediaan dan kemudahan untuk mendapatkan bahan pangan non-beras yang siap dikonsumsi tersebut di pasaran, harganya terjangkau dan dapat bersaing dengan harga beras serta adanya kesinambungan dalam penyediaannya.

3. Untuk dapat berhasilnya diversifikasi pangan, peningkatan produksi pangan non-beras perlu lebih ditingkatkan lagi, tetapi tidak mengganggu kemantapan produksi beras.

Diversifikasi pangan tidak dimaksudkan untuk menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat sehingga masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pengembangan program pangan yang telah dilakukan sebelumnya seperti swasembada pangan, pemberian beras miskin, kesiapan pasca panen, pembangunan irigasi di areal pertanian seharusnya dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang bersurplus bahan pangan terutama beras, untuk dapat mempertahankan keadaan tersebut maka diperlukan peran produsen agar dapat tetap memproduksi pangan yang tidak berfokus hanya pada beras tetapi jenis pangan non-beras juga. Peran konsumen juga sangat diperlukan agar masarakat untuk mengkonsumsi beranekaragam jenis pangan.


(25)

Penekanan masalah ketahanan pangan pada masa dulu diutamakan pada kecukupan pengkonsumsian pada karbohidrat terutama beras sedangkan pada saat ini ketahanan pangan tidak hanya mempersoalkan mengenai pemenuhan beras tetapi juga mencakup persoalan pemenuhan gizi yang cukup beragam, bergizi dan berimbang. Sumber pemenuhan kebutuhan gizi tersebut dapat juga diperoleh dari berbagai jenis pangan lainnya seperti pada umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar), jagung, daging, telur dan jenis pangan lainnya.

Pengkonsumsian pangan masyarakat masih banyak bergantung pada beras, sedangkan pengkonsumsian jenis pangan non-beras masih sangat kecil. Beberapa masyarakat di daerah tertentu masih mengalami kerawanan pangan. Kerawanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan kemampuan produksi, rendahnya pendapatan masyarakat, pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi serta kurangnya penerapan teknologi dan pengolahan yang kurang memadai.

Kebijakan pengembangan pangan yang hanya terfokus pada satu jenis pangan saja yaitu beras, dapat menyebabkan pengurangan penggalian dan pemanfaatan potensi sumber pangan lainnya. Hambatan lainnya dalam pencapaian diversifikasi pangan adalah pola konsumsi masyarakat yang belum beragam yang disebabkan oleh faktor budaya, nilai atau norma-norma, kelebagaan dan pendapatan masyarakat yang tidak merata ada yang rendah dan tinggi.

Adanya dukungan-dukungan dinas-dinas yang mengeluarkan berbagai kebijakan pangan, penelitian, teknologi budidaya dan industri pengolahan yang semakin berkembang merupakan upaya dalam pencapaian penerapan diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan diharapkan dapat berkembang dengan baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat yang beragam, bermutu dan


(26)

berimbang. Diversifikasi pangan non-beras diharapkan dapat menghindari pengkonsumsian pada satu jenis pangan saja yaitu beras tetapi dapat memanfaatkan jenis pangan lainnya. Pada saat masyarakat melakukan diversifikasi pangan maka dapat dikuragi jumlah pengkonsumsian beras, sehingga dapat diwujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan.


(27)

PROGRAM PANGAN

PRODUSEN KONSUMEN

BERAS

Faktor kebudayaan, DIVERSIFIKASI PANGAN Lingkungan, Kondisi NON-BERAS Ekonomi masyarakat, Ketersediaan pangan non-beras

KETAHANAN PANGAN

YANG BERKELANJUTAN

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan Gambar :

Dipengaruhi Hubungan


(28)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek dan Lingkup Penelitian

Secara umum penelitian ini mempunyai lingkup cakupan seluruh wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terdiri pada 26 Kabupaten. Namun dalam pelaksanaan survei difokuskan hanya pada Kabupaten Karo. Daerah penelitian ditetapkan secara purposive berdasarkan data yang ada kabupaten tersebut merupakan salah satu Kabupaten yang potensial dalam melaksanakan diversifikasi pangan.

Jumlah pangan non-beras yang diproduksi cukup banyak seperti produksi jagung pada tahun 2006 sebesar 171.016 ton, sedangkan produksi ubi jalar sebesar 4.093 ton maka hal ini memungkinkan daerah tersebut dapat melaksanakan diversifikasi. Produksi beberapa jenis pangan yang diproduksi di Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel1 berikut ini:

Tabel 1 Produksi Beberapa Jenis Pangan di Kabupaten Karo pada Tahun2006

No. Jenis Pangan Produksi (Ton)

1 Jagung 171.016

2 Ubi Kayu 25

3 Ubi Jalar 4.093

4 Kacang Tanah 249

5 Kacang Kedelai 69

6 Kacang Hijau 73

7 Daging • Ayam • Sapi • Kerbau

4.902,62 931,37 638,69


(29)

8 Telur 1.129,57

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Utara Dalam Angka 2007

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data skunder dan data primer. Data skuder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleholeh peneliti dari subjek penelitiannya. Data skunder terwujud dalam data dokumentasi atau data laporan yang sudah tersedia. Biasanya data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang sudah diolah sehingga siap dipergunakan. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar,1997).

3.3 Metode Analisis Data

metode yang digunakan untuk menganalisis data hanya menggunakan metode deskriptif dengan mengungkapkan bagaimana diversifikasi pangan dapat mempertahankan ketahanan pangan tanpa mengurangi gizi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dengan batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan


(30)

minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman.

2. Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum penduduk (seseorang) dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

3. Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah beranekaragamnya jenis pangan yang dikonsumsi penduduk mencakup pangan sumber energi, protein dan zat gizi lainnya, dalam bentuk bahan mentah maupun pangan olahan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk baik kuantitas maupun kualitas. 4. Diversifikasi (Penganekaragaman) Pangan adalah proses pemilihan pangan

yang tidak tergantung kepada satu jenis saja, tetapi terhadap macam-macam bahan pangan mulai dari aspek produksi, aspek pengolahan, aspek distribusi hingga aspek konsumsi pangan tingkat rumah tangga.

5. Pola Konsumsi Pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang perhari yang umum dikonsumsi atau dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu.

6. Pangan Pokok adalah pangan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi secara teratur sebagai makanan utama, selingan, sebagai sarapan atau sebagai makanan pembuka atau penutup.

7. Pangan Lokal adalah pangan yang diproduksi setempat (satu wilayah atau daerah) untuk tujuan ekonomi atau konsumsi. Pangan lokal tersebut berupa bahan pangan baik komoditas primer maupun sekunder.


(31)

8. Pangan asli adalah pangan yang asal-usulnya secara biologis ditemukan di suatu daerah.

9. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya aman, merata dengan harga terjangkau dan berkelanjutan. 10.Kerawanan Pangan adalah situasi suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga

yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiolagis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian besar masyarakat.

11.Agropolitik adalah politik pertanian oleh segenap jajaran pemerintah yang membijaksanai segala macam kegiatan bidang pertanian secara luas baik segi-segi sosial, ekonomi, teknologi, keilmuan, maupun hubungannya dengan pihak luar yang menyangkut masalah manusia dengan lingkungan hidup di tingkat nasional, regional dan global.

12.Diversifikasi pangan non-beras adalah memberagamkan jenis makanan selain beras yaitu kombinasi antara jagung, ubi jalar, ubi kayu, kedelai, telur ayam, daging, susu dan lainnya.


(32)

Batasan Operasional

1. Data yang diambil tahun 2007,

2. Data yang diambil adalah data menu pengkonsumsian makanan satu hari sampel,

3. Daerah yang diteliti yaitu Kabupaten Karo, Kecamatan Kabanjahe, Desa Samura.


(33)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografi

Penelitian ini dilakukan di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Desa Samura memiliki luas wilayah 3 Km². Desa ini berada pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 16ºC-27ºC. Kantor Kepala Desa Samura memiliki jarak 3 Km dari ibukota kecamatan. Jumlah penduduk sebanyak 2493 jiwa atau 550 KK yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 1316 jiwa dan wanita sebanyak 1177 jiwa.

Kecamatan Kabanjahe memiliki luas wilayah 44,65 Km2 dengan tekstur tanah datar-berombak 70 % dan miring-berbukit 30%. Jarak kantor camat ke Kantor Bupati Kabupaten Karo 0,5 Km.

Kecamatan Kabanjahe memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:  Sebelah Utara : Kecamatan Berastagi

 Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang Empat  Sebelah Barat : Kecamatan Munte

 Sebelah Timur : Kecamatan Tigapanah.

Kabupaten Karo dengan luas wilayah 2,127.25 Km² atau 2,97% dari luas Sumatera Utara, dengan jumlah penduduk 342.555 jiwa pada tahun 2006 yang tersebar di 17 kecamatan. Kabupaten Karo berada pada ketinggian 400-1600 meter diatas permukaan laut. Lokasinya berjarak 75 Km dari Medan, Propinsi


(34)

Sumatera Utara. Kabupaten Karo berada pada Lintang Utara 02º50’-03º19’ dan Bujur Timur 97º55’-98º38’.

Secara Administratif Kabupaten Karo berbatasan dengan 4 (empat) Kabupaten yaitu:

 Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Deli Serdang  Sebelah Timur : Kabupaten Simalungun

 Sebelah Selatan : Kabupaten Dairi dan Toba Samosir

 Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh Darusalam) (Monorgafi Desa Tahun 2007).

4.1.2 Tata Guna Lahan

Luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah dan lahan Desa Samura dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2 Penggunaan Tanah dan Lahan Di Desa Samura Tahun 2006 No Jenis Penggunaan Tanah Luas

(Ha)

Persentase (%)

1 Tanah Sawah 10 3,33

2 Tanah Kering 264 88

3 Bangunan/Pekarangan 25 8,33

4 Lainnya 1 0,33

Jumlah 300 99,99

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo,2007

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Desa Samura lebih banyak digunakan lahan kering yang digunakan dalam kegiatan pertanian yaitu sebesar 264 Ha atau 88 %. Para petani sangat sedikit menggunakan lahan sawah hanya sebesar 10 Ha maka mereka sangat jarang untuk menanam padi dalam lahan mereka karena lahan persawahan yang tidak luas dan air yang sangat sulit untuk diperoleh.


(35)

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Banyaknya penduduk dirinci menurut jenis kelamin dan kelompok umur pada tahun 2006 dapat dilihat dapa Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Penduduk Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Di Desa Samura Tahun 2006

No Golongan Umur (tahun)

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1 0-4 3.478 3.435 6.913 11,82

2 5-9 3.184 3.144 6.328 10,82

3 10-14 3.193 3.125 6.318 10,8

4 15-19 3.404 3.587 6.991 11,95

5 20-24 2.474 2.738 5.212 8,75

6 25-29 2.655 2.642 5.297 9,05

7 30-34 2.567 2.552 5.149 8,8

8 35-39 2.271 2.151 4.422 7,56

9 40-44 1.814 1.690 3.504 5,99

10 45-49 1.373 1.241 2.614 4,47

11 50-54 941 787 1.728 2,95

12 55-59 613 689 1.302 2,23

13 >60 1.247 1.475 2.722 4,65

Jumlah 29.244 29.256 58.500 100

Sumber: Kecamatan Kabanjahe Dalam Angka, 2007

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa di Kabupaten Karo jumlah penduduk yang paling tinggi adalah berada pada umur 15-19 tahun yaitu pada usia sekolah, tetapi jika dijumlahkan pada usia 20-60 tahun yang merupakan usia produksi, maka Kabupaten Karo memiliki tenaga kerja yang banyak yaitu mencapai jumlah 42.487 jiwa. Hal ini sangat menguntungkan jika semua tenaga kerja yang ada di Kabupaten ini dapat bekerja secara produktif.


(36)

4.2.2 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk Desa Samura berjumlah 2.493 jiwa dengan luas wilayah 3 Km² dan memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 550 KK, jika dirinci menurut jenis kelamin maka dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Samura Tahun 2006

No Jenis Kelamin Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

1 Laki-laki 1.316 52,79

2 Perempuan 1.177 47,21

Jumlah 2.493 100

Sumber: Kepala Desa, 2007

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah perempuan dengan perbandingan sebesar 1.177 jiwa perempuan dan 1.316 jiwa laki-laki dengan persentase sebesar 47,21 banding 52,79.

4.2.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah penelitian untuk dapat mengajak mereka bagaimana agar melaksanakan diversifikasi pangan di kehidupan mereka karena pendidikan sangat berpengaruh dengan cara pandang seseorang.

Banyaknya jumlah penduduk Desa Samura yang memiliki pendidikan atau penduduk yang tidak memiliki pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:


(37)

Tabel 5 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Samura Tahun 2006

No Jenis Pendidikan Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 5 0,52

2 Sekolah Dasar 83 8,6

3 Sekolah Menengah Pertama 464 43,33

4 Sekolah Menengah Atas 415 42,92

Jumlah 967 100

Sumber: Kecamatan Kabanjahe Dalam Angka, 2007

Penduduk yang telah mendapat pendidikan yang cukup yaitu tamatan sekolah menengah atas yaitu sebesar 415 jiwa dan tamatan sekolah menengah pertama yaitu sebesar 464 jiwa. Hal ini menujukkan bahwa masyarakat pada umumnya telah mendapat pendidikan yang cukup.

4.2.4 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Banyaknya tenaga kerja di Desa Samura yang bekerja menurut lapangan pekerjaan yang ada di Kabupaten Karo, dimana pada umumya mereka bekerja di Ibukota Kabupaten yaitu Kabanjahe karena di desa mereka tidak memiliki lapangan pekerjaan yang cukup memadai. Masyarakat Desa Samura banyak memiliki pekerjaan sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) dan bekerja sebagai ABRI di samping sebagai petani karena pada umumnya masyarakat bermata pencaharian paling besar adalah sebagai petani, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:


(38)

Tabel 6 Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Desa Samura Tahun 2006

No Jenis Pekerjaan Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

1 Pertanian 398 42,61

2 Industri 10 1,07

3 PNS/ABRI 264 28,27

4 Tenaga Medis 2 0,21

5 Tenaga Pengajar 73 7,8

6 Lainnya 262 28,05

Jumlah 934 100

Sumber: Kecamatan Kabanjahe Dalam Angka, 2007

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa masyarakat yang berprofesi sebagai petani merupakan jenis pekerjaan yang memiliki jumlah yang paling banyak yaitu sebanyak 398 jiwa, dan pekerjaan sebagai PNS atau ABRI merupakan jenis profesi yang memiliki kedudukan nomer dua setelah petani yaitu sebesar 264 jiwa, sedangkan pekerjaan yang paling sedikit di daerah ini adalah sebagai tenaga medis yaitu hanya 2 jiwa saja dan jika dibandingkan dengan jumlah semua jenis pekerjaan, tenaga medis hanya 0,21%.

4.2.5 Keadaan Penduduk Menurut Agama yang Dianut

Di Desa Samura penduduk sudah mengenal berbagai agama, dan mereka juga sangat erat hubungannya dengan agama mereka. Benyaknya penduduk menurut Agama yang mereka anut pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:


(39)

Tabel 7 Penduduk Menurut Agama yang Dianut Di Desa Samura Tahun 2006

No Agama yang Dianut Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

1 Islam 595 23,87

2 Kristen Katolik 574 23,02

3 Kristen Protestan 1.324 53,11

4 Budha - -

5 Hindu - -

Jumlah 2.493 100

Sumber: Proyeksi BPS Kabupaten Karo,2007

Di Desa tersebut dapat diketahui bahwa penduduk yang menganut agama Kristen Protestan merupakan agama yang paling banyak dianut yaitu sebesar 1.324 jiwa atau sebanyak 53,11%. Agama Budha dan Hindu tidak ada penduduk yang menganutnya karena di Desa tersebut penduduknya masih tergolong penduduk asli Indonesia dan tidak ada penduduk asing seperti Cina, India dan lainnya.

4.3 Sosial Ekonomi

Gambaran keadaan sosial ekonomi masyarakat di lokasi penelitian bervariasi dan tergolong masyarakat yang sudah mau membuka pikiran mereka dan mau menerima orang lain. Jika dilihat dari gambaran kondisi ekonomi mereka ditinjau dari jenis rumah yang mereka tempati dapat dilihat pada Tabel 8 berikut: Tabel 8 Jenis Rumah yang Ditempati Di Desa Samura Tahun 2006

No Jenis Rumah Jumlah

(unit)

Persentase (%)

1 Permanen 149 45,43

2 Semi Permanen 127 38,72

3 Darurat 52 15,85

Jumlah 328 100


(40)

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa masyarakat di Desa Samura tergolong masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi yang tinggi jika dilihat dari segi bangunan rumah mereka. Perumahan mereka banyak berjenis permanen yaitu sebesar 149 unit sedangkan jumlah rumah yang darurat hanya sebesar 52 unit.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Samura cukup tersedia dengan baik seperti sarana untuk pendidikan formal, prasarana kesehatan dan sarana ibadah.

Tabel 9 Sarana dan Prasarana Di Desa Samura Tahun 2006

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Persentase(%)

1 Sarana Pendidikan 3 50

2 Sarana Kesehatan 1 16,67

3 Sarana Ibadah 2 33,33

Jumlah 6 100

Sumber : Kecamatan Kabanjahe Dalam Angka,2007

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa di Desa ini semua fasilitas kebutuhan masyarakat telah tersedia, disamping itu kondisi jalan di daerah ini juga tergolong baik.

4.5 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diambil di dalam penelitian ini merupakan seluruh penduduk Desa Samura, tidak memiliki ketentuan tertentu dalam mengambil data-data untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal, karena untuk mengetahui bagaimana pmenuhan gizi masyarakat tidak berdasarkan ketentuan-ketentuan tertentu. Misalnya sample tidak ditentukan harus memiliki umur yang


(41)

sama atau pendapatan yang tinggi, tetapi semua kalangan dapat dijadikan sebagai sample.

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10 Karakteristik Responden Di Desa Samura Tahun 2008

No Uraian Nilai Rata-rata Range

1 Umur (tahun) 2168 39,42 23-72

2 Lama Pendidikan (tahun) 544 9,89 9-16

3 Jumlah Anggota Keluarga (jiwa) 160 2,9 1-6

4 Jumlah Pendapatan (Rp/bulan) 119.450.000 2.171.818 750.000-5.000.000

Sumber: Data Olahan Dari Lapangan, 2008

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden di daerah penelitian adalah sebesar 39,42. dengan range umur 23-72. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah penelitian kisaran umur yang dimiliki sangat beragam, dimana terdapat umur yang masih tergolongan muda yaitu berumur 23 tahun dan ada juga yang sudah tua yaitu berumur 72 tahun. Dari beragam umur responden yang diwawancarai dapat diketahui bagaimana pola konsumsi yang dimiliki setiap orang berdasarkan umur yang mereka miliki.

Tingkat pendidikan juga sangat perlu dalam menyusun sebuah menu harian, pada daerah penelitian seperti pada tabel diketahui bahwa rata-rata tingkat pendidikan yang dimiliki responden adalah 9,89 dengan range 9-16 tahun yang menandakan bahwa responden pada daerah penelitian tersebut telah memiliki tingkat pendidikan walaupun sebagian besar dari responden hanya tamatan SD. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki maka semakin mudah mereka menyusun sebuah menu makanan mereka karena mereka sudah mengerti bagaimana gizi


(42)

yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi hal ini sangat sulit ditemukan di daerah penelitian.

Dari segi pendapatan juga memiliki pengaruh yang besar dalam mendapatkan makanan. Tabel 4.9 diketahui bahwa jumlah pendapatan mereka memiliki rata-rata Rp.1.606.363, dengan range Rp. 750.000 sampai Rp. 5.000.000. Perbedaan yang besar pada jumlah pendapatan menunjukkan bahwa pada responden terdapat perbedaan status ekonomi yang jelas.


(43)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Diversifikasi pangan dapat mencapai pola pangan harapan yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat dan ketersediaan pangan di daerah penelitian .

1. Kondisi Ekonomi Masyarakat

Kondisi ekonomi masyarakat sangat berpengaruh terhadap dapat tidaknya masyarakat untuk melakukan diversifikasi pangan. Kondisi ekonomi di daerah penelitian sangat beragam, jumlah pendapatan di daerah penelitian yang tertinggi ada yang mencapai Rp.5.000.000,- setiap bulannya dan ada juga beberapa masyarakat yang memiliki pendapatan sebesar Rp. 750.000,- setiap bulannya yang merupakan pendapatan terendah di daerah penelitian. Kondisi ekonomi masyarakat di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11 Jumlah Pendapatan Sampel

No Keterangan Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1 Jumlah Pendapatan ≤ Rp. 1.000.000,- 14 25,45 2 Jumlah Pendapatan > Rp. 1.000.000,- 41 74,45

Jumlah 55 100

Sumber. Data Diolah Lampiran 2

Pada Tabel 11 diketahui bahwa sebanyak 14 sampel memiliki pendapatan sebesar ≤ Rp. 1.000.000,- dari sampel sebanyak 14 orang tersebut memiliki total pendapatan sebesar Rp. 12.600.000,- sedangkan sampel yang memiliki pendapatan diatas Rp. 1.000.000,- memiliki jumlah pandapatan sebesar Rp. 75.750.000,- untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 sebagai berikut:


(44)

Tabel 12 Rata-rata Pendapatan Masyarakat No Jumlah Sampel

(orang)

Jumlah Pendapatan

(Rp/bulan)

Total Pendapatan Sampel (Rp/bulan)

1 14 ≤ Rp. 1.000.000,- Rp. 12.600.000,-

2 41 > Rp. 1000.000,- Rp. 75.750.000,-

Jumlah Rp. 88.350.000,-

Rata-rata Rp. 1.606.363,63

Sumber. Data Diolah Lampiran 2

Tabel 12 menunjukkan bahwa masyarakat di daerah penelitian memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp. 1.606.363,63. Berdasarkan lampiran 2 diketahui bahwa masyarakat yang berpendapatan sebesar Rp. 750.000,- sebanyak 2 orang yang merupakan pendapatan terendah di daerah penelitian.

2. Ketersediaan Bahan Pangan di daerah Penelitian

Ketersediaan pangan yang ada di daerah penelitian secara berkelanjutan tersedia karena pada dasarnya sebagian masyarakat menanam berbagai jenis tanaman pangan lainnya di samping beras.

Kebutuhan masyarakat juga selalu tersedia di pasar karena sebagian besar masyarakat Kabupaten Karo bermata pencaharian sebagai petani sehingga kebutuhan pangan selain beras seperti ubi kayu, ubi jalar, kentang, jagung dan jenis pangan lainnya selalu ada si pasar.

Ketersediaan pangan yang mudah ditemukan menyebabkan harga yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan harga beras. Seperti diketahui bahwa harga Beras setiap kilogram sebesar Rp. 7000,- jika dibandingkan dengan harga jagung sebesar Rp 1.500,- ,ubi kayu Rp. 1.300,- , dan kentang Rp 4.000,- yang memiliki harga lebih rendah dibandingkan harga beras.

Masyarakat yang hanya memiliki pendapatan yang hanya sebesar Rp. 750.000,- juga dapat melakukan diversifikasi pangan. Sampel yang memiliki


(45)

pendapatan yang rendah tersebut pada umumnya memiliki pekerjaan sebagai petani, mereka juga mudah untuk mendapatkan kebutuhan pangan tersebut karena mereka memiliki lahan yang mereka tanam dengan tanaman lainnya sebagai tanaman sampingan.

Jenis tanaman mereka pada umumnya sayur sayuran dan tanaman pangan seperti ubi kayu dijadikan tanaman pagar di sekeliling lahan pertanian mereka, ada juga yang menanam jagung diantara tanaman utama mereka seperti cabe, jeruk, tomat dan lainnya. Sebagian bear petani juga menanam berbagai jenis tanaman di lahan-lahan yang kosong di usaha mereka seperti tanaman pisang, jambu air, alpukat.

Jenis tanaman yang mereka jadikan tanaman sampingan yang mereka usahakan disamping untuk makanan sampingan mereka dapat juga memberi pandapatan tambahan kepada mereka karena tidak semua pangan tersebut dapat dihabiskan masyarakat tersebut untuk dikonsumsi. Beberapa sampel juga mengatakan bahwa di samping dikonsumsi sendiri hasil tanaman mereka juga di jual ke pasar.

3. Pola Pangan Harapan

Pola Pangan Harapan yaitu ketersediaan pangan yang cukup dimana ketersediaan energi minimal 2200 kal/hari dan ketersediaan protein minimal 57gram/hari. Agar Pola Pangan Harapan tersebut dapat tercapai maka perlu diadakan diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan tersebut merupakan pemeragaman jenis makanan, untuk itu ragam pangan yang dikonsumsi harus memenuhi kaidah tri Guna Makanan yaitu pangan sebagai sumber zat tenaga (Karbohidrat), zat pembangun (protein nabati ataupun hewani), dan zat pengatur


(46)

(vitamindan mineral). Kaidah Tri Guna Makanan tersebut adalah pangan yang dikonsumsi setiap hari harus beragam, bergizi dan berimbang (3B).

Dari penelitian yang di lakukan diperoleh data yang sebagian besar dari sampel mengalami kekurangan pengkonsumsian energi per harinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13 Jumlah Sampel Mengkonsumsi Energi/hari

No Keterangan Jumlah Sampel

(orang)

Jumlah (persentase) 1 Pengkonsumsian energi > 2200

kal/hari

15 27,27

2 Pengkonsumsian energi < 2200 kal/hari

40 72,73

Jumlah 55 100

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 3

Dari Tabel 13 diatas diketahui bahwa sebagian besar dari sampel masih mengalami kekurangan pengkonsumsian energi yaitu sebanyak 40 orang atau 72,73 %, sedangakan sampel yang mengkonsumsi energi yang sesuai denga pola pangan harapan hanya sebesar `27,27 %. Hal ini sangat tidak diharapkan karena masyarakat yang masih tinggal di daerah pertanian sebagian besar tidak dapat memenuhi pola pangan harapan.

Pengkonsumsian untuk jumlah protein di daerah penelitian umunya sudah dapat tercapai yaitu hanya sebesar 15 orang yang mengalami kekurangan pengkonsumsian protein dan untuk jumlah yang mengkonsumsi cukup protein yaitu sebesar 40 oang dari jumlah sampel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 dibawah.


(47)

Tabel 14 Jumlah Sampel Mengkonsumsi Protein/hari

No Keterangan Jumlah Sampel

(orang)

Jumlah (persentase) 1 Pengkonsumsian protein > 57

gram/hari

15 27,27

2 Pengkonsumsian protein < 57 gram/hari

40 72,73

Jumlah 55 100

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 3

Dari Tabel 14 diatas diketahui bahwa sebagian besar dari sampel masih mengalami kekurangan pengkonsumsian energi yaitu sebanyak 40 orang atau 72,73 %, sedangakan sampel yang mengkonsumsi energi yang sesuai denga pola pangan harapan hanya sebesar `27,27 %. Hal ini sangat tidak diharapkan karena masyarakat yang masih tinggal di daerah pertanian sebagian besar tidak dapat memenuhi pola pangan harapan.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sangat perlu diadakan program diversifikasi pangan untuk dapat mencapai pola pangan harapan dengan mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi dan berimbang.

• Beragam maksudnya adalah bahwa manusia mengkonsumsi bermacam-macam bahan pangan sebab tubuh membutuhkan beraneka ragam pangan. Beragam perlu karena:

1. Bergantung hanya pada satu jenis bahan pangan saja akan mempercepat terjadinya kerawanan pangan,

2. Tidak ada bahan pangan yang mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap,

3. Menu makanan yang bervariasi akan mengurangi rasa bosan atau dapat menambah selera makan.


(48)

• Bergizi maksudnya bahwa makanan yang dikonsumsi adalah bahan pangan yang mengandung zat gizi yang sangat mempengaruhi pertumbuhan, kinerja tubuh dan kemampuan berfikir, seperti karbohidrat berguna untuk memperoleh energi dan protein dibutuhkan untuk membangun tubuh,

• Berimbang maksudnya keseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuh dan keseimbangan asupan zat gizi antar waktu makan (pagi, siang dan malam).

Beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyusun menu makanan yang beragam, bergizi dan berimbang untuk mencapai pola pangan harapan:

1. Tentukan kebutuhan pangan keluarga yang sesuai dengan umur dan jenis kelamin masing-masing anggota keluarga ,

2. Pilih jenis makanan yang seimbang dengan memperhatikan faktor kebutuhan gizi, selera, daya beli serta keragaman pangan dan cara pengolahan pangan untuk menghindari kebosanan,

3. Tentukan menu yang dipilih setidaknya terdiri dari makanan pokok, laukpauk, sayur dan buah,

4. Pilih cara pengolahan yang sesuai untuk menguragi kehilangan zat gizi pada pangan.

Berdasarkan kebutuhan tersebut beberapa pola deversifikasi pangan yang dapat diterapkan guna mencapai pola pangan harapan:


(49)

Tabel 15 Beberapa Contoh Menu Diversifikasi Pangan Contoh 1 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Nasi - Ikan Segar - Susu Sapi segar - Minyak Makan

200 75 200

5

1 ½ gelas 1 ½ potong

1 gelas ½ sdm 356 69 320 90 4,1 13,5 12,6 - 1400 1500 2000 45

Selingan - Roti - Teh Manis

80 20

1 buah 2 sdm gula

198,4 120 6,4 - 1000 1000

2 Makan Siang

- Nasi - Rebung - Jantung Pisang - Santan

- Ikan Segar - Minyak Makan - Buah Pisang

200 50 100 50 75 5 75

1 ½ gelas ½ gelas ½ tandan

¼ gelas 1 ½ potong

½ sdm 1 buah 356 13,5 31 45 69 90 74,25 4,1 1,3 1,2 - 13,5 - 0,975 1400 500 300 300 1500 45 1000

Selingan - - - - -

3 Makan Malam

- Nasi - Ikan Tawar - Sayur daun Ubi - Buah Pisang - Minyak Makan

200 50 50 75 5

1 ½ gelas 1 ½ potong

½ gelas 1 buah ½ sdm 356 56,5 24 74,25 90 4,1 8,5 2,5 0,975 - 1400 800 500 1000 45

Jumlah 2432,9 73,75 15.735

Ikan tawar yang dimaksudkan dalam menu tersebut adalah ikan mas atau ikan nila yang banyak terdapat di pasar tradisional di daerah penelitian.

Menu diversifikasi pangan seperti contoh diatas sesuai dengan data lampiran 5 diperoleh pengeluaran sebesar Rp. 15.735,- sesuai dengan data maka jumlah rata-rata tanggungan masyarakat di daerah penelitian sebesar 2,9 dan jumlah rata-rata pendapatan sebesar Rp. 1.606.363,63 dengan pendapatan dan


(50)

jumlah tanggungan yang ada maka menu diversifikasi pangan tersebut dapat diterapkan di daerah penelitian.

Contoh 2 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Nasi - Ikan Kering - Susu Sapi segar - Minyak Makan - Sayur Bayam

200 25 200

5 50

1 ½ gelas 1 potong 1 gelas ½ sdm ½ gelas 356 96,5 320 90 24 4,1 21 12,6 - 2,5 1400 250 2000 45 500

Selingan - - - - - -

2 Makan Siang

- Nasi

- Ikan Laut Segar - Santan

- Timun

- Minyak Makan - Buah Pisang

200 75 50 50 5 75

1 ½ gelas 1 ½ potong

¼ gelas ½ potong ½ sdm 1 buah 356 69 45 12 90 74,25 4,1 13,5 - 0,7 - 0,975 1400 1500 300 150 45 1000

Selingan - Mie Instant - Teh Manis

70 20

1 bungkus 2 sdm gula

340 120 9 - 1000 1000

3 Makan Malam

- Nasi - Ikan Tawar - Sayur Bayam - Buah Pisang - Minyak Makan

200 100 50 75 5

1 ½ gelas 1 ½ ekor

½ gelas 1 buah ½ sdm 356 56,5 24 74,25 90 4,1 4 2,35 0,975 - 1400 800 500 1000 45

Jumlah 2593,5 79,9 14.385

Pada menu yang kedua diperoleh jumlah pengeluaran sebesar Rp.14.385,- menu harian tersebut juga dapat diterapkan oleh para masyarakat di daerah penelitian.


(51)

Contoh 3 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Nasi - Telur Dadar - Susu Sapi segar - Minyak Makan - Buah Jeruk

200 35 200

5 100

1 ½ gelas 1 butir 1 gelas ½ sdm 2 buah 356 61,6 320 90 46 4,1 4,55 12,6 - 0,8 1400 600 2000 45 500

Selingan - - - - -

2 Makan Siang

- Nasi - Santan - Daging Ayam - Minyak Makan - Buah Jeruk

200 50 50 5 100

1 ½ gelas ¼ gelas 1 potong ½ sdm 2 buah 356 45 151 90 46 4,1 - 9,1 - 0,8 1400 300 1200 45 500

Selingan - - - - -

3 Makan Malam

- Nasi

- Ikan Laut Segar - Jagung Muda - Sayur Sawi - Buah Pisang - Minyak Makan

200 75 50 50 75 5

1 ½ gelas 1 ½ potong

1 buah ½ gelas 1 buah ½ sdm 356 69 64,5 24 74,25 90 4,1 13,5 2.05 2,5 13,5 - 1400 1500 75 500 1000 45

Jumlah 2239,35 71,7 12.510

Menu diversifikasi pangan seperti pada menu ke tiga memerlukan biaya sebesar Rp. 12.510,- biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah pengeluaran yang diperlukan pada contoh menu satu dan dua, dan pada umunya para masyarakat di daerah penelitian mendapatkan sebagian dari menu pada contoh tersebut tidak perlu membelinya karena sudah tersedia di lahan pertanian mereka sendiri seperti jagung, jeruk dan sayuran.


(52)

Contoh 4 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Nasi - Telur ceplok - Susu Sapi segar - Minyak Makan - Lalapan: ketimun Tomat 200 35 200 5 100 50

1 ½ gelas 1 butir 1 gelas ½ sdm ½ potong 1 buah 356 61,6 320 90 12 20 4,1 4,55 12,6 - 0,7 1,0 1400 600 2000 45 150 200

Selingan - Bubur 400 3 gelas 68 0,4 1500

2 Makan Siang

- Nasi

- Tahu Goreng - Ikan Segar - Minyak Makan - Buah Pisang

200 100 75

5 75

1 ½ gelas 1 potong 1 ½ potong

½ sdm 1 buah 356 68 69 90 74,25 4,1 7,8 13,5 - 0,975 1400 600 1500 45 1000

Selingan - - - - -

3 Makan Malam

- Nasi - Ikan Mas Goreng - Sayur Tumis kangkung - Buah jeruk - Minyak Makan

200 50

50

100 5

1 ½ gelas ½ ekor ½ gelas 2 buah ½ sdm 356 56,6 114 46 90 4,1 4 2,5 0,8 - 1400 900 500 45 500

Jumlah 2247,45 61,125 13.785

Menu pada contoh keempat tersebut membutuhkan pengeluaran sebesar Rp.13.785,- dan pada umunya para masyarakat di daerah penelitian mendapatkan sebagian dari menu pada contoh tersebut tidak perlu membelinya karena sudah tersedia di lahan pertanian mereka sendiri seperti timun, pisang, jeruk dan sayuran.


(53)

Contoh 5 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Nasi

- Telur Rebus - Susu Sapi segar

200 35 200

1 ½ gelas 1 butir 1 gelas 356 69 320 4,1 4,55 12,6 1400 600 2000

Selingan - - - - -

2 Makan Siang

- 2 Porsi Nasi - Daging Ayam - Tempe

- Sayur Daun Ubi - Buah Pisang - Minyak Goreng

400 50 50 50 75 5 3 gelas 1 potong 2 potong ½ gelas 1 buah ½ sdm 712 151 75 24 74,25 90 8,2 9,1 9,2 2,5 0,975 - 2800 1200 600 500 1000 45

Selingan - - - - -

3 Makan Malam

- Nasi

- Daging Ayam - Sayur daun Ubi - Buah Pisang - Minyak Makan

200 50 50 75 5

1 ½ gelas 1 potong ½ gelas 1 buah ½ sdm 356 151 24 74,25 90 4,1 9,1 2,5 0,975 - 1400 1200 500 1000 45

Jumlah 2566,5 67,9 14.290

Menu tersebut terdapat sayur daun ubi, masyarakat tidak pernah membeli daun ubi karena di desa mereka sangat banyak terdapat daun ubi dan pada umumnya setiap petani menanam ubi kayu di lahan mereka. Menu diatas memerlukan pengeluaran sebesar Rp. 14.290,-


(54)

Contoh 6 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Mie Instant - Susu Sapi segar

70 200 1 bungkus 1 gelas 340 320 9 12,6 1000 2000

Selingan - Roti - Teh Manis

80 20

4 iris 2 sdm gula

198,4 120 6,4 - 1000 1000

2 Makan Siang

- Nasi

- Tempe goreng - Tahu goreng - Minyak Makan - Buah Pisang

200 50 100

5 75

1 ½ gelas 2 potong 1 potong ½ sdm 1 buah 356 75 68 90 74,25 4,1 9,2 7,8 - 0,975 1400 600 600 45 1000

Selingan -Kentang Goreng - Minyak Makan

100 5 1 buah ½ sdm 83 90 2 - 400 45

3 Makan Malam

- Nasi - Ikan Tawar - Sayur daun Ubi - Buah Pisang - Minyak Makan

200 100 50 75 5

1 ½ gelas 1 ½ potong

½ gelas 1 buah ½ sdm 356 56,5 24 74,25 90 4,1 4 2,5 0,975 - 1400 800 500 1000 45

Jumlah 2415,4 63,65 12.835

Pada menu tersebut dilakukan pengurangan pengkonsumsian beras, dimana pada pagi hari hanya sebagai sarapan yaitu mie instant dan susu. Menu tersebut mengeluarkan biaya sebesar Rp. 12.835,-


(55)

Contoh 7 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Susu Sapi Segar - Roti Coklat

200 80 1 gelas 4 iris 320 199,2 12,6 6,4 2000 1000

Selingan - Jagung Rebus - Teh Manis

100 20

1 buah 2 sdm gula

362 120 10 - 1500 1000

2 Makan Siang

- Nasi - Rebung - Jantung Pisang - Santan

- Ikan Segar - Minyak Makan - Buah Pisang

100 100 100 50 75 5 75 3/4 gelas 1 mangkok 1 tandan ¼ gelas 1 ½ potong

½ sdm 1 buah 178 13,5 31 45 69 90 74,25 2,05 2,6 1,2 - 13,5 - 0,975 1400 500 300 300 1500 45 1000

Selingan - Ubi goreng - Minyak Makan

100 5 1 potong ½ sdm 354 90 1,5 - 500 45

3 Makan Malam

- Mie Instant - Teh Manis - Buah Pisang

70 20 5

1 bungkus 2 sdm gula

1 buah 340 120 74,25 9 - 0,975 1000 1000 1000

Jumlah 2471,2 60,8 14.090

Jantung pisang, pisang, jagung merupakan jenis pangan yang jarang dibeli petani karena mereka suka menanam jenis pangan tersebut di antara tanaman mereka. Menu di atas jika semua di beli oleh petani maka mereka membutuhkan biaya sebesar Rp. 14.090,- untuk setiap harinya jika menggunakan menu tersebut.


(56)

Contoh 8 Menu Diversifikasi Pangan

No

Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Nasi - Ikan Segar - Susu Sapi segar - Minyak Makan

100 75 200

5

3/4 gelas 1 ½ potong

1 gelas ½ sdm 178 69 320 90 2,05 13,5 12,6 - 700 1500 2000 45

Selingan - Roti - Teh Manis

80 20

4 iris 2 sdm gula

198,4 120 6,4 - 1000 1000

2 Makan Siang

- Mie Instant - Nasi 70 100 1 bungkus ¾ gelas 340 178 9 2,05 1000 1400

Selingan - Kacang hijau - Gula merah - Santan 100 50 50 1 mangkuk ½ bulatan ¼ gelas 345 158 45 22,2 0,2 - 900 750 150

3 Makan Malam

- Nasi - Ikan Tawar - Sayur daun Ubi - Buah Pisang - Minyak Makan

100 100 50 75 5 3/4 gelas 1 ½ potong

½ gelas 1 buah ½ sdm 178 56,5 24 74,25 90 2,05 4 2,5 0,975 - 700 800 500 1000 45

Jumlah 2778,15 79,025 12.790

Pada menu tersebut dilakukan pengurangan pengkonsumsian beras, dimana pada pagi hari hanya sebagai sarapan yaitu mie instant dan susu. Menu tersebut mengeluarkan biaya sebesar Rp. 12.790,- dan ada beberapa jenis pangan yang tidak perlu untuk dibeli karena terdapat di lahan pertanian para sampel yang bermata pencaharian sebagai petani.


(57)

Contoh 9 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Berat (gram) URT (Ukuran Rumah Tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

-Nasi

-Ikan Asin Teri -Susu Sapi Segar -Minyak Goreng

200 25 200

5

1 ½ gelas 3 sdm 1 gelas ½ sdm 356 48,25 320 90 4,1 10,5 12,6 - 1400 625 2000 45

Selingan - Ubi goreng - Minyak makan

100 5 1 potong ½ sdm 136 90 1,1 - 500 45

2 Makan Siang -Nasi -Tahu -Tempe -Minyak Goreng 100 100 50 10

1 ½ gelas 1 ptng besar

2 potong 1 sdm 356 68 75 180 4,1 7,8 9,2 - 1400 600 600 45

Selingan -

3 Makan Malam

- Nasi

- Minyak Goreng - Mie Instant - Sayur Kol - Buah Jeruk

100 5 70 50 100 ¾ gelas ½ sdm 1 bungkus ½ gelas 2 buah 178 90 340 11,5 46 2.05 - 9 0,75 0,8 700 45 150 500 1000

Jumlah 2384,75 62,5 9.655

Menu seperti ini merupakan menu yang memerlukan biaya yang paling kecil jika dibangingkan dengan menu-menu sebelumnya. Pengeluaran yang diperlukan yaitu sebesar Rp. 9.655,- dengan biaya yang rendah pola pangan harapan juga tercapai.


(58)

Contoh 10 Menu Diversifikasi Pangan

No Waktu Menu

Jumlah Jumlah

Harga (Rp) Bahan (gram) URT (ukuran rumah tangga) Energi (kkal) Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Kacang hijau - Gula merah - Santan 100 50 50 1 mangkuk ½ bulatan ¼ gelas 345 158 45 22,2 0,2 - 900 750 150

Selingan - Roti - Teh Manis

80 20

4 iris ½ sdm gula

198,4 120 6,4 - 1000 1000

2 Makan Siang

- Nasi - Mie Instant - Buah Jeruk

100 70 100 ¾ gelas 1 bungkus 2 buah 178 340 46 2,05 9 0,8 1400 1000 500

Selingan - Goreng Ubi 100 1 potong 345 1,5 500

3 Makan Malam

- Nasi

- Ikan Laut Segar - Jagung Muda - Sayur Sawi - Buah Pisang - Minyak Makan

100 75 50 50 75 5

¾ gelas 1 ½ potong

1 buah ½ gelas 1 buah ½ sdm 178 69 64,5 24 74,25 90 2,05 13,5 2.05 2,5 13,5 - 700 1500 1500 500 500 45

Jumlah 2298,15 75,75 11.245

Diversifikasi pangan pada menu diatas membutuhkan biaya sebesar Rp.11.245,- dan pada menu tersebut dilakukan pengurangan pengkonsumsian beras pada setiap makan seperti makan pagi, makan siang dan makan malam, walaupun pengurangan pengkonsumsian beras, pola pangan harapan tetap dapat tercapai.

Maka dari diversifikasi pangan tersebut diketahui bahwa semua jenis menu dapat diterapkan oleh semua jenis pekerjaan dan kalangan masyarakat karena semua bahan pangan yang ada pada susunan makanan harian yang disarankan tersebut dapat mereka temukan dengan mudah dan tersedia disekitar lingkungan


(59)

mereka dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk memenuhi kebutuhan mereka agar mencapai pola pangan harapan.

Cara yang dapat dilakukan agar dapat mengubah budaya masyarakat agar dapat melaksankana diversifikasi pangan.

Sebagaimana diketahui bahwa upaya peningkatan produksi beras di tanah Karo tidak mudah dilakukan padahal masyarakat sangat membutuhkan produksi beras yang stabil. Faktor-faktor yang menyebabkan cepatnya konversi perubahan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian antara lain:

1. Faktor kependudukan yaitu semakin pesatnya peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan meningkatnya permintaan lahan untuk perumahan, industri dan fasilitas umum lainnya,

2. Kabutuhan tanah untuk kegiatan non-pertanian seperti pembangunan kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa-jasa lainnya yang membutuhkan lahan yang luas, sebagian berasal dari lahan persawahan,

3. Faktor ekonomi yaitu tingginya keuntungan yang diperoleh sektor non-pertanian jika dibandingkan dengan pendapatan dari sektor non-pertanian,

4. Keadaan lingkungan yaitu musim yang tidak menentu, penggunaan pupuk yang tidak teratur yang menyebabkan tanah menjadi rusak dan serangan hama penyakit semakin tinggi.

5. Keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tanaman hortikultura seperti cabe, tomat jika dibandingkan tanaman padi.

6. Lahan sawah banyak yang beralih fungsi karena jumlah debet air yang semakin berkurang dan saluran irigasi yang tidak memadai.


(60)

Oleh karena itu, perlu adanya terobosan mencari bahan pangan yang dapat direkomendasikan sebagaimana telah dipaparkan dalam tulisan ini yaitu adanya program diversifikasi pangan. Progam diversifikasi pangan sangat perlu diterapkan pada masyarakat karena dengan adanya program tersebut dapat menghindari masyarakat dari kerawanan pangan.

Diversifikasi pangan yang dilakukan tidaklah sulit karena masyarakat dapat memberagamkan jenis pangan yang mereka konsumsi sesuai dengan jenis pangan yang ada di sekitar mereka, seperti pada daerah penelitian terdapat beberapa jenis pangan yang mereka tanam sebagai tanaman sampingan di lahan pertanian mereka. Tanaman sampingan mereka seperti ubi kayu, jagung, pisang dan lainnya.

Mengkonsumsi makanan tambahan disamping makan pagi, siang dan malam juga dapat dikatakan melakukan diversifikasi pangan karena dengan mengkonsumsi makanan sampingan terutama jenis pangan non-beras masyarakat akan mengurangi jumlah pengkonsumsian beras (nasi) seperti biasanya.

Pada masyarakat yang masih terikat pada budaya dan kebiasaan yang beranggapan bahwa tidak merasa makan jika tidak mengkonsumsi beras(nasi). Menurut Ralph Linton, kebudayaan adalah sifat sosial manusia yang turun temurun, sedangkan menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan dari kelakukan dan hasil dari kelakuan yang tergabung oleh tataan yang harus didapatnya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Pengertian dari kebudayaan tersebut menyatakan bahwa suatu budaya menghasilkan sebuah kebiasaan yang sangat sulit diubah karena sudah sangat


(61)

teikat pada masyarakat. Daerah penelitian juga memiliki budaya yang sangat erat pada mereka, maka penerapan diversifikasi sangat sulit untuk dilaksanakan.

Diversifikasi pangan dapat terlaksana dengan cara mengubah pola pikir anak-anak di daerah penelitian, karena sangat sulit mengubah suatu kebudayaan kepada orang tua yang sangat terikat pada budaya mereka, maka konsep diversifikasi diberi kepada para orang tua untuk dapat mengajak dan membantu anak-anak mereka agar dapat melaksanakan diversifikasi pangan tersebut.

Melalui Diversifikasi pangan ini diharapkan laju konsumsi beras dapat ditekan sampai mencapai angka yang sangat rendah, dan untuk jangka panjang konsumsi beras pada setiap orang dapat diturunkan. Seperti diketahui perkembangan produksi beras tidak selalu berada di atas kebutuhan bahkan perlu adanya impor untuk dapat memenuhi permintaan masyarakat.

Pada daerah penelitian memang tidak terjadi krisis pangan beras tetapi pada jangka waktu yang lama dan jika terjadi bencana alam mereka akan mengalami kekurangan pangan, karena pada umumnya lahan yang ada di daerah penelitian adalah lahan kering, sehingga mereka mengusahakan jenis padi darat yang memiliki resiko lebih besar jika dibandingkan petani yang menanam padi di sawah.

Diversifikasi pangan perlu diterapkan, tidak untuk saat ini tetapi untuk masa yang akan datang. Sampel di daerah penelitian umumnya menanam berbagai jenis tanaman pagar atau tanaman sampingan di antara tanaman utama mereka seperti ubi kayu, jagung, pisang dan lainnya. Masyarakat di daerah penelitian tersebut dapat melakukan diversifikasi pangan dengan mudah karena mereka tidak sulit untuk menggantikan beras dengan jenis pangan lainnya.


(62)

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program diversifikasi pangan.

Dalam pelaksanaan program diversifikasi ada ditemukan beberapa kendala yang dijumpai tidak hanya masyarakat di daerah penelitian tetapi juga dari pemerintah di daerah tersebut.

Beberapa kendala-kendala dalam penerapan diversifikasi pangan tersebut adalah:

1. Masyarakat tidak pernah memikirkan makanan untuk menggantikan beras karena mereka tidak pernah mengalami kekurangan bahan pangan beras, dan mereka hanya memikirkan makanan untuk hari ini dan tidak pernah berfikir makanan untuk kedepan maka tidak akan terpikirkan oleh mereka untuk kecukupan bahan pangan untuk beberapa tahun kedepan dan mereka juga tidak memanfaatkan lahan kosong di sekitar lingkungan mereka.

2. Adanya kebiasaan dan pendapat di daerah penelitian bahwa jika satu keluarga mengkonsumsi ubi sebagai makan pokok mereka maka keluarga tersebut dikatakan miskin.

3. Masyarakat yang kurang mengerti apa maksud dan tujuan dari adanya diversifikasi pangan.

Pada daerah penelitian mau dan tertarik untuk membicarakan diversifikasi pangan tetapi sebenarnya sangat sulit untuk mengajak mereka agar mau melaksanakannya karena mereka kebanyakan tidak mengerti apa sebenarnaya maksud dan tujuan dari diversifikasi pangan tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa dengan program tersebut mereka dapat mengurangi pengeluaran mereka dan sifak ketergantungan mereka akan pengkonsumsian beras.


(63)

4. Masyarakat tidak mengerti apa gizi dan pola pangan harapan, mereka beranggapan bahwa jika sudah makan nasi dan ikan serta kenyang sudah merupakan makanan yang cukup bergizi.

Pengertian pola pangan harapan sangat asing bagi masyarakat daerah penelitian, mereka selalu beranggapan jika sudah makan nasi ditambah ikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh mereka agar tetap sehat dan bergizi.

5. Masyarakat yang masih berpendidikan rendah.

Sebagian besar sampel adalah hanya tamatan Sekolah Dasar (SD), hal tersebut menjadi kendala karena mereka sangat sulit untuk dapat mengerti dan menerima informasi baru dan yang tidak memiliki bukti yang dapat secara langsung mereka lihat.

6. Teknologi yang belum berkembang di daerah penelitian menyebabkan masyarakat kurang tertarik mengkonsumsi makanan daerah mereka.

Mereka merasa tidak suka memakan ubi, jagung, kentang dalam bentuk sebenarnya tanpa olahan karena menurut mereka makanan seperti itu tidak memiliki citra rasa atau tidak bergengsi. Mereka lebih senang jika memakan kentang olahan, ubi dalam bentuk kripik dan lainnya.

7. Masyarakat yang tidak tahu dan kurang mengerti bagaimana cara pengolahan bahan makanan non-beras agar dapat dengan cepat disajikan dan mudah untuk dilaksanakan.


(1)

No Waktu Menu Harga (Rp) Bahan

(gram)

URT (ukuran

rumah tangga)

Energi (kkal)

Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Mie Instant - Susu Sapi segar

70 200

1 bungkus 1 gelas

340 320

9 12,6

1000 2000

Selingan - Roti - Teh Manis

80 20

4 iris 2 sdm gula

198,4 120

6,4 -

1000 1000

2 Makan Siang

- Nasi

- Tempe goreng - Tahu goreng - Minyak Makan - Buah Pisang

200 50 100

5 75

1 ½ gelas 2 potong 1 potong

½ sdm 1 buah

356 75 68 90 74,25

4,1 9,2 7,8 - 0,975

1400 600 600 45 1000

Selingan -Kentang Goreng - Minyak Makan

100 5

1 buah ½ sdm

83 90

2 -

400 45

3 Makan Malam

- Nasi - Ikan Tawar - Sayur daun Ubi - Buah Pisang - Minyak Makan

200 100 50 75 5

1 ½ gelas 1 ½ potong

½ gelas 1 buah ½ sdm

356 56,5 24 74,25

90

4,1 4 2,5 0,975

-

1400 800 500 1000

45

Jumlah 2415,4 63,65 12.835


(2)

No Waktu Menu

Harga (Rp) Bahan

(gram)

URT (ukuran

rumah tangga)

Energi (kkal)

Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Susu Sapi Segar - Roti Coklat

200 80

1 gelas 4 iris

320 199,2

12,6 6,4

2000 1000

Selingan - Jagung Rebus - Teh Manis

100 20

1 buah 2 sdm gula

362 120

10 -

1500 1000

2 Makan Siang

- Nasi - Rebung - Jantung Pisang - Santan

- Ikan Segar - Minyak Makan - Buah Pisang

100 100 100 50 75 5 75

3/4 gelas 1 mangkok

1 tandan ¼ gelas 1 ½ potong

½ sdm 1 buah

178 13,5 31 45 69 90 74,25

2,05 2,6 1,2 - 13,5

- 0,975

1400 500 300 300 1500

45 1000

Selingan - Ubi goreng - Minyak Makan

100 5

1 potong ½ sdm

354 90

1,5 -

500 45

3 Makan Malam

- Mie Instant - Teh Manis - Buah Pisang

70 20 5

1 bungkus 2 sdm gula

1 buah

340 120 74,25

9 - 0,975

1000 1000 1000


(3)

No

Waktu Menu Harga

(Rp) Bahan

(gram)

URT (ukuran

rumah tangga)

Energi (kkal)

Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Nasi - Ikan Segar - Susu Sapi segar - Minyak Makan

100 75 200

5

3/4 gelas 1 ½ potong

1 gelas ½ sdm

178 69 320

90

2,05 13,5 12,6 -

700 1500 2000 45

Selingan - Roti - Teh Manis

80 20

4 iris 2 sdm gula

198,4 120

6,4 -

1000 1000

2 Makan Siang

- Mie Instant - Nasi

70 100

1 bungkus ¾ gelas

340 178

9 2,05

1000 1400

Selingan - Kacang hijau - Gula merah - Santan

100 50 50

1 mangkuk ½ bulatan

¼ gelas

345 158 45

22,2 0,2

-

900 750 150

3 Makan Malam

- Nasi - Ikan Tawar - Sayur daun Ubi - Buah Pisang - Minyak Makan

100 100 50 75 5

3/4 gelas 1 ½ potong

½ gelas 1 buah ½ sdm

178 56,5 24 74,25

90

2,05 4 2,5 0,975

-

700 800 500 1000

45

Jumlah 2778,15 79,025 12.790


(4)

No Waktu Menu

Harga (Rp) Berat

(gram)

URT (Ukuran

Rumah Tangga)

Energi (kkal)

Protein (gram)

1 Makan Pagi

-Nasi

-Ikan Asin Teri -Susu Sapi Segar -Minyak Goreng

200 25 200

5

1 ½ gelas 3 sdm 1 gelas

½ sdm

356 48,25

320 90

4,1 10,5 12,6 -

1400 625 2000

45

Selingan - Ubi goreng - Minyak makan

100 5

1 potong ½ sdm

136 90

1,1 -

500 45

2 Makan Siang

-Nasi -Tahu -Tempe

-Minyak Goreng

100 100 50 10

1 ½ gelas 1 ptng besar

2 potong 1 sdm

356 68 75 180

4,1 7,8 9,2 -

1400 600 600 45

Selingan -

3 Makan Malam

- Nasi

- Minyak Goreng - Mie Instant - Sayur Kol - Buah Jeruk

100 5 70 50 100

¾ gelas ½ sdm 1 bungkus

½ gelas 2 buah

178 90 340 11,5 46

2.05 - 9 0,75

0,8

700 45 150 500 1000


(5)

No Waktu Menu

Harga (Rp) Bahan

(gram)

URT (ukuran

rumah tangga)

Energi (kkal)

Protein (gram)

1 Makan Pagi

- Kacang hijau - Gula merah - Santan

100 50 50

1 mangkuk ½ bulatan

¼ gelas

345 158 45

22,2 0,2

-

900 750 150

Selingan - Roti - Teh Manis

80 20

4 iris ½ sdm gula

198,4 120

6,4 -

1000 1000

2 Makan Siang

- Nasi - Mie Instant - Buah Jeruk

100 70 100

¾ gelas 1 bungkus

2 buah

178 340 46

2,05 9 0,8

1400 1000 500

Selingan - Goreng Ubi 100 1 potong 345 1,5 500

3 Makan Malam

- Nasi

- Ikan Laut Segar - Jagung Muda - Sayur Sawi - Buah Pisang - Minyak Makan

100 75 50 50 75 5

¾ gelas 1 ½ potong

1 buah ½ gelas

1 buah ½ sdm

178 69 64,5

24 74,25

90

2,05 13,5 2.05 2,5 13,5

-

700 1500 1500 500 500 45

Jumlah 2298,15 75,75 11.245


(6)

No

Jenis Pangan

Jumlah

Harga (Rp)

1

Beras

1 kg

7.000

2

Ikan segar

1 kg

20. 000

3

Susu Sapi Segar

1 gelas

2. 000

4

Minyak Makan

1 kg

9. 000

5

Roti

1 buah

1. 000

6

Teh Manis

1 gelas

1. 000

7

Gula

1 kg

7.500

8

Rebung

100 gram

1. 000

9

Jantung Pisang

1 buah

3. 000

10

Santan

1 kg

3. 000

11

Pisang

1 buah

1. 000

12

Sayur Daun Ubi

50 gram (1 ikat)

500

13

Ikan Kering Teri

1 kg

50.000

14

Ikan Kering

1 kg

10.000

15

Sayur Bayam

50 gram (1 ikat)

500

16

Timun

1 kg

3. 000

17

Mie Instant

1 bungkus

1. 000

18

Telur

1 butir

650

19

Jeruk

1 kg

5. 000

20

Daging Ayam

1 kg

24. 000

21

Jagung Muda

1 kg

1.500

22

Kol

1 kg

3. 000

23

Tomat

1 kg

4. 000

24

Tahu

1 potong

300

25

Tempe

1 potong

300

26

Kentang

1 kg

4. 000

27

Ubi goreng

1 potong

500

28

Kacang Hijau

1 kg

9. 000

29

Gula merah

1 kg

15. 000

30

Ikan Tawar

1kg

16. 000