Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Departemen pertanian berkerjasama dengan masyarakat petani pada tahun 1985, menjadikan Indonesia telah mampu berswasembada beras dan status itu mendapatkan penghargaan dari FAO. Konsenkuensi dari kondisi tersebut adalah agar dapat mempertahankan dan melestarikan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Landasan formal ke arah upaya itu adalah INPRES Nomor 20 tahun 1979 tentang “Perbaikan Menu Makanan Rakyat”, sedangkan landasan teknis oprasional adalah melalui penganekaragaman menu makanan sehari- hari.Sesuai dengan prinsip penganekaragaman menu makanan maka ada dua tujuan yang ingin dicapai: 1 agar ketergantungan masayarakat kepada salah satu jenis makanan pokok, terutama beras dapat dikurangi, 2 agar mutu gizi susunan makanan masyarakat dapat ditingkatkan Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan,1991. Kebijakan diversifikasi pangan dan perbaikan menu makanan rakyat dalam upaya memperbaiki mutu gizi masyarakat sudah ditetapkan sejak tahun 1974 dan disempurnakan dengan INPRES 201979. Namun secara operasional diversifikasi pangan belum dapat terlaksana dengan sempurna. Berdasarkan widia pangan dan gizi menyimpulkan ada dua pengertian tentang diversifikasi pangan. Pertama, diversifikasi pangan dalam rangka pemantapan swasembada beras. Hal Universitas Sumatera Utara ini dimaksudkan agar laju peningkatan konsumsi beras dapat dikendalikan setidak-tidaknya seimbang dengan kemampuan laju peningkatan produksi beras. Kedua, diversifikasi pangan dalam rangka memperbaiki mutu gizi, susunan makanan penduduk sehari-hari beragam dan seimbang Amang,1995. Masalah yang masih tetap menjadi kendala dalam mengembangkan diversifikasi pangan selain terletak dalam dukungan produksi aneka pangan di dalam negri dan pemahaman gizi oleh masyarakat, juga berkaitan dengan status pendapatan masyarakat Amang,1995. Kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi tidak hanya tergantung pada konsumsi makanan, tetapi juga tergantung pada pengadaan atau penyediaan dari pangan tersebut. Faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program untuk meningkatkan pangan dan gizi yang lebih baik, antara lain: 1 hasil produksi pertanian yang menentukan tingkat penyediaan pangan dan zat gizi, 2 variasi jenis makanan yang dikonsumsi terutama tergantung pada variasi dan komposisi hasil produksi pertanian setempat dan 3 perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengertian tentang kebutuhan gizi dan adanya tindakan-tindakan yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi konsumen dalam memilik makanannya, sehingga pola konsumsi pangan dapat terarah agar sesuai dengan persyaratan gizi Suharjo,1996. Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh untuk mengatur proses dalam tubuh dan membuat semakin lancarnya pertumbuhan serta dapat memperbaiki jaringan tubuh. Pangan telah dikelompokkan menurut berbagai cara yang berbeda. Salah satu cara untuk mengelompokkannya adalah: Universitas Sumatera Utara 1. padi-padian, 2. akar-akaran, umbi-umbian dan pangan berpati, 3. kacang-kacangan dan biji-bijian berminyak, 4. sayur-sayuran, 5. buah-buahan, 6. pangan hewani, 7. lemak dan minyak, 8. gula dan sirop, Harper,et.al,1986. Peratuaran Pemerintah No.68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan pasal 9 menyebutkan: 1 penganekaragaman pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan memperhatikan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal, 2 penganekaragaman pangan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat1 dilakukan dengan a. Meningkatkan keragaman pangan, b. Mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pertanian dan c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi anekaragam pangan dengan prrinsip gizi berimbang. Diversifikasi pangan tidak dimaksudkan untuk menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat sehingga masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan dan lebih baik gizinya. Dengan menambah jenis pangan dalam pola konsumsi diharapkan konsumsi beras akan menurun Amang,1995. Pengetahuan bahan makanan diperlukan sebagai dasar untuk menyusun hidangan. Dengan mengetahui komposisi bahan makanan kita dapat memilih jenis makanan untuk memenuhi kebutuhan suatu gizi tertentu. Bahan makanan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian di dalam susunan hidangan Indonesia, Universitas Sumatera Utara diantaranya bahan makanan pokok, bahan makanan lauk-pauk, bahan makanan sayur mayur, bahan makanan buah-buahan dan ditambah susu atau telur Sediaoetama,1999.

2.2 Landasan Teori