supervisinya memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan secara sistematis.
Menurut W.H Burton dan Leo J. Bruckner yang dikutip Piet A. Sahertian 2008: 21 menjelaskan bahwa fungsi utama supervisi adalah menilai
dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Fungsi supervisi pendidikan akan disusun secara sistematis
sebagai uraian berikut. Fungsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagian
besar yaitu: 1 Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili
pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu siswa, 2 Fungsi tambahan ialah membantu sekolah
dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat, dalam rangka menyesuaikan diri
dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat. Ditarik kesimpulan bahwa supervisi pembelajaran bukan hanya
sekedar kontrol melihat proses kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Fungsi utama dari supervisi adalah
melakukan pengawasan untuk mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar yang efektif. Fungsi supervisi yang lain yaitu
berusaha bersama-bersama untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna mencapai tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Supervisor memilih teknik supervisi yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru 1981:45
terdapat beberapa teknik supervisi yang dapat dipilih dan digunakan supervisor
pendidikan, baik yang bersifat kelompok maupun individu. Teknik yang bersifat individual, terdiri dari: 1 kunjungan kelas, 2 observasi kelas, 3
percakapan pribadi, 4 saling mengunjungi kelas, 5 menilai diri sendiri. Teknik yang bersifat kelompok, adalah teknik–teknik yang dilaksanakan
bersama–sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Antara lain: 1 pertemuan orientasi bagi guru baru, 2 panitia penyelenggara, 3
rapat guru. Menurut Ngalim Purwanto 2004:118 ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi yaitu lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada, besar-kecilnya sekolah
yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah, tingkatan dan jenis sekolah,
keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia, kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor yang lain, kecakapan dan keahlian
kepala sekolah adalah yang terpenting.
5. Motivasi Berprestasi a. Pengertian Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi sebagai motivasi yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan
standard of excellence Winardi, 2008: 11. Sedangkan motivasi berprestasi adalah suatu keinginan atau kecenderungan untuk mengatasi hambatan, melatih
kekuatan, dan untuk berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin Winardi, 2008: 81.
Uraian mengenai motivasi berprestasi di atas dapat ditegaskan bahwa, motivasi berprestasi adalah usaha yang dilakukan individu untuk
mempertahankan kemampuan pribadi setinggi mungkin, untuk mengatasi rintangan-rintangan, dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dalam
suatu ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan dapat berupa prestasi sendiri sebelumnya atau dapat pula prestasi orang lain.
Robbins 1993: 67-74 mengemukakan beberapa ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu : 1 pemilihan tingkat kesulitan tugas.
Tugas yang mudah dapat diselesaikan oleh semua orang, 2 ketahanan atau ketekunan persistence dalam mengerjakan tugas, 3 harapan terhadap umpan
balik feedback, 4 memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya, 5 kemampuan dalam melakukan inovasi innovativeness.
Sukadji dkk 2001: 40-43 mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah 1 selalu berusaha, tidak
mudah menyerah dalam mencapai sukses maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standard bagi prestasinya, 2 dorongan untuk mendapatkan
reward, 3 cenderung mengambil risiko yang wajar bertaraf sedang dan diperhitungkan. 4 kreatif; 5 dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar
waktu. 1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Sukadji dkk 2001: 67 mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang dijelaskan berikut ini:
a. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan
Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang. Hal ini menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya
kecenderungan untuk berprestasi pada diri seseorang. b. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan
Seseorang yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif. Hal
tersebut akan selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri
seseorang akan berkembang hasrat berprestasi yang tinggi. c. Peniruan tingkah laku modelling
Melalui modelling, anak mengambil atau meniru banyak karakteristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi jika model
tersebut memiliki motivasi tersebut dalam derajat tertentu. d. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung
Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi siswa dalam belajar. Hal ini
cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khawatir akan
kegagalan. e. Harapan orangtua terhadap anaknya
Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkah
laku yang mengarah kepada pencapaian prestasi
b. Teori Motivasi
Terdapat beberapa teori motivasi dan hasil riset yang berusaha menjelaskan tentang hubungan antara perilaku dan hasilnya. Teori-teori yang
menyangkut motivasi. Teori Kebutuhan Maslow dalam Winardi 2008: 13 bahwa manusia mempunyai berbagai keperluan dan mencoba mendorong
untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut. Keperluan itu wujud dalam beberapa tahap kepentingan. Setiap manusia mempunyai keperluan untuk
memenuhi kepuasan diri dan bergerak memenuhi keperluan tersebut. Lima hierarki keperluankebutuhan dijelaskan berikut ini:
1. Kebutuhan fisiologi fisiological needs. Kebutuhan dasar untuk menunjang kehidupan manusia, yaitu: pangan, sandang, dan papan.
Apabila kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi secukupnya, maka kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.
2. Kebutuhan rasa aman safety needs. Kebutuhan akan terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa takut kehilangan pekerjaan dan materi.
3. Kebutuhan akan sosialisasi social needs or affiliation. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan pergaulan dengan sesamanya dan sebagai
bagian dari kelompok. 4. Kebutuhan penghargaan esteem needs. Kebutuhan merasa dirinya
berharga dan dihargai oleh orang lain. 5. Kebutuhan aktualisasi diri self actualization needs, Kebutuhan untuk
mengembangkan diri dan menjadi orang sesuai dengan yang dicita- citakan.