Perilaku Politik Kerangka Teori

24

1.4. Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian lebih mendalam, seorang penulis perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. 9 Menurut FN Karliger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan satu dengan yang lain,suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dari fenomena. 10 … Perilaku Politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua yaitu fungsi- fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi- fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.

1.4.1. Perilaku Politik

Berikut ini merupakan pengertian dari Perilaku Politik menurut beberapa ahli: Menurut Ramlan Surbakti: 11 …Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antarlembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku Sedangkan Menurut Sudijono Sastroadmojo Perilaku Politik adalah: 9 Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress, 1955, Hal. 40 10 Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta:Reineka Cipta, 1997, hal 20. 11 Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Poltik. Jakarta. Gramedia Widya Sarana. 2010. Hal 167 Universitas Sumatera Utara 25 politik merupakan salah satu dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik. 12 Terlepas dari beberapa pendekatan tersebut, Bambang Cipto 1999 dalam Indra Ismawan 1999:23 menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan pemilih dapat diperkirakan menurut tolak ukur tradisional yang meliputi tiga Perilaku politik, sebagaimana perilaku manusia pada umumnya, dapat dijelaskan melalui beberapa pendekatan. Jika kita melihat melalui pendekatan budaya politik dan pendekatan sosiologis, menyatakan bahwa pilihan politik seseorang sedikit banyak ditentukan oleh sejauh mana orientasi politik individu terhadap sistem politik secara keseluruhan termasuk di dalamnya partai politik, aktor,atau elit politik. Asumsi pendekatan budaya politik dan pendekatan sosiologis menyatakan bahwa orientasi seseorang terbentuk melalui keanggotaan pada berbagai tipe kelompok sosial. Luas sempitnya orientasi dan pemahaman seseorang ditentukan oleh ruang lingkup dari kelompok sosial danatau keagamaan yang dimasukinya. Dengan kata lain, seseorag yang hanya terlibat ke dalam keanggotaan kelompok primer, misalnya adat atau desa, akan memiliki orientasi yang lebih sempit ketimbang mereka yang terlibat ke dalam organisasi yang lebih luas, misalnya partai politik. Pendekatan psikologis lebih melihat faktor kekuatan dari dalam diri individu sebagai faktor yang menentukan pilihan- pilihan politiknya. Kekuatan psikis tersebut terefleksikan ke dalam sikap-sikap dan kepribadian yang dibentuk melalui proses sosialisasi. 12 Sudijono Sastroatmodjo. Perilaku Politik. Semarang. IKIP Semarang Press. 1995. Hal 2- 3 Universitas Sumatera Utara 26 aspek penting, yakni Faktor pertama, party identification Identifikasi partai. Identifikasi partai merupakan perasaan terikat pada kelompok di mana ia menjadi anggota ataupun kelompok yang ia pilih. Identifikasi partai akan berkaitan dengan kesetiaan loyalitas dan ketidaksetiaan volatilitas dari massa suatu partai. Semakin tinggi identifikasi partai akan semakin menjamin loyalitas massa partai, sebaliknya semakin rendah identifikasi partai akan semakin rendah pula loyalitas massanya. Di Indonesia, identifikasi partai agaknya sulit dijelaskan karena tidak ada satu partai politik pun yang memiliki massa pendukung yang jelas. Kalaupun ada hanya nampak latar belakang kelompok agamanya saja, Hal itu bukan termasuk cirri atau identifikasi partai tersebut. Yang ada justru massa mengambangfloating mass. Loyalitas massa pendukung partai akan berpengaruh terhadap kemenangan partai dalam pemilu. Oleh karena itu, setiap partai akan mengupayakan tetap terjaminnya loyalitas partai sekali pun dengan menggunakan politik uang money politic. Faktor penentu kedua adalah isu-isu di seputar kandidat dari suatu partai maupun isu-isu di seputar partai tersebutIssues of candidate and party. Faktor ini nyata sekali berkaitan dengan merosotnya perolehan suara PDIP pada pemilu 2004. Jika dibandingkan dengan pemilu 1999, suara PDIP pada pemilu 2004 mengalami penurunan sekitar 15. Menurut Riswanda Imawan dalam opininya di Harian Kompas 2042004 disebabkan oleh disamping adanya protest voters terhadap PDIP dalam pemilu, juga adanya fenomena split voting suara terbelah. Oleh beberapa pengamat, terbelahnya suara PDIP ini disinyalir sebagai akibat dari beberapa tokoh puncak PDIP yang beramai-ramai mendirikan Partai Nasional Universitas Sumatera Utara 27 Banteng Kemerdekaan PNBK dan Partai Tanah Air Indonesia PITA. Faktor ketiga yang ikut dalam menentukan pengambilan keputusan pemilih dalam menjatuhkan pilihannya adalah kepribadian, gaya hidup, dan performa dari partai maupun kandidat partai.

1.4.2. Perilaku Pemilih