PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE CARD SORT PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI GUNUNG PASIR JAYA

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE CARD SORT PADA SISWA KELAS IV A

SD NEGERI GUNUNG PASIR JAYA

(Skripsi)

Oleh

ETIK DESTI HARYATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE CARD SORT PADA SISWA KELAS IV A

SD NEGERI GUNUNG PASIR JAYA

Oleh

ETIK DESTI HARYATI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya dengan persentase ketuntasan 48,15% yaitu 13 siswa dari jumlah 27 siswa dengan KKM 66. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode card sort.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah non tes dan tes. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwametode card sort mudah diterapkan oleh guru, dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai kinerja guru setiap siklusnya. Nilai rata-rata kinerja guru siklus I adalah 65,45% dikategorikan baik, siklus II sebesar 73,64% dikategorikan baik, dan siklus III sebesar 85,46% dikategorikan sangat baik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan metode card sort pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat diketahui dari persentase siswa aktif, siklus I sebesar 59,26% dikategorikan cukup aktif, siklus II sebesar 70,37% dikategorikan aktif, dan siklus III sebesar 85,19% dikategorikan sangat aktif. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa klasikal, siklus I 64,59 dengan persentase ketuntasan 59,26% dikategorikan sedang, siklus II 71,11 dengan persentase ketuntasan 74,07% dikategorikan tinggi, siklus III 77,19 dengan persentase ketuntasan 81,48% dikategorikan sangat tinggi.


(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE CARD SORT PADA SISWA KELAS IV A

SD NEGERI GUNUNG PASIR JAYA

Oleh

ETIK DESTI HARYATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan pada tanggal 4 Desember 1992 di Bungkuk, Marga Sekampung, Lampung Timur. Peneliti adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Hartono dan Ibu Khoiriyati. Pendidikan pertama ditempuh di TK Darul Ulum pada tahun 1998. Tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Bungkuk, Marga Sekampung, Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 2 Metro pada tahun 2008. Pendidikan selanjutnya diselesaikan peneliti di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2011. Tahun 2011 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(8)

Iringi setiap usaha yang dilakukan dengan doa dan bersyukur,

maka hati akan tenang dalam mengerjakan segala sesuatu.

(Etik Desti Haryati; 2015

MOTO


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin, puji syukur atas rahmat dan nikmat yang diberikan

Allah SWT., dengan segala rasa syukur karya ini ku persembahkan kepada:

Kedua orang tua tercinta, Bapak Hartono dan Ibu Khoiriyati yang telah mendidik

dengan kasih sayang dan tak pernah lelah memberikan perhatian serta doa

demi kesuksesan anak-anaknya. Terima kasih atas segala

yang telah tercurahkan untukku.

Kakakku, Mas Okta Fajar Haryanto dan adikku tersayang, Titik Haryati Wibowo

yang selalu memberikan motivasi dan doa di manapun berada. Terima kasih

atas motivasi dan doa yang selalu diberikan untukku.

Almamater tercinta Universitas Lampung


(10)

i

SANWACANA

Puji dan syukur atas rahmat yang selalu dilimpahkan Allah SWT sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui MetodeCard Sortpada Siswa Kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap kemajuan Universitas Lampung, khususnya FKIP;

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Universitas Lampung, yang mengesahkan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dan telah memberikan dukungan terhadap kemajuan FKIP, khususnya program studi PGSD;

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Univesitas Lampung yang menyetujui skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dan telah memberikan dukungan untuk kemajuan jurusan Ilmu Pendidikan, khususnya program studi PGSD;


(11)

ii

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pengetahuan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu berharga selama peneliti dalam masa studi dan selalu menyempatkan waktunya untuk keperluan dalam penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas Lampung yang senantiasa meluangkan waktunya untuk keperluan dalam penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang selalu memotivasi dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

7. Bapak Dr. Hi. Suwarjo, M.Pd., Dosen Pembimbing Kedua yang tak pernah lelah membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti sehingga termotivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

8. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam memperbaiki dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

9. Ibu Dra. Nelly Astuti, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing peneliti selama masa studi dan menyetujui judul skripsi ini; 10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak

memberikan ilmu kepada peneliti selama masa kuliah dan membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini;

11. Ibu Hartati, S.Pd., Kepala SD Negeri Gunung Pasir Jaya, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;


(12)

iii

12. Ibu Ermi Widayati Ningrum, S.Pd., Wali Kelas IV A yang telah banyak membantu dan memberikan saran kepada peneliti demi kelancaran penyusunan skripsi ini; 13. Siswa-siswi kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya, yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan; 14. Teman-teman angkatan 2011, khususnya kelas A yaitu Juwita, Atika, Putri P.,

Septi, Lita, Icha, Gusti, Azka, Ikke, Sella E., Via, Suci A., Dilla, Tsani, Putri N., Umi, Wulan, Tiwi, Erlis, Sella P., Aulia, Suciyati, Tya, mba Nuke, Risti, SM, Puspa, Asrul, Dedi, Arfian, Fikri, Adit, Ikun, Deni, Dwi, Asep, Izal, Zaka, dan Aji. Terima kasih telah memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti selama masa studi, khususnya dalam penyusunan skripsi ini;

15. Sahabat-sahabatku yaitu Pepy, Bima, Uul, Fully, Arum, Erlin, Yuniar, Nilam, Ayu, dan Vina. Terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan khususnya selama proses penyusunan, sehingga peneliti termotivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini;

16. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu peneliti guna kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat kekeliruan, baik dalam tulisan maupun isinya. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya ke-SD-an.

Metro, Juni 2015

Etik Desti Haryati NPM 1113053040


(13)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 8

1. Pengertian IPS ... 8

2. Karakteristik IPS ... 9

3. Tujuan Pembelajaran IPS ... 10

B. Belajar ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Aktivitas Belajar ... 12

3. Hasil Belajar ... 14

C. Teori-teori Belajar ... 15

1. Teori Belajar Behavioristik ... 15

2. Teori Belajar Kognitif ... 16

3. Teori Belajar Konstruktivistik ... 17

D. Kinerja Guru... 18

E. Metode Pembelajaran ... 21

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 21

2. Macam-macam Metode Pembelajaran ... 22

F. MetodeCard Sort... 23

1. Pengertian MetodeCard Sort ... 23

2. Langkah Pembelajaran MetodeCard Sort... 24

3. Kelebihan dan Kekurangan MetodeCard Sort ... 25

G. Kerangka Pikir ... 26

H. Penelitian yang Relevan ... 27


(14)

v BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 29

B.SettingPenelitian ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 31

D. Alat Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 33

F. Prosedur Penelitian ... 38

G. Indikator Keberhasilan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri Gunung Pasir Jaya ... 46

B. Hasil Penelitian ... 47

1. Siklus I... 48

2. Siklus II ... 64

3. Siklus III ... 77

4. Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I-III ... 89

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

1. Kinerja Guru ... 94

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 95

3. Hasil Belajar Siswa ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA. ... 100


(15)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data nilai hasil belajar IPS mid semester ganjil

kelas IV SD Negeri Gunung Pasir Jaya TP. 2014/2015 ... 3

2. Aspek penilaian kinerja guru ... 32

3. Aspek penilaian aktivitas belajar ... 32

4. Rubrik penskoran kinerja guru ... 34

5. Kategori penilaian kinerja guru ... 34

6. Rubrik penskoran aktivitas belajar siswa ... 35

7. Kategori persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal ... 36

8. Pedoman ketuntasan hasil belajar siswa ... 36

9. Kategori persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal... 37

10. Nilai kinerja guru siklus I... 54

11. Nilai aktivitas belajar siswa perindikator siklus I ... 56

12. Persentase hasil belajar siswa siklus I... 58

13. Nilai kinerja guru siklus II ... 69

14. Nilai aktivitas belajar siswa perindikator siklus II... 71

15. Persentase hasil belajar siswa siklus II ... 73

16. Nilai kinerja guru siklus III... 83

17. Nilai aktivitas belajar siswa perindikator siklus III ... 85

18. Persentase hasil belajar siswa siklus III ... 87

19. Rekapitulasi nilai kinerja guru ... 89

20. Rekapitulasi persentase aktivitas belajar siswa klasikal ... 91


(16)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kompetensi guru ... 20

2 Kerangka pikir penelitian ... 27

3 Alur siklus PTK ... 30

4 Peningkatan nilai kinerja guru ... 90

5 Peningkatan persentase aktivitas belajar siswa ... 91


(17)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 104

2. Perangkat Pembelajaran ... 110

3. Kinerja Guru... 155

4. Aktivitas Siswa ... 173

5. Hasil Belajar ... 187


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap manusia, dari lahir sampai manusia kembali pada penciptanya. Pendidikan termasuk hal penting yang harus ditingkatkan untuk turut menentukan keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki seseorang agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, sehat, berilmu, mandiri, dan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Pendidikan dilaksanakan dalam rangka membantu siswa menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi kemanusiannya melalui suasana dan proses pembelajaran. Siswa sebagai makhluk sosial tentu memiliki kemampuan bereksistensi. Kemampuan bereksistensi yang baik dapat membuat siswa bersosialisasi dengan baik di lingkungan masyarakat, kemudian menjadi seseorang yang dapat membangun bangsa dan negaranya. Kemampuan bereksistensi dalam bermasyarakat perlu dibina melalui pendidikan. Tirtarahardja dan La Sulo (2005: 6) mengemukakan bahwa peserta didik diajar agar belajar dari pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan dan peristiwa, belajar melihat prospek masa depan dan sesuatu, serta mengembangkan daya imajinasi kreatif sejak dari masih kanak-kanak.


(19)

2

Pendapat tersebut menggambarkan kemampuan bereksistensi siswa dapat dibina melalui pendidikan, yaitu belajar dari pengalaman, melihat peristiwa dan peluang di masa depan.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1f berbunyi bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat mata pelajaran IPS (Depdiknas, 2003: 16). Lebih lanjut, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menjelaskan bahwa melalui mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Depdiknas, 2006: 175).

Undang-undang dan Permendiknas di atas menjelaskan bahwa IPS sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan bereksistensi seseorang. IPS dirancang untuk meningkatkan kemampuan eksistensi peserta didik sebagai makhluk sosial agar menjadi bagian masyarakat yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis keadaan yang terjadi di lingkungan sosialnya dalam mengahadapi kehidupan masyarakat yang dinamis. Belajar IPS dapat membentuk sikap, kepribadian yang baik serta kemampuan menyesuaikan diri seseorang dengan lingkungan sosialnya.

Yani (2012: 22), pencapaian tujuan pembelajaran IPS sebagaimana tertera dalam dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu diciptakan suatu kondisi atau lingkungan yang sekolah kondusif. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif perlu adanya peran dari guru, siswa, sekolah, orang tua, maupun lingkungan belajar siswa.


(20)

3

Menindaklanjuti uraian di atas, pada tanggal 3–4 Desember 2014 peneliti melakukan survei di SD Negeri Gunung Pasir Jaya. Hasil wawancara dengan guru tentang hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Gunung Pasir Jaya diperoleh data bahwa mata pelajaran terendah adalah IPS. Kelas IV di SD Negeri Gunung Pasir Jaya terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas IV A, IV B, dan IV C. Data awal hasil belajar IPS kelas IV adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Data nilai hasil belajar IPS mid semester ganjil kelas IV SD Negeri Gunung Pasir Jaya TP. 2014/2015

No Nilai Kategori IV A IV B IV C

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 < 66 Belum tuntas 14 51,85% 12 44,44% 12 46,15%

2 ≥ 66 Tuntas 13 48,15% 15 55,56% 14 53,85%

Jumlah 27 100% 27 100% 26 100%

Sumber: Dokumentasi SD Negeri Gunung Pasir Jaya (2014)

Tabel 1 di atas menggambarkan bahwa kelas IV yang memiliki hasil belajar paling rendah pada mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 adalah kelas IV A. Jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 13 orang atau 48,15% dari 27 siswa dengan KKM yang ditetapkan adalah 66, hal tersebut belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

Peneliti kemudian melakukan observasi di kelas IV A, dan memperoleh keterangan bahwa aktivitas belajar siswa masih tergolong pasif atau rendah. Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru, dan siswa masih terlihat pasif saat diminta mengungkapkan pendapat. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya disebabkan oleh beberapa hal. Hal tersebut di


(21)

4

antaranya adalah guru masih kesulitan dalam menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga kurang siswa antusias dan guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif.

Menindaklanjuti data di atas, dibutuhkan metode yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar dan mudah dilaksanakan guru untuk mengajarkan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran IPS. Salah satu metode yang dinilai tepat mengatasi masalah di atas adalah metode card sort. Metode card sort dapat membuat anak aktif dalam pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Zaini (2008: 50) bahwa metode card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang obyek atau me-review informasi.

Syaharuddin dalam Zaif (2012: 1) menjelaskan bahwa metode card sort dengan menggunakan media kartu dalam praktik pembelajaran akan membantu siswa dalam memahami pelajaran dan menumbuhkan motivasi mereka dalam pembelajaran, sebab dalam penerapan metode card sort guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswanya dalam pembelajaran, sementara siswa belajar secara aktif dengan fasilitas dan arahan dari guru. Metode card sort dinilai tepat untuk dilaksanakan pada pembelajaran IPS karena materi IPS berisi tentang konsep dan fakta. Melalui pembelajaran yang menggunakan metode card sort diharapkan siswa dapat aktif dalam pembelajaran dan lebih mudah memahami materi yang diberikan sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.


(22)

5

Metode card sort pernah diterapkan oleh guru kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya, namun belum dilaksanakan secara maksimal. Masalah yang muncul adalah karena guru belum memahami secara jelas langkah-langkah pembelajaran dengan metode card sort yang harus dilaksanakan. Dampaknya adalah aktivitas siswa masih pasif dalam pembelajaran dan tujuan pembelajaran belum tercapai, sehingga hasil belajar siswa masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya melalui penggunaan metodecard sort.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah sebagai berikut.

1. Siswa kurang antusias memperhatikan penjelasan guru. 2. Siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru.

3. Siswa masih terlihat pasif saat diminta mengungkapkan pendapat.

4. Guru belum memahami secara jelas langkah-langkah metode card sort yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran.

5. Guru belum maksimal menggunakan metode card sort dalam pembelajaran.

6. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru, sehingga siswa menjadi pasif.


(23)

6

7. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya.

8. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya, yaitu jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 13 orang atau 48,15% dari 27 orang siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan metode card sort untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya?

2. Bagaimanakah penerapan metode card sort untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis dan mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan metode card sort pada mata pelajaran IPS di kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya.

2. Menganalisis dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan metode card sortpada mata pelajaran IPS kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya.


(24)

7

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Siswa

Melalui penerapan metode card sort siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya.

2. Guru

Guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan evaluasi, menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan metode card sort dengan tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajarn IPS siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya.

3. Sekolah

Memberikan sumbangan yang berguna dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan metode card sort pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya. 4. Peneliti

Penelitian ini dapat memotivasi peneliti dalam meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam menggunakan metode pembelajaran, sehingga diharapkan dapat tercipta guru yang profesional.

5. Keilmuan Ke-PGSD-an

Penelitian ini dapat dijadikan referensi metode pembelajaran yang bisa diterapkan dalam kelas sehingga meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di bidang ke-SD-an.


(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

IPS merupakan suatu bidang ilmu yang mengkaji tentang masyarakat dan kehidupannya. Supriatna (2007: 4) mengemukakan bahwa pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Sapriya dkk. (2007: 3) menjelaskan IPS berusaha mengintegrasikan bahan/materi dari cabang-cabang ilmu dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat keliling.

Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menjadi suatu mata pelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk dapat menjawab masalah-masalah mendasar tentang individu, masyarakat, pranata sosial, problem sosial, perubahan sosial, dan kehidupan masyarakat berbangsa, dari waktu ke waktu (Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).

Pengertian IPS berdasarkan Permendiknas tersebut dapat diartikan sebagai bidang ilmu yang memusatkan kajiannya pada aktivitas manusia dan kehidupannya di masyarakat, serta masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitarnya. IPS mengantarkan siswa untuk dapat mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.


(26)

9

Penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa IPS merupakan bidang ilmu yang mengkaji tentang aktivitas manusia dan mengintegrasikan materi dari cabang-cabang ilmu dengan menampilkan masalah sehari-sehari di sekitar masyarakat. IPS dapat mengajarkan kepada siswa tentang pemecahan masalah sosial di sekelilingnya.

2. Karakteristik IPS

Setiap bidang ilmu memiliki karakteristik tersendiri yang mencirikan bidang ilmu tersebut. Begitu juga dengan IPS yang memiliki karakteristik. Somantri dalam Supriatna dkk. (2007: 5) bahwa:

karakteristik IPS disebut sebagai suatu synthetic disciplines karena pendidikan IPS bukan hanya harus mampu mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, melainkan juga tujuan pendidikan dan pembangunan serta masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat pun–yang sering disebut dengan ipoteksosbudhankam–akan menjadi pertimbangan bahan pendidikan IPS.

Supriatna dkk. (2007: 6) mengemukakan bahwa karakteristik dari pendidikan IPS adalah pada upayanya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan di antara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa. Hal tersebut dapat dibangun melalui perasaan yang terbentuk dalam diri seseorang yang menghargai terhadap segala perbedaan, baik pendapat etnik, agama, kelompok, budaya, dan sebagainya. Oleh karena itu pendidikan IPS


(27)

10

memiliki tanggung jawab untuk dapat melatih siswa dalam membangun sikap yang demikian.

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Setiap pembelajaran tentu memiliki tujuan, begitupun dengan pembelajaran IPS. Hakikat IPS menurut pendapat Susanto (2014: 138) adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya.

Chapin dalam Sapriya (2007: 10) mengidentifikasi tujuan pembelajaran IPS adalah sebagai berikut.

a. Membina pengetahuan siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan di masa yang akan datang.

b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk mencari dan mengolah/memproses informasi.

c. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap (value) demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial.

Yani (2012: 22) mengemukakan tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan.


(28)

11

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Uraian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa tujuan akhir pembelajaran IPS adalah agar siswa dapat mengembangkan potensi sosial yang ada dalam dirinya guna meningkatkan kemampuan bersosialisasi sebagai warga negara di masyarakat.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Kegiatan utama di sekolah adalah belajar. Amri (2013: 24) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar menurut Gagne dalam Komalasari (2010: 2) adalah sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecendrungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenisperformance(kinerja). Pendapat tersebut memandang belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang muncul akibat adanya interaksi.


(29)

12

Suwarjo (2008: 14) mengemukakan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau membangun pemahaman sebagai dasar untuk pemenuhan bekal hidup dalam menghadapi tantangan pada masa yang akan datang. Kemudian Suyono dan Hariyanto (2013: 9) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Kedua ahli tersebut berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan atau aktivitas untuk memperoleh pemahaman dan meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian yang selanjutnya digunakan untuk bekal hidup di masa depan.

Beberapa uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan maupun proses perubahan tingkah laku yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku sikap dan mengokohkan kepribadian guna meningkatkan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja yang akan digunakan untuk masa depan.

2. Aktivitas belajar

Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan segala sesuatu yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Kunandar (2010: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian,


(30)

13

dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Kegiatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, dan perbuatan dalam proses pembelajaran diarahkan oleh guru agar siswa melakukan aktivitas sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Hanafiah dan Cucu (2010: 23) mengemukakan bahwa proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat tersebut menggambarkan bahwa proses aktivitas siswa harus melibatkan jasmani dan rohani dari siswa yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotornya.

Pendapat yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan siswa dalam proses belajar, baik secara fisik maupun mental. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang berpengaruh dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Penilaian aktivitas dalam penelitian ini dilaksanakan dengan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Adapun indikator yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini adalah (a) siswa memperhatikan penjelasan guru, (b) siswa bertanya kepada guru, (c) siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru, (d) siswa bekerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok, (e) siswa menyampaikan pendapat


(31)

14

berdasarkan hasil diskusi kelompoknya, dan (f) siswa menyimpulkan pembelajaran bersama dengan guru.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diberikan guru setelah aktivitas belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sutikno (2014: 180) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran yang telah ditempuhnya.

Bloom dalam Hanafiah dan Cucu (2010: 20) mengemukakan bahwa perubahan perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan Kunandar (2010: 277) mengemukakan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif. Melalui hasil belajar dapat diketahui seberapa besar tingkat pencapaian keberhasilan dari tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan perilaku siswa dalam belajar yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah melakukan proses belajar. Dari hasil belajar dapat diketahui tingkat pencapaian keberhasilan siswa dari tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan.


(32)

15

C. Teori-teori Belajar

Teori belajar merupakan suatu konsep belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya. Seperti yang dikemukakan oleh Cahyo (2013: 20) bahwa teori belajar dapat diartikan sebagai konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen.

Teori belajar yang sering digunakan dalam pendidikan adalah teori behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing teori tersebut.

1. Teori Belajar Behavioristik

Behavioristik merupakan suatu studi yang mengaji tentang kelakuan manusia. Teori belajar behavioristik memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respon, yaitu proses manusia untuk memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar. Salah satu penganut paham belajar behavioristik, Torndike dalam Cahyo (2013: 27) menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut.

Hamalik (2011: 39) mengungkapkan bahwa dalam teori bahavioristik, belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Dengan memberikan stimulus maka siswa akan merespon. Hubungan antara stimulus dan respon ini yang akan menimbulkan kebiasaan dalam belajar. Pada dasarnya


(33)

16

kelakuan anak terdiri dari respon-respon tertentu terhadap stimulus yang diterimanya.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori behavioristik memandang belajar sebagai suatu perubahan perilaku manusia yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada dorongan atau kebutuhan yang jelas dari pihak guru maupun siswa.

2. Teori Belajar Kognitif

Teori kognitif memandang tingkah laku dan kegiatan setiap orang dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri dan lingkungannya. Seperti yang dikemukakan Winataputra (2008: 3.4) bahwa teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan lingkungan psikologisnya merupakan faktor-faktor yang kait-mengait.

Prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dalam Winataputra (2008: 3.9) dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran. 2. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan

kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, di samping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya.

3. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu.


(34)

17

Selama perkembangannya ada empat model teori kognitif yang berpengaruh dalam dunia pendidikan, yaitu (1) model belajar penemuan (Bruner), (2) model belajar bermakna (Ausubel), (3) model pemrosesan informasi (Gagne), dan (4) model perkembangan intelektual (Jean Piaget).

3. Teori Belajar Konstruktivistik

Teori belajar konstruktivistik memandang belajar sebagai proses membangun dan mengembangkan pengetahuan melalui kegiatan pengaitan pengetahuan yang dimiliki dengan pengalaman yang didapat saat belajar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cahyo (2013: 34) bahwa belajar menurut konstruktivistik adalah suatu proses mengasimilasi dan mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.

Hakikat pembelajaran konstruktivistik, sebagaimana diungkapkan oleh Brooks J.G. & Brooks M.G. dalam Cahyo (2013: 30) bahwa pengetahuan adalah non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi.

Penjelasan teori-teori di atas, diketahui bahwa pandangan tentang belajar berubah-ubah dari waktu ke waktu. Teori konstruktivistik berpendapat bahwa pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus


(35)

18

dikontruksikan sendiri oleh siswa tersebut. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang menyediakan stimulus berupa strategi pembelajaran, bimbingan, dan bantuan saat siswa mengalami kesulitan belajar, atau menyediakan media dan materi pembelajaran agar siswa tertarik untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi bermakna, hingga pada akhirnya siswa mampu mengontruksi sendiri pengetahuannya.

Teori yang sesuai dengan pembelajaran menggunakan metode card sort berdasarkan penjelasan di atas adalah teori kontruktivistik. Teori belajar kontruktivistik menuntut siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri dan guru sebagai fasilitator. Guru bertugas memberikan pengetahuan yang dibutuhkan siswa sekaligus membangun pengetahuannya dari proses pembelajaran yang dilaksanakan.

D. Kinerja Guru

Setiap individu yang diberi tugas dalam bekerja diharapkan memiliki kinerja yang baik dan memuaskan, serta memberikan kontribusi secara maksimal untuk mencapai tujuan tertentu. Sulistyorini dalam Saondi (2012: 20) mengemukakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Begitupun dengan guru yang dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dalam pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

Guru merupakan komponen yang sangat berperan penting dalam pelaksanaan suatu pembelajaran. Sanjaya dalam Susanto (2014: 32)


(36)

19

menjelaskan bahwa guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Guru turut menentukan keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Saondi (2012: 21) mengemukakan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Pembelajaran yang unggul memerlukan guru yang memiliki kinerja yang baik dan profesional. Hanafiah dan Cucu (2010: 103) mengungkapkan bahwa guru yang profesional harus memiliki (1) profesionalitas, yaitu sikap mental merasa bangga dan komitmen terhadap pekerjaannya; dan (2) profesionalisme, yaitu sikap mental untuk komitmen terhadap kinerja bermutu sesuai standar yang diharapkan baik sisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Guru yang profesional memiliki prestasi dan kemampuan yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Prestasi dan kemampuan guru ini disebut kinerja guru. Hal tersebut didukung oleh pendapat Susanto (2014: 29) bahwa kinerja guru dapat diartikan sebagai prestasi, hasil atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran. Guru sebagai perancang perubahan perilaku siswa dan sekaligus sebagai model panutan bagi siswanya dituntut memiliki kompetensi guru yang baik.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 menyebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3)


(37)

20

kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial (Permendiknas, 2005: 21). Keempat kompetensi tersebut dapat digambarkan dalam gambar berikut.

Gambar 1. Kompetensi guru Sumber: Hanafiah dan Cucu (2010: 103)

Uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa kinerja guru merupakan kemampuan yang dicapai oleh guru dalam pengajaran yang juga sebagai penentu keberhasilan hasil belajar siswa. Apabila kinerja guru baik, tentunya besar kemungkinan keberhasilan belajar siswa akan tinggi. Untuk mencapai

Pemahaman peserta didik, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, serta pengembangan peserta didik.

1. aspek potensi peserta didik; 2. teori belajar dan

pembelajaran, strategi, kompetensi dan isi, serta merancang pembelajaran; 3. menata latar dan

melaksanakan;

4. asesmen proses dan hasil; 5. pengembangan akademik dan

non-akademik Pedagogik Komunikasi dan bergaul dengan peserta didik, kolega, dan masyarakat.

Menarik, empati, kolaboratif, suka menolong, menjadi panutan, komunikatif, dan kooperatif. Sosial

Menguasai keilmuan bidang studi dan langkah kajian kritis pendalaman isi bidang studi.

1. paham materi, struktur, konsep, metode keilmuan, yang menaungi, menerapkan dalam kehidupan sehari-hari; 2. metode pengembangan ilmu,

telaah kritis, kreatif, dan inovatif terhadap bidang studi. Profesional

Mantap dan stabil, dewasa, arief, berwibawa, dan akhlak mulia.

1. norma hukum dan sosial, rasa bangga, konsisten dengan norma;

2. mandiri dan etos kerja; 3. berpengaruh positif dan

disegani;

4. norma religius dan diteladani; 5. jujur.


(38)

21

kinerja guru yang baik guru harus memiliki empat kompetensi guru, yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

E. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan cara yang tepat dan dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Cara yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran disebut dengan metode pembelajaran. Menurut Sutikno (2014: 33-34), metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “pembelajaran” berarti segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Metode pembelajaran berarti cara yang digunakan pendidik agar terjadi proses belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Cara tersebut termasuk dari perencanaan, pelaksanaan, sampai penilaian yang akan dilaksanakan.

Suyono dan Hariyanto (2013: 19) bahwa metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Lebih lanjut, Sutikno (2014: 34) mengungkapkan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan.


(39)

22

Penjelasan dari uraian di atas bahwa metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sampai dengan pemilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan dalam upaya mencapai suatu tujuan pembelajaran.

2. Macam-macam Metode Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran tentu akan lebih baik jika menggunakan metode yang bervariasi. Menurut Hosnan (2014: 220) di dalam pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif terdapat beberapa metode yang dapat diterapkan, yaitu sebagai berikut.

a. Everyone is a teacher here(setiap peserta didik adalah guru). b. Active debate(debat aktif) di antara siswa.

c. Index card match(mencari pasangan kartu tanya jawab). d. Jigsaw learning (belajar melalui tukar delegasi antar

kelompok).

e. Role play(bermain peran) di bawah bimbingan guru.

f. Writing in the here and now (menulis pengalaman secara langsung).

g. Reading aloud(strategi membaca dengan keras).

h. The power of two or four (menggabungkan dua atau empat kekuatan).

i. Information search(mencari informasi).

j. Point-counterpoint(beradu pandangan sesuai perspektif). k. Reading guide(membaca terbimbing).

l. Debat berantai.

m.Listening team(tim pendengar). n. Team quiz(pertanyaan kelompok).

o. Small group discussion(diskusi kelompok kecil). p. Card sort(menyortir kartu).

q. Gallery walk(pameran berjalan).

Terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Masing-masing metode tentu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran,


(40)

23

pelaksanaannya disesuaikan dengan materi maupun keadaan dalam kelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode card sort, yang dinilai tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sesuai dengan masalah yang telah dijabarkan.

F. MetodeCard Sort

1. Pengertian MetodeCard Sort

Pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran akan memudahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dinilai dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode card sort. Silberman (2006: 169) mengemukakan metode card sort merupakan aktivitas yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Gerak fisiknya yang ada di dalamnya dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa penat. Hosnan (2014: 222) menyatakan bahwa metode card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.

Zaini (2008: 50) mengungkapkan bahwa card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang obyek atau me -review informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam metode ini dapat membantu menyegarkan suasana kelas yang jenuh.

Penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa metode card sort merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan konsep,


(41)

24

klasifikasi, fakta, tentang obyek atau mengingatkan kembali informasi yang sudah didapat. Metode ini dinilai cocok untuk dilaksanakan dalam pembelajaran IPS, karena cakupan materi dalam IPS berupa konsep dan fakta.

2. Langkah-langkah Pembelajaran MetodeCard Sort

Pembelajaran akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila metode yang digunakan dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat. Hosnan (2014: 222) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran metodecard sortadalah sebagai berikut.

a. Masing-masing siswa diberikan kartu indeks yang berisi materi pelajaran. Kartu indeks dibuat berpasangan berdasarkan definisi, katagori/kelompok, misalnya kartu yang berisi aliran empiris dengan kartu pendidikan ditentukan oleh lingkungan dan lain-lain. Semakin banyak siswa, semakin banyak pula pasangan kartunya.

b. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang dipegangnya memiliki kesamaan definisi atau kategori. c. Agar situasi agak seru, dapat diberikan hukuman bagi siswa

yang melakukan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama.

d. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi terjadi.

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode card sortdalam Sandra (2012: 22-23) adalah sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan kartu kata berisi tentang materi pokok sesuai SK atau KD mapel (Catatan: perkirakan jumlah kartu kata sama dengan jumlah murid di kelas, isi kartu kata terdiri dari kartu induk atau topik utama dan kartu rincian).

b. Seluruh kartu diacak agar campur.

c. Bagikan kartu kepada siswa dan pastikan masing-masing memperoleh satu kartu (boleh dua kartu).


(42)

25

d. Perintahkan setiap siswa bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada kawan sekelasnya.

e. Kartu induk di pegang siswa yang di tunjuk guru untuk menjadi tutor sebaya.

f. Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, perintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya di papan secara urut.

g. Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya.

h. Mintalah salah satu penanggungjawab kelompok untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian mintalah komentar dari kelompok lainnya.

i. Berikan apresiasi setiap hasil kerja siswa

j. Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut.

Kedua langkah-langkah pembelajaran menggunakan metodecard sort di atas dapat diketahui langkah-langkah yang lebih rinci adalah langkah-langkah yang dijabarkan oleh Sandra. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode card sort menurut Sandra yang dinilai lebih rinci diharapkan guru lebih mudah dalam menerapkannya. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran metodecard sortyang dijabarkan oleh Sandra.

3. Kelebihan dan Kekurangan MetodeCard Sort

Setiap metode yang digunakan dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan metodecard sort. Namun dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan metode tersebut hendaknya guru dapat mengoptimalkan kelebihan dan meminimalisir kekurangannya. Kelebihan dan kekurangan metode card sort dalam Sandra (2012: 23) adalah sebagai berikut.


(43)

26

a. Kelebihan MetodeCard Sort

1) Siswa lebih mudah menguasai materi pelajaran. 2) Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

3) Siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah yang terkait dengan materi pokok.

4) Siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran.

5) Siswa bisa mandiri, berlatih tanggung jawab atas kartu yang dipegang. 6) Menumbuhkan sikap kerja sama antar siswa.

b. Kekurangan MetodeCard Sort

1) Dibutuhkan keterampilan guru dalam menerapkancard sort.

2) Siswa harus paham terhadap materi yang diajarkan untuk menjodohkan kartu yang sesuai dengan harapan.

3) Guru harus memperhatikan setiap aktivitas siswa.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan metode card sort. Kelebihannya dapat digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran dan kekurangan tentunya akan diminimalkan agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

G. Kerangka Pikir

Kerangka pikir digunakan untuk membantu peneliti memusatkan hubungan antar variabel yang telah dipilih dalam penelitiannya. Kerangka pikir dari penelitian ini berupa input (kondisi awal), tindakan, dan output (kondisi akhir). Kondisi awal berupa hasil observasi yang menjadi sebab dilakukannya penelitian ini adalah terdapat masalah saat pembelajaran berlangsung, yakni (1) siswa kurang antusias memperhatikan penjelasan guru, (2) siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru, (3) siswa masih terlihat pasif saat diminta mengungkapkan pendapat, (4) guru belum memahami secara jelas langkah-langkah metode card sort yang harus dilaksanakan, (5) guru belum maksimal menggunakan metode card sort dalam pembelajaran, (6) proses


(44)

27

pembelajaran masih didominasi oleh guru, sehingga siswa menjadi pasif, (7) rendahnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya, dan (8) rendahnya hasil belajar siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya.

Oleh karena itu, peneliti akan melakukan perbaikan dengan menerapkan metode card sort sebagai langkah tindakan. Metode card sort merupakan pembelajaran dengan kegiatan menyortir kartu konsep dan informasi agar menjadi suatu informasi yang tepat. Metode ini menuntut siswa untuk aktif selama kegiatan pembelajaran. Sehingga diharapkan pada kondisi akhir penelitian ini, aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat. Secara sederhana kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Kerangka pikir penelitian H. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2013) bahwa dengan menggunakan metode card sort pada pembelajaran IPS dapat

Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir

Aktivitas dan hasil belajar siswa rendah.

Guru

menerapkan metodecard sort.

Aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat

memenuhi indikator keberhasilan.


(45)

28

meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa kelas V di MI Muhammadiyah Tejobang Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Hasil penelitian Purna Sandra (2012) bahwa penerapan metode card sort dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan materi Tajwid pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

Kedua penelitian di atas cukup relevan karena kedua penelitian mengungkapkan keefektifan penerapan metode card sort dalam pembelajaran, yang dapat dijadikan dasar melakukan penelitian mengenai metodecard sortlebih lanjut.

I. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian tindakan kelas yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian di atas, yaitu apabila menerapkan metodecard sortpada pembelajaran IPS di kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.


(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardhani, dkk. (2007: 1.3) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas. Sependapat dengan hal tersebut, Aqib (2010: 3) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa daur (siklus). Setiap siklusnya terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus dalam penelitian tindakan ini dilakukan sampai tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai. Sesuai dengan pendapat Wardhani, dkk., (2007: 2.4) bahwa setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.

Adapun daur siklus dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai berikut.


(47)

30

Gambar 3. Alur siklus PTK

Sumber: Modifikasi Wardhani, dkk. (2007: 2.4). B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah 1 orang guru dan siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya dengan jumlah 27 siswa yang terdiri dari 14 laki-laki dan 13 perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur.

Perencanaan III Perencanaan I

SIKLUS I

Pengamatan I

Pelaksanaan I Refleksi I

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II

Pelaksanaan II Refleksi II

SIKLUS III

Pengamatan III

Pelaksanaan III Refleksi III


(48)

31

3. Waktu Penelitian

Penilitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan (Desember 2014 sampai dengan Juni 2015) dimulai dari perencanaan hingga pelaporan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes dan tes.

1. Teknik Non Tes

Teknik non tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi. Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.

2. Teknik Tes

Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa bentuk soal. Hasil tes ini diperoleh data kuantitatif yang kemudian digunakan untuk dapat mengukur hasil belajar siswa.

D. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut.

1. Lembar observasi digunakan untuk melihat dan mengukur tingkat kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan cara memberikan skor sesuai dengan panduan penskoran yang disediakan. Terdapat


(49)

32

beberapa aspek yang dinilai dalam kinerja guru, masing-masing aspek memiliki beberapa poin yang dapat dilihat lebih rinci pada IPKG halaman 152. Berikut ini adalah aspek yang diamati pada kinerja guru.

Tabel 2. Aspek penilaian kinerja guru

No Aspek yang diamati

1 Pra pembelajaran 2 Membuka pelajaran

3 Kegiatan Inti Pembelajaran 4 Penguasaan materi pembelajaran 5 Penggunaan metode card sort

6 Pemanfaatan media dan sumber belajar 7 Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran 8 Penilaian proses dan hasil belajar (evaluasi) 9 Penggunaan bahasa

10 Penutup pembelajaran

Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa terdapat pada halaman 154. Aktivitas belajar yang dinilai dalam penelitian ini terdapat enam aspek, yaitu sebagai berikut.

Tabel 3. Aspek penilaian aktivitas belajar

No Aspek

Penilaian Indikator

1 A Memperhatikan penjelasan guru 2 B Bertanya kepada guru maupun teman 3 C Menjawab pertanyaan yang diberikan guru 4 D Bekerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok 5 E Menyampaikan pendapat berdasarkan hasil

diskusi kelompoknya

6 F Menyimpulkan pembelajaran bersama dengan guru

Sumber: Kunandar (2010: 276).

2. Soal tes (pilihan ganda dan uraian) digunakan untuk mengukur dan melihat hasil belajar siswa mengenai pemahaman siswa terhadap materi


(50)

33

pembelajaran dan ketercapaian indikator pembelajaran dengan metode card sort. Indikator-indikator yang akan diujikan setiap siklusnya terlampir pada perangkat pembelajaran (halaman 110).

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran.

a. Kinerja Guru

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus berikut:

Keterangan:

N : nilai yang dicapai/diharapkan R : skor yang diperoleh guru SM : skor maksimum ideal 100 : bilangan tetap

Sumber: Purwanto (2007: 102).

Panduan dalam penskoran kinerja guru menggunakan rubrik sebagai berikut.


(51)

34

Tabel 4. Rubrik penskoran kinerja guru

No Skor Kategori Rubrik

1 5 Sangat baik Dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru, guru terlihat professional 2 4 Baik Dilaksanakan dengan baik oleh guru,

guru terlihat menguasai.

3 3 Cukup baik Dilaksanakan dengan cukup oleh guru, guru terlihat cukup menguasai 4 2 Kurang baik Dilaksanakan dengan kurang oleh

guru, guru terlihat kurang menguasai 5 1 Sangat kurang Tidak dilaksanakan oleh guru. Sumber: Poerwanti (2008: 7.8).

Sedangkan kategori penilaian kinerja guru dapat dilihat berdasarkan tabel berikut.

Tabel 5. Kategori penilaian kinerja guru

No Tingkat keberhasilan Kategori

1 ≥80% Sangat baik

2 60 – 79% Baik

3 40 – 59% Cukup baik

4 20 – 39% Kurang baik

5 <20% Sangat kurang

Sumber: Poerwanti (2008: 7.8). b. Aktivitas Belajar

Nilai tingkat pencapaian aktivitas belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

N : nilai yang dicapai/diharapkan S : skor yang diperoleh siswa


(52)

35

SM : skor maksimum ideal 100 : bilangan tetap

Sumber: Purwanto (2007: 102).

Penskoran dalam observasi aktivitas belajar siswa menggunakan rubrik sebagai berikut.

Tabel 6. Rubrik penskoran aktivitas belajar siswa

No Skor Kategori Rubrik

1 5 Sangat aktif

Dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sempurna, dan siswa terlihat sangat aktif.

2 4 Aktif

Dilaksanakan dengan baik oleh siswa, siswa melakukannya tanpa kesalahan, dan siswa terlihat aktif.

3 3 Cukup

aktif

Dilaksanakan dengan cukup baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sedikit

kesalahan, dan siswa terlihat cukup aktif. 4 2 Kurang

aktif

Dilaksanakan dengan kurang baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan banyak kesalahan, dan siswa terlihat kurang aktif. 5 1 Pasif Tidak dilaksanakan oleh siswa.

Sumber: Andayani, dkk. (2009: 73).

Sementara itu untuk menghitung persentase siswa aktif secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:

Sumber: Aqib, dkk. (2010: 41).

Persentase ketuntasan aktivitas belajar secara klasikal dapat dikategorikan berdasarkan tabel berikut ini.


(53)

36

Tabel 7. Kategori persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal

No Tingkat keberhasilan Kategori

1 ≥80% Sangat aktif

2 60 – 79% Aktif

3 40 – 59% Cukup aktif

4 20 – 39% Kurang aktif

5 <20% Pasif

Sumber: Aqib, dkk. (2010: 41). 2. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar siswa yang hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan oleh guru. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar siswa secara individual adalah sebagai berikut.

Keterangan:

N : nilai yang dicapai/diharapkan R : skor yang diperoleh siswa SM : skor maksimum ideal 100 : bilangan tetap

Sumber: Purwanto (2007: 102).

Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat menggunakan pedoman pada tabel berikut.

Tabel 8. Pedoman ketuntasan hasil belajar siswa

No Nilai Keterangan

1 ≥ 66 Tuntas


(54)

37

Sedangkan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:

Keterangan:

X : rata-rata hitung

X : jumlah nilai semua siswa

N : jumlah siswa

Sumber: Aqib, dkk. (2010: 40).

Sementara itu untuk menghitung persentase siswa tuntas secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.

Sumber: Aqib, dkk. (2010: 41).

Setelah diketahui persentase siswa tuntas secara klasikal kemudian digolongkan ke dalam kategori ketuntasan belajar siswa secara klasikal, yaitu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Kategori persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

No Tingkat Ketuntasan (%) Keterangan

1 >80 Sangat tinggi

2 60-79 Tinggi

3 40-59 Sedang

4 20-39 Rendah

5 <20 Sangat rendah


(55)

38

F. Prosedur Penelitian Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini guru membuat perencanaan untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan dengan menerapkan metode card sort. Berikut adalah langkah-langkah perencanaannya.

a. Menetapkan materi yang akan dilaksanakan. Materi pokok yang

dipilih, yaitu ”Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat” dengan fokus materi “Pengertian, Lambang, Manfaat dan Tujuan Koperasi”.

b. Menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan pada siklus I, yaitu pemetaan SK/KD, silabus, RPP, media, dan instrumen tes.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas belajar siswa saat pembelajaran dengan menerapkan metode card sort, serta pedoman untuk melihat kinerja guru.

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Guru membuka dengan salam, kemudian membimbing berdoa. 2) Guru mempersiapkan siswa untuk memulai pembelajaran. 3) Guru menyampaikan apersepsi:


(56)

39

b) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran.

c) Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

1) Guru menjelaskan secara umum konsep materi tentang pengertian, lambang, manfaat dan tujuan koperasi.

2) Siswa mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi pengertian, lambang, dan macam-macam koperasi yang sudah dijelaskan.

3) Siswa mendapatkan kartu dari guru yang telah diberi tulisan kata induk dan rincian tertentu secara acak.

4) Siswa bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada teman sekelasnya setelah mendapat perintah dari guru. 5) Setelah siswa menemukan kartu yang cocok dengan temannya,

siswa berkelompok.

6) Siswa membentuk kelompok dengan menunjuk ketua kelompoknya, kemudian menempelkan pada karton sehingga menjadi sebuah informasi dan melakukan diskusi kelompok. 7) Masing-masing kelompok melakukan persentasi atas informasi

yang didapatkan kelompoknya.

8) Guru memberi tanggapan terhadap jawaban peserta didik.

9) Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang hal yang sudah dipelajari.


(57)

40

10) Siswa mengerjakan tes secara individu, yang dikerjakan dan dikumpulkan pada saat itu juga untuk mengukur hasil belajar dan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

11) Guru bersama siswa melakukan pembenaran terhadap jawaban siswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.

2) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya hal yang belum dimengerti.

3) Guru memberi motivasi dan pesan moral.

4) Guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian tugas rumah. 5) Guru membimbing doa dan mengucapkan salam.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer bersamaan dengan proses pelaksanaan pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan observasi sebagai berikut.

a. Mengamati aktivitas siswa melalui lembar observasi aktivitas yang telah disiapkan (terlampir), untuk melihat peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.


(58)

41

b. Mengamati kinerja guru saat pembelajaran menggunakan lembar observasi yang telah disediakan dengan memberi skor untuk melihat peningkatannya (terlampir pada IPKG).

c. Mengamati kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran.

4. Refleksi

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, baik dari observasi maupun hasil tes siswa. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi dengan menganalisis kelemahan dan kelebihan yaitu dengan cara sebagai berikut. a. Menganalisis kinerja guru, untuk mengetahui sejauh mana guru

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat. b. Menganalisis hasil pengamatan aktivitas siswa, untuk mengetahui

sejauh mana siswa melibatkan diri dalam pembelajaran.

c. Menganalisis hasil belajar siswa, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa.

Refleksi dilakukan dengan melihat kelebihan dan kelemahan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kelebihan yang ditemukan akan dipertahankan dan kelemahan yang ada untuk bahan perbaikan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

Siklus II dilakukan setelah merefleksi kegiatan siklus I. Siklus II dilakukan dalam usaha peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang diharapkan lebih baik dari siklus I.


(59)

42

1. Perencanaan

Pada tahap ini guru bersama peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi siklus I. Tahap ini menetapkan materi yang akan dilaksanakan. Materi pokok sama dengan siklus I, yaitu ”Koperasi dan Kesejahteraan Rakyat” dengan fokus materi

“Macam-macam Koperasi dan Pentingnya Usaha Bersama dalam

Koperasi”. Menganalisis SK dan KD. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan pada siklus II. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi kinerja guru untuk melihat peningkatan yang terjadi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada siklus II dilakukan berdasarkan rencana pembelajaran yang dibuat dari hasil refleksi siklus I. Secara garis besar pelaksanaan pembelajaran siklus II terdiri dari kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan hasil refleksi siklus I, yaitu dengan memaksimalkan kelebihan dan meminimalisir kelemahan yang ada dalam pembelajaran sebelumnya.

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer bersamaan dengan proses pelaksanaan pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan observasi pada kinerja guru dan aktivitas siswa melalui lembar observasi yang telah disiapkan, untuk


(60)

43

melihat peningkatannya dalam proses pembelajaran. Observasi juga dilakukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi selama proses pembelajaran.

4. Refleksi

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, baik dari observasi maupun hasil tes siswa. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi dengan menganalisis kinerja guru, aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas. Melalui refleksi dapat dilihat kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran. Kelemahan yang masih ada diharapkan dapat diminimalisir dan kelebihan dapat lebih dimaksimalkan pada siklus selanjutnya.

Siklus III

Siklus III dilakukan dalam usaha peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang diharapkan lebih baik dari siklus II. Siklus III dilaksanakan setelah merefleksi kegiatan siklus II.

1. Perencanaan

Pada tahap ini guru bersama peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi siklus II. Langkah-langkah dalam perencanaan adalah menetapkan materi yang akan dilaksanakan. Materi pokok yang dipilih, yaitu ”Teknologi

Produksi, Komunikasi, dan Produksi” dengan fokus materi “Perkembangan Teknologi Produksi dan Komunikasi”. Kemudian


(61)

44

guru bersana peneliti menganalisis SK dan KD. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa pemetaan SK/KD, silabus, RPP, media, dan instrumen tes. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan kinerja guru.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pada siklus III dilakukan dengan melalui langkah-langkah yang telah disesuaikan dengan refleksi siklus II. Kegiatan pelaksaan siklus III terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaannya disesuaikan dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat sesuai dengan refleksi siklus II

3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Observer melakukan observasi terhadap kinerja guru untuk melihat ketercapaian dan aktivitas siswa untuk melihat sejauh mana siswa melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Kelemahan dan kelebihan dalam proses pembelajaran juga dapat dilihat melalui kegiatan observasi.

4. Refleksi

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, baik dari observasi maupun hasil tes siswa. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi dengan menganalisis peningkatan kinerja guru, hasil observasi aktivitas


(62)

45

siswa, dan hasil belajar siswa. Refleksi pada siklus III dilakukan dengan merefleksi kembali berhasil atau tidaknya penelitian yang dilakukan. Hasil refleksi menggambarkan tercapai tidaknya indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian.

G. Indikator Keberhasilan

Penelitian dengan menggunakan metode card sort dalam pembelajaran IPS ini dikatakan berhasil dilihat dari:

1. Adanya peningkatan persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran IPS di kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya setiap siklusnya.

2. Pada akhir penelitian, adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai ≥75% dari 27 siswa dengan KKM 66.


(63)

98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Adanya peningkatan nilai rata-rata kinerja guru pada setiap siklusnya membuktikan metode card sortmudah diterapkan oleh guru. Nilai rata-rata kinerja guru siklus I adalah 65,45% dengan kategori baik. Pada siklus II, nilai rata-rata kinerja guru sebesar 73,64% dengan kategori baik. Selanjutnya nilai rata-rata kinerja guru pada siklus III adalah 85,46% termasuk dalam kategori sangat baik.

2. Adanya peningkatan persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal di setiap siklusnya. Pada siklus I persentase aktivitas belajar klasikal adalah 59,26% dikategorikan cukup aktif. Selanjutnya, pada siklus II persentase aktivitas siswa meningkat menjadi 70,37% dikategorikan aktif. Pada siklus III persentase aktivitas siswa sebesar 85,19% dikategorikan sangat aktif. 3. Adanya peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal. Pada siklus I nilai

rata-rata klasikal adalah 64,59 dengan persentase ketuntasan 59,26% dikategorikan sedang. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata klasikal adalah 71,11 dengan persentase ketuntasan meningkat menjadi 74,07%


(64)

99

dikategorikan tinggi. Pada siklus III, nilai rata-rata klasikal adalah 77,19 dengan persentase ketuntasan meningkat menjadi 81,48% dikategorikan sangat tinggi.

Dengan demikian, penerapan metodecard sort pada pembelajaran IPS mudah diterapkan oleh guru sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan saran-saran dalam menerapkan metodecard sortsebagai berikut. 1. Siswa

Siswa aktif dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Siswa harus berani bertanya jika ada hal yang kurang dipahami, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

2. Guru

Guru dapat terus melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penerapan metode pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Guru juga dapat mengembangkan penggunaan metode card sort ini pada mata pelajaran lain.

3. Sekolah

Sekolah melaksanakan pemantauan dan lebih memberikan dukungan serta fasilitas bagi guru untuk dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran, demi mutu pendidikan yang lebih baik di sekolah.


(65)

100

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal dkk. 2010.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar. Diva Press. Jogjakarta.

Hamalik, Oemar. 2011.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Ghalia Indonesia. Bogor.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pers. Bandung.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sandra, Purma. 2012.Penguasaan Materi Tajwid dalam Pelajaran Baca Tulis

Al-Qur’an (Btq) Melalui Metode Card Sort Pada Siswa Kelas IV SDN


(66)

101

2011/2012. STAIN Salatiga. Semarang. Dapat diakses pada URL: http://eprints.stainsalatiga.ac.id/567/. Diakses pada tanggal 6 Januari 2015. Saondi, Ondi & Aris Suherman. 2012. Etika Profesi Keguruan. Refika Aditama.

Bandung.

Sapriya, dkk. 2007.Pengembangan Pendidikan IPS SD.UPI PRESS. Bandung. Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Nusamedia. Bandung.

Supriatna, Nana dkk. 2007.Pendidikan IPS di SD.UPI PRESS. Bandung.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana. Jakarta.

Sutikno, M. Sobry. 2014. Metode & Model-model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan.Holistica. Lombok.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Suyono & Hariyanto. 2013. Belajar dan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tim Penyusun. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Depdiknas. Jakarta.

. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

.Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

Tirtarahardja, Umar & S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Widyawati, Nurul Azizah. 2013. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Card Sort pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia Kelas V di MI Muhammadiyah Tejobang Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013. STAIN Salatiga.


(67)

102

Semarang. Dapat diakses pada URL: http://eprints.stainsalatiga.ac.id/567/. Diakses pada tanggal 6 Januari 2015.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar & Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yani, Ahmad. 2012.Modul Pembelajaran IPS.Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI. Jakarta.

Zaif, Anthony. 2012. Metode Card Sort. Dapat diakses pada URL: http://zaifbio.wordpress.com/2012/08/15/metode/card/sort/. Diakses pada 21 Juni 2014.

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.


(1)

yang ditetapkan dalam penelitian.

G. Indikator Keberhasilan

Penelitian dengan menggunakan metode card sort dalam pembelajaran IPS ini dikatakan berhasil dilihat dari:

1. Adanya peningkatan persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal dalam pembelajaran IPS di kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya setiap siklusnya.

2. Pada akhir penelitian, adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai ≥75% dari 27 siswa dengan KKM 66.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Adanya peningkatan nilai rata-rata kinerja guru pada setiap siklusnya membuktikan metode card sortmudah diterapkan oleh guru. Nilai rata-rata kinerja guru siklus I adalah 65,45% dengan kategori baik. Pada siklus II, nilai rata-rata kinerja guru sebesar 73,64% dengan kategori baik. Selanjutnya nilai rata-rata kinerja guru pada siklus III adalah 85,46% termasuk dalam kategori sangat baik.

2. Adanya peningkatan persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal di setiap siklusnya. Pada siklus I persentase aktivitas belajar klasikal adalah 59,26% dikategorikan cukup aktif. Selanjutnya, pada siklus II persentase aktivitas siswa meningkat menjadi 70,37% dikategorikan aktif. Pada siklus III persentase aktivitas siswa sebesar 85,19% dikategorikan sangat aktif. 3. Adanya peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal. Pada siklus I nilai

rata-rata klasikal adalah 64,59 dengan persentase ketuntasan 59,26% dikategorikan sedang. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata klasikal adalah 71,11 dengan persentase ketuntasan meningkat menjadi 74,07%


(3)

Dengan demikian, penerapan metodecard sort pada pembelajaran IPS mudah diterapkan oleh guru sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV A SD Negeri Gunung Pasir Jaya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan saran-saran dalam menerapkan metodecard sortsebagai berikut. 1. Siswa

Siswa aktif dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Siswa harus berani bertanya jika ada hal yang kurang dipahami, sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

2. Guru

Guru dapat terus melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penerapan metode pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Guru juga dapat mengembangkan penggunaan metode card sort ini pada mata pelajaran lain.

3. Sekolah

Sekolah melaksanakan pemantauan dan lebih memberikan dukungan serta fasilitas bagi guru untuk dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran, demi mutu pendidikan yang lebih baik di sekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal dkk. 2010.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar. Diva Press. Jogjakarta.

Hamalik, Oemar. 2011.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.Ghalia Indonesia. Bogor.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pers. Bandung.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sandra, Purma. 2012.Penguasaan Materi Tajwid dalam Pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an (Btq) Melalui Metode Card Sort Pada Siswa Kelas IV SDN Wonorejo 02 Kecamatan Pringapus Kab. Semarang Tahun Pelajaran


(5)

Sapriya, dkk. 2007.Pengembangan Pendidikan IPS SD.UPI PRESS. Bandung. Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Nusamedia. Bandung.

Supriatna, Nana dkk. 2007.Pendidikan IPS di SD.UPI PRESS. Bandung.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana. Jakarta.

Sutikno, M. Sobry. 2014. Metode & Model-model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan

Menyenangkan.Holistica. Lombok.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Suyono & Hariyanto. 2013. Belajar dan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tim Penyusun. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Depdiknas. Jakarta.

. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

.Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

Tirtarahardja, Umar & S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Widyawati, Nurul Azizah. 2013. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Card Sort pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia Kelas V di MI Muhammadiyah Tejobang Kecamatan Simo


(6)

Semarang. Dapat diakses pada URL: http://eprints.stainsalatiga.ac.id/567/. Diakses pada tanggal 6 Januari 2015.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar & Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yani, Ahmad. 2012.Modul Pembelajaran IPS.Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI. Jakarta.

Zaif, Anthony. 2012. Metode Card Sort. Dapat diakses pada URL: http://zaifbio.wordpress.com/2012/08/15/metode/card/sort/. Diakses pada 21 Juni 2014.

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar PKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe card sort di kelas III MI Al – Furqon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

1 3 108

Penerapan pembelajaran aktif metode card sort pada materi PAI dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Darul Ma'arif Jakarta Selatan

1 13 168

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 14

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas Iv SD Negeri 3 Keden Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 17

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI METODE STADPADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JETAK Peningkatan Aktivitas Belajar IPS Melalui Metode STAD Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jetak Kecamatan Wedarijaksa Tahun Ajaran 2013/2014.

0 0 16

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI METODE STADPADA SISWA KELAS IV SD NEGERI JETAK Peningkatan Aktivitas Belajar IPS Melalui Metode STAD Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jetak Kecamatan Wedarijaksa Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 19

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ips Melalui Metode Think Pair Share Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 01 Gantiwarno Kecamatan Matesih Kabupat

0 0 15

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE CARD SORT MATA PELAJARAN Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Metode Card Sort Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas IV Di SD Negeri Gondang 7 G

0 0 16

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE CARD SORT MATA PELAJARAN Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Metode Card Sort Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas IV Di SD Negeri Gondang 7 G

0 0 14

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH DENGAN Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ips Melalui Penerapan Metode Index Card Match Dengan Mengoptimalkan Media Power Point Pada Siswa Kelas VA SD Muhammadiyah

0 2 19