Uji Hipotesis II Pengujian Signifikansi Korelasi dengan Uji t
pendidikan diimplementasikan serta dapat dilihat manfaatnya, apakah suatu kebijakan pendidikan mampu dilaksanakan dan sejuhmana dapat dilaksanakan
serta apakah kebijakan tersebut telah memberi manfaaat sebagaimana tujuan dari ditetapkannya kebijakan.
Lahirnya kebijakan desentralisasi pendidikan merupakan goodwill pemerintah untuk memperbaiki kondisi pendidikan. Pada level daerah,
kebijakan-kebijakan pendidikan tidak lagi semata-mata ditentukan oleh pusat. Demikian juga kebijakan pendidikan pada level sekolah sampai dengan kelas.
Intinya kewenangan juga diberikan kepada penanggung jawab unit pelaksana sebagai pihak yang dianggap paling tahu kondisi dan kebutuhan pendidikan di
unit tersebut. Misalnya pada level daerah, kewenangan ada di tangan Dinas Pendidikan daerah tersebut, sedang pada unit sekolah, kewenangan ada pada
kepala sekolah beserta jajarannya dan di kelas adalah guru. Demikian juga dalam pelaksanaan kurikulum, dalam desentralisasi
kurikulum tidak kaku dengan berpatokkan pada petunjuk pelaksana maupun petunjuk teknis serta seragam untuk semua sekolah, melainkan kurikulum
bersifat lebih luwes sesuai dengan kebutuhan sekolahsiswa dan karakter daerah masing-masing. Selain itu dinamika kerja guru maupun civitas akademika
sekolah pada umumnya mendapat banyak kesempatan dan keleluasaan berpartisipasi. Kepala sekolah dan guru dapat membuat dan melakukan banyak
program yang dianggap sesuai dengan kebutuhan sekolah maupun peserta didik. Pelaksanaan desentralisasi dalam dunia pendidikan tidak berjalan dengan
lancar karena menemui banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satu
hambatan dalam pelaksanaan desentralisasi khususnya dalam pengertian otonomi di tingkat sekolah maupun di kelas adalah kebiasaan dari sistem lama
masih sanagat melekat. Budaya tinggal melaksanakan atau sebagai pelaksana yang telah melekat begitu lama menyebabkan kepala sekolah dan guru kurang
terampil dalam mengelola berbagai kewenanagan dan tanggung jawab yang dilimpahkan.
Seoarang kepala sekolah maupun guru yang selama ini bertindak berdasarkan intruksipetunjuk kemudian diserahi tugas dan tanggung jawab
tanpa petunjuk tetapi memberi kewenanagan padanya dalam melaksanakan tentu tidak gampang. Ada kebingungan mau dilaksankan dengan bagaimana dan ada
kekhawatiran jika tidak sesuai dengan harapan. Guru dan kepala sekolah tidak terbiasa memikirkan dan mencari cara maupun menyelesaikan persoalan-
persoalan sendiri, melainkan menyerahkan pada yang lebih berwenag. Maka saat kewenangan inti ada pada dirinya, maka tidak setiap guru maupun kepala
sekolah siap dan mampu melakukan. Ketidaksiapan dan ketidakmampuan tersebut bukan hal yang bersifat
permanen sehingga menjadi alasan pembenar bagi ditariknya kembali kewenanagan yang telah diberikan. Tetapi bersifat sementara karena perlu
adanaya pembiasaan dan peningkatan keterampilan dalam mengelola kewenanagan agar tidak terjadi kesewenang-wenangan ataupun kebingungan
sehingga dapat berjalan sesuai harapan. Karena itu dalam pelaksanaan desentralisasi masih berada dalam tahap
penyempurnaan, terlebih masih tarik-menarik kepentingan di antara pihak-pihak