Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru : survei pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

(1)

x

ABSTRAK

PENGARUH LAMA MENGAJAR

PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU

Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap

Maria Veronica Aci L. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009 di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap yang berjumlah 308 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 130 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru (ρ=0,518 > α = 0,05).


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF TEACHING EXPERIENCE DURATION TOWARDS TEACHERS’ EMOTIONAL QUOTIENT AND PROFESSIONALISM

A Survey on Private Senior High Schools and Vocational Schools in Kroya Sub-District, Cilacap

Maria Veronica Aci L. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

This study aims to examine the significance of teaching experience duration towards teachers’ emotional quotient and professionalism.

The study was conducted from May to July 2009 in private senior high schools and vocational schools in Kroya sub-district, Cilacap. The population was 308 private senior high schools and vocational schools teachers, while samples were 130 teachers. The method of gathering the data was questionnaire, while the data analysis was parallel regression method developed by Chow.

The result shows that the teaching experience duration doesn’t give any significant influence towards the teachers’ emotional quotient and professionalism correlation (ρ = 0,518 > α = 0,05).


(3)

PENGARUH LAMA MENGAJAR

PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL

DENGAN PROFESIONALITAS GURU

Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Maria Veronica Aci L. 031334023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010


(4)

(5)

(6)

™

Kupersembahkan karya ini untuk….

Bapak & Mamah….

Mbah Uti…..

My luvly sister Mba Ya, Mba We, Mba Lisa, Dede…

Aji Lentera Satoto…..


(7)

v

MOTTO

“ Biarlah Allah menjadi semakin besar dalam kemanusiaanku “

(Yoh 3 : 30)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil

melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan kita akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui,

dan kita tak akan mengetahui masa depan jika kita menunggu-nunggu.


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Maria Veronica Aci L.

Nomor Mahasiswa : 031334023

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH LAMA MENGAJAR

PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU

Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 19 April 2010

Yang menyatakan


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur terima kasih pada Tuhan Yesus Kristus & Bunda Maria atas kasihnya menunjukkan titik-titik terang dalam setiap kesulitan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “PENGARUH LAMA MENGAJAR PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU

”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini mendapatkan banyak masukan, kritik, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahua Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. Selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar membimbing dan penulis menyusun skripsi, memberikan kritik dan saran, masukan, semangat, serta bersedia meluangkan waktu untuk membimbing. Terima kasih banyak ya pak…

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. Selaku dosen tamu 1, yang telah memberikan masukan, saran dan kritikan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen tamu 2, yang telah


(11)

viii

7. Para dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak membantu dan memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.

8. Kepala Sekolah SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya, SMK Tamtama Kroya, dan segenap guru dan karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan telah banyak membantu dalam melaksanakan penelitian ini.

9. Bapak & Mamah, terima kasih ya Pa…Mah… untuk semuanya, maaf kuliahnya kelamaan.. tapi akhirnya aku bisa!!! Kalian akan slalu ada dalam doaku…. I Love You…

10.My Luvly sister Mba Ya, Mba We, Mba Lisa, Dede, makasih buat dukungan, semangat, cacian, kasih sayang, dan kebersamaan yang tidak ternilai di dunia dan planet manapun… kita harus selalu seperti ini sampai kita mati…

11.Mbah Uti, aku tau kau tersenyum bahagia di sana.. I love u granny… 12.Mas Yudi & Mba Wati…., Harley & Harleyna… yang membuatku slalu

pengen pulang.

13.Mas Aji & Keluarga, terima kasih atas dukungannya, aku senang bisa diterima dan berada ditengah kehangatan keluarga Klaten. Makasi ya ndud… nothin’s better than saying “thank you” for everything you gives… 14.Sahabat-sahabatku tercinta, sahabat di masa kecil, masa remaja, dan masa sekarang…. Ari, Lisa, Kristin, makasi ya ciiin semangat dan kebersamaan kita dari kepompong sampai kita jadi kupu-kupu.. metamorfosa sempurna… hahaha…. Untuk Veni, Deni dan Lia… walaupun Belanda sudah dekat tapi aku masi bisa lari kok… tuuu mereka masih dibelakang…hahaha..

15.My sister Krisna Indah, makasi ya mba atas dukungan, bantuan, masukan, tempat menuangkan dan mencari solusi setiap masalah, maaf aku sering merepotkan, ingetin lagi ya mba kalo jalanku melenceng.. hehehe…


(12)

16.Teman-temanku yang membuat hidupku jadi lebih berwarna : Ayu, Mba Fera (sori mba sering ngrepotin..), Galih, Ade, Adi, Krisna, Dewi, Uci, Rista, makasi yaaa semuanya…

17.Teman-temanku di PAK A & B, teman-teman di kos Petung 36, kos Wulung 9, kos Tutul 11A, kos Gorongan, kos Panuluh 71, kos BSP, kos Grahanadi.

18.Semu pihak yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.


(13)

x

ABSTRAK

PENGARUH LAMA MENGAJAR

PADA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALITAS GURU

Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap

Maria Veronica Aci L. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009 di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap yang berjumlah 308 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 130 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru (ρ=0,518 > α = 0,05).


(14)

ABSTRACT

THE EFFECT OF TEACHING EXPERIENCE DURATION TOWARDS TEACHERS’ EMOTIONAL QUOTIENT AND PROFESSIONALISM

A Survey on Private Senior High Schools and Vocational Schools in Kroya Sub-District, Cilacap

Maria Veronica Aci L. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

This study aims to examine the significance of teaching experience duration towards teachers’ emotional quotient and professionalism.

The study was conducted from May to July 2009 in private senior high schools and vocational schools in Kroya sub-district, Cilacap. The population was 308 private senior high schools and vocational schools teachers, while samples were 130 teachers. The method of gathering the data was questionnaire, while the data analysis was parallel regression method developed by Chow.

The result shows that the teaching experience duration doesn’t give any significant influence towards the teachers’ emotional quotient and professionalism correlation (ρ = 0,518 > α = 0,05).


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORETIK... 6

A. Kecerdasan Emosional ... 6

1. Definisi Kecerdasan Emosional ... 6


(16)

3. Komponen Kecerdasan Emosional ... 9

B. Profesionalitas Guru ... 10

1. Pengertian Profesional ... 10

2. Profesionalitas Guru ... 12

3. Ciri-ciri Jabatan Profesional ... 13

4. Guru sebagai Pendidik yang Kompeten... 14

C. Lama Mengajar... 17

D. Kerangka Teoretik ... 19

E. Hipotesis ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 21

A. Jenis Penelitian... 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

1. Tempat Penelitian ... 21

2. Waktu Penelitian… ... 21

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 22

1. Subjek Penelitian... 22

2. Objek Penelitian ... 22

D. Populasi dan Sampel ... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel... 22

3. Teknik Penarikan Sampel ... 23

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 23

1. Kecerdasan Emosional... 23


(17)

xiv

3. Lama Mengajar ... 28

F. Teknik Pengumpulan Data... 28

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28

1. Uji Validitas ... 28

2. Uji Reliabilitas ... 32

H. Teknik Analisis Data... 34

1. Statistik Deskriptif ... 34

2. Pengujian Prasyarat Analisis... 35

3. Pengujian Hipotesis Penelitian... 36

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 38

A. Deskripsi Data ... 38

1. Deskripsi Responden Penelitian... 39

2. Deskripsi Variabel Penelitian... 40

3. Deskripsi Variabel Lama Mengajar ... 41

B. Analisis Data ... 42

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 42

2. Pengujian Hipotesis... 44

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 46

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN... 50

A.Kesimpulan ... 50

B.Keterbatasan Penelitian ... 50

C.Saran-saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA... 53


(18)

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 25

3.2 Tabel Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Guru ... 26

3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 30

3.4 Hasil UJi Validitas Variabel Profesionalitas Guru... 31

3.5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 33

4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 38

4.2 Jenis Kelamin Responden Penelitian ... 39

4.3 Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional... 39

4.4 Deskripsi Variabel Profesionalitas Guru... 40

4.5 Deskripsi Variabel Lama Mengajar ... 41

4.6 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 42

4.7 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Guru... 43

4.8 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Lama Mengajar ... 43


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian ... 56

Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64

Data Induk Penelitian... 70

Data Induk Regresi ... 80

Tabel Frekuensi... 84

Perhitungan PAP tipe II ... 86

Uji Normalitas dan Uji Linieritas ... 89

Tabel F Cara Interpolasi ... 92

Uji Regresi ... 95


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Profesi guru menuntut tugas dan tanggung jawab yang besar. Proses belajar mengajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan formal dan guru sebagai pemegang peran utama. Pendidikan di sekolah mengarahkan anak didik untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang kesemuanya menunjang perkembangan anak didik. Peranan guru adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Tugas seorang guru tidak hanya mengajar tapi juga mendidik dan membimbing murid-muridnya. Guru berperan besar dalam meningkatkan mutu pendidikan dan menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan. Rendahnya kualitas guru akan membuat rendahnya pula kualitas pendidikan. Untuk itu seorang guru harus profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru.

Kemampuan profesional guru adalah kemampuan guru di bidang profesinya, kemampuan penampilannya sebagai guru atau kemampuan keguruan (Rifai, 1982:163-164). Kemampuan profesional itu mencakup baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesionalnya sebagai seorang guru dalam hubungannya dengan pembinaan siswa. Mengingat pentingnya peranan guru dalam proses belajar mengajar, maka kualitas guru perlu ditingkatkan.


(21)

2

Peningkatan kompetensi dan kualitas guru tidak terlepas dari proses seorang guru untuk dapat benar-benar menjadi guru yang profesional.

Profesionalitas guru dalam kemampuan dan kecakapan mengajar dapat ditinjau dari pengalaman berapa lamanya guru mengajar dan pendidikan terakhir yang di tempuh sebelum menjabat sebagai guru selain ditunjang aspek-aspek lain yang mendukungnya. Peningkatan kualitas guru akan meningkatkan profesionalitas seorang guru. Peningkatan profesionalitas guru penting karena guru adalah orang yang akan mengembangkan suasana belajar agar siswa merasa bebas untuk mengkaji apa yang menarik menurutnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya, berperan dalam memberikan pengetahuan, sikap dan nilai, serta keterampilan kepada peserta didik, membimbing proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Profesionalitas guru juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor pribadi. Faktor pribadi seperti kesehatan dan keadaan emosi akan mempengaruhi guru dalam melaksankan tugas dan kewajibannya. Saat guru mengajar kondisi kesehatan dan emosi tentu saja tidak bisa stabil tiap harinya. Ada saat di mana guru sedang mengalami suasana hati yang buruk yang disebabkan oleh masalah pribadinya. Guru harus mampu mengolah dan mengatur emosinya supaya bisa menyadari kondisi pribadinya sehingga tidak mengganggu proses belajar-mengajar. Kemampuan guru untuk mengolah dan mengatur emosi itu merupakan salah satu aspek dalam kecerdasan emosional.


(22)

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain (Goleman, 2006:43-59). Bagi seorang guru, kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi keadaan sekitar. Guru sering berhadapan dengan murid-muridnya dan tentu harus mengetahui perbedaan-perbedaan karakteristik murid-muridnya, guru juga harus mampu berhubungan baik dengan murid-muridnya. Hubungan yang bersahabat, simpatik dan hangat perlu diciptakan anatara guru dan murid sehingga proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Guru juga perlu memotivasi anak untuk belajar supaya bisa menumbuhkan minat anak untuk belajar dan sekolah juga perlu mengembangkan kondisi fisik yang menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian diduga semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional guru, maka semakin tinggi tingkat profesionalitas guru.

Hubungan derajat tingkat kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru diduga berbeda pada guru yang memiliki lama mengajar yang berbeda. Semakin lama guru mengajar, maka derajat hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru akan semakin tinggi. Hal ini disebabkankan karena samakin lama guru mengajar pada umumnya guru memiliki kemampuan lebih dalam mengenali emosi diri, mengelola emosinya, memotivasi diri sendiri, terampil dalam mengenali emosi orang lain, dan pandai dalam membina hubungan dengan orang lain. Profesionalitas guru merupakan kemampuan guru dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru secara maksimal. Kecakapan dan keahlian yang dimiliki seorang guru


(23)

4

harus memiliki standar dan memerlukan pendidikan profesi agar pemakai jasanya puas dengan karyanya. Tinggi rendahnya profesionalitas guru diduga kuat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kecerdasan emosional guru tersebut. Seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dituntut untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain, menanggapinya dengan tepat, dan menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji derajat pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “Pengaruh Lama Mengajar Pada Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Profesionalitas Guru”. Penelitian ini merupakan survei pada guru-guru di SMA dan SMK di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

B. Batasan Masalah

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan profesionalitas guru seperti: faktor pribadi (faktor kesehatan dan keadaan emosi), tingkat pendidikan, masa kerja (berapa lama guru mengajar), status kepegawaian guru, dll. Secara spesifik penelitian ini akan memfokuskan penelitian pada pengaruh faktor lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.


(24)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh lama megajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi sekolah

Penelitian ini bisa memberi masukan dan informasi bagi sekolah tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalitas guru ditinjau dari lama mengajar dan tingkat pendidikan, dengan demikian diharapkan dapat memberikan masukan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehingga bisa meningkatkan kemampuan profesionalitas guru dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

2. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan baru bagi masyarakat tentang pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru pada guru-guru SMA/SMK.


(25)

6

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kecerdasan Emosional

Sejak dipublikasikannya buku Emotional Intelligence yang ditulis oleh Goleman pada tahun 1995, banyak kalangan masyarakat menjadi sangat terpengaruh dengan berbagai pandangan dan anggapan teoritis yang ada dalam buku tersebut. Di dalam sejumlah ulasan dikemukakan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi sukses hidup seseorang. Misalnya, meskipun seseorang mamiliki tingkat pendidikan tinggi namun jika tidak mampu mengendalikan emosinya dengan baik, cenderung mudah mengalami hambatan dalam interaksi sosial. Akibatnya, ia akan mengalami banyak kesulitan dalam pekerjaannya. Profesionalitas guru dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: cara pandang guru terhadap masyarakat dan orang lain terutama peserta didik, faktor personal atau pribadi, kualitas personal, lingkungan pembelajaran, dan keterlibatan personal atau pribadi. Bagi seorang guru, kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi keadaan sekitar. 1. Definisi Kecerdasan Emosional

Berdasarkan kajian sejumlah teori mengenai kecerdasan emosional, beberapa definisi kecerdasan emosional antara lain:

a. Goleman (2006:135-178) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat


(26)

berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulam sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

b. Sementara Cooper dan Sawaf (1998:XV) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Patton (1998:1-3) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional yaitu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengolah emosi, kemampuan mengenali


(27)

8

perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang lain, serta menggunakan kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional terdiri dari beberapa aspek. Menurut (Goleman, 1999:57-59) membedakan aspek-aspek kecerdasan emosional menjadi lima yaitu mengenali emosi diri sendiri, mengolah emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan. Goleman (1999) dalam membedakan aspek-aspek keceradasan emosi dan sosial, yaitu:

a. Kesadaran diri

Kesadaran diri adalah kemampuan mengenali perasaan pada saat perasaan itu terjadi. Menurut Goleman, kesadaran diri adalah inti dari kecerdasan emosional karena kemampuan ini dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan menjadi tolak ukur yang realistis terhadap kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri. b. Pengaturan diri

Pengaturan diri adalah kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat serta dapat menghasilkan dampak positif bagi pemilihan diri dari tekanan emosi sebelum tercapainya suatu sasaran. Orang yang memiliki kemampuan ini dapat bangkit dari kegagalan dan kejatuhan diri. Pengaturan diri ini bergantung pada kesadaran diri, karena untuk mengatur emosi dengan tepat seseorang butuh kesadaran atau pemahaman diri.

c. Motivasi diri

Motivasi diri adalah kemampuan menguasai diri untuk mengendalikan dorongan atau hasrat terhadap suatu tujuan. Kemampuan ini akan memandu seseorang mengambil inisiatif untuk bertindak efektif dan mampu bertahan dalam menghadapi kegagalan dan frustasi. Kemampuan ini akan membuat orang lebih produktif dan efektif dalam mengerjakan sesuatu.

d. Empati

Empati adalah kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain, memahami perspektif mereka dalam upaya menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam karakteristik orang. Kemampuan empati akan membuat orang mampu


(28)

menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan kebutuhan dan kehendak orang lain.

e. Keterampilan sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik saat berhubungan dengan orang lain, dan secara cermat membaca situasi jaringan sosial, mampu membina hubungan dan mengolah emosi orang lain. Orang yang terampil secara sosial akan sukses di bidang yang mengandalkan pergaulan dengan orang lain, bisa peka terhadap perasaan orang lain, mampu memimpin dan menangani perselisihan yang ada.

3. Komponen Kecerdasan Emosional

Goleman (1999:57-59) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

a. Mengenali emosi diri

Kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri, menilai diri sendiri, dan percaya diri. Orang yang memiliki kesadaran diri tinggi menyadari dan memahami suasana hati, emosi, dan kebutuhan mereka. Mereka dapat mengantisipasi tindakan terhadap orang lain, bersemangat dan antusias dalam melakukan tanggung jawabnya.

b. Mengelola emosi

Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

c. Memotivasi diri sendiri

Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut: a) cara mengendalikan dorongan hati, b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang, c) kekuatan berpikir positif, d) optimisme; dan d) keadaan flow

(mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. d. Mengenali emosi orang lain

Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat


(29)

10

dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

e. Membina hubungan

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.

Kecerdasan emosional dibutuhkan oleh semua pihak untuk dapat hidup bermasyarakat termasuk di dalamnya menjaga keutuhan hubungan sosial, dan hubungan sosial yang baik akan mampu menuntun seseorang untuk memperoleh sukses di dalam hidup seperti yang diharapkan. Di samping itu, kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya dengan baik akan mempengaruhi proses berpikirnya secara positif pula. Seseorang dengan taraf kecerdasan emosional yang baik cenderung lebih mampu mengendalikan amarah dan bahkan mengarahakan energinya ke arah yang lebih positif.

B. Profesionalitas Guru

1. Pengertian Profesional

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:789), profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan khusus sepert ketrampilan, kejuruan untuk menjalankan tugas tertentu. Artinya pekerja profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara


(30)

sengaja dan terencana. Menurut Sudjana (Usman, 1997:14) Profesional merupakan kata yang berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian, dapat juga sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan untuk pekerjaan lain. Sedangkan menurut CV Good (Samana, 1994:25-43), jenis pekerjaan yang berkualitas profesional memiliki ciri-ciri tertentu, memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya, kecakapan seorang pekerja profesional dituntut memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang, dan jabatan tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan atau negara. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan guru tergolong jabatan profesional karena, memenuhi ketiga macam persyaratan di atas.

Dengan bertitik tolak pada uraian di atas dapat ditarik atau kesimpulan mengenai pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Usman, 1994:15).


(31)

12

2. Profesionalitas Guru

a. Guru sebagai Tenaga Profesional

UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 Ayat (4) menegaskan bahwa :

“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.

Pada Pasal 1 ayat (1) UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Sementara dalam Pasal 6 UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Usman, 1997:15).


(32)

b. Prinsip Profesionalitas

Undang-undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab III Pasal 7 Ayat (1) menyebutkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia

3) Mamiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan seara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

3. Ciri-ciri Jabatan Profesional

C.V. Good (Samana, 1994:25-43) menjelaskan lebih rinci ciri-ciri jabatan profesional (termasuk guru) adalah sebagai berikut:

a. Dibutuhkan keahlian khusus bagi para pelakunya sesuai dengan tugas khusus atau jenis jabatannya.

b. Keahlian profesional bukan hasil dari pembiasaan atau latihan rutin, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap.

c. Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga mendorong untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan) diri serta karyanya.

d. Jabatan profesional mendapat pengakuan dari masyarakat atau negara, jabatan profesional secara tegas mamiliki kode etik yang harus dipenuhi oleh orang itu sendiri yaitu guru. Ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial pekerja profesional tersebut.


(33)

14

Dengan demikian guru sebagai tenaga profesional dapat disimpulkan sebagai orang yang memiliki kualifikasi akademik dan latar kependidikan secara khusus. Memiliki kualifikasi akademik dan latar kependidikan berarti telah mengikuti prosedur yang berpijak pada landasan pendidikan dan keguruan yang dipelajari secara sengaja dan terencana. Dalam hal ini guru sebagai tenaga profesional berarti ia telah memiliki pengetahuan yang memadai, kacakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dalam pengelolaan proses pembelajaran.

4. Guru sebagai Pendidik yang Kompeten a. Kompetensi profesional guru

Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak, (Usman, 1997:16). Guru haruslah juga seorang pendidik yang kompeten. Profesionalitas guru bersangkutan dengan bagaimana orang menjalankan tugas, peran atau jabatan secara efektif, sedangkan kompetensi guru menunjuk pada kemampuan atau potensi khas yang menopang profesi

Profesi guru berbeda dengan profesi yang lain, Sudjana (1988:17) mengatakan bahwa perbedaan itu terletak pada tugas dan tanggung jawab serta kemampuan dasar yang disyaratkan (kompetensi). Cooper (dalam Sudjana, 1988:17) mengemukakan


(34)

empat kompetensi guru, yakni; (a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yamg dibinanya, (d) mempunyai ketrampilan teknik mengajar.

Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa terdapat sejumlah indikator dalam setiap kompetensi dasar keguruan, kompetensi tersebut adalah:

1) Kompetensi Pedagogik, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di dalamnya antara lain:

a.) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

b.) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c.) Membangun kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

d.) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

e.) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

f.) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g.) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.


(35)

16

h.) Menyelenggararkan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

i.) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di dalamnya antara lain:

a.) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

b.) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c.) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d.) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e.) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3) Kompetensi Sosial, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di dalamnya antara lain:

a.) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b.) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.


(36)

c.) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d.) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi orang lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4) Kompetensi Profesional, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di dalamnya antara lain:

a.) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

b.) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

c.) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. d.) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

e.) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profesionalitas guru mesti

bersumber dari kompetensi atau kemampuan personal, sehingga profesi keguruan sekaligus merupakan ekspresi atau aktualisasi dari minat dan kapasitas pribadinya.

C. Lama Mengajar

Dalam proses belajar, pengalaman belajar merupakan faktor yang penting bagi siswa dan guru, karena belajar merupakan proses ulangan. Bagi guru pengalaman di dalam mengajar merupakan modal yang sangat penting


(37)

18

untuk meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Misalnya apabila seorang guru mengadakan evaluasi dan hasilnya kurang memuaskan, maka guru tersebut dapat melihat kembali atau mengoreksi dirinya sendiri mengapa tujuan pembelajaran yang diharapkan belum tercapai. Sesuai dengan contoh tersebut, maka tidak tercapainya tujuan yang diharapkan tersebut kemungkinan disebabkan karena metode mengajar yang digunakan tidak sesuai dengan materi pelajaran, kemungkinan lainnya guru belum menguasai materi pembelajaran yang akan diajarkan dan belum terampil dalam menyampaikan bahan pelajaran. (Surakhmad, 1982:106) mengatakan bahwa untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan biasanya diperlukan latihan berkali-kali atau terus-menerus terhadap sesuatu yang telah dipelajarinya, karena hanya dengan melakukan secara teratur, pengetahuan tersebut dapat disempurnakan.

Dengan demikian guru dapat belajar dari pengalamannya sendiri dalam proses mengajarnya, sehingga semakin lama guru tersebut telah mengajar maka semakin terampil pula dalam menyampaikan bahan pelajaran. Sehingga dengan pengalaman mengajar yang tinggi dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif yang didukung dengan sikap profesionalitas guru dalam mengajar.

Lama mengajar bisa dihitung dalam jumlah hari, bulan, atau tahun. Bagi guru lamanya mengajar dapat dihitung sejak mereka mempunyai surat keputusan dari pihak yang terkait yang menyatakan bahwa guru yang


(38)

bersangkutan berhak untuk mengajar mata pelajaran sesuai yang tertera dalam surat keputusan tersebut.

D. Kerangka Teoretik

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengolah emosi, kemampuan mengenali perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang lain, serta menggunakan kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Bagi seorang guru, kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi keadaan sekitar. Guru sering berhadapan dengan murid-muridnya dan tentu harus mengetahui perbedaan-perbedaan karakteristik murid-muridnya, guru juga harus mampu berhubungan baik dengan murid-muridnya. Hubungan yang bersahabat, simpatik dan hangat perlu diciptakan anatara guru dan murid sehingga proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Guru juga perlu memotivasi anak untuk belajar supaya bisa menumbuhkan minat anak untuk belajar dan sekolah juga perlu mengembangkan kondisi fisik yang menyenangkan untuk belajar.

Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Samana, 1994:25-43). Bagi guru pengalaman mengajar merupakan modal yang penting untuk


(39)

20

meningkatkan profesionalitasnya dalam mengajar, pengalaman tersebut didapat dari berapa lamanya guru dalam mengajar. Lama mengajar adalah lamanya waktu guru dalam mengajar. Lama mengajar diukur dengan ukuran tahun atau bulan. Guru dengan lama mengajar lebih banyak diduga kuat mempunyai profesionalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang lama mengajarnya lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena guru yang sudah lama mengajar pada umumnya mempunyai pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan mengajar yang lebih banyak dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik dan pengajar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampak bahwa semakin baik kecerdasan emosional guru maka semakin baik profesionalitas guru. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalitas guru tersebut akan berbeda pada guru dengan lama mengajar yang berbeda. Semakin lama guru mengajar diduga kuat bahwa tingkat hubungan kecerdasan emosional terhadap profesionalitas guru akan semakin kuat. Hal ini disebabkan karena semakin lama guru mengajar pada umumnya guru memiliki kemampuan lebih dalam mengenali emosi diri, mengelola emosinya, memotivasi diri sendiri, terampil dalam mengenali emosi orang lain, dan pandai dalam membina hubungan dengan orang lain.

E. Hipotesis

Ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan mengunakan metode survei. Surakhmad dalam Arikunto (2006:110) mengatakan bahwa pada umumnya survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Penelitian survei biasanya menyelidiki sedikit variabel pada sampel besar. Dalam penelitian ini kesimpulan yang ditarik hanya berlaku dan terbatas pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

2. Waktu


(41)

22

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kecerdasan emosional, profesionalitas guru, dan lama mengajar.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi/kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 1997:77). Sesuai masalah yang diteliti maka populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi, karena ia merupakan bagian dari populasi maka sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 1997:79). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah sebagian dari guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten


(42)

Cilacap, yaitu; SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya dan SMK Tamtama Kroya.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam pemelitian ini adalah

purposive sampling. Teknik penarikan sampel terjadi apabila pengambilan

sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti seperti jumlah sekolah dan karakteristik sekolah (Sudjana, 2001:168).

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Kecerdasan Emosional

Dari beberapa pendapat, dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional yaitu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengolah emosi, kemampuan mengenali perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang lain, serta menggunakan kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Lima komponen kecerdasan emosional yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain. Berikut disajikan tabel operasionalisasi variabel kecerdasan emosional:


(43)

24

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional

Dimensi Indikator Pertanyaan

Mengenali emosi diri Mengelola emosi Memotivasi diri sendiri Mengenali emosi orang lain Membina hubungan dengan orang lain

1.mengenali emosi diri 2.mengetahui kelebihan diri 3.mengetahui keterbatasan diri

4.memiliki keyakinan akan kemampuan diri 1.mampu menahan emosi dan dorongan

negatif

2.menjunjung norma kejujuran dan integritas 3.bertanggung jawab atas kinerja pribadi 4.luwes terhadap perubahan

5.terbuka terhadap ide-ide baru serta informasi baru

1. dorongan untuk menjadi lebih baik

2. mampu menyesuaikan dengan kelompok atau organisasi

3. kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan 4. kegigihan dalam memperjuangkan

kegagalan dan hambatan 1. memahami perasaan orang lain 2. tanggap akan kebutuhan orang lain 3. siap melayani

4. menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan

5. membaca hubungan antara keadaan emosi den kekuatan hubungan suatu kelompok 1. kemampuan persuasif

2. terbuka mendengarkan orang lain dan memberi pesan yang jelas

3. kemampuan menyelesaikan tanggung jawab 4. memiliki semangat kepemimpinan

5. bersedia kolaborasi dan kooperasi dengan orang lain

6. kemampuan membangun tim

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24


(44)

Skala pengukuran setiap butir pernyataan variabel kecerdasan emosional didasarkan pada skala Likert. Masing-masing butir pernyataan dinyatakan dalam lima skala sikap dan masing-masing opsi jawaban diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:

Skoring Pernyataan Variabel Kecerdasan Emosional

Skor untuk pernyataan Keterangan

Positif Negatif

Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

2. Profesionalitas Guru

Profesionalitas guru adalah kemampuan guru dalam menguasai kompetensi-kompetensi dasar keguruan dalam menjalankan profesinya. Adapun empat indikator kompetensi dasar keguruan yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional.


(45)

26

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Guru

Dimensi Indikator Pertanyaan

Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Kepribadian

1.menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2.menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3.mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu 4.menyelenggarakan kegiatan pengembangan

yang mendidik

5.memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik

6.memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

7.berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

8.menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

9.memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

10.melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

1.bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

2.menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat

3.menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa 4.menunjukkan etos kerja, tanggung jawab

yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

5.menjunjung tinggi kode etik profesi guru

3 1 4 2 7 9 6 8 5,17 25 18,30 15,16 10,11, 12,13, 14 27,29 32,35 26


(46)

Kompetensi Sosial

Kompetensi Profesional

1.bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2.berkomunikasi secara efektif, empatik, dan

santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3.beradaptasi di tempat bertugas di seluruh

wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

4.berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

1.menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2.menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

3.mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

4.mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5.memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 28,34 21,22 31,33 19 23,24 37 36 38 20

Skala pengukuran setiap butir pernyataan variabel profesionalitas guru didasarkan pada skala Likert. Masing-masing butir pernyataan dinyatakan dalam lima skala sikap dan masing-masing opsi jawaban diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:


(47)

28

Skoring Pernyataan Profesionalitas Guru

Skor untuk pernyataan Keterangan

Positif Negatif Sangat setuju

Setuju Ragu-ragu Tidak setuju

Sangat tidak setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

3. Lama Mengajar

Yang dimaksud dengan lama mengajar dalam penelitian ini adalah masa dimana guru melaksanakan tugasnya pada suatu satuan pendidikan tertentu. Dalam penelitian ini lama mengajar guru dalam menjalani profesinya dihitung dalam satuan tahun atau bulan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan responden. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kecerdasan emosional, profesionalitas guru dan lama mengajar.

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002:144). Valid


(48)

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2004:109). Pengujian validitas ini menggunakan rumus korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2002:146). rxy = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2

2

− − Y Y n X X Y X XY n Keterangan:

rxy : koefisien korelasi

X : nilai skor masing-masing item Y : nilai skor seluruh item

N : jumlah responden

Kemudian nilai korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan nilai korelasi pada tabel. Jika rxy lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 5% berarti menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan valid. Sebaliknya jika rxy lebih kecil dari rtabel berarti menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan tidak valid (Suharsimi Arikunto, 2002:147).

a. Hasil Pengujian Validitas Kecerdasan Emosional

Ada 24 butir pertanyaan pada variabel kecerdasan emosional. Rangkuman hasil pengujian validitas untuk variabel kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:


(49)

30

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,584 0,361 Valid

2 0,590 0,361 Valid

3 0,583 0,361 Valid

4 0,714 0,361 Valid

5 0,684 0,361 Valid

6 0,560 0,361 Valid

7 0,417 0,361 Valid

8 0,800 0,361 Valid

9 0,821 0,361 Valid

10 0,640 0,361 Valid

11 0,693 0,361 Valid

12 0,699 0,361 Valid

13 0,714 0,361 Valid

14 0,399 0,361 Valid

15 0,727 0,361 Valid

16 0,408 0,361 Valid

17 0,511 0,361 Valid

18 0,560 0,361 Valid

19 0,820 0,361 Valid

20 0,665 0,361 Valid

21 0,518 0,361 Valid

22 0,585 0,361 Valid

23 0,503 0,361 Valid

24 0,652 0,361 Valid

Pada jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,361. Hasil perhitungan yang tampak pada tabel di atas menunjukkan bahwa


(50)

seluruh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa semua butir dalam pertanyaan variabel kecerdasan emosional adalah valid.

b. Hasil Pengujian Validitas Profesionalitas Guru

Ada 38 butir pertanyaan pada variabel profesionalitas guru. Rangkuman hasil pengujian validitas untuk variabel profesionalitas guru adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Variabel Profesionalitas Guru

No r hitung r tabel Keterangan

1 0,431 0,361 Valid

2 0,492 0,361 Valid

3 0,471 0,361 Valid

4 0,428 0,361 Valid

5 0,383 0,361 Valid

6 0,566 0,361 Valid

7 0,457 0,361 Valid

8 0,453 0,361 Valid

9 0,406 0,361 Valid

10 0,482 0,361 Valid

11 0,475 0,361 Valid

12 0,476 0,361 Valid

13 0,465 0,361 Valid

14 0,606 0,361 Valid

15 0,492 0,361 Valid

16 0,662 0,361 Valid

17 0,439 0,361 Valid

18 0,561 0,361 Valid

19 0,536 0,361 Valid


(51)

32

21 0,670 0,361 Valid

22 0,431 0,361 Valid

23 0,602 0,361 Valid

24 0,482 0,361 Valid

25 0,716 0,361 Valid

26 0,476 0,361 Valid

27 0,645 0,361 Valid

28 0,387 0,361 Valid

29 0,377 0,361 Valid

30 0,382 0,361 Valid

31 0,417 0,361 Valid

32 0,699 0,361 Valid

33 0,502 0,361 Valid

34 0,411 0,361 Valid

35 0,522 0,361 Valid

36 0,447 0,361 Valid

37 0,612 0,361 Valid

38 0,436 0,361 Valid

Pada jumlah data (n) sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan (α) = 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,361.Hasil perhitungan yang tampak pada tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh nilai rhitung menunjukkan angka yang lebih besar dari pada rtabel. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa semua butir dalam pertanyaan variabel profesionalitas guru adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang baik selain harus valid juga harus reliabel. Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Rumus Alpha digunakan untuk


(52)

mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian adalah sebagai berikut (Arikunto, 1989: 164).

r11 =

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

2

2 1 1 t b k k σ σ keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

Σαb2 = jumlah varians butir

α = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan

untuk mengukur tingkat reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α) suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Dengan kata lain, jika nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka kuesioner yang akan digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian telah memenuhi syarat reliabilitas. Tetapi, jika nilai Cronbach Alpha < 0,60 maka kuesioner tersebut tidak memiliki syarat reliabilitas (Nunnally, 1967 dalam Imam Gozhali, 2002:42).

a. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Penelitian

Dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 15. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Koefisien Korelasi Status

Kecerdasan Emosional 0,943 Reliabel Profesionalitas Guru 0,929 Reliabel


(53)

34

1) Variabel Kecerdasan Emosional

Dari dua puluh empat pertanyaan pada variabel kecerdasan emosional diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,943. Hasil perhitungan seperti tampak pada tabel menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini berarti bahwa instrumen penelitian variabel kecerdasan emosional dapat dikatakan reliabel.

2) Variabel Profesionalitas Guru

Dari tiga puluh delapan pertanyaan pada variabel profesionalitas guru diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,929. Hasil perhitungan seperti tampak pada tabel menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Hal ini berarti bahwa instrumen penelitian variabel profesionalitas guru dapat dikatakan reliabel.

H. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian dari responden dengan varibel kecerdasan emosional, profesionalitas guru dan lama mengajar. Maka untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel.


(54)

2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan rumus tes satu sampel Kolmogorov

Smirnov yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel

(skor yang diobservasi) dengan suatu distribusi teoretis tertentu. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi hasil pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi yang diharapkan. Dalam uji Kolmogorov Smirnov yang diperbandingkan adalah disrtibusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi kumulatif yang diharapkan. Adapun persamaan rumusnya sebagai berikut (Kohler, 1985:467):

D = Max [ Fo - Fe] Keterangan :

D = Deviasi/penyimpangan

Fo = distribusi frekuensi yang diobservasi Fe = distribusi frekuensi kumulatif teoretis

Bila probabilitas ( p ) yang diperoleh melalui perhitungan > taraf signifikansi 5% berarti sebaran data variabel normal. Sedangkan bila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan < taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel tidak normal pada taraf signifikan 5%. b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan yang linier atau tidak antara variabel bebas dengan variabel terikat dari


(55)

36

data yang diperoleh. Uji linieritas ini dapat dilakukan dengan uji F (Sudjana, 1996:332):

F =

e S S TC

2 2

Keterangan :

F = harga bilangan F untuk garis regresi S2Tc = varians tuna cocok

Se2 = varians kekeliruan

Untuk mengetahui linier tidaknya pengaruh tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel, dengan ketentuan jika Fhitung > Ftabel, maka hipotesis model regresi linier ditolak, dan sebaliknya jika Fhitung < Ftabel, maka hipotesis model regresi linier diterima. Artinya, semua variabel independen (X) mempunyai pengaruh yang liner terhadap variabel dependen (Y).

3. Pengujian Hipotesis Penelitian a. Perumusan Hipotesis

Ho = tidak ada pengaruh positif lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

Ha = ada pengaruh positif lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

b. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gurajati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:


(56)

Keterangan:

Yi = variabel profesionalitas guru

α0 = konstanta

X1 = variabel kecerdasan emosional X2 = variabel lama mengajar

X1X2 = nilai interaksi antara kecerdasan emosional dengan lama mengajar

β1, β2, β3 = koefisien regresi (besaran pengaruh)

µi = pengganggu regresi

untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α ) yang dilakukan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.


(57)

38

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli tahun 2009. Subjek penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap. Sekolah yang digunakan untuk penelitian tersebut yaitu: SMA N 1 Kroya, SMK YPE Kroya dan SMK Tamtama Kroya. Dari kuesioner yang disampaikan kepada responden sebanyak 130, semua kuesioner diisi lengkap oleh responden. Dengan demikian response rate penelitian ini oleh responden sebesar 100%. Secara lengkap sebaran responden penelitian disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Sebaran Responden Penelitian

Nama Sekolah Sampel Tidak kembali Kembali

SMA Negeri 1 Kroya 51 - 51

SMK YPE Kroya 37 - 37

SMK Tamtama Kroya 42 - 42

Jumlah 130 - 130


(58)

Tabel 4.2

Jenis Kelamin Responden

Laki-laki Perempuan Total No Nama Sekolah

F fr(%) F fr(%) f fr(%) 1 SMA Negeri 1 Kroya 30 59 21 41 51 100

2 SMK YPE Kroya 20 54 17 46 37 100

3 SMK Tamtama 20 48 22 52 42 100

Jumlah 70 54 60 46 130 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 70 guru atau 54% dan perempuan sebanyak 60 guru atau 46%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.

1. Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional

Tabel 4.3 Kecerdasan Emosional

Total Skor

Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Kriteria

102-120 49 37,7 Sangat Tinggi

87-101 76 58.5 Tinggi

78-86 5 3,8 Cukup

68-77 - - Rendah

< 68 - - Sangat Rendah

Jumlah 130 100


(59)

40

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional dari 130 guru adalah sebagai berikut: 49 orang guru atau 37,7% memiliki kecerdasan emosional sangat tinggi, 76 orang guru atau 58,5% memiliki kecerdasan emosional tinggi, dan 5 orang guru atau 3,8% memiliki kecerdasan emosional cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 99,24; median = 99; modus = 94; dan standar deviasi = 7,36 (lampiran 5, halaman 83). 2. Deskripsi Variabel Profesionalitas Guru

Tabel 4.4 Profesionalitas Guru

Total Skor

Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Kriteria

161-190 34 26,2 Sangat Tinggi

138-160 89 68,5 Tinggi

123-137 5 3,8 Cukup

108-122 2 1,5 Rendah

< 108 - - Sangat Rendah

Jumlah 130 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat profesionalitas guru dari 130 guru adalah sebagai berikut: 34 orang guru atau 26,2% memiliki profesionalitas sangat tinggi, 89 orang guru atau 68,5% memiliki profesionalitas tinggi, 5 orang guru atau 3,8% memiliki profesionalitas


(60)

cukup, dan 2 orang guru atau 1,5% memiliki profesionalitas rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki tingkat profesionalitas tinggi. Hal ini didukung hasil perhitungan mean = 153,06; median = 152; modus = 150; dan standar deviasi = 11,41 (lampiran 5, halaman 83).

3. Deskripsi Variabel Lama Mengajar

Tabel 4.5 Lama Mengajar

Total Jam

Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Kriteria

≤ 5 37 28,46 Kurang lama

6-15 52 40 Cukup lama

16-25 39 30 Lama

>25 2 1,54 Sangat lama

Jumlah 130 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lama mengajar dari 130 guru adalah sebagai berikut: 2 orang guru atau 1,54% memiliki lama mengajar sangat lama, 39 orang guru atau 30% memiliki lama mengajar lama, 52 orang guru atau 40% memiliki lama mengajar cukup lama, dan 37 orang guru atau 28,46% memiliki lama mengajar kurang lama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru memiliki lama mengajar cukup banyak. Hal ini didukung hasil perhitungan mean =


(61)

42

11,35; median = 10; modus = 8; dan standar deviasi = 7,13 (lampiran 5, halaman 83).

B. Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi variabel lama mengajar, kecerdasdan emosional dan profesionalitas guru. Berikut ini disajikan hasil pengujian normalitas berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov Smirnov untuk setiap variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kecerdasan Emosional

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Normalitas

X1 N

Normal Parameters a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

130 99.2462 7.36329

.078 .078 -.055

.890 .407 a. Test distribution is Normal

b. Calculation from data

Dari tabel 4.6 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance

(Asymp.Sig) untuk distribusi data variabel kecerdasan emosional = 0,407 yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel kecerdasan emosional adalah normal (lampiran 7, halaman 90).


(62)

2) Profesionalitas Guru

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Normalitas

Y N

Normal Parameters a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

130 153.0615 11.41314 .118 .118 -.067 1.340 .055 a. Test distribution is Normal

b. Calculation from data

Dari tabel 4.7 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance

(Asymp.Sig) untuk distribusi data variabel profesionalitas guru = 0,055 yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel profesionalitas guru adalah normal (lampiran 7, halaman 88).

3) Lama Mengajar

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Normalitas

X2 N

Normal Parameters a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

130 11.3015 7.07044 .118 .118 -.082 1.348 .053 a. Test distribution is Normal

b. Calculation from data

Dari tabel 4.8 di atas, dapat diketahui nilai asymptotic significance


(63)

44

yang berarti lebih besar dari alpha (α) = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel lama mengajar adalah normal (lampiran 7, halaman 88).

b. Pengujian Linieritas

Pengujian linieritas dilakukan dengan menggunakan statistik Uji F pada tingkat signifikansi 5%. Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang linier antara variabel kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian linieritas:

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Linieritas

ANOVA Table

7263.743 30 242.125 2.513 .000

2854.296 1 2854.296 29.621 .000

4409.446 29 152.050 1.578 .051

9539.765 99 96.361

16803.508 129

(Combined) Linearity

Deviation from Linearity Between

Groups

Within Groups Total Y * X1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel kecerdasan emosional (X1) dengan profesionalitas guru (Y) adalah linier. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung =1,578 yang lebih kecil dari nilai Ftabel = 1,581.

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru


(64)

1) Rumusan Hipotesis

Ho = tidak ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

Ha = ada pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru

2) Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut (lampiran 9, halaman 94):

Yi = 93,400 + 0,572X1 – 0,026X2 + 0,003(X1X2)

Keterangan:

Yi = Variabel profesionalitas guru

X1 = Variabel kecerdasan emosional X2 = Variabel lama mengajar

X1X2 = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel lama mengajar

Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β3) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan lama mengajar adalah 0,003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menguatkan derajat pengaruh kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru. Nilai koefisien korelasi variabel kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru adalah 0,412, sementara nilai koefisien korelasi variabel kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru setelah memasukan variabel lama mengajar adalah 0,440. Nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel lama mengajar terhadap profesionalitas guru sebesar 0,518 menunjukkan


(65)

46

lebih tinggi dari nilai alpha (0,050) yang digunakan dalam penelitian ini (ρ = 0,518 > α = 0,050). Dengan demikian dapat disimpulkan lama mengajar pengaruhnya tidak signifikan terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang tidak signifikan lama mengajar terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru. Dengan kata lain, tidak ada pengaruh lama mengajar terhadap hubungan kecerdasan emosionlal dengan profesionalitas guru. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai koefisien regresi (β3) sebesar 0,003 dan hasil perhitungan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) yang menunjukkan angka sebesar 0,518 yang lebih besar dari nilai alpha (α) = 0,050.

Deskripsi kecerdasan emosional menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategorikan tinggi (76 orang guru atau 58,5%). Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan mean (99,24), median (99), modus (94) dan standar deviasi (7,3). Hal ini tampak dari kemampuan guru dalam mengenali perasaan diri sendiri maupun perasaan orang lain, mengetahui kekuatan diri, mengetahui kekuatan diri, mengetahui keterbatasan diri, memiliki keyakinan akan kemampuan sendiri, mampu menahan emosi dan dorongan negatif, menjunjung norma kejujuran, bertanggung jawab atas kinerja sendiri, luwes terhadap perubahan, terbuka terhadap ide-ide dan informasi baru, dorongan


(66)

untuk menjadi lebih baik, mampu menyesuaikan dengan suasana kelompok, kasiapan untuk memanfaatkan kesempatan, kegigihan dalam kondisi kegagalan dan hambatan, memahami perasaan orang lain, tanggap akan kebutuhan orang lain, mengerti perasaan orang lain, siap sedia melayani, bersedia bekerjasama dengan orang lain.

Deskripsi profesionalitas guru menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategorikan tinggi (89 orang guru atau 68,5%). Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan mean (153,06), median (152), modus (150) dan standar deviasi (11,41). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru menguasai dan menerapkan empat kompetensi dasar keguruan (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) dalam proses belajar mengajar. Guru menguasai secara mendalam bahan/materi yang diajarkannya dan cara mengajarkannya kepada siswa, bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, membina hubungan baik dengan sesama rekan guru, orang tua siswa dan masyarakat, serta siap sedia membantu pengguna jasanya.

Deskripsi lama mengajar menunjukkan bahwa sebagian besar guru terkategorikan cukup banyak (52 orang guru atau 40%). Hasil ini didukung oleh mean = 11,35; median = 10; modus = 8; dan standar deviasi = 7,13. Guru dengan lama mengajar yang terkategorikan cukup banyak dipandang memiliki pengetahuan, keterampilan-keterampilan dalam mengajar, dan mampu menjalankan pekerjaannya karena lebih terbuka dengan metode-metode baru, tantangan dan informasi baru.


(67)

48

Profesionalitas guru merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan guru dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, merupakan suatu sikap atau tingkah laku serta memerlukan pendidikan profesi agar memuaskan anak didiknya. Tinggi rendahnya tingkat profesionalitas guru sebagaimana menjadi penelitian ini berhubungan dengan tinggi rendahnya kecerdasan emosional seseorang. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa (Goleman, 2206: 135-178). Seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan mau menuntut dirinya untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain untuk menanggapinya dengan tepat, dan menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Hal demikian akan mendorong seorang guru bersikap profesional terhadap anak didiknya, rekan kerja, atau pun masyarakat pengguna jasanya.

Lama mengajar adalah waktu kerja seorang guru yang diukur dalam jumlah hari, bulan, atau tahun. Bagi guru lamanya mengajar dapat dihitung sejak mereka mempunyai surat keputusan dari pihak yang terkait yang menyatakan bahwa guru yang bersangkutan berhak untuk mengajar mata pelajaran sesuai yang tertera dalam surat keputusan tersebut. Lama mengajar seorang guru berhubungan dengan waktu kerja guru tersebut, yaitu segi kualitas guru dalam menjalani profesinya.


(68)

Dalam penelitian ini lama guru dalam mengajar tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan profesionalitas guru dengan kecerdasan emosional. Hal ini disebabkan karena seperti yang ditemukan di lapangan bahwa guru yang memiliki lama mengajar terkategorikan cukup lama yaitu di atas 16 tahun kurang begitu menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi, hal ini tampak pada saat mengajar guru meninggalkan kelas, guru tidak mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif seperti tidak menambah referensi buku untuk pegangan sebagai bahan ajar, selain itu mereka jarang meminta kritik dan saran baik kepada teman sekerja maupun kepada murid sebagai tindakan reflektif untuk meningkatkan profesionalitasnya secara berkelanjutan, guru juga kurang siap dalam menghadapi tantangan, informasi, dan metode-metode mengajar yang baru, guru cenderung monoton menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam mengajar, kurang membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Idealnya dalam menekuni bidangnya diharapkan guru semakin bertambah pengalamannya. Semakin lama mengajar guru diharapkan semakin banyak pengalaman-pengalamannya karena pengalaman-pengalaman ini erat kaitannya dengan peningkatan profesionalitas guru. Guru yang sudah lama mengajar dan mengabdi di dunia pendidikan harus lebih profesional dibandingkan guru yang beberapa tahun mengabdi.


(69)

50

BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada BAB IV, pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru, survey pada guru-guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh lama mengajar terhadap hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai koefisien regresi 3) sebesar 0,003 dan hasil perhitungan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) yang menunjukkan angka sebesar 0,518 yang lebih besar dari nilai alpha (α) = 0,05.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Kelemahan dari metode ini adalah adanya kemungkinan responden menjawab item-item pertanyaan dengan tidak jujur dan tidak serius sebab mereka mengisi kuesioner disela-sela menyelesaikan pekerjaan pokok mereka.

2. Hasil penelitian ini kurang mencerminkan kondisi yang sesungguhnya karena responden menilai profesionalitas dirinya sendiri, walaupun peneliti


(70)

telah mengantisipasi dengan memberikan arahan agar responden menjawab dengan keadaan dirinya, bukan yang baik menurut pemikirannya.

3. Keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, dan kemampuan peneliti, akibatnya banyak hal yang belum terungkap dan tersampaikan dalam skripsi ini.

C. Saran-saran

1. Sejalan dengan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan agar guru meningkatkan keprofesionalitasannya karena tugas guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi pendidikan, pengasah berpikir siswa dan sebagai orang yang berandil besar dalam pembentukan kepribadian siswa sehingga guru selalu dituntut untuk mengembangkan diri agar bisa selalu beradaptasi dengan perkembangan jaman. Guru tidak boleh merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya dan hendaknya semakin lama guru mengajar selalu bertambah pengalamannya, karena pengalaman-pengalaman ini erat kaitannya dengan peningkatan kecerdasan emosional dan profesionalitasnya. Guru yang sudah lama mengabdi di dunia pendidikan harus lebih professional dibandingkan guru yang beberapa tahun mengabdi. Pendek kata apabila tingkat pendidikan, frekuensi pelatihan dan pengalaman mengajar semakin meningkat, seyogyanya ada peningkatan pula dalam keprofesionalitasannya.

2. Penelitian ini belum banyak dilakukan, padahal seorang guru dalam mengajar tidak hanya dituntut memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang


(71)

52

tinggi, tetapi guru juga dituntut untuk memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Dengan demikian guru diharapkan dapat menjadi pendidik dan pengajar yang dapat mengarahkan dan mendidik siswa melalui serangkaian proses berkelanjutan dengan metode-metode tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, nilai, keterampilan dan sikap yang kesemuanya itu menunjang perkembangan siswa agar menjadi pribadi yang lebih matang dan berkualitas. Penelitian ini perlu dikembangkan dengan melibatkan aspek-aspek lain yang mendukung, seperti tingkat pendidikan guru, status dan golongan guru, kultur lingkungan kerja dan lain-lain.


(72)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Cooper, Robert K., Ayman Sawaf. (1998). Kecerdasan Emosional dalam

Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ghozali, I. (2002). Apliaksi Analisi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goleman, Daniel. (1999). Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

---, (2006). Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Gurajati, Damodar N. (1995). Basic Econometrics. Singapura : Mc. Graw-Hill.

Inc.

Kohler, Heinz. (1985). Statistic for Business and Economics. England : Scott, Foresman and Company.

Masidjo, I. (1995). Penilaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius.

Patton, Patricia, Dr. (1998). EQ Di Tempat Kerja. Jakarta : Pustaka Pelapratasa. Rifai, M, M.A. (1982). Administrasi dan Supervisi Pendidikan 2. Bandung :

JEMMARS.

Sahertian, Piet A. (1994). Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta : Andi Offset. Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta : Kanisius.

Shapiro, Lawrence E, Ph.D. (1997). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sudjana. (1988). Metode Statistika Edisi IV. Bandung : Tarsito.

Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan teknik. Bandung : Tarsito.

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas.


(73)

54

Usman, Uzer. (1997). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.

http://ilmiahmanajemen.blogspot.com/2008/10/pengaruh-pendidikan-pelatihan-dan.html

http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/persiapan-profesional-guru.html

http://www.e-psikologi.com/remaja/250402.html


(74)

(75)

56

LAMPIRAN I


(76)

Hal : Pengisian Kuesioner Kepada Yth.

Bapak/Ibu Guru Sekolah Menengah Atas Di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Dengan hormat,

Saya adalah mahasiswa Progaram Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Lama Mengajar Pada Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Profesionalitas Guru”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa dalam menempuh gelar sarjana.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden penelitian ini. Saya harap Bapak/Ibu berkenan untuk menjawab keseluruhan pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Sejalan dengan etika penelitian, saya akan menjamin kerahasiaan jawaban dan memastikanbahwa jawaban Bapak/Ibu hanyalah semata-mata untuk mencapai tujuan penelitian ini.

Saya menyadari bahwa pengisian kuesioner ini sedikit banyak mengganggu aktivitas dan waktu Bapak/Ibu. Oleh karena itu, saya mohon maaf sebelumnya.

Demikian permohonan saya. Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu, saya mengucapkan banyak terima kasih.

Yogyakarata, Juli 2009

Hormat saya,


(1)

97


(2)

98


(3)

99


(4)

100


(5)

101


(6)

102


Dokumen yang terkait

oAnalisis Itompetensi Ciuru SMK PUSTEI( Serpong

1 5 243

PENGARUH BUDAYA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN PENGELOLAAN STRES KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KABUPATEN PADANG LAWAS.

0 2 39

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO.

1 4 46

PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA NUR AZIZI TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 31

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA BANDUNG.

0 7 57

Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah menengah atas : survei guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta.

1 3 125

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru ditinjau dari locus of control dan masa kerja : survei pada guru-guru sekolah menengah pertama negeri dan swasta di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.

1 3 172

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru survei pada guru guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroy

0 0 119

PENGARUH DESENTRALISASI PENDIDIKAN TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN.

0 0 187

PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN KEJURUAN DI KECAMATAN PRAMBANAN.

0 2 136