hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang positif oleh Desentralisasi Pendidikan terhadap profesionalitas guru walaupun sangat
kecil.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Desentralisasi Pendidikan terhadap Profesionalitas Guru SMK Negeri dan Swasta
di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Berdasarkan data penelitian yang dianalisis maka dilakukan pembahasan tentang penelitian sebagai berikut:
1. Desentralisasi Pendidikan
Reformasi tahun 1999 membawa implikasi berbagai perubahan dalam dunia pendidikan, baik dari sisi paradigma maupun kebijakan pendidikan. Salah
satu perubahan paradigma pendidikan dari yang sentralistik ke arah pemberian otonomi kepada daerah. Hal ini melahirkan sistem desentralisasi pendidikan
sebagai bentuk perubahan dari sistem sentralisasi yang diberlakukan sebelumnya. Perubahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi pendidikan
dalam penelitian ini mengangkat indikator berupa aktualisasi dan kontekstualisasi pelaksanaan desentralisasi pendidikan di tingkat sekolah, baik
perencanaan, kurikulum, standarisasi kelulusan, pengembangan kreatifitas pembelajaran di sekolah, kewenangan pada sekolah untuk melakukan swakelola
maupun pada dataran profesionalisasi tenaga guru yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah.
Sekolah merupakan organisasi terdepan dalam sistem pendidikan secara nasional. Di tingkat sekolah itulah realisasi dari semua kebijakan tentang
pendidikan diimplementasikan serta dapat dilihat manfaatnya, apakah suatu kebijakan pendidikan mampu dilaksanakan dan sejuhmana dapat dilaksanakan
serta apakah kebijakan tersebut telah memberi manfaaat sebagaimana tujuan dari ditetapkannya kebijakan.
Lahirnya kebijakan desentralisasi pendidikan merupakan goodwill pemerintah untuk memperbaiki kondisi pendidikan. Pada level daerah,
kebijakan-kebijakan pendidikan tidak lagi semata-mata ditentukan oleh pusat. Demikian juga kebijakan pendidikan pada level sekolah sampai dengan kelas.
Intinya kewenangan juga diberikan kepada penanggung jawab unit pelaksana sebagai pihak yang dianggap paling tahu kondisi dan kebutuhan pendidikan di
unit tersebut. Misalnya pada level daerah, kewenangan ada di tangan Dinas Pendidikan daerah tersebut, sedang pada unit sekolah, kewenangan ada pada
kepala sekolah beserta jajarannya dan di kelas adalah guru. Demikian juga dalam pelaksanaan kurikulum, dalam desentralisasi
kurikulum tidak kaku dengan berpatokkan pada petunjuk pelaksana maupun petunjuk teknis serta seragam untuk semua sekolah, melainkan kurikulum
bersifat lebih luwes sesuai dengan kebutuhan sekolahsiswa dan karakter daerah masing-masing. Selain itu dinamika kerja guru maupun civitas akademika
sekolah pada umumnya mendapat banyak kesempatan dan keleluasaan berpartisipasi. Kepala sekolah dan guru dapat membuat dan melakukan banyak
program yang dianggap sesuai dengan kebutuhan sekolah maupun peserta didik. Pelaksanaan desentralisasi dalam dunia pendidikan tidak berjalan dengan
lancar karena menemui banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satu