INTENSIFIKASI PENGELOLAAN PAJAK REKLAME MELALUI PERBAIKAN TARIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

INTENSIFIKASI PENGELOLAAN PAJAK REKLAME MELALUI PERBAIKAN TARIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

M. IVAN AFRIHANSA

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang diperoleh dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang -undangan demi menggali potensi daerah masing-masing untuk mencapai kemandirian daerah. Pajak reklame merupakan salah satu komponen pajak daerah terutama di Kota Bandar Lampung. Masalah yang terjadi adalah bahwa peraturan daerah yang memuat tentang sistematis pemungutan pajak reklame di Kota Bandar Lampung telah lama tidak dirasionalisasi sehingga perlu adanya rasionaliasi tarif dan estimasi target penerimaan pajak reklame pada tahun–tahun mendatang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data realisasi penerimaan pajak reklame Kota Bandar Lampung periode 2011 – 2014. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan dengan menggunakan teori – teori dan data – data yang berhubungan dengan penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa tarif dari masing – masing jenis pajak reklame harus dirasionalisasi secara berkala dengan memperhatikan tingkat inflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung sehingga target penerimaan di masa depan lebih tinggi nilai nya dibandingkan dengan realisasi penerimaan sebelum rasionalisasi tarif serta kenaikan nya melampaui tingkat inflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah (PAD), Rasionalisasi Tarif Pajak Reklame, Estimasi Target Penerimaan Pajak Reklame.


(2)

INTENSIFICATION OF ADVERTISING MANAGEMENT THROUGH TAX RATES IMPROVEMENT IN ORDER TO INCREASE REVENUE OF

BANDAR LAMPUNG CITY

By

M. IVAN AFRIHANSA

Local Revenue (PAD) is regional revenue earned and collected by local regulations in accordance with the legislation in order to explore the potential of each region to achieve the region's autonomy. Advertisement tax is one component of local taxes, especially in Bandar Lampung. The major problem is that local regulation containing systematic advertisement taxation in Bandar Lampung has been rationalized so it needs to have rate rasionalization and target of advertisement tax revenue estimation in the next year. The used data in this research is data of advertising tax acceptance realization of Bandar Lampung during period 2011 – 2014. The analysis method used in this research is quantitative descriptive analysis method, research that is processed and analyzed to be concluded by using the theory and data related to this study. The conclusion of this study is that the rate of each type of advertising tax should be rationalized periodically by observing the rate of inflation that occurred in Bandar Lampung so revenue target in the future is higher in value than the actual revenues before the rate rationalization also grown beyond the level of inflation that occurred in Bandar Lampung.

Keywords: Local Revenue, Rationalization of Advertising Tax Rate, Advertising Tax Acceptance Estimated Target.


(3)

PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

M. Ivan Afrihansa

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 23 April 1990, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Drs. Amri Johan (alm) dan Dra. Leli Afiani (alm).

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak - Kanak Pertiwi Kota Bandar Lampung pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Talang Kota Bandar Lampung pada tahun 1996. Kemudian setelah lulus pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 03 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan berikutnya di SMA Negeri 02 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu, pada tahun 2009 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).


(8)

“Kesempurnaan hidup dan kemuliaan hidup tidak pantas menghampiri orang–orang yang malas”

(M. Ivan Afrihansa)

“Hidup bukan hanya tentang bagaimana menjadi seseorang yang kaya harta tetapi bagaimana menjadi seseorang yang bahagia.”


(9)

Puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Intensifikasi

Pengelolaan Pajak Reklame Melalui Perbaikan Tarif Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Moneyzar Usman, S.E., M.Si., sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., sebagai Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

5. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P., sebagai pembimbing skripsi. Tidak hanya membimbing penulisan skripsi ini sejak awal beliau juga sangat banyak menanamkan nilai – nilai kehidupan kepada saya dan memberi pesan bahwa

kelak saya harus dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.


(10)

hasil hingga ujian komprehensif.

7. Bapak Dr. Syahfirin Abdullah, S.E., M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik.

8. Keluargaku, ayahku Drs. Amri Johan (alm), mamaku Dra. Leli Afiani (alm), abang iparku Astian Bayu Wijaya, kakakku Azalia Yohanis, Amd. Keb., adikku Asrilia Annisa, keponakanku Bianca Rumaisha Wijaya dan Cyara Latisha Wijaya atas semangat, doa, dan dukungan moril ataupun materil demi kelancaran kuliahku.

9. Ibu Hudaiyah, Pak Fajar, Mpok Nurul, Mas Nanang, Bang Feri, Mas Dwi, Mang Jum, dan Yuk Ani yang telah membantu kelancaran proses skripsi saya. 10. Keluarga Besar MAHEPEL, yang mungkin tidak bisa saya sebutkan namanya

satu persatu di sini, tetapi nama kalian satu per satu sangat jelas di hati ini. Kebanggaan untukku beberapa tahun ini ada di tengah–tengah orangorang

hebat seperti kalian. Kelak suatu hari saat kaki ini tidak lagi sanggup untuk melangkah air mata ini akan jatuh haru melihat bendera itu masih tegak berdiri menantang. Salam Lestari !!!

11. Easy Orient Dewantari, lebih dari sekedar wanita hebat yang menyadarkan aku bahwa hidup memang harus dipertanggungjawabkan, terimakasih atas semuanya apapun garis tuhan nanti setidaknya perjalanan ini telah saling menguatkan kita.

12. Keluarga Besar Ekonomi Pembangunan, yang lagi – lagi tidak dapat saya


(11)

13. Adik – adik tingkat jurusan ekonomi pembangunan yang telah banyak sekali

membantu dari seminar usul hingga ujian komprehensif Dimas Fajar Kasih, Gita Leviana, Chairman Sani, Abiyapto, Akhmad Rifani, Yuli, Irma Yunita, Deftiana Zerlinda, Tri Mulyani, Nizon Akriandi, Glady Merisa, Chintia Putri. 14. Teman – teman seperjuangan SMA Negeri 2 Bandar Lampung M. Alfarizi

Firdynand Icol, Ahmad Yuskas, Bili Arian, Imam Ali Akbar, M. Rindang Setiawan, Rara Diasa, Marizka Helita, Yenni Aprilia, Citra Ermiyanti, dan semuanya.

15. Teman-teman KKN Januari - Februari 2013 Pekon Tanjung Jati, Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus.

16. Pak Kakon Bang Syahril, Pak Kadus Dodo, Nenek Salmah, Minan, dan semua keluarga besar KKN Pekon Tanjung Jati, Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus.

Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan kalian semua. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, 24 Juni 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………..... i

DAFTAR TABEL………....... iii

DAFTAR GAMBAR………. iv DAFTAR LAMPIRAN………..... v

BAB I PENDAHULUAN………...... 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Permasalahan………... 6

C. Tujuan Penelitian……….8

D. Manfaat Penelitian……….... 8

E. Kerangka Pemikiran………9

F. Hipotesis………..11

G. Sistematika Penulisan………...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………... 13

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Upaya Fiskal………13

B. Pemerintah Daerah……….14

C. Pengertian Pemerintah Daerah………... 16

D. Pajak Secara Umum………... 17

E. Pajak Daerah………... 25

F. Desentralisasi Fiskal dan Teori Pertumbuhan Ekonomi……... 35

G. Upaya Pajak………... 36

H. Teori Nilai Waktu Uang………38

I. Inflasi………... 38

BAB III METODE PENELITIAN………... 41

A. Jenis dan Sumber Data……….... 41

B. Metode Pengumpulan Data………. 41

C. Alat Analisis………42

D. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung….46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………...... 50

A. Rasionalisasi Tarif Pajak Reklame………... 50

B. Estimasi Penerimaan Potensial Pajak Reklame………….…... 53


(13)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………59 A. Simpulan ………... 59 B. Saran ……….…... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Estimasi Tarif Pajak Reklame Dengan

Memperhatikan Teori Nilai Waktu Uang ……….. L1 2. Perhitungan Estimasi Target Penerimaan Pajak Reklame

Dengan Menggunakan Analisis Trend Linier ………. L2 3. Daftar Kelas Jalan dan Nilai Strategis Lokasi Penyelenggaraan

Reklame di Kota Bandar Lampung ………. L3 4. Daftar Nilai Jual Objek Pajak Reklame ………... L4 5. Contoh Perhitungan Nilai Sewa Reklame dan


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ……….11 2. Proses Pemungutan Pajak Reklame ………...34


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Target dan Realisasi Total Penerimaan Pajak Daerah

Tahun Anggaran 2011 - 2014 Kota Bandar Lampung……….…... 3 2. Kuantitas Pemasangan dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame

Tahun Anggaran 2011 - 2014 Kota Bandar Lampung………... 5 3. Daftar Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) Bandar Lampung ... 32 4. Tingkat Inflasi Kota Bandar Lampung Tahun 2011– 2014 ………... 50 5. Estimasi Tarif Pajak Reklame Dengan Memperhatikan Nilai

Waktu Uang Tahun Anggaran 2011– 2018 ………... 51 6. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Kota

Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011– 2014 ………... 53 7. Perkembangan Kenaikan Tarif Pajak Reklame Kota

Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011– 2014 ………... 54 8. Perkembangan Total Pajak Reklame Kota Bandar Lampung

Tahun Anggaran 2011– 2014 ……….55 9. Perkembangan Realisasi Penerimaan dan Estimasi Penerimaan

Potensial Pajak Reklame Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran

2011– 2014 ……….56 10. Estimasi Target Penerimaan Pajak Reklame Kota


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Daerah didasarkan asas otonomi daerah dengan mengacu pada kondisi dan situasi satuan wilayah yang bersangkutan.Dengan daerah tidak saja mengurus rumah tangganya sendiri tetapi juga menyelenggarakan tugas-tugas Pemerintah Pusat di daerah.Tentu saja hal ini membuat beban yang ditanggung oleh Pemerintah Daerah tidaklah ringan, dan untuk menyelenggarakan tugas-tugas tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar.

Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

(selanjutnya disebut dengan UU Pemda) dan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang (selanjutnya disebut dengan UU PKPD) menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari daerah itu sendiri dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing– masing daerah.

Terhitung sejak tanggal 1 Januari 2001 Otonomi Daerah secara efektif diberlakukan.PAD menjadi andalan daerah dalam penyumbang pendapatan


(18)

daerah, pada sisi lain Pemerintah Daerah diharapkan mampu mengembangkan dan menumbuhkan kemandirian daerah melalui peningkatan peran serta masyarakat.Sebagai pelaku ekonomi maupun sosial budaya, peran

sertamasyarakat menempati posisi tertinggi dan karena itu perlu senantiasa dilibatkan dalam mendukung upaya menumbuhkan kemandirian daerah. Dengan sejak diberlakukannya otonomi daerah maka pemerintah daerah perlu berupaya untuk mengoptimalisasikan penghasilan asli daerahnya utamanya yang bersumber dari pajak daerah guna menambah APBD yang digunakan untuk kepentingan masyarakat tanpa harus menggantungkan kepada pemerintah pusat.

Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mempunyai kontribusi dan potensi terbesar adalah pajak daerah.Pajak Daerah merupakan sumber pendapatan yang dapat dikembangkan berdasarkan peraturan-peraturan pajak yang diterapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut (Syuhada Sofian, 1997).

Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara

(Pemerintah) berdasarkan Undang-Undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi

kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran. Beberapa macam pajak yang dipungut oleh pemerintah Kota Bandar Lampung diantaranya yaitu pajak reklame, pajak bumi dan bangunan pajak restoran, pajak hotel, pajak hiburan, pajak


(19)

penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Tabel 1 Target dan Realisasi Total Penerimaan Pajak Daerah Tahun Anggaran 2011 - 2014 Kota Bandar Lampung Tahun Jenis Pajak

Target Penerimaan (Rp)

Realisasi Penerimaan

(Rp) %

2011

Pajak hotel 5.954.342.000.00 6.642.066.164.00 111.55 Pajak restoran 7.249.896.000.00 8.653.596.301.00 119.36 Pajak hiburan 2.350.000.000.00 2.607.935.632.00 110.98 Pajak reklame 3.700.675.538.00 3.744.573.415.00 101.19 Pajak penerangan jalan 32.000.000.000.00 33.520.637.993.00 104.75 Pajak bumi dan

bangunan - - -

Bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan - - -

Jumlah pajak daerah 51.254.913.538.00 56.627.114.786.48 107.63 Pendapatan asli

daerah 84.167.470.269.17 87.711.803.840.41 104.21

2012

Pajak hotel 8.850.442.000.00 10.464.084.252.00 118.23 Pajak restoran 18.000.000.000.00 13.500.286.358.00 75 Pajak hiburan 3.000.000.000.00 3.048.834.184.00 101.63 Pajak reklame 8.000.000.000.00 6.315.626.735.00 78.95 Pajak penerangan jalan 33.500.000.000.00 37.551.145.206.00 112.09 Pajak bumi dan

bangunan - - -

Bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan 28.200.000.000.00 - 139.32 Jumlah pajak daerah 104.234.442.000.00 112.602.140.715.00 108.03 Pendapatan asli daerah 156.796.491.183.50 162.722.590.331.88 103.81


(20)

Tabel 1 Target dan Realisasi Total Penerimaan Pajak Daerah

Tahun Anggaran 2011 - 2014 Kota Bandar Lampung (lanjutan) Tahun Jenis Pajak

Target Penerimaan (Rp)

Realisasi Penerimaan

(Rp) %

2013

Pajak hotel 10.221.724.192.00 10.530.259.469.56 103.02 Pajak restoran 20.000.000.000.00 17.284.202.625.21 86.42 Pajak hiburan 3.693.098.000.00 4.381.068.935.00 118.63 Pajak reklame 11.000.000.000.00 14.462.490.287.00 131.48 Pajak penerangan jalan 44.000.000.000.00 50.747.328.239.00 115.33 Pajak bumi dan

bangunan 51.500.000.000.00 39.082.402.187.00 75.89 Bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan 37.500.000.000.00 43.556.504.817.00 116.15 Jumlah pajak daerah 183.315.622.192.00 183.436.575.291.26 100.07 Pendapatan asli

daerah 292.272.049.972.25 298.696.062.085.49 102.20

2014

Pajak hotel 15.000.000.160.00 12.335.668.039.50 82.24 Pajak restoran 21.000.000.000.00 20.543.727.774.60 97.83 Pajak hiburan 7.199.999.464.00 5.794.133.258.08 80.47 Pajak reklame 18.000.000.000.00 16.766.782.818.00 76.21 Pajak penerangan jalan 61.251.003.650.00 57.030.428.651.00 93.11 Pajak bumi dan

bangunan 80.000.000.000.00 45.891.610.670.00 57.36 Bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan 58.199.999.838.00 79.756.445.254.00 137.04 Jumlah pajak daerah 271.516.090.306.00 242.655.037.332.18 89.37 Pendapatan asli daerah 417.747.740.815.52 367.280.104.011.88 87.92

Memperhatikan tabel di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak daerah terus mengalami peningkatan yang cukup signikan. Pajak reklame sebagai salah satu sektor pendapatan daerah termasuk sektor yang juga mengalami peningkatan setiap tahun nya, walaupun demikian pada praktek nya penyerapan penerimaan daerah dari sektor tersebut masih kurang dari target yang ditentukan oleh


(21)

Pemerintah Kota Bandar Lampung.Capaian target penerimaan pajak reklame setiap tahun masih berfluktuasi. Pada tahun 2011-2014 secara berurut

mencapai 101,19%, 78,95 %, 131,48 % dan 76,21 %. Pajak reklame

merupakan salah satu pajak daerah yang sangat potensial di masa mendatang, selain mulai tumbuhnya pusat-pusat perbelanjaan yang baru dan dibangunnya berbagai macam properti serta berbagai usaha lainnya diberbagai sudut kota di Bandar Lampung yang pada akhirnya membutuhkan media reklame agar dikenal luas oleh masyarakat.Bertambahnya jumlah jalan baru dan jalan-jalan lingkar kota juga mengakibatkan bertambahnya jumlah reklame pada titik titik tertentu. Perkembangan perekonomian di Bandar Lampung menyebabkan munculnya bangunan baru yang menggunakan reklame.Efek dari

perkembangan pembangunan insfrastruktur jalan dan jembatan, dimana kondisi yang sebelumnya masih belum diperbaiki dan setelah adanya perbaikan maka status jalan-jalan yang semula hanya sebagai sarana dan prasarana saja telah berubah fungsi ekonomisnya.Nilai reklame pada jalan-jalan utama yang telah berubah fungsi tersebut menjadi titik-titik yang lebih strategis untuk

pemasangan reklame, juga merubah nilai sewanya.

Tabel 2 Kuantitas Pemasangan Reklame dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame di Bandar Lampung Tahun Anggaran 2011 - 2014

Tahun Kuantitas Pemasangan Reklame (pemasangan) Persentase kenaikan (%) Jumlah penerimaan Pajak Reklame (Rupiah) Persentase kenaikan (%)

2011 1371 3.744.573.415.00

2012 1967 43.47 % 6.315.626.735.00 68.66 2013 2411 22.57 % 14.462.490.287.00 128 .99 2014 2769 14.48 % 16.766.782.818.00 15.93


(22)

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak dan jumlah

penerimaan dari sektor pajak reklame setiap tahun nya mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat investasi dan

pembangunan di Kota Bandar Lampung. Tetapi secara persentase peningkatan nya belum stabil, dengan kata lain peningkatan wajib pajak belum diimbangi dengan optimal nya jumlah penerimaan nya. Hanya di tahun 2013 penerimaan dari sektor ini mengalami peningkatan yang pesat dari segi jumlah penerimaan nya sebesar 128.99 % dari tahun sebelum nya walaupun tingkat pertumbuhan wajib pajak nya hanya sebesar 22.57 % dari tahun sebelumnya.

Penelitian terdahulu yang menganalisis pajak secara umum dan pajak daerah secara khusus juga memasukan pertumbuhan ekonomi sebagai pengaruh. Kondisi perekonomian yang baik akan menciptakan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih bagus serta meningkatkan pendapatan perkapita

masyarakat. Sutrisno (2002) dalam penelitiannya membuktikan bahwa jumlah penduduk, jumlah industri, dan petugas pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak reklame.

B. Permasalahan

Pemerintah Kota Bandar Lampung sedang melakukan proses

pembangunan yang memerlukan biaya relatif besar. Pajak Reklame merupakan salah satu sumber pendapatan yang dapat dikembangkan sebagai sektor penerimaan untuk melakukan pembiayaan pembangunan. Besarnya penerimaan pajak reklame pada dasarnya tergantung pada kesiapan daerah dan potensi daerah tersebut. Di samping itu partisipasi


(23)

dan peran serta masyarakat akan sangat mendukung keberhasilan pelaksanaan pajak reklame khususnya wajib pajak reklame. Berdasarkan uraian latar belakang serta data tentang perkembangan wajib pajak dan total penerimaan dari sektor pajak reklame di Kota Bandar Lampung terlihat bahwa tidak proporsional nya antara perkembangan wajib pajak dan total penerimaan pajak reklame nya. Perkembangan total penerimaan pajak re klame antara tahun 2011 hingga tahun 2014 merupakan total penerimaan dari sektor pajak reklame yang mengacu kepada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 tentang pajak daerah. Dimana tarif pajak dari masing-masing jenis reklame telah diatur di peraturan daerah tersebut dan masih berlaku hingga saat ini.Kenaikan pendapatan dari sektor pajak reklame dikarenakan adanya kenaikan jumlah wajib pajak reklame dan bukan karena kenaikan tarif pajak reklame yang dirasionalisasi. Pada umum nya peraturan daerah yang memuat tarif pajak tersebut berlaku dalam jangka waktu yang lama tanpa memperhatikan inflasi rata-rata per tahun di daerah Kota Bandar Lampung, maka perlu adanya penyesuaian tarif pajak reklame serta target penerimaan yang harus dirasionalisasi dengan memperhatikan kenaikan inflasi di daerah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apakah tarif pajak dari masing-masing jenis pajak reklame telah sesuai dengan rasionalisasi tarif yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah dalam kurun waktu tertentu?


(24)

2. Sejauhmana pertumbuhan kuantitas pemasangan reklame dan tarif yang telah dirasionalisasi berpengaruh terhadap target penerimaan di masa yang akan datang?

3. Apakah target penerimaan pajak reklame dapat meningkat di masa datang dan peningkatannya melampaui inflasi di Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besarnya tarif yang ideal dari masing-masing jenis pajak reklame di tahun-tahun berikutnya.

2. Untuk mengetahui selisih antara realisasi penerimaan pajak reklame sebelum dan sesudah rasionalisasi.

3. Untuk mengetahui besarnya target penerimaan yang ideal dari sektor pajak reklame di tahun-tahun berikutnya.

D. Manfaat penelitian

1. Memberikan gambaran dan pemahaman yang jelas mengenai keberadaan sektor pajak reklame di Kota Bandar Lampung.

2. Memaparkan hasil rasionalisasi pajak reklame dari segi perbaikan tarif dan target penerimaan untuk tahun-tahun mendatang.

3. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan studi perbandingan atau informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(25)

E. Kerangka Pemikiran

Tahun 2001 merupakan tahun yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia, pola pengaturan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah yang semula bersifat sentralistik di masa orde baru yang diterjemahkan melalui Undang-Undang No.5 Tahun 1974 telah dirubah dalam suatu pola hubungan yang lebih bersifat desentralisasi, dimanifestasikan melalui dasar hukum UU No.22 Tahun 1999 serta UU No.25 Tahun 1999 yang kini telah direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004. Besaran perubahan yang dikehendaki dalam reformasi tersebut dapat disimak dari pergeseran dari sejumlah model dan paradigma pemerintah daerah, dari “structural efficiency model” yang menekankan efisiensi dan keseragaman pemerintah lokal dirubah menjadi “local democracy model” dengan penekanan pada nilai-nilai demokrasi dan keberagaman di dalam penyelenggaraan pemerintah lokal (Bhenyamin Hoessein, 2002).

Salah satu tujuan desentralisasi fiskal adalah meciptakan kemandirian daerah. Dalam perspektif ini pemerintah daerah diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan lokal khusus nya melalui pendapatan asli daerah (Sidik, 2002). Pendapatan asli daerah idealnya menjadi sumber utama pendapatan lokal. Sumber pendapatan lain relatiffluktuatif dan cenderung di luar kontrol atau kewenangan pemerintah daerah. Sesuai dengan Undang-undang No.33 Tahun 2004 disebutkan bahwasanya pendapatan asli daerah terdiri dari : 1. Hasil pajak daerah


(26)

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Namun di dalam perkembangan selanjutnya, diantara semua komponen pendapatan asli daerah (PAD), pajak daerah merupakan penyumbang terbesar. Pajak dareah memiliki peranan penting bagi pembangunan Kota Bandar Lampung. Optimalisasi penerimaan pajak atau upaya fiskal (fiscal effort) yang memperlihatkan seberapa besar upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam meningkatkan pajak hendaknya didukung dengan upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas layanan publik masyarakat setempat. Pajak reklame yang merupakan salah satu komponen penerimaan daerah dari sektor pajak daerah sangat menarik untuk diangkat. Mengingat pembangunan daerah di Kota Bandar Lampung cukup mendapat perhatian yang pesat dengan semakin berkembang nya pembangunan saran dan prasarana jalan serta pusat-pusat perekonomian di kota ini. Oleh sebab itu perlu adanya pengkajian lebih dalam mengenai upaya-upaya yang dilakukan pemerintah daerah yang dalam hal ini wewenang nya dilimpahkan kepada Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung apakah perkembangan penerimaan pajak reklame sesuai atau berjalan lurus dengan pesatnya pembangunan di Kota Bandar Lampung


(27)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang ada dan akan diuji kebenarannya secara ilmiah. Dari permasalahan yang dikemukakan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pajak Daerah

Pajak Reklame

Target Setelah

Dirasionalisasi Realisasi

Rasionalisasi Tarif

Kontribusi Terhadap PAD Perkembangan

Tarif Setelah Dirasionalisasi PAD


(28)

1. Realisasi penerimaan pajak reklame akan meningkat di masa yang akan datang yang disebabkan oleh kenaikan kuantitas pemasangan reklame serta rasionalisasi tarif yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. 2. Realisasi penerimaan pajak reklame akan lebih besar dibandingkan dengan

realisasi penerimaan sebelum tarif dirasionalisasi dan kenaikan nya melampaui inflasi di Bandar Lampung.

3. Jika tarif naik sesuai inflasi maka target penerimaan di masa datang akan meningkat minimal sekian persen.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penulisan ini.

Bab III Metode Penelitian yang berisikan Data dan Sumber Data, Alat Analisis, dan Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung.

Bab IV Hasil Perhitungan dan Pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Upaya Fiskal (Fiscal Effort)

Upaya adalah usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya. Sedangkan fiskal adalah berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan negara.

(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Jadi definisi upaya fiskal (fiscal effort) adalah suatu usaha yang dilakukan dalam menggali potensi fiskal untuk meningkatkan pendapatan melalui berbagai kebijakan fiskal.

Definisi kebijakan fiskal (fiscal policy) adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan


(30)

dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan tarif pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Upaya menghimpun pendapatan asli daerah harus diiringi dengan upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga mempunyai konsep bahwa peningkatan pendapatan asli daerah dilakukan dengan melalui peningktan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, upaya

peningkatan pendapatan daerah sedapat mungkin dilakukan tanpa

meningkatkan tarif melainkan melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan daerah.

Namun usaha yang dilakukan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah ini diharapkan tidak akan menimbulkan masalah-masalah baru misalnya peraturan daerah yang bermasalah-masalah. Peraturan daerah yang dinilai bermasalah kebanyakan berlandaskan pada upaya mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD). Kiat mendongkrak cepat pendapatan dengan menerbitkan retribusi jangka panjang malah akan menurunkan pendapatan tersebut.

B. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengukur ketergantungan suatu daerah terhadap pusat. Pada prinsipnya semakin besar sumbangan pendapatan asli daerah kepada anggaran dan pendapatan belanja daerah (APBD) akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat. Besar kecilnya pendapatan asli daerah


(31)

dipengaruhi oleh potensi ekonomi yang dimiliki masing-masing daerah. Jika potensi ekonomi yang dimiliki daerah semakin besar maka hal ini

menunjukkanbahwa potensi potensi pendapatan asli daerah pada daerah

tersebut juga semakin besar. Akan tetapi kemungkinan yang terjadi justru tidak demikian, kalau daerah yang bersangkutan dalam proses pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah yang ada menunjukkan indikasi yang tidak baik.

Besarnya pendapatan asli daerah pada dasarnya disamping dipengaruhi oleh potensi ekonomi daerah juga dipengaruhi faktor-faktor lain. Faktor lain yang dimaksud adalah faktor internal (yang dapat dikontrol) dan faktor eksternal (yang tidak dapat dikontrol).

Faktor internal tersebut antara lain : 1. Organisasi dan perencanaan 2. Peraturan daerah, sistem prosedur 3. Koordinasi dan kemampuan personil 4. Analisis dan pengawasan

5. Sarana dan prasarana yang dimiliki

6. Sanksi bagi wajib pajak dan wajib retribusi 7. Insentif

8. Data dasar

Sedangkan faktor eksternal antara lain :

1. Kesadaran wajib pajak dan wajib retribusi 2. Pertumbuhan objek penerimaan


(32)

4. Kebijakan pemerintah 5. Kondisi objek penerima

Berdasarkan faktor-faktor yang ada tersebut seringkali dijumpai sebagai faktor kendala dan penyebab yang mengakibatkan penerimaan PAD dapat diacuhkan secara optimum oleh daerah.

Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah mengatur sumber pendapatan daerah, dimana pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

C. Pengertian Pemerintah Daerah

Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat 2 yang dimaksud pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Negara tahun 1945. Sesuai dengan Undang-undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 dalam penjeasannya di Undang-undang nomor 32 tahun 2004, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan


(33)

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. Aspek hubungan wewenang memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Disamping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.

D. Pajak Secara Umum 1. Pengertian Pajak

Definisi atau pengertian pajak menurut UU no 28 tahun 2007 tentang KUP pajak adalah kontribusiwajib pajak kepada negara yang terhutang oleh


(34)

pribadi/badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluannegara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur:

a. Iuran dari rakyat kepada Negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

b. Berdasarkan Undang-undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Unsur Pajak

Pajak memiliki unsur-unsur yakni hal-hal yang membentuknya. Menurut Pudyadmoko (2000) unsur pajak terdiri dari:

a. Ada masyarakat

Untuk timbulnya pajak masyarakat harus ada, karena pajak diadakan guna memenuhi kepentingan bersama masyarakat atau kepentingan


(35)

umum. Tanpa adanya masyarakat tentu tidak akan ada pajak, karena itu masyarakat dipandang sebagai ajang untuk timbulnya pajak.

b. Ada Undang-undang

Adanya Undang-undang dan peraturan lain mencerminkan adanya nilai demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Ada pemungut pajak

Pajak dipandang sebagai peralihan kekayaan dari satu pihak kepada pihak lain yaitu dari rakyat selaku wajib pajak kepada pemerintah. Maka dengan sendirinya ada pihak yang melakukan pemungutan atau

menerima pengalihan kekayaan, dalam hal ini adalah pemerintah yang merupakan penyelenggara kepentingan umum sekaligus penguasa. d. Ada subjek pajak atau wajib pajak

Subjek pajak adalah orang pribadi/badan yang memenuhi syarat

subjektif, yaitu syarat yang melekat pada orang/badan sesuai dengan apa yang ditentukan oleh Undang-undang. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi syarat subjektif maupun syaratobjektif, dengan demikian subjek pajak belum tentu wajib pajak tetapi wajibpajak sudah pasti subjek pajak. Subjek pajak atau wajib pajak dibedakan menjadi:

1) Subjek pajak/wajib pajak dalam negeri adalah wajib pajak yang bertempat tinggal, berkedudukan/berdomisili di dalam negeri. 2) Subjek pajak/wajib pajak luar negeri adalah wajib pajak yang


(36)

3. Tujuan dan Fungsi Pajak

Secara umum tujuan yang dapat dicapai dari diberlakukannya pajak adalah untuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara yaitu (1) untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi ke investasi. (2) untuk mendorong tabungan dan menanam modal. (3) untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi pemerintah. (4) untuk memodifikasi pola investasi. (5) untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dan (6) untuk memobilisasi surplus ekonomi (R. Nurkse, 1971) dalam (Muchlis, 2002).

Pada dasarnya fungsi pajak menurut Tjahyono (2000) adalah sebagai sumber keuangan negara. Namun ada fungsi lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu pajak sebagai fungsi mengatur. Berikut adalah penjelasan untuk masingmasing fungsi tersebut :

a. Fungsi sumber keuangan negara (budgetair).

Fungsi sumber keuangan negara fungsi pajak untuk memasukkan uang ke kas negara atau sebagai sumber penerimaan negara dan digunakan untuk pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran

pembangunan.

b. Fungsi mengatur (regularend).

Fungsi mengatur dimaksudkan sebagai usaha pemerintah untuk turut campur tangan dalam hal mengatur, mengubah susunan pendapatan dan kekayaan sektor swasta.


(37)

Pada fungsi mengatur (regularend), pemungutan pajak digunakan : 1) Sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan negara dalam bidang

ekonomi dan sosial.

2) Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan.

4. Penggolongan Pajak

Seperti yang diungkapkan dalam Mardiasmo (2002), terdapat tiga jenis pengelompokan pajak, yaitu :

a. Menurut Golongannya

Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua yaitu : 1) Pajak langsung

Dalam pengertian ekonomis pajaklangsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan, tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian administratif, pajak langsung adalah pajak yang dipungut secara berkala. Contoh nya yaitu pajak penghasilan.

2) Pajak tidak langsung

Dalam pengertian ekonomis pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga atau konsumen. Dalam pengertian administratif, pajak tidak langsung adalah pajakyang dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang, pembuatan akte. Contoh pajak pertambahan nilai.


(38)

b. Pajak Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu : 1) Pajak subjektif (bersifat perorangan).

Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan pajaknya harusditemukan alasan-alasan yang objektif yang berhubungan erat dengan dengan keadaan

materialnya, yaitu yang disebut daya pikul.

2) Pajak objektif (bersifat kebendaan)

Pajak objektif adalah pajak yang melihat kepada objeknya baik itu berupa benda, dapat pula berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian barulah dicari subjeknya (orang atau badan hukum) yang

bersangkutan langsung, dengan tidak mempersoalkan apakah subjek pajak ini berkediaman di Indonesia ataupun tidak.

c. Menurut Lembaga Pemungut

Menurut lembaga pemungutannya pajakdibagi menjadi dua yaitu: 1) Pajak Negara (pajak pusat)

Pajak yang dipungut pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya.

a) Pajak yang dipungut oleh Dirjen Pajak : (1) Pajak Penghasilan (PPh).


(39)

(2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN). (3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). (4) Bea materai.

5. Bea Lelang.

6. Pajak Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). b) Pajak yang dipungut Bea Cukai (Dirjen Bea Cukai).

2) Pajak Daerah

Pajak-pajak yang dipungut oleh daerah seperti Propinsi, Kabupaten maupun Kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan Rumah Tangga Daerah

masing-masing.

a) Pajak-pajak tingkat Propinsi:

(1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air. (2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas

Air.

(3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

(4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

b) Pajak-pajak tingkat Kabupaten/Kotamadya : (1) Pajak Hotel.

(2) Pajak Restoran. (3) Pajak Hiburan. (4) Pajak Reklame.


(40)

(5) Pajak Penerangan Jalan.

(6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. (7) Pajak Parkir.

5. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak, sistem yang digunakan menurut Mardiasmo (2002) sebagai berikut :

a. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh fiskus (dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif).

b. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dengan sistem ini wajib pajak harus aktif untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus hanya bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.

c. With Holding System

Suatu cara pemungutan pajak dimana penghitungan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak dilakukan oleh pihak ketiga.


(41)

6. Tarif Pajak

Tarif pajak merupakan angka atau persentase yang digunakan untuk menghitung jumlah pajak atau jumlah pajak yang terutang. Tarif pajak terdiri atas empat macam yaitu sebagai berikut :

a. Tarif Tetap

Tarif tetap adalah tarif dengan jumlah atau angka tetap berapapun yang menjadi dasar pengenaan angka pajak.

b. Tarif Proporsional (Sebanding)

Tarif Proporsional adalah tarif dengan persentase tetap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak, dan pajak yang harus dibayar selalu akan berubah sesuai dengan jumlah yang akan dikenakan.

c. Tarif Progresif (Meningkat)

Tarif Progresif adalah tarif dengan persentase yang semakin

naik/meningkat apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak naik atau meningkat.

d. Tarif Degresif (Menurun)

Tarif Degresif adalah tarif dengan persentase yang semakin turun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak naik atau meningkat.

E. Pajak Daerah

1. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi


(42)

daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

2. Jenis-jenis Pajak Daerah

Di Indonesia jenis pajak daerah yang ditentukan oleh pemerintah daerah propinsi disebut juga pajak daerah propinsi dan di pemerintah daerah tingkat kota/kabupaten disebut pajak daerah kota/kabupaten. Berdasarkan Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah, jenis-jenis pajak daerah kabupaten/kota terdiri atas :

a. Jenis pajak propinsi terdiri atas : 1) pajak kendaraan bermotor

2) bea baliknama kendaraan bermotor 3) pajak bahan bakar kendaraan bermotor 4) pajak air permukaan

5) pajak rokok

b. Jenis pajak kabupaten/ kota terdiri atas : 1) Pajak hotel

2) Pajak hiburan 3) Pajak restoran


(43)

4) Pajak reklame

5) Pajak penerangan jalan

6) Pajak mineral bukan logam dan batuan 7) Pajak parkir

8) Pajak air tanah

9) Pajak sarang burung walet

10) Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan 11) Bea perolehan hak atas bumi dan bangunan

3. Pajak Reklame

a. Pengertian Reklame

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 1 tahun 2011 reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau menunjukkan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan didengar dari suatu tempat umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame dimana pengertian reklame sendiri telah diatur dalam undang-undang.

b. Subjek, Wajib Pajak dan Objek Pajak Reklame

Subjek Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan dan atau memasang reklame. Objek Pajak Reklame adalah


(44)

penyelenggaraan reklame yang dipasang di wilayah daerah. Objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud adalah:

1) Reklame billboard/ megatron/videotron/walt. 2) Reklame melekat, wall painting, sticker 3) Reklame kain

4) Reklame selebaran

5) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan 6) Reklame udara

7) Reklame apung 8) Reklame suara 9) Reklame film/ slide 10) Reklame peragaan

Dikecualikan dari objek pajak reklame adalah :

1) Penyelenggaraan reklame oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

2) Penyelenggaraan reklame melalui televisi, Radio Pemerintah dan Warta Harian, mingguan, bulanan, internet.

3) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasangmelekat pada bangunan tempat usaha atau profesi dengan ukuran tidak melebihi 0,25 meter persegi, atau yang diselenggarakan sesuai dengan peraturan khusus yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut.

4) Reklame yang diselenggarakan semata-mata memuat nama tempat ibadah dan tempat panti asuhan.


(45)

5) Reklame yang diselenggarakan untuk kegiatan sosial, partai politik dan organisasi kemasyarakatan.

c. Tarif Pajak Reklame

Tarif pajak reklame itu sendiri menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah paling tinggi sebesar 25 %.

Berdasarkan atas Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame, tarif pajaknya ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima persen). Dasar pengenaan Pajak adalah nilai sewa reklame. Nilai sewa reklame dihitung berdasarkan pemasangan, lama pemasangan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame. Dalam hal reklame yang diselenggarakan oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, maka nilai sewa reklame dihitung berdasarkan besarnya biaya pemasangan, pemeliharaan, lama

pemasangan,nilai strategis, lokasi dan jenis reklame. Dalam hal reklame yang diselenggarakan oleh pihak ketiga, maka nilai sewa reklame ditentukan berdasarkan jumlh pembayaran untuk suatu masa pajak/masa penyelenggaraan reklame dengan memperhatikan biaya pemasangan, pemeliharaan, lama pemasangan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame.

1) Nilai sewa reklame

Nilai sewa reklame sebagaimana dimaksudkan di atas dihitung berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) dan Nilai


(46)

Strategis Lokasi (NSL) penyelenggaraan reklame dengan rumusan : NSR = NJOPR + (Nilai Strategis Lokasi x NJOPR)

Adapun nilai strategis lokasi reklame ditetapkan berdasarkan persentase dengan memperhatikan nilai strategis kelas jalan, nilai ekonomi dan nilai promotif dari titik lokasi pemasangan reklame. Kelas jalan sebagaimana dimaksud diklasifikasikan ke dalam kelas jalan utama (jalan protocol), jalan kelas I, jalan kelas II dan jalan kelas III. Nilai strategis dari kelas jalan tersebut diberi nilai bobot

persentase bervariasi berdasarkan tingkat nilai ekonomi dan nilai promotif dari lokasi penyelenggaraan reklame.

2) Daftar kelas jalan dan nilai strategis lokasi penyelenggaraan reklame di wilayah Kota Bandar Lampung

a) Kelompok Jalan Kelas Utama

b) merupakan kelompok ruas jalan protokol dengan kepadatan penduduk paling tinggi yang memungkinkan reklame dapat dilihat dan diakses banyak orang dengan waktu yang lama. Memiliki nilai strategis yang paling tinggi yaitu sebesar 20 %. Kelompok jalan ini meliputi diantara nya yaitu Jl. Soekarno Hatta, Jl. Sultan Agung, Jl. Z.A. Pagar Alam, Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. R.A. Kartini, Jl. Yos Sudarso, Jl. Ahmad Yani, Jl. W.R. Monginsidi, Jl. Pangeran Antasari, Jl. Laksmana Malahayati, dan seterusnya.


(47)

Merupakan kelompok jalan dengan nilai strategis lokasi sebesar 20% meliputi diantaranya yaitu Jl. M.H. Thamrin, Jl. Agus Salim, Jl. Pattimura, Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Jl. Prof. Dr. Sutami, Jl. Ikan Nila, Jl. Ikan Salem, Jl. Ikan Julung, Jl. Ikan Layur, Jl. Hayam Wuruk, Jl. Cut Nyak Dien, Jl. Cik Ditiro, dan seterusnya. d) Kelompok Jalan Kelas II

Merupakan kelompok jalan dengan nilai strategis lokasi sebesar 15% meliputi diantaranya yaitu Jl. Kamarudin, Jl. Cendana, Jl. Nunyai, Jl. Kepayang, Jl. Nusantara, Jl. Kelinci, Jl. Kancil, Jl. Onta, Jl. Padjajaran, Jl. Pulau Legundi, Jl. Purnawirawan, Jl. P. Karimun Jaya, dan seterusnya.

e) Kelompok Jalan Kelas III

Yaitu hanya merupakan kelompok ruas-ruas jalan penghubung dimana nilai strategis lokasi nya paling kecil yaitu sebesar 10%. Kelompok jalan ini merupakan kelompok ruas-ruas jalan yang tidak termasuk ke dalam kelompok jalan utama, kelompok jalan kelas I dan kelompok jalan kelas


(48)

Tabel 3 Daftar Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) Kota Bandar Lampung

NO JENIS REKLAME

NJOPR

SAT. KET. KETINGGIAN ≤9,99 m 10 m s.d 19,99 m

≥ 20 m 1 Megatron/Videotron/

LED 100 115 125

/m2/menit/ hari 2

Billboard :

a. di atas tanah 5.000 5.150 5.250 /m

2

/hari b. di atas

gedung/bangunan 3.500 3.750 4.000 /m

2

/hari

3

Neon Box/Neon Sign :

a. Di atas tanah

5.350 5.500 5.650 /m2/hari b. di atas

gedung/bangunan 4.100 4.250 4.400 /m

2

/hari 4 Reklame kain 2.500 3.000 3.500 /m2/hari 5 Banner 10.000 12.500 13.500 /m2/hari

6 Bando 6.750 /m2/hari All

Size 7 Reklame

udara/balon udara 167.000 /buah/hari

Minimal 1 (satu) bulan

8 Reklame

kendaraan/berjalan 4.000 /m

2

/hari

9 Reklame film/slide 10 Per detik Minimal 60 detik 10 Reklame suara 750 Per detik Minimal 60 detik 11 Reklame peragaan :

a. Peragaan diluar ruangan yang bersifat permanen

9.000 Per detik Minimal 60 detik b. Peragaan yang

tidak permanen 7.500 Setiap kali peragaan 12 Wall painting dan

sejenisnya Dihitung 50% dari nilai tarif Pajak Billboard 13

Reklame dalam Gedung/Ruangan (Non Film/slide)

Dihitung 35% dari nilai tarif Pajak Reklame diluar Gedung/Ruangan


(49)

d. Mekanisme Pemungutan Pajak Reklame

Pajak Reklame disini menggunakan sistem pemungutan reklame yaitu menggunakan Official Assesment System yaitu suatu suatu sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak yang harus dilunasi atau pajak yang terutang oleh wajib pajak ditentukan oleh fiskus. Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :

1. Seorang wajib pajak dalam hal ini dalam hal ini wajib pajak reklame jika ingin memasang atau menyelenggarakan suatu reklame di suatu media reklame maka wajib pajak tersebut harus mengajukan permohonan izin reklame ke Dinas Pendapatan Daerah guna mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah. 2. Pendaftaran dan pendataan wajib pajak dapat dilakukan pada saat

wajib pajak melakukan permohonan pembayaran pajak dengan mengisi formulir pendaftaran dan pendataan yang diberikan kepada wajib pajak.

3. Dinas Pendapatan Daerah menerima formulir pendaftaran dan pendataan yang telah diisi dengan jelas, benar dan lengkap oleh wajib pajak dan mencatat ke dalam Daftar Induk Wajib Pajak sesuai nomor urut untuk selanjutnya diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

4. Walikota menunjuk Kepala Dinas Pendapatan sebagai pejabat yang ditunjuk atas nama Walikota untuk menetapkan pajak terhutang, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan memberikan persetujuan atas permohonan wajib pajak untuk mengangsur atau


(50)

menunda pembayaran pajak terhutang setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Gambar 2 Proses Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak reklame Keterangan:

1. NPWPD : Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah 2. SPTPD : Surat Pemberitahuan Pajak Daerah 3. SKPD : Surat Ketetapan Pajak Daerah

4. SKPDKB : Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar 5. SKPDN : Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil

6. SKPDKBT : Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan

7. SSPD : Surat Setoran Pajak Daerah Pendaftaran

Wajib Pajak

NPWPD

SPTPD

SKPD

SKPDN

SSPD

SKPDKB

SKPDKBT

Pembayaran paling lambat 30 hari sejak SKPD diterima. Apabila terlambat dikenai denda 2% per bulan (dengan SKPD)


(51)

F. Desentralisasi Fiskal dan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Desentralisasi fiskal memang diyakini oleh para ahli akan mempunyai efek terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi harus diakui bahwa teoritis yang menjelaskan hubungan kedua hal tersebut saat ini sedang dikembangkan dan menjadi perdebatan diantara para ahli. Terdapat argumentasi yang menyatakan bahwa efek dari desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan efisiensi alokasi atas berbagai sumber daya publik.

Berbagai penelitian mengenai kaitan desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara menemukan hasil yang bervariasi dan tidak konsisten satu dengan lainnya. Walaupun berbagai literatur teoritik sepakat bahwa implementasi desentralisasi fiskal yang tepat akan mendorong peningkatan efisiensi ekonomi, khusus nya di sektor publik dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Namun berbagai kajian empirik penerapan desentralisasi fiskal di berbagai negara menghasilkan output yang bervariasi.

Secara intuitif desentralisasi fiskal dapat mendorong efisiensi ekonomi dan secara dinamis akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Oates, 1993; Martines dan McNab, 1997). Mereka berargumen bahwa pengeluaran untuk infrastruktur dan sektor sosial akan efektif dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena daerah mengetahui karakteristik daerahnya masing-masing. Jadi menurut pandangan ini pemerintah daerah dipercaya dapat mengalokasikan dana kepada setiap sektor ekonomi secara efisien daripada yang dilakukan pemerintah pusat. Tetapi pengaruh langsung


(52)

desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi jika desentralisasi fiskal tidak berjalan secara efektif.

Pertumbuhan ekonomi dari sudut tinjauan ekonomi dapat direfleksikan oleh prosuk domestik bruto (PDB). Variabel ini sering digunakan untuk mengukur seberapa baik suatu negara sudah dikelola dengan benar. Menurut Mankiw (1999), PDB dapat dipandang dalam dua hal. Pertama, total pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam perekonomian. Kedua adalah total

pengeluaran atas barang dan jasa dalam ekonomi. Dari dua pandangan tersebut, PDB dapat mencerminkan kinerja pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Menurut studi yang dilakukan oleh Zhang dan Zou (1998), menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi disuatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti desentralisasi fiskal, tenaga kerja, perpajakan nasional, perpajakan provinsi, investasi, keterbukaan ekonomi dan pengeluaran pemerintah di masing-masing sektor dalam ekonomi. Faktor lain yang juga bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk, tingkat pengangguran dan

perkembangan teknologi (Mankiw, 1999).

G.Upaya Pajak

Upaya pajak (tax effort) sering kali diidentikan dengan tekanan fiskal (fiscal stress) otonomi daerah ditunjukan untuk meningkatkan kemandirian daerah, yang diindikasikan dengan meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah cenderung menggali potensi penerimaan pajak untuk meningkatkan penerimaan daerahnya. Upaya pajak (tax effort) adalah upaya peningkatan


(53)

pajak daerah yang diukur melalui perbandingan antara hasil penerimaan (realisasi) sumber-sumber pendapatan asli daerah. Tax effort menunjukan upaya pemerintah untuk mendapatkan pendapatan bagi daerahnya dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki. Potensi dalam pengertian ini adalah seberapa besar target yang ditetapkan pemerintah daerah dapat dicapai dalam tahun anggaran daerah tersebut.

Upaya pajak merupakan aspek relevan bila dikaitkan dengan tujuan otonomi daerah, yaitu peningkatan kemandirian daerah. Kemandirian daerah seringkali diukur dengan menggunakan pendapatan asli daerah (PAD), dimana pajak daerah dan retribusi daerah menjadi komponen PAD yang memberikan kontribusi yang sangat besar.

Pelaksanakan otonomi daerah direspon secara agresif oleh pemerintah daerah dengan menerbitkan peraturan-peraturan daerah terkait dengan pajak maupun retribusi daerah. Upaya pajak juga dapat diperlihatkan melauli posisi fiskal. Posisi fiskal ini dapat ditentukan melalui konsep elastisitas fiskal. Jadi secara tidak langsung upaya pajak ini dapat diperlihatkan melalui konsep elastisitas fiskal tersebut. Konsep ini akan memperlihatkan pengaruh PDRB terhadap kenaikan pendapatan daerah. Seberapa besar PDRB dapat mempengaruhi peningkatan pendapatan daerah yang diperlihatkan oleh persentase.


(54)

H. Teori Nilai Waktu Uang

Time value of money atau dalam bahasa Indonesia disebut nilai waktu uang adalah merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu.

Hal tersebut sangat mendasar karena nilai uang akan berubah menurut waktu yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti adanya inflasi, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah dalam hal pajak, suasana politik, dan lainnya.

Teori nilai waktu uang di masa datang dirumuskan sebagai berikut : FV = Ko (1 + r) ^n

Keterangan :

FV = Future Value atau Nilai Mendatang Ko = Nilai Awal

r = Rate atau tingkat Bunga

^n = Tahun Ke-n (dibaca dan dihitung pangkat n)

I. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau


(55)

bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses

menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

2. Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan yaitu kelebihan likuiditas, uang atau alat tukar lebih yang lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter dimana wewenang nya dipegang oleh Bank Sentral. Penyebab yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi ,distribusi atau juga termasuk kurangnya distribusi yang lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah seperti kebijakan fiscal diantaranya perpajakan, pungutan, inesntif ataupun disinsentif juga termasuk kebijakan pembangunan

infrastruktur, regulasi, dll.

3. Penggolongan Inflasi

a. Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri.


(56)

Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

b. Berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga, inflasi terbagi menjadi inflasi tertutup (closed inflation) dan inflasi terbuka (open

inflation). Inflasi tertutup (closed inflation) terjadi jikakenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, sedangkan inflasi terbuka (open inflation) menunjukan kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum.

c. Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan : a. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)

b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% per tahun) c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% per tahun) d. Hiperinflasi (lebih dari 100% per tahun)


(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder atau data pendukung ini adalah semua data yang diperoleh dari studi pustaka untuk beberapa teori yang berkaitan dengan permasalahan dan juga sebagai pembanding terhadap hasil – hasil penelitian terdahulu untuk mendukung pemecahan permasalahan.. Adapun wujud dari data sekunder yang terdapat di dalam penelitian ini misalnya jumlah PendapatanAsli Daerah khususnya pajak reklame, kontribusinya terhadap PAD dan beberapa data lainnya yang sangat terkait dengan tema penulisan penelitian ini yang didapat dari Dinas

Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung selaku pihak yang berwenang dalam pengelolaan pajak daerah Kota Bandar Lampung.

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis mempergunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagaiberikut :


(58)

a) Wawancaraatau interview

Ini adalah suatu kegiatan untuk mencari data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan berbagai pihak yang dianggap dapat memberikan data atau keterangan terpercaya. Adapun pihak-pihak yang dimaksudkan, misalnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung dan jugapihak yang mampu memberikan data yang berkaitan dengan penelitian ini.

b) Observasi

Observasi atau pengantar ini adalah kegiatan untuk mencari data dengan jalan mengamati secara langsung beberapa aktifitas dan juga kondisi yang terjadi padao bjek yang diteliti.

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengumpulan bahan bahan tertulis berupa buku-buku, data-data yang tersedia dan laporan-laporan yang relevan dengan objek penelitian untuk mendukung data yang sudah ada.

C. Alat analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah alat analisis yang bersifat deskriptif kuantitatif.


(59)

Untuk menghitung perkembangan tarif yang ideal di masa depan

menggunakan teori nilai waktu uang (time value of money), menggunakan rumus sebagai berikut :

Mn = (1 + i

Mn = tarif tahun bersangkutan Mo = tarif tahun awal

i = rata-rata inflasi n = periode ke-n

Estimasi Perkembangan Tarif Pajak Reklame Sesudah Rasionalisasi Di Kota Bandar Lampung

Jenis PajakReklame

2011 ( )

2012 ( )

2013 ( )

2014 ( )

2015 ( )

2016 ( )

2017 ( )

2018 ( )

 Tahun dasar adalah tahun 2011 dimana Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame Kota Bandar Lampung dilaksanakan.


(60)

Untuk estimasi perkembangan kuantitas pemasangan reklame menggunakan persamaan trend linier sebagaiberikut :

Y =

Y = kuantitas pemasangan reklame X = periode perhitungan (tahunke-n)

= konstanta garis trend linier = koefisien arah garis trend linier

Catatan :

Tahun dasar adalah tahun 2011 yaitu tahun dimana tarif pajak reklame yang termuat di dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung pertama kali dijalankan.

Untuk menganalisis selisih antara realisasi pendapatan pajak reklame sebelum dan sesudah tarif dirasionalisasi menggunakan analisis statistik deskriptif (analisis tabel).


(61)

Estimasi Perkembangan Target Penerimaan Sebelum dan Sesudah Rasionaliasi Tarif Pajak Reklame

Kota Bandar Lampung

Tahun Perkembangan Kuantitas Pemasangan Reklame (%) Perkembangan Kenaikan Tarif (%) Perkembangan Total Sebelum dan Sesudah Rasionalisasi Tarif (%) Penerimaan Total (Rp) Estimasi Penerimaan Potensial (Rp) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Analisis tabel di atas nantinya akan menunjukkan bagaimana pengaruh rasionalisasi tarif dan perkembangan kuantitas pemasangan reklame terhadap perkembangan penerimaan total pajak reklame di tahun – tahun mendatang.


(62)

D. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung

1. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung menetapkan visi :

“Terwujudnya penerimaan daerah yang optimal dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan serta mewujudkan masyarakat Bandar Lampung yang aman, sejahtera, maju dan modern”.

Dalam mewujudkan visi tersebut maka misi yang diemban oleh Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung adalah :

1. Melaksanakan upaya-upaya terobosan dalam memperluas

kewenanganuntuk menggali sumber-sumber penerimaan daerah sesuai dengan UU No.28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. 2. Menggali sumber-sumber penerimaan melalui kebijakan intensifikasi dan

ekstensifikasi.

3. Meningkatkan kamampuan sumber daya manusia/ aparatur agar terwujudnya profesionalisme dalam pelaksanaan tugas.

4. Melakukan upaya-upaya kepada profesionalisme dalam hal penetapan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan instansi secara bertahap dan pasti. 5. Menetapkan kualitas data sehingga dapat menentukan target penerimaan

yang sesuai dengan potensi sesungguhnya.

6. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat (wajib pajak) pada pemerintah.


(63)

7. Menambah dan meningkatkan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana yang ada dalam rangka mendukung program kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung.

2. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 63 Tahun 2011 tentang tugas, fungsi, dan tata kerja Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung terdiri dari :

a. Kepala Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung. b. Sekretaris membawahi :

1. Sub-Bagian Penyusunan Program, Monitoring dan Evaluasi; 2. Sub-Bagian Umum dan Kepegawaian;

3. Sub-Bagian Keuangan.

c. Bidang Perencanaan dan Pengendalian Operasional, membawahi : 1. Seksi Pengendalian dan Pengawasan;

2. Seksi Perencanaan dan Ekstensifikasi Pendapatan; 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

d. Bidang Pendapatan, membawahi :

1. Seksi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

2. Seksi Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan; 3. Seksi Penerimaan Sumber Lain-Lain.

e. Bidang Pendaftaran dan Penetapan, membawahi : 1. Seksi Pendaftaran;


(64)

2. Seksi Penetapan;

3. Seksi Keberatan dan Angsuran.

f. Bidang Pembukuan dan Pelaporan, membawahi : 1. Seksi Pembukuan Penerimaan;

2. Seksi Pembukuan SKPD/RD; 3. Seksi Pelaporan Penerimaan; g. Unit Pelaksana Teknis

h. Kelompok Jabatan Fungsional 3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung pasal 3 No.63 Tahun 2011, Dinas Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pengelolaan pendapatan daerah berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada keputusan walikota tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi :

a. pengelolaan urusan administrasi keuangan dan penyusunan anggaran dinas b. perumusan kebijakan teknis, perencanaan, pembinaan, pengawasan, dan

pengendalian di bidang pendapatan daerah

c. penyelenggaraan kegiatan teknis operasional pemungutan pajak daerah d. pengelolaan urusan pembukuan dan pelaporan pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB

e. pengkoordinasian di bidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait dalam pemungutan pajak dan retribusi


(65)

f. pembinaan terhadap unit pelaksana teknis sesuai dengan lingkup tugasnya g. penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum bidang

pendapatan daerah

h. pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Rasionalisasi tarif pajak reklame mengakibatkan kenaikan tarif dari masing – masing jenis pajak reklame pada masa mendatang akibat kenaikan inflasi rata – rata di Bandar Lampung pada tahun – tahun terakhir. Dengan demikian seiring dengan kenaikan tarif dan kenaikan kuantitas pemasangan reklame maka pemerintah perlu menaikan target penerimaan pajak reklame pada tahun – tahun berikutnya dengan mengacu kepada hasil rasionalisasi target penerimaan pajak reklame. 2. Target penerimaan pajak reklame pada tahun – tahun berikutnya

meningkat seiring dengan rasionalisasi tarif yang akan dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung serta akibat kenaikan kuantitas pemasangan reklame pada tahun – tahun berikutnya.

3. Target penerimaan pajak reklame di masa mendatang lebih tinggi nilainya dibandingkan realisasi penerimaan sebelum tarif

dirasionalisasi dan kenaikan nya melampaui inflasi di Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba memberikan saran – saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi


(67)

kemajuan Pemerintah Kota Bandar Lampung di masa mendatang dalam upaya menningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak reklame. Adapun saran antara lain :

1. Melakukan pembaharuan secara berkala terhadap peraturan daerah yang mengatur tentang tarif pajak reklame dengan memperhatikan kenaikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung. 2. Meningkatkan target penerimaan pajak reklame dengan mengacu

kepada hasil rasionalisasi target penerimaan demi lebih memacu kinerja dari Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pajak reklame.

3. Melakukan kajian ulang penataan titik – titik strategis lokasi pemasangan reklame dengan lebih memperhatikan baik aspek ekonomis maupun aspek estetikanya.

4. Melakukan pendataan secara terstruktur dan sistematis terhadap objek pajak, secara aktif melakukan pendataan terhadap obek – objek pajak baru serta meningkatkan pengawasan dan pemberian sanksi yang tegas terhadap reklame ilegal atau tidak berizin dalam rangka optimalisasi kuantitas pemasangan reklame di Kota Bandar Lampung.

5. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi tentang pentingnya kewajiban membayar pajak demi meningkatkan pelayanan dan pembangunan serta secara aktif menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan pihak swasta sehingga peran serta nya akan dapat dinikmati oleh masyarakat Kota Bandar Lampung secara lebih luas, adil, dan merata.


(68)

Hoessein, Benyamin. 2002.Nilai–Nilai Demokrasi dan Keberagaman di Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Lokal. Jurnal. Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi. Diakses Pada Tanggal 5 Februari 2015 Pukul 09.50 WIB

http://www.bandarlampung.bpk.go.id/?page_id=977. Diakses Pada Tanggal 12 Januari 2015 Pukul 19.37 WIB

http://pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id/?p=3914. Diakses Pada Tanggal 5 Februari 2015 Pukul 09.23 WIB

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. Diakses Pada Tanggal 20 Januari 2015 Pukul 20.56 WIB

Mankiw. 1999.Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Muchlis. 2002.Fungsi Pajak Dalam Memobilisasi Surplus Ekonomi. Jurnal.

Yogyakarta


(69)

Sidik. 2002.Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal. Jakarta.

Sutrisno. 2002.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Reklame. Jurnal. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Syuhada, Sofian. 1997.Prospek dan Alternatif “Action Plan” Pemajakan Reklame Dalam Mendongkrak PAD Kota Semarang. Gema Stikubank. Semarang.

Tjahyono. 2000.Pajak Sebagai Sumber Keuangan Negara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Zhang dan Zou. 1998.Pengaruh Perpajakan Provinsi dan Perpajakan Nasional Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal. Jakarta.


(1)

2. Seksi Penetapan;

3. Seksi Keberatan dan Angsuran.

f. Bidang Pembukuan dan Pelaporan, membawahi : 1. Seksi Pembukuan Penerimaan;

2. Seksi Pembukuan SKPD/RD; 3. Seksi Pelaporan Penerimaan; g. Unit Pelaksana Teknis

h. Kelompok Jabatan Fungsional

3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Walikota Bandar Lampung pasal 3 No.63 Tahun 2011, Dinas Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pengelolaan pendapatan daerah berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada keputusan walikota tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi :

a. pengelolaan urusan administrasi keuangan dan penyusunan anggaran dinas b. perumusan kebijakan teknis, perencanaan, pembinaan, pengawasan, dan

pengendalian di bidang pendapatan daerah

c. penyelenggaraan kegiatan teknis operasional pemungutan pajak daerah d. pengelolaan urusan pembukuan dan pelaporan pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB

e. pengkoordinasian di bidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait dalam pemungutan pajak dan retribusi


(2)

49

f. pembinaan terhadap unit pelaksana teknis sesuai dengan lingkup tugasnya g. penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum bidang

pendapatan daerah

h. pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Rasionalisasi tarif pajak reklame mengakibatkan kenaikan tarif dari masing – masing jenis pajak reklame pada masa mendatang akibat kenaikan inflasi rata – rata di Bandar Lampung pada tahun – tahun terakhir. Dengan demikian seiring dengan kenaikan tarif dan kenaikan kuantitas pemasangan reklame maka pemerintah perlu menaikan target penerimaan pajak reklame pada tahun – tahun berikutnya dengan mengacu kepada hasil rasionalisasi target penerimaan pajak reklame. 2. Target penerimaan pajak reklame pada tahun – tahun berikutnya

meningkat seiring dengan rasionalisasi tarif yang akan dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung serta akibat kenaikan kuantitas pemasangan reklame pada tahun – tahun berikutnya.

3. Target penerimaan pajak reklame di masa mendatang lebih tinggi nilainya dibandingkan realisasi penerimaan sebelum tarif

dirasionalisasi dan kenaikan nya melampaui inflasi di Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba memberikan saran – saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi


(4)

60

kemajuan Pemerintah Kota Bandar Lampung di masa mendatang dalam upaya menningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak reklame. Adapun saran antara lain :

1. Melakukan pembaharuan secara berkala terhadap peraturan daerah yang mengatur tentang tarif pajak reklame dengan memperhatikan kenaikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung. 2. Meningkatkan target penerimaan pajak reklame dengan mengacu

kepada hasil rasionalisasi target penerimaan demi lebih memacu kinerja dari Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pajak reklame.

3. Melakukan kajian ulang penataan titik – titik strategis lokasi pemasangan reklame dengan lebih memperhatikan baik aspek ekonomis maupun aspek estetikanya.

4. Melakukan pendataan secara terstruktur dan sistematis terhadap objek pajak, secara aktif melakukan pendataan terhadap obek – objek pajak baru serta meningkatkan pengawasan dan pemberian sanksi yang tegas terhadap reklame ilegal atau tidak berizin dalam rangka optimalisasi kuantitas pemasangan reklame di Kota Bandar Lampung.

5. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi tentang pentingnya kewajiban membayar pajak demi meningkatkan pelayanan dan pembangunan serta secara aktif menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dengan pihak swasta sehingga peran serta nya akan dapat dinikmati oleh masyarakat Kota Bandar Lampung secara lebih luas, adil, dan merata.


(5)

Hoessein, Benyamin. 2002.Nilai–Nilai Demokrasi dan Keberagaman di Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Lokal. Jurnal. Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi. Diakses Pada Tanggal 5 Februari 2015 Pukul 09.50 WIB

http://www.bandarlampung.bpk.go.id/?page_id=977. Diakses Pada Tanggal 12 Januari 2015 Pukul 19.37 WIB

http://pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id/?p=3914. Diakses Pada Tanggal 5 Februari 2015 Pukul 09.23 WIB

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php. Diakses Pada Tanggal 20 Januari 2015 Pukul 20.56 WIB

Mankiw. 1999.Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Muchlis. 2002.Fungsi Pajak Dalam Memobilisasi Surplus Ekonomi. Jurnal. Yogyakarta


(6)

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 01 Tahun 2011

Sidik. 2002.Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal. Jakarta.

Sutrisno. 2002.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Reklame. Jurnal. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Syuhada, Sofian. 1997.Prospek dan Alternatif “Action Plan” Pemajakan Reklame Dalam Mendongkrak PAD Kota Semarang. Gema Stikubank. Semarang.

Tjahyono. 2000.Pajak Sebagai Sumber Keuangan Negara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Zhang dan Zou. 1998.Pengaruh Perpajakan Provinsi dan Perpajakan Nasional Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal. Jakarta.


Dokumen yang terkait

ANALISIS OPTIMASI PENERIMAAN PAJAK REKLAME TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2003-2009

0 4 14

OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011)

2 24 65

Identifikasi Pajak Unggulan Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Bandar Lampung

0 6 63

Evaluasi Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang)

11 72 182

ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME TAHUNAN dan PAJAK REKLAME INSIDENTIL DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 2010

1 5 72

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK REKLAME DAN EFEKTIVITAS PAJAK REKLAME DALAM MENINGKATKAN Analisis Potensi Penerimaan Pajak Reklame Dan Efektivitas Pajak Reklame Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah(Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keu

1 6 16

Evaluasi Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Guna Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang)

0 0 12

PENGELOLAAN PAJAK REKLAME DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Pada Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi Daerah Kota Kendari)

0 0 11

INTENSIFIKASI DAN EKSTENSIFIKASI PAJAK HIBURAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA PALEMBANG -

0 1 78

PENGARUH EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SURAKARTA

0 1 15