Penetapan Kadar Metanol dan Etanol dalam Deodoran Imperial Leather Sportif secara Kromatografi Gas

(1)

PENETAPAN KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM DEODORAN IMPERIAL LEATHER SPORTIF SECARA KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

HANIK RIFAATUM MUSLIMAH 092401069

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PENETAPAN KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM DEODORAN IMPERIAL LEATHER SPORTIF SECARA KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

HANIK RIFAATUM MUSLIMAH 092401069

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENETAPAN KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM DEODORAN IMPERIAL LEATHER SPORTIF SECARA

KROMATOGRAFI GAS

Kategori :KARYA ILMIAH

Nama : HANIK RIFAATUM MUSLIMAH Nomor Induk Mahasiswa : 092401069

Program Studi :DIPLOMA (D3) KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan,

Diketahui/ Disetujui oleh

Program Studi Diploma-3 Kimia Analis

Ketua, Pembimbing,

Dra. Emma Zaidar, MSi

NIP 195512181987012001 NIP 131689799 Dr. Minto Supeno, MS

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

NIP 195408301985032001 Dr. Rumondang Bulan, MS


(4)

PERNYATAAN

PENETAPAN KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM DEODORAN IMPERIAL LEATHER SPORTIF SECARA KROMATOGRAFI GAS

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing – masing yang disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2012

HANIK RIFAATUM MUSLIMAH NIM 092401069


(5)

PENGHARGAAN

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan BerkahNya.Sehingga penulis masih diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Sholawat dan Salam penulis ucapkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penyusun Karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis melaksanakan PKL di Balai Pengawas Obat dan Makanan, dengan judul Penetapan Kadar Metanol dan Etanol dalam Deodoran Secara Kromatografi Gas.

Penyusun karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam memenuhi karya ilmiah yang nantinya untuk mendapatkan ijazah Ahli Madya. Pada program Studi D3 Kimia Analis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, M,S selaku ketua jurusan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini.

2. Ibu Emma Zaidar, Msi selaku ketua program studi D3 kimia analis yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Dr. Minto Supeno, Ms selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini.

4. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm.,Apt. selaku kordinator, serta seluruh staf yang telah membantu dengan memberikan keterangan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.


(6)

5. Untuk Ibu Dewi Mustiawati, ST. yang turut membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

6. Untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda Imam Syafi’i dan Ibunda Siswanti yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Untuk Abang dan adik penulis Rizky Syailendra Ma’arif dan Fathiya Nailul Mahmudah yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

8. Untuk rekan rekan PKL Adwina, Nizla, Wulan dkk. Serta mahasiswa, kimia analis 2008 yang telah memberikan motivasi bantuan dan doa.

9. Untuk para sahabat penulis, Rizka Maya Sari dan Supiya Ningsih yang tidak henti hentinya memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

10.Untuk Muhammad Khairul Amri yang senantiasa memberikan semangat dan memberi motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari, dalam menyelesaikan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini dari pembaca.Semoga hasil dari karya ilmiah ini dapat membawa manfaat yang besar bagi penulis dan kita semua.Amin.

Medan, 2012


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan penetapan kadar metanol dan etanol yang terdapat dalam deodoran imperial leather sportif. Untuk penetapan kadar metanol dan etanol ini dianalisa dengan cara kromatografi gas, dengan menggunakan baku pembanding metanol dan etanol, dan baku internal n-propanol, dan menggunakan gas Nitrogen dan Hidrogen sebagai fase gerak dan dimetil polisiloksane sebagai fase diam.


(8)

ABSTRACT

DETERMINATIONTHECONTENTOF METHANOL AND ETHANOL INDEODORANT IMPERIAL LEATHER SPORTIF WITH GAS

CHROMATOGRAPHY

Experimentshave beencarried outthe contentof methanolandethanolcontainedin deodorantimperialleathersportif.Forcontent

ofmethanolandethanolwasanalyzedbygaschromatography, using a reference standardmethanolandethanol, andn-propanol internal standard, andusingNitrogen and Hidrogengasas the mobile phaseanddimethylpolisiloksaneasthe stationary phase.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 5

1.3. Tujuan 5

1.4. Manfaat 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kosmetika 7

2.1.1. Kandungan Kosmetika 8

2.1.2. Efek Samping Kosmetika 10

2.2. Etanol dan Metanol 12

2.3. Destilasi 15

2.4. Metode Kromatografi 16

2.3.1. Kromatografi Kertas 17

2.3.2. Kromatografi Lapis Tipis 19

2.3.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) 20

2.3.4. Kromatografi Gas (GC) 20

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1. Bahan 23

3.2. Alat 23


(10)

BAB IV DATA DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1. DATA 26

4.1.1. Perhitungan 28

4.2. Pembahasan 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 30

5.2. Saran 30

Lampiran 01 UKS Baku Metanol-Etanol dan Baku Internal n-Propanol 31 Daftar Pustaka 34


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Penetapan Kadar Etanol dan Metanol 27


(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan penetapan kadar metanol dan etanol yang terdapat dalam deodoran imperial leather sportif. Untuk penetapan kadar metanol dan etanol ini dianalisa dengan cara kromatografi gas, dengan menggunakan baku pembanding metanol dan etanol, dan baku internal n-propanol, dan menggunakan gas Nitrogen dan Hidrogen sebagai fase gerak dan dimetil polisiloksane sebagai fase diam.


(13)

ABSTRACT

DETERMINATIONTHECONTENTOF METHANOL AND ETHANOL INDEODORANT IMPERIAL LEATHER SPORTIF WITH GAS

CHROMATOGRAPHY

Experimentshave beencarried outthe contentof methanolandethanolcontainedin deodorantimperialleathersportif.Forcontent

ofmethanolandethanolwasanalyzedbygaschromatography, using a reference standardmethanolandethanol, andn-propanol internal standard, andusingNitrogen and Hidrogengasas the mobile phaseanddimethylpolisiloksaneasthe stationary phase.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetika sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani “ kosmetikos “ yang berarti keterampilan menghias, mengatur, namun pada perkembangannya istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kalangan dan profesi yang berbeda, sehingga pengertian kosmetik menjadi begitu luas dan tidak jelas, istilah kosmetologi telah dipakai sejak tahun 1940 di Inggris, Perancis, Jerman. Istilah ini tidak sama bagi tiap profesi yang menggunakannya.

Pada tahun 1970 oleh Jellinek, kosmetologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum fisika, Biologi, maupun mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan (aplikasi) kosmetik, Selanjutnya di tahun 1997 Mitsui menyebut kosmetologi sebagai ilmu kosmetik yang baru, yang lebih mendalam dan menyeluruh.

Dari mulai abad ke 19, kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu kosmetik tidak hanya untuk kecantikan saja, melainkan juga untuk kesehatan, Perkembangan ilmu kosmetik serta industri secara besar-besaran baru dimulai pada abad ke-20 ( Wall, Jellinek, 1970 ). Kosmetik menjadi sebuah alat usaha, bahkan sekarang dengan kemajuan teknologi , kosmetik menjadi sebuah perpaduan antara kosmetik dan obat ( Pharmaceutical ), atau yang sering desebut kosmetik medis (cosmeticals).


(15)

Sejak 40 tahun terakhir, industri kosmetik semakin meningkat , Industri kimia memberi banyak bahan dasar dan bahan aktif kosmetik, Kualitas dan kuantitas bahan biologis untuk digunakan pada kulit terus meningkat, banyak para dokter yang terjun langsung dan meningkatkan perhatian terhadap ilmu kecantikan kulit ( cosmetodermatology ), serta membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan para ahli kosmetik dan ahli kecantikan. Misalnya dalam hal pengetesan bahan baku atau bahan jadi, dan penyusunan formula berdasarkan konsepsi dermatologi atau kesehatan.(Sumber : Waspada Bahaya Kosmetik // diterbitkan oleh : Flashbooks //)

Tidak dapat diragukan lagi bahwa kebutuhan akan kosmetika dewasa ini sudah demikian primer bagi hampir seluruh wanita, sebagian pria, dan anak-anak. Lihat saja penggunaan wewangian dibadan, ruangan rumah, kantor, dan tempat santai atau penggunaan sabun, beda yang tidak terpisahkan lagi dari kehidupan manusia dan kultur bangsa.

Kosmetika pengharum tubuh (fragrance) atau parfum sudah menjadi bagian dari kehidupan umat manusia. Dewasa ini tidak ada satu pun kegiatan manusia yang tidak berkaitan dengan wewangian dan tidak ada satu pun golongan umat agama, bangsa, Negara, atau suku, yang menolak kehadirannya. Mulai dari bangun tidur di dalam ruangan yang penuh wewangian, mandi dengan sabun yang wewangian, berdandan dengan kosmetika yang juga mengandung wewangian, bekerja, makan dan belajar serta melakukan kegiatan hidup lainnya termasuk bercukur, bersantai dan tidur kembali.


(16)

Setiap makhluk hidup mempunyai bau yang berasal dari proses dalam tubuhnya. Bau tersebut biasa khas sehingga berguna untuk identifikasi terhadap lingkungannya. Tumbuhan tertentu mempunyai bau yang berasal dari akar, batang, daun, maupun bunganya yang karena baunya menyenangkan, manusia membuatnya sebagai wewangian (parfum,fragrance). Berbeda dengan tumbuhan maupun hewan, bau badan manusia umumnya justru bukan menjadi daya tarik terhadap orang lain, sehingga tidak disukai dan harus dihilangkan.

Deodoran, kosmetik yang dibuat untuk menghilangkan bau badan, merupakan jawaban atas kebutuhan tersebut.Karena bau badan biasanya berhubungan erat dengan peningkatan keluarnya keringat ekrin maupun apokrin, maka antiperspiran, yang menekan perspirasi kulit, dibutuhkan untuk melengkapi kosmetik ini.(Wasitaatmadja,1997).

Dalamalkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum unt yang ia sendiri terikat pada ato

Dua alkohol paling sederhana adala

H H H

| | |

H-C-O-H H-C-C-O-H

| | |

H H H

metanol etanol


(17)

Pada saat ini alkohol tidak hanya digunakan didalam industri, tetapi banyak juga digunakan sebagai antiprespirant, kosmetik bahkan parfum, Alkohol dalam parfum berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan esensial yang menghasilkan aroma tertentu.Banyak sekali bahan aroma parfum tersebut yang tidak larut di dalam air, tetapi hanya larut di dalam alkohol.Oleh karena itu alkohol menjadi salah satu alternatif terbaik dalam melarutkan bahan tersebut.

Alkohol merupakan jenis antiseptik yang cukup poten. Bekerja dengan cara menggumpalkan protein, struktur penting sel yang ada pada kuman, sehingga kuman mati. Kulit manusia biasanya tidak terpengaruh oleh alkohol, sehingga kulit tidak mengalami penggumpalan protein. Keuntungan lain alkohol adalah kemampuannya dalam mematikan kuman dengan cara meracuni, bukanmelarutkan, sehingga relatif aman untuk kulit.

Tidak semua kuman mati dengan pemberian alkohol, namun setidaknya alkohol dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan kuman.Alkohol berperan dalammenghambat pertumbuhan dan perkembangbiakkan banyak jenis mikroorganisme,termasuk bakteri, jamur, virus, dan protozoa.Jenis alkohol yang digunakanbiasanya adalah jenis etil alkohol atau etanol, dengan konsentrasi optimum 70%.

Alkohol biasa digunakan sebagai antiperspirant yang terdapat dalam berbagai macam deodoran, antiperspirant, mempengaruhi bau serta mencegahberkeringat dengan mempengaruhi kelenjar keringat.Deodoran biasanya berbasis alkohol.Alkohol


(18)

awalnya merangsangberkeringat, tetapi mungkin juga sementara membunuh bakteri.Deodoran dapat dirumuskan dengan lainnya, antimikroba lebih gigih seperti triklosan,alkohol atau dengan senyawa logam chelant pertumbuhan bakteri yang lambat.Deodoran mungkin berisi wewangian parfum atau minyak esensial alamidimaksudkan untuk menutupi bau keringat. (antiseptikalkohol@pdf).

1.2. Permasalahan

Permasalahan dalam pembuatan karya ilmiah adalah :

- Apakah terdapat metanol dan etanol dalam deodoran imperial leather sportif

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

- Untuk mengetahui apakah metanol dan etanol terdapat dalam deodoran imperial leather sportif

1.4. Manfaat

- Dapat mengetahui adanya kandungan metanol dan etanol yang terdapat dalam deodoran imperial leather sportif

- Memberikan informasi bahwa sampel tersebut mengandung metanol dan etanol


(19)

- Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis untuk menginformasikan kepada pembaca tentang kandungan metanol dan etanol yang terdapat dalam deodoran imperial leather sportif


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kosmetika

Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di mesir, 3500 tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir, atau sinar matahari. Penggunaan akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak bumi, minyak hewan, madu dan lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu.Hal ini dapat diketahui melalui naskah-naskah kuno yng ditulis dalam papyrus atau dipahat pada dinding piramid.

Sejak tahun 1938, di Amerika Serikat dibuat Akta tentang defenisi kosmetika yang kemudian menjadi acuan Peraturan Menteri Kesehatan RI N. 220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa: “ Kosmetika adalah bahan atau campuran untuk digosokkan, dilekakan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Defenisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit.Obat bekerja lebih kuat dan dalam, sehingga dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh.


(21)

Mulai awal abad ke-19, saat terjadi Revolusi Industri di Eropa atau Amerika, ditemukan berbagai bahan baru yang dibuat secara sintesis untuk membuat kosmetika.Setelah diperkenalkan mesin-mesin produksi baru yang bertenaga listrik yang menghemat waktu dan tenaga, produksi kosmetika secara tradisional mulai ditinggalkan.Kosmetika modern mulai mendominasi pasar pada awal abad ke-20, sampai kemudian mulai lagi diperlukan usaha kembali ke alam pada akhir abad ke-20, untuk melestarikan dunia dari kerusakan yang terjadi.

Sejak semula kosmetika merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau ilmu kesehatan , sehingga para pakar kosmetika dahulu adalah juga pakar kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasihat kelurga istana. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila antara kosmetika dan obat sejak dahulu sampai sekarang pun sangat sukar untuk ditarik garis batasnya. Namun, untuk kepentingan peraturan atau undang-undang, diperlukan pemisahan yang dapat menjadi petunjuk, sebab dalam perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetika dan obat, baik dalam hal macam, jenis, efek-efek samping, pelaksana dan lainnya. Kosmetika merupakan komoditi yang mempunyai kesan kurang berbahaya dibanding dengan obat sehingga pembuatan, pemasaran atau pengawasannya mempunyai tata cara yang lebih mudah dibandingkan dengan obat.

2.1.1. Kandungan Kosmetika

Sejak diperkenalkan pertama kali, beberapa puluh abad yang lalu, kosmetika merupakan campuran bahan alami untuk peralatan dekorasi dan wangi-wangian.Bahan alami yang digunakan berasal dari bahan tumbuhan, bahan dari


(22)

binatang atau bahan yang terdapat dialam bebas disekitar kehidupan manusia.Kemudian ditemukan bahan-bahan baru menjadi kosmetika menjadi komiditi yang lebih sempurna, sampai akhirnya disimpulkan bahwa kosmetika harus terdiri atas bahan bahan tertentu dan dalam komposisi tertentu untuk membentuk formula kometika yang dikenal sekarang ini.Pada umumnya kosmetika terdiri atas berbagai macam bahan, yang mempunyai tugas tertentu didalam campuran tersebut. Karena tidak memperoleh penggolongan yang jelas dari kepustakaan yang ada,maka penyusun mencoba menyusun pembagian isi kosmetika berdasarkan tugas bahan kosmetika tersebut yaitu:

Bahan Dasar (Vehikulum)

Bahan dasar sebagai pelarut atau merupakan tempat dasar bahan lain sehingga umumnya menempati volume yang jauh lebih besar dari bahan lainnya. Bahan dasar kosmetika terdiri dari air, atau campuran dengan bahan dasar lain, alkohol atau campurannya dengan air atau minyak vaselin atau campurannya dengan lanolin geliserin atau talk, Minyak atau garam campurannya dengan air atau alkohol dan talkum atau campurannya dengan air minyak atau vaselin.

Bahan Aktif (Active Inggridients)

Merupakan bahan kosmetika terpenting dan mempunyai daya kerja diunggulkan dalam kosmetika tersebut sehingga memberikan nama daya kerjanya pada seluruh campuran bahan tersebut. Misalnya bahan aktif dalam pembersih muka


(23)

(cleansing cream). Contoh bahan aktif: PABA, sulfur, PPDA, hydrogen teroksida dan aluminium klorida.

Bahan Yang Menstabilkan Campuran (Stabilizer)

Bahan bahan yang menstabilkan campuran (stabilizer) sehingga kosmetika tersebut dapat lebih lama lestari baik dalam warna bau dan bentuk fisik. Bahan-bahan tersebut adalah: emulgator, yaitu bahan yang memungkinkan tercantumnya semua bahan-bahan secara merata (homogen) misalnya lanolin, gliserin alkohol, trietanolamin dan lain-lain. Pengawet, yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama misalnya natrium sulfat, asam benzoat, formaldehida, dan lain-lain.Pelekat (adhesive) yang dapat melekatkan kosmetika kekulit terutama pada kosmetika yang tidak lengket kekulit semacam bedak.Misalnya seng, magnesium stearet.

Bahan Pelengkap Kosmetika

Sebagai bahan pelengkap kosmetika berupa pewangi (perfumery), maksudnya agar kosmetika segar baunya karena dipakai, dan pewarna (celorin), agar kosmetika enak dipandang mata sebelum dan sewaktu dipakai. Pada kosmetika yang tujuannya untuk mewangikan dan mewarnai kulit (dekoratif), maka bahan pelengkap ini menjadi bahan aktif dari kosmetika.(Wasitaatmadja,1997)


(24)

Sehari-hari setiap wanita pasti menggunaka pembersih, penyegar, hand & body lotion, krim siang, krim malam dan krim mata. Fungsi dari kosmetik perawatan adalah mengangkat kotoran yang mencemari kulit, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi kulit dari paparan sinar ultra violet, memperlambat timbulnya kerutan dan melembutkan kulit yang kasar.Tetapi pada kenyataannya, tidak semua kosmetik itu aman dan bisa melindungi kulit.

Meskipun penggunaan bahan-bahan di atas dalam industri dengan jumlah yang sekecil mungkin (tidak lebih dari 10%), tapi pemakaiannya sering akan mengakibatkan toksik pada kulit. Karena bahan-bahan di atas, baik itu yang alami maupun sintetik, keduanya mempunyai sifat yang tidak dapat larut dalam air (non polar). Sehingga bahan-bahan tersebut akan tetap menempel pada kulit dan penggunaan yang sesering mungkin akan mengakibatkan bahan tersebut terus menumpuk dikulit. Kita semua tidak akan sadar begitu banyak bahan-bahan berbahaya dan logam-logam berat yang menempel pada kulit kita ,sehingga mengakibatkan iritasi pada kulit. Maka, tak heran akhir-akhir ini juga banyak penderita kanker kulit.(http://kosmetikindonesia.wordpress.com/202/02/02/waspada-efek-samping-kosmetik)

Berbagai reaksi efek samping yang sering muncul :


(25)

Bentuk menyerupai jerawat biasa, yang muncul setelah pemakaian suatu bahan.Biasanya meruntus kecil-kecil, menyebar ditepian wajah, kadang-kadang terasa gatal.

2. Dermatitis Kontak Alergi

Kulit menjadi merah, gatal, terkadang bentol-bentol bisa sampai bengkak yang dirasakan kulit menebal dan kaku.Reaksi ini muncul setelah beberapa kali lebih kurang satu kali pemakaian.

3. Dermatitis Kontak Iritan

Kulit menjadi merah, pedih atau panas, mengelupas bisa sampai retak-retak dan bengkak-bengkak yang juga dirasa sebagai kulit menebal, kaku dan kencang.Reaksi ini dapat langsung muncul pada pemakaian pertama atau setelah beberapa kali.

4. Dermatitis Foto Kontak Alergi

Reaksi yang umumnya terjadi di area yang terpapar sinar matahari dan sebelumnya sudah diolesi bahan penyebab alergi. Sedangkan bagian kulit yang lain diolesi bahan yang sama namun tidak terpapar sinar matahari, tidak terjadi apa-apa.

5. Munculnya bercak-bercak coklat – hitam

Disebabkan oleh bahan-bahan tertentu yg dipakai terus menerus dalam jangka waktu lama.Biasanya kejadian ini dipengaruhi juga oleh tipe warna kulit (lebih gelap,


(26)

lebih cepat atau mudah timbul)

2.2. Etanol dan Metanol

Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar.Alkohol adalah asam lemah. Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:

H H H

| | |

H-C-O-H H-C-C-O-H

| | |

H H H

metanol etanol

Ekskresi metanol dari tubuh relatif lambat, dengan waktu selama 24 jam.Manusia lebih sensitif terhadap efek toksik metanol.Sedangkan etanol lebih banyak digunakan sebagai antiseptik, dan dapat terurai didalam tubuh dengan cepat.

Selain digunakan dalam industri alkohol juga dapat digunakan sebagai antiseptik.Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang hidup di permukaan tubuh. Mekanisme kerja antiseptik ini antara lain merusak lemak pada membran sel bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang berperan dalam biosintesis asam lemak.


(27)

dalam membunuh bakteri, virus, dan jamur tetapi tidak bersifat sporisidal. Mekanisme kerja alkohol dengan cara mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan juga melarutkan lemak.

Etanol yang merupakan antiseptik yang bekerja cepat pada konsentrasi yang tepat. Kemampuan bakterisidanya akan lebih baik bila ada air. Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang optimum, karena air membantu denaturasi protein bakteri. Daya bakterisidanya terhadap hampir semua bakteri patogen, ada beberapa spesies dapat bertahan hidup lebih lama dan bahkan dapat tumbuh pada konsentrasi yang optimal. Etanol juga bersifat fungisid dan virusid tapi tifak aktif terhadap spora kering. Untuk pembuatan cairan pembersih etanol sering dikombinasikan dengan aseton juga meningkatkan daya antiseptik. (Mansjoer,S& Fauzia,1989).

bakteri.Seiring dengan perkembangan teknologi mengandung wangi-wangian dan bahan antibakteri, tetapi juga mengandung suatu zat aktif yang disebut antiperspirant.

Keringat berlebih akan tuntas bila menggunakan deodoran. Itu sangat jelas, karena deodorant akan sangat membantu saat itu. Namun tanpa sadar, deodorant ini memiliki kelemahan dan efek buruk pada kulit, sehingga mampu memicu kanker dapat terjadi.

Semua orang akan ketagihan memakai deodoran ini sehabis mandi untuk menunjang aktifitasnya. Karena deodoran ini memang sangat membantu


(28)

meminimalkan keringat berlebih dan membangun rasa percaya diri. Sehingga banyak produk deodoran yang menawarkan banyak aroma yang bervariasi.

Lalu dari segi kosmetik, banyak menggunakan deodoran yang mengandung alkohol.Tidak terlalu baik juga karena kandungan alkohol ini dapat memberikan efek iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan kemerahan pada kulit yang sensitif.Dan akhirnya banyak ahli yang menyarankan agar menggunakan deodoran dalam bentuk stik. Walaupun aromanya tidak bertahan lama, namun akan sangat baik bagi kesehatan dan sangat ramah bagi tubuh Anda.(http://aurapesona.com/bahaya-deodorant/3650)

2.3. Destilasi

Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).

Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda.Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan


(29)

yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.

Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan.

Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu pendingin, proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar Kondensor), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.

2.4. Metode Kromatografi

Kromatografi berasal dari chroma (warna) dan graphien (penulisan), merupakan suatu teknik pemisahan fisik karena memanfaatkan perbedaaan yang kecil dari sifat-sifat fisik dari komponen-komponen yang akan dipisahkan. Dari segi istilah, kromatografi sudah sejak lama, berkembang sesudah konsep istilah kromatografi


(30)

(“penulisan warna”) mula-mula diajukan seorang ahli botani rusia, Mikhail Semenovic Tswet pada tahun 1908.

Istilah penulisan warna sebetulnya saat ini sudah tidak tepat lagi, karena teknik komponen-komponen yang tidak berwarna.Namun istilah kromatografi masih tetap dipakai dalam analisis instrumental bukan berarti istilah tersebut tidak berkembang,istilah dan pengertian kromatografi dari dulu sampai sekarang telah berkembang dan meluas dijajaran analisis instrumental.( Mulja,M 1994).

Teknik kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun komponen anorganik.

Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam berdasarkan pengelompokkannya, berdasarkan alat yang digunakan kromatografi dibagi atas:

1. Kromatografi kertas 2. Kromatografi Lapis Tipis

3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) 4. Kromatografi Gas

2.3.1. Kromatografi Kertas

senyawa kimia yang terkandung dalam sampel ataupun bahan lainnya


(31)

terkandung dalam sampel ataupun bahan lainnya.Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom.

Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah.Fase mobil (pelarut) dapat saja beragam, air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.

Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metode analisis asam amino dengan kromatografi kertas.Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fase mobil dan fase diam yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketika pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan.

Analisis kualitatif menggunakan kromatografi kertas dilakukan dengan cara membandingkan harga relative response factors (Rf). Nilai Rf identik dengan Time Retention (tR) atau Volume Retention (vR). Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara :


(32)

Rf = Jarak tempuh noda

Jarak tempuh pelarut

2.3.2. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat alumunium atau plat plastik. Meskipun demikian, kromatografi ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuat dari kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom.Demikian juga peralatan yang digunakan, dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara tepat.

Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending). Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm.Semakin kecil ukuran rata-rata partikel persediaan


(33)

dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efesiensinya dan resolusinya.( Ibnu,G.G, dan Abdul,R, 2007).

2.3.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi cair kinerja tingi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (high performance liquid chromatography).Dikembangkan pada akhir tahun 1960an dan awal tahun 1970-an. Saat ini KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sebuah bidang antara lain: farmasi lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri makanan. Beberapa perkembangan KCKT terbaru antara lain miniaturisasi sistem KCKT penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat, dan analisis senyawa-senyawa kiral.

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi.Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril, dan campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terflorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis alkohol.Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi atau polimer-polimer stiren dan divinilbenzen. Permukaaan silika adalah polar dan sedikit asam karna adanya residu gugusilanol (Si-OH).( Ibnu,G.G, dan Abdul,R, 2007).


(34)

Kromatografi gas (KG) merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan mendeteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran, KG merupakan teknik instrumental yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950-an, dan saat ini merupakan alat utama yang digunakan oleh laboratorium untuk melakukan analisis, perkembangan teknologi yang signifika dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebihakurat melalui tekhnik analisis dengan resolusi yang meningkat.

Kromatografi Gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam bidang-bidang : industri, lingkungan, farmasi, minyak, kimia, klinik forensik makanan dll.Kegunaan umum KG adalah untuk melakukan pemisahan dinamis dan identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran.KG dapat bersifat destruktif dan dapat bersifat non-destruktif tergantung pada detektor yang digunakan.

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solute kekolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif,murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detector, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen).

Gas pembawa biasanya mengandung gas helium, nitrogen, hidrogen, atau campuran argon dan metana.Pemilihan gas pembawa tergantung pada penggunaan spesifik dan jenis detektor yang digunakan.Helium merupakan tipe gas pembawa yang


(35)

sering digunakan karena memberikan efesiensi kromatografi yang lebih baik (mengurangi pelebaran pita).

Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat nonpolar, polar, atau semi polar.Fase diam nonpolar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan dan fenil 5% - metal polisiloksan 95%. Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50% - metil- plisiloksan 50% sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen delikol. Jenis fase diamakan menentukan urutan elusi komponen-komponen dalam campuran.Seorang analis harus memilih fase diam yang mampu memisahkan komponen-komponen dalam sampel.

Prinsip Kromatografi Gas

KG merupakan teknik pemisahan yang mana solute-solute yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya solute akan tersolusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solute dengan fase diam. Pemisahan-pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksiyang mungkin terjadi antara solute dengan fase diam, fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute dari ujung kolom lalu mengantarkannya kedetektor. Penggunaan suhu yang meningkat( biasanya pada kisaran 50-350°C). Bertujuan untuk menjamin bahwa solute akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi.( Ibnu,G.G, dan Abdul,R, 2007)


(36)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Bahan

- Deodoran Imperial Leather Sportif - Aquadest

- Baku etanol - Baku metanol - Baku propanol

- Gas Nitrogen dan Gas Hidrogen - Dimetil polisiloksan

3.2 Alat

- Pipet volume 25 ml Pyrex - Labu destilasi

- Botol aquadest - Bola karet

- Labutakar 25 ml Pyrex - Gelas ukur 10 ml Pyrex - Alumunium foil


(37)

- Beaker glass 250 ml Pyrex - Syringe

- Pipet tetes - Kondensor

- Kromatografika Shimadzu

3.3 Prosedur kerja

1. Larutan A

- Dipipet 25 ml sampel

- Dimasukkan ke labu destilasi - Ditambahkan aquadest 25 ml

- Didestilasi dengan kecepatan 2 tetes /detik

- Ditampung destilat dalam labu takar 25 ml yang berisi 2 ml aquadest - Ditambah destilat aquadest sampai garis tanda

- Dihomogenkan destilat - Dipipet 2,5 ml destilat

- Dimasukkan ke labu takar 25 ml

- Ditambahkan aquadest sampai garis tanda

2. Larutan B

- Dimasukkan 1 ml propanol ke labu takar 10 ml - Ditambahkan larutan A sampai garis tanda


(38)

3. Larutan B1

- Dipipet 1 ml larutan B

- Dimasukkan kedalam labu takar 10 ml - Ditambahkan air sampai garis tanda

4. Larutan C (Larutan Baku)

- Diukur 1 ml metanol,dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml - Ditambahkan 1 ml etanol

- Ditambah aquadest

Cara Penetapan Kromatografi Gas

Kromatografi Gas larutan A,B, dan C masing-masing disuntikkan kedalam alat, dilakukan kromatografi gas sebagai berikut:

Kolom : Gelas panjang 2m, Ø dalam 1.8 mm, isi porapak Q 80/100 mesh

Detektor : Ionisasi nyala

Suhu : Injektor 200°C, detektor 210°C, oven 170°C

Gas : Nitrogen 75 ml/menit, Hidrogen 85 ml/menit, udara tekan 200 ml/menitVolume penyuntikan : 5µl - 10µl


(39)

BAB 1V

DATA DAN HASIL PEMBAHASAN


(40)

Hasil yang diperoleh terdapat dalam tabel 4.1

Tabel 4.1. Penetapan Kadar Metanol dan Etanol dalam Deodoran Imperial Leather Sportif

Nama Zat Bobot Faktor

Pengecera n

Volume Penyuntika

n

Respon Rasi o Wadah+Z at Wadah+Sis a Baku Pembandin g

Metanol - - 100 1µl 14722,666

7

-

Etanol - - 100 1µl 20849,666

7

-

Baku Internal

Propanol - - 100 1µl 27214,333

3

-

Zat Uji

Metanol 41,0398 42,5297 100 1µl - -

Etanol 41,0398 42,5297 100 1µ - -

Baku Internal


(41)

Propanol - - 100 1µl 27214,333 3

-

4.1.1. Perhitungan

Untuk menghitung kadar penetapan metanol dan etanol menggunakan rumus :

= �� ���������� � ���������� �� � �� �� ������%

Untuk Metanol :

= �

����� �

�����,����

�����,���� �

�µ�

�µ� �������%

= 0 Untuk Etanol = � ����� � �����,���� �����,���� � �µ�

�µ� �������%

= 0


(42)

Dari analisa penetapan kadar metanol dan etanol dalam deodoran imperial leather sportif yang dilakukan di Balai Besar POM, dimana untuk mengetahui kadar metanol dan etanol tersebut diatas dapat dianalisa dengan cara Kromatografi Gas. Jika peak baku pembandingnya sejajar dengan sampel, maka sampel tersebut mengandung etanol atau metanol.

Ternyata dari hasil yang dilakukan, peak larutan sampel pada Kromatografi Gas tidak terlihat, yang menandakan bahwa kadar etanol dan metanol tidak terdapat dalam sampel.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa :

- Deodoran Imperial Leather Sportif yang dianalisa tidak mengandung etanol dan metanol karena peak tidak muncul pada Kromatografi Gas.

5.2. Saran

Dalam kesempatan ini penulis menyarankan agar terus dilakukan pengawasan dan ketelitian terhadap produksi. Agar produk akhir yang akan disalurkan kepada konsumen dapat terjamin untuk digunakan. Hal ini dilakukan agar produk akhir yang dihasilkan sesuai dengan standart mutu yang ditetapkan. Agar dilanjutkan untuk penentuan kadar etanol dan metanol pada Deodoran Imperial Leather Sportif dan kosmetik lain.


(44)

Lampiran 01


(45)

(46)

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu, G.G, dan Abdul, R,.2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Mansjoer, S, dan Fauzia,.1989. Antiseptika Desinfektansia dan Steralisasi.USU-Press. Medan.

Mulja, M,.1994. Perkembangan Instrumentasi Kromatografi Gas.Airlangga-Press. Jakarta.

Wasitaatmadja, M,S,. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI-Press. Jakarta. antiseptikalkohol@pdf

Sumber : Waspada Bahaya Kosmetik // diterbitkan oleh : Flashbooks //


(1)

Dari analisa penetapan kadar metanol dan etanol dalam deodoran imperial leather sportif yang dilakukan di Balai Besar POM, dimana untuk mengetahui kadar metanol dan etanol tersebut diatas dapat dianalisa dengan cara Kromatografi Gas. Jika peak baku pembandingnya sejajar dengan sampel, maka sampel tersebut mengandung etanol atau metanol.

Ternyata dari hasil yang dilakukan, peak larutan sampel pada Kromatografi Gas tidak terlihat, yang menandakan bahwa kadar etanol dan metanol tidak terdapat dalam sampel.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa :

- Deodoran Imperial Leather Sportif yang dianalisa tidak mengandung etanol dan metanol karena peak tidak muncul pada Kromatografi Gas.

5.2. Saran

Dalam kesempatan ini penulis menyarankan agar terus dilakukan pengawasan dan ketelitian terhadap produksi. Agar produk akhir yang akan disalurkan kepada konsumen dapat terjamin untuk digunakan. Hal ini dilakukan agar produk akhir yang dihasilkan sesuai dengan standart mutu yang ditetapkan. Agar dilanjutkan untuk penentuan kadar etanol dan metanol pada Deodoran Imperial Leather Sportif dan kosmetik lain.


(3)

Lampiran 01


(4)

(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu, G.G, dan Abdul, R,.2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Mansjoer, S, dan Fauzia,.1989. Antiseptika Desinfektansia dan Steralisasi.USU-Press. Medan.

Mulja, M,.1994. Perkembangan Instrumentasi Kromatografi Gas.Airlangga-Press. Jakarta.

Wasitaatmadja, M,S,. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI-Press. Jakarta. antiseptikalkohol@pdf Sumber : Waspada Bahaya Kosmetik // diterbitkan oleh : Flashbooks //

Uji kepekaan beberapa sediaan antiseptik @ pdf