Metode Penyelesaian Mukhtalif al-H}adith

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bahwa hukuman itu pada masa akhir sudah tidak diterapkan lagi oleh Rasulullah SAW. 87

c. Al-Tarjih}

Metode ini adalah metode menguatkan atau mengunggulkan salah satu dari dua hadis yang tampak saling bertentangan. 88 Tarjih} menurut ulama syafiiyah yaitu pertemuan suatu dalil dengan dalil yang lain yang dikuatkan karena terdapat pertentangan ta‘arud}. Sedangkan menurut ulama Hanafiah adalah pernyataan akan adanya nilai tambah pada salah satu dari dua dalil yang sederajat, di mana nilai tambah itu bukan dalil yang mandiri. Sementara al-Isnawi mendefinisikannya dengan menguatkan salah satu dua dari dalil yang z}anni atas yang lain untuk diterapkan. Dalam penggunaan metode al-tarjih}, ada beberapa ketentuan, yaitu: 1 Jumlah periwayat dalam suatu hadis, yang lebih banyak periwatnya berarti lebih rajah}. 2 Salah satu dari perawi ada yang lebih thiqah. 3 Salah satu dari perawi telah disepakati keadilaanya, sedangkan yang lain masih dipertentangkan. 4 Salah satu dari perawi hadis tersebut menerima hadis ketika masih kecil, sedangkan yang lain sudah baligh. 5 Penerimaan dari salah satu perawi hadis secara langsung sedangkan perawi yang lain tidak. 87 Daniel Juned, Ilmu Hadis Paradigma Baru dan Rekonstruksi Ilmu Hadis, 133-134. 88 S alamah Noorhidayati, “ Hadis-Hadis Kontradiktif dan Metode Penyelesaiannya”, 55. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 6 Salah satu dari perawi hadis adalah orang yang bersangkutan diriwayatkannya hadis tersebut. 89 Adapun persyaratan yang paling mendasar dalam al-Tarjih} adalah kenyataan bahwa kedua hadis mukhtalif tidak dapat dikompromikan lagi. 90

d. Tawaqquf

Metode tawaqquf adalah menghentikan atau mendiamkan. Yaitu tidak mengamalkan hadis tersebut sampai ditemukan adanya keterangan hadis manakah yang bisa diamalkan. Namun, tawaqquf menurut Abdul Mustaqim sebenarnya tidaklah menyelesaikan masalah melainkan membiarkan atau mendiamkan masalah tersebut tanpa adanya solusi. Padahal sangat mungkin diselesaikan melalui ta’wil. Oleh karena itu, metode tawaqquf ini harus dipahami sebagai sementara waktu saja, sehingga ditemukan ta’wil yang rasional mengenai suatu hadis dengan ditemukannya suatu teori dari penelitian ilmu pengetahuan atau sains, maka metode tawaqquf tidak belaku lagi. 91 89 S alamah Noorhidayati, “ Hadis-Hadis Kontradiktif dan Metode Penyelesaiannya”, 55. 90 Daniel Juned, Ilmu Hadis Paradigma Baru dan Rekonstruksi Ilmu Hadis, 151. 91 Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’ani al-Hadits, 98-99. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 53

BAB III HADIS TENTANG WANITA HAID MASUK MASJID DALAM

KITAB SUNAN ABI DAWUD NO INDEKS 232 DAN 261

A. Biografi Imam Abi Dawud

Imam Abi Dawud memiliki nama lengkap Sulaiman ibn al- Ash’ash ibn Ish}aq ibn Bashir ibn Shidad ibn Amr al-Azdi al-Sijistani. Al-Azdi adalah seorang leluhur Abi Dawud yang berperan aktif dalam kesatuan tentara pendukung khalifah Ali bin Abi Thalib pada perang Shiffin. Azdi adalah sebuah suku besar di Yaman. 1 Al-Sijistani adalah nisbah pada tempat kelahirannya, yaitu Sijistan, salah satu daerah yang terdapat di Basrah, yang juga terletak antara Iran dan Afganistan. 2 Imam Abi Dawud lahir pada tahun 202 H, pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah yang dijabat oleh khalifah al- Ma’mun. 3 Abi Dawud terlahir di tengah- tengah keluarga yang religius, orang tuanya tergolong hamba yang patuh menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sejak kecil Abi Dawud telah dikenalkan kepada ilmu keislaman yang sangat kaya. Kedua orang tuanya mendidik dan mengarahkan Abi Dawud agar menjadi tokoh intelektual Islam yang disegani. 4 1 A. Muhtadi Ridwan, Studi Kitab-Kitab Hadis Standar, cet. II Malang: UIN Maliki Press, 2012, 67. 2 Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, Surabaya: al-Muna, 2010, 113. 3 A. Muhtadi Ridwan, Studi Kitab-Kitab Hadis Standar, 67. 4 Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab Hadis, Yogyakarta: Insan Madani, 2008,102. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Abi Dawud diperkenalkan kepada hadis Nabi, dia tertarik untuk mengkaji dan mendalaminya, kegandrungannya untuk menelaah dan mengkaji hadis begitu menggelora. Berbagai ilmu hadispun dikuasai dengan baik. Ia hafal banyak hadis dan juga rajin mengoleksinya. Hampir semua guru besar hadis di negerinya ia datangi. Melalui anjangsana kepada guru hadis di sana, ia dapat mendengar langsung penyampaian hadis dari mereka, tidak jarang ia membacakan sebuah hadis di bawah arah mereka. Di samping itu, masih banyak lagi tata cara mendapatkan hadis yang ia lakukan kepada para gurunya. Masa perkenalan dan pendalaman terhadap hadis di negerinya terhitung cukup lama. Mulai dewasa baligh sampai berusia 19 tahun. Hingga usia tersebut, ia hanya belajar kepada guru hadis di negerinya. Baru ketika berusia lebih dari 20 tahun, ia berkelana ke Baghdad. Hal ini dapat diketahui dari keberadaannya di sana pada tahun 221 H. 5 Setelah dewasa, ia melakukan perjalan keilmuan dengan baik serius untuk mempelajari hadis. Ia berpetualang ke Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Semenanjung Arab, Khurasan, Naiasabur dan Bashrah. Pengembaraannya yang sangat panjang dan melelahkan ini ternyata membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Melalui rihlah keilmuan inilah Imam Abi Dawud mendapatkan hadis yang sangat banyak untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab Sunannya. 6 Imam Abi Dawud berhasil meraih gelar sebagai mahaguru hadis kampung halamannya, Bashrah. Namanya begitu harum dan drajatnya semakin naik. Semua penduduk Bashrah kenal akan keilmuannya. Merekapun, berbondong-bondong belajar hadis kepadanya. Para ulama sangat menghormati kemapuannya, ‘adalah, 5 Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab Hadis, 102. 6 Ibid., 103. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kejujuran dan ketakwaan beliau yang luar biasa. Imam Abi Dawud tidak hanya sebagai seorang rawi, pengumpul hadis dan penyusun kitab hadis, tetapi juga seorang ahli hukum yang handal dan kritikus hadis yang baik. 7 Pada masa hidupnya, di daerah tertentu sering terjadi kerusuhan yang puncaknya adalah pemberontakan Zanj pada tahun 257 H871 M. Setelah pemberontakan itu reda, gubernur Basrah, Abu Ah}mad saudara khalifah Dinasti Abbasiyah ketika itu meminta agar Abi Dawud mau menetap di Basrah, tempat bermukimnya para pakar dari berbagai bidang. Tetapi baru pada tahun 272 H886 M, Abi Dawud memenuhi permintaan tersebut. Sejak saat itu sampai wafatnya ia menetap di kota itu. 8 Dan beliau wafat pada hari jum’at 14 syawal 275 H. 9 Selama perjalanan rih}lah Abi Dawud bertemu dengan banyak guru, adapun guru-guru dari Abi Dawud diantaranya yaitu: 1. Ah}mad Ibn H{anbal w. 241 H di Baghdad 2. Abu Ayyub al-Dimashaqi w. 233 H 3. Uthman Ibn Abu Shaibah w. 230 H di Baghdad 4. Abdullah Ibn Maslamah al-Qa’nabi w. 221 H di Makkah 5. Abu ‘Amr al-Darir w. 220 H di Bas}rah 6. Muslim Ibn Ibrahim w. 222 H di Bas}rah 7. Ibrahim Ibn Ziyad w. 228 H 8. Ah}mad Ibn Sa’id w. 253 H 9. Abu al-Nadr al-Dimashaqi w. 227 H 7 Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab Hadis, 104-108. 8 Nina M. Armando, Ensiklopedia Islam, Vol. 1, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005, 56. 9 A. Muhtadi Ridwan, Studi Kitab-Kitab Hadis Standar, 68. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 10. Abu ‘Ali al-Dimashaqi 176 H-249 H. 10 Selain bertemu dengan banyak guru, Abi Dawud juga mempunyai murid- murid yang belajar meriwayatkan hadis darinya. Diantara murid-murid yang meriwayatkan hadis darinya juga termasuk ulama yang terkemuka, yaitu: 1. Abu ‘Isa al-Tirmidhiy w. 279 H 2. Al-Nasa’i 3. Abu ‘Awanah 4. Ya’qub bin Ishaq al-Asfarani 11 5. Abdullah Ibn Muhammad al-Quraishi 208 H-281 H 6. Abdullah Ibn Abdurrahman Ibn Abu Bakr 7. Abu Bakar Ibn Dassah 8. Abu Sa’id al-Lu’lui 9. Abu Salim Muhammad Ibn Sa’id al-Jaldawi. 12 Adapun pengakuan ulama tentang keahlian Abi Dawud dalam bidang hadis sangat sesuai untuk menempatkan Abi Dawud sebagai imam muh}addith atau ahli hadis yang besar dan terpercaya. Kesungguhannya dalam melacak hadis dapat dilihat dari perjalanannya menempuh jarak yang jauh dari Basrah ke al-Jazair, Khurasan, Syam, Hijaz, Mesir dan lain-lainnya. Dan juga dapat dilihat dari usaha Abi Dawud ketika menggali hadis dari para gurunya. 13 Ibnu Mandah menilai bahwa Abi Dawud termasuk tokoh hadis yang berhasil menyaring hadis-hadis sehingga ia dapat memisahkan antara hadis yang 10 Ibnu Ahmad ‘Alimi, Tokoh dan Ulama Hadis, Sidoarjo: Mashun, 2008, 206. 11 Armando, Ensiklopedia Islam, 56. 12 Ibid., 210. 13 Sa’dullah Assa’idi, Hadis-Hadis Sekte, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, 51. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id tetap keabsahannya dengan hadis yang ma’lul atau memiliki kecacatan, dan antara yang benar dan yang salah selain al-Bukhari, Muslim dan al- Nasa’i. Adapun menurut Abu Zakriya Yah}ya Ibn Sharf al-Nawawi ulama sepakat memuji Abi Dawud dengan mensifatinya sebagai pemilik ilmu yang banyak, kekuatan hafalan, wara’, saleh, dan kuat pemahamannya dalam bidang hadis. 14 Para ulama sepakat menetapkan bahwa Imam Abi Dawud seorang h}afiz} yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muh}addith yang terpercaya, wara’, dan memiliki pemahaman yang tajam, baik bidang ilmu hadis maupun lainnya. Al-Khat}t}abi berpendapat, bahwa tidak ada susunan kitab ilmu agama yang setara dengan kitab Sunan Abi Dawud. Para ulama menerimanya dan dia menjadi hakim antara fuqaha yang berlainan madzhab. 15

B. Kitab Sunan Abi Dawud

Dari segi metodologis, Abi Dawud telah melakukan penyaringan dari sekitar 500.000 hadis atau sanad. Hasil penyaringan tersebut menghasilkan 4.800 hadis hukum yang artinya hanya diambil kurang dari satu persen jumlah hadis yang dikumpulkan. Dari kenyataan tersebut menunjukkan bahwa Abi Dawud sangat teliti dalam menyaring hadis. 16 Kitab Sunan Abi Dawud disusun menurut sistematika fiqih, yakni memuat hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum. Al-Dzahabi mengatakan bahwa dalam mencantumkan hadis di kitabnya, Abi Dawud telah berusaha secara maksimal menurut kemampuan ijtihadnya untuk 14 A ssa’idi, Hadis-Hadis Sekte, 51. 15 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2013, 296. 16 Assa’idi, Hadis-Hadis Sekte, 51.