25
c. Pembuatan pondasi building stone
Pada aktivitas ini aktivitas siswa mengarah pada pemahaman matematika dengan menggunakan model untuk matematika formal.
d. Matematika formal.
Pada tahap ini, anak sudah dapat menggunakan konsep atau prosedur matematika formal.
Dalam mengajarkan pecahan, pada awalnya siswa melakukan aktivitas berdasarkan permasalahan kontekstual dengan beragam konteks,
selanjutnya memodelkan masalah berdasarkan pemahaman mereka tentang situasi permasalahan kontekstual yang diberikan. Pada tahap
berikutnya siswa menggunakan alat peraga pecahan sebagai model dari beragam situasi model of masalah kontekstual yang diberikan pada
tahap orientasi masalah. Selanjutnya pada tahap pembuatan pondasi, gambaran tentang permasalahan menggunakan alat peraga membawa
mereka menuju matematika formal. Pada akhirnya siswa dapat menyelesaikan permasalahan penjumlahan dan pengurangan pecahan
dengan menggunakan prosedur formal.
3. Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik
Traffers Ariyadi Wijaya, 2012: 21, merumuskan lima karakteristik Pendidikan Matematika Realistik, yaitu:
a. Penggunaan Konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah
26
dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa
dibayangkan dalam pikiran siswa. b.
Penggunaan model untuk matematisasi progresif Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari
pengetahuan dan matematika tingkat konkret menuju matematika tingkat formal. Model bukan merujuk pada alat peraga melainkan
sebagai bentuk representasi matematis dari suatu masalah dalam Ariyadi Wijaya, 2012: 46.
c. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi
yang bervariasi. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.
d. Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan proses sosial. Proses
belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
e. Keterkaitan
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh
karena itu, konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada
27
siswa secara terpisah satu sama lain. Pendidikan Matematika Realistik menempatkan keterkaitan antar konsep matematika
sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika dapat
mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan walau ada konsep yang dominan.
4. Langkah-langkah Pendidikan Matematika Realistik