Penggunaan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas III SD Negeri Karangmloko 2.

(1)

viii

ABSTRAK

Mentari, Primitiva Rindi Febria. 2015. Penggunaan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Kelas III SD Negeri Karangmloko 2.

Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang penelitian ini adalah adanya masalah keaktifan dan hasil belajar siswa kelas III di SD Negeri Karangmloko 2. Keaktifan dan hasil belajar siswa kelas III di SD Negeri Karangmloko 2 masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan pendekatan PMRI, (2) untuk meningkatkan keaktifan siswa, (3) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pengukuran pada siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitan tindakan kelas (PTK). Objek dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 siswa. Data diperoleh dengan melalui lembar pengamatan keaktifan dan tes tertulis untuk hasil belajar. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SD Negeri Karangmloko 2. Kondisi awal rata-rata persentase keaktifan sebesar 28,38% menjadi 63,83% pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 92,9%. Peningkatan rata-rata persentase keaktifan dari siklus I ke siklus II sebesar 28,37%. Rata-rata hasil belajar siswa dari kondisi awal 61,72 meningkat sebesar 73,38 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 80,80. Peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 7,42. Pencapaian KKM kondisi awal sebesar 34,27% pada siklus I meningkat menjadi 67,74%, dan pada siklus II meningkat menjadi 87,09%. Peningkatan pencapaian KKM dari siklus I ke siklus II yaitu 19,35%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 2 materi pengukuran tahun pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), keaktifan, hasil belajar.


(2)

ix

ABSTRACT

Mentari, Primitiva Rindi Febria. 2015. The Use of Realistic Mathematic Education (RME) to Improve Students’ Activeness and Achievement in Class III SD Negeri Karangmloko 2. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Years Program, Sanata Dharma University.

The study background of this research was that there was a problem about the third grade of Elementary students’ activeness and achievement in SD Negeri Karangmloko 2. Activeness and achievement in SD Negeri Karangmloko 2 which were still low. This research was aimed (1) to describe the implementation of RME approach, (2) to increase the students’ activeness, (3) to increase the

students’ achievement on the measuring material for the third grade of Elementary

students in SD Negeri Karangmloko 2 in period of 2014/2015.

This type of research is classroom action research (CAR). The objects of

this research were the students’ activeness and achievement. Then, the subject of this research was 31 students from the third grade of Elementary students in SD Negeri Karangmloko 2 in period of 2014/2015. The researcher got the data through the observation sheet in order to observe the students’ activeness and using written test in order to see the students’ achievement. The data gathering technique used is this study were interview, observation and test.

The result of this research was that Realistic Mathematic Education

approach can improve the third grade of Elementary students’ activeness and achievement in SD Negeri Karangmloko 2. At the beginning, the percentage of

the students’ activeness was about 23,38% and now be 63,83% in the first cycle, then it was increased to be 92.9% in the second cycle. Moreover, the increasing percentage from the first to the second cycle about the students’ activeness was about 28,37%. However, the average of the students’ achievement was increased from 61,72 to be 73,38 in the first cycle and become 80,80 in the second cycle.

The improvement of the students’ achievement was 7,42 from the first into second cycle. At the beginning, the KKM achievement was 34,27% in the first cycle to be 67,74% and in the second cycle was increased to be 87,09%. The improvement on the KKM achievement from the first into second cycle become 19,35%. So, the conclusion of this research was that Realistic Mathematic Education (RME)

approach can improve the third grade of Elementary students’ activeness and achievement in SD Negeri Karangmloko 2 about measuring material in period of 2014/2015.


(3)

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS III SD

NEGERI KARANGMLOKO 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Primitiva Rindi Febria Mentari

111134085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS III SD

NEGERI KARANGMLOKO 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Primitiva Rindi Febria Mentari

111134085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segenap hati, karya ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberkati dalam

setiap langkah-langkah hidupku.

Orang tuaku, Bapak Pandima dan Ibu Vlorentina Tri Iswororini Suprobo yang telah memberikan semangat, nasehat, doa, dukungan,

serta kasih sayang selama ini, membiayai kuliahku sampai sekarang dan segala sesuatu tanpa pamrih.

Simbah kakung Petrus Sajiman Hadi Suprobo dan simbah putri Yohana Sri Dayani yang selalu memberikan doa, dukungan, dan

semangat.

Adikku Agatha Sindi Nugraheni yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Teman-teman OMK Paroki Administratif Santa Maria Assumpta Cawas yang telah memberikan dukungan dan semangat. Sahabat-sahabatku Odilla, Hani, Tian, Ika, Bella, Bita, Giga, Gita, Codhot, Abil, Boni, Mario, Eko yang selalu memberikan semangat,

doa, dan dukungan.

FN. Baskara Danang Sudibya yang selama ini selalu memberikan semangat, dukungan, doa, dan mendampingi dalam menyelesaikan


(8)

v

MOTTO

Kita masih bisa mengubah masa depan jika kita semangat (Doraemon)

“Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya

sendiri.

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.”

(Dorothy l. Nolte)

Beranilah jatuh untuk merasakan bangkit, Beranilah susah untuk merasakan senang, Beranilah berjuang untuk mendapatkan hasil.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juli 2015

Yang menyatakan

Primitiva Rindi Febria Mentari


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang beratnda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Primitiva Rindi Febria Mentari NIM : 111134085

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS III SD NEGERI

KARANGMLOKO 2”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 24 Juli 2015 Yang menyatakan


(11)

viii

ABSTRAK

Mentari, Primitiva Rindi Febria. 2015. Penggunaan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Kelas III SD Negeri Karangmloko 2.

Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Latar belakang penelitian ini adalah adanya masalah keaktifan dan hasil belajar siswa kelas III di SD Negeri Karangmloko 2. Keaktifan dan hasil belajar siswa kelas III di SD Negeri Karangmloko 2 masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan pendekatan PMRI, (2) untuk meningkatkan keaktifan siswa, (3) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pengukuran pada siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitan tindakan kelas (PTK). Objek dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar siswa. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 siswa. Data diperoleh dengan melalui lembar pengamatan keaktifan dan tes tertulis untuk hasil belajar. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa SD Negeri Karangmloko 2. Kondisi awal rata-rata persentase keaktifan sebesar 28,38% menjadi 63,83% pada siklus I, pada siklus II meningkat menjadi 92,9%. Peningkatan rata-rata persentase keaktifan dari siklus I ke siklus II sebesar 28,37%. Rata-rata hasil belajar siswa dari kondisi awal 61,72 meningkat sebesar 73,38 pada siklus I dan pada siklus II menjadi 80,80. Peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 7,42. Pencapaian KKM kondisi awal sebesar 34,27% pada siklus I meningkat menjadi 67,74%, dan pada siklus II meningkat menjadi 87,09%. Peningkatan pencapaian KKM dari siklus I ke siklus II yaitu 19,35%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 2 materi pengukuran tahun pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), keaktifan, hasil belajar.


(12)

ix

ABSTRACT

Mentari, Primitiva Rindi Febria. 2015. The Use of Realistic Mathematic Education (RME) to Improve Students’ Activeness and Achievement in Class III SD Negeri Karangmloko 2. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Years Program, Sanata Dharma University.

The study background of this research was that there was a problem about

the third grade of Elementary students’ activeness and achievement in SD Negeri Karangmloko 2. Activeness and achievement in SD Negeri Karangmloko 2 which were still low. This research was aimed (1) to describe the implementation of

RME approach, (2) to increase the students’ activeness, (3) to increase the

students’ achievement on the measuring material for the third grade of Elementary

students in SD Negeri Karangmloko 2 in period of 2014/2015.

This type of research is classroom action research (CAR). The objects of

this research were the students’ activeness and achievement. Then, the subject of this research was 31 students from the third grade of Elementary students in SD Negeri Karangmloko 2 in period of 2014/2015. The researcher got the data

through the observation sheet in order to observe the students’ activeness and

using written test in order to see the students’ achievement. The data gathering

technique used is this study were interview, observation and test.

The result of this research was that Realistic Mathematic Education

approach can improve the third grade of Elementary students’ activeness and achievement in SD Negeri Karangmloko 2. At the beginning, the percentage of

the students’ activeness was about 23,38% and now be 63,83% in the first cycle, then it was increased to be 92.9% in the second cycle. Moreover, the increasing

percentage from the first to the second cycle about the students’ activeness was about 28,37%. However, the average of the students’ achievement was increased from 61,72 to be 73,38 in the first cycle and become 80,80 in the second cycle.

The improvement of the students’ achievement was 7,42 from the first into second

cycle. At the beginning, the KKM achievement was 34,27% in the first cycle to be 67,74% and in the second cycle was increased to be 87,09%. The improvement on the KKM achievement from the first into second cycle become 19,35%. So, the conclusion of this research was that Realistic Mathematic Education (RME)

approach can improve the third grade of Elementary students’ activeness and achievement in SD Negeri Karangmloko 2 about measuring material in period of 2014/2015.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena

atas limpahan berkat, kasih dan penyertaan-Nya, skripsi yang berjudul

PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS III SD

NEGERI KARANGMLOKO 2” dapat selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Sanata Dharma,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar (PGSD).

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ini tidak akan berjalan dengan

baik tanpa bantuan, dukungan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Wakaprodi Program Studi

Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. YB. Adimassana, M.A. selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa


(14)

xi

5. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang

telah membimbing, membantu, dan memberikan semangat bagi penulis

selama penyusunan skripsi.

6. Hatri Andari, S.Pd., SD., selaku Kepala SD Negeri Karangmloko 2 yang telah

memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.

7. Bambang Edi Suko Prayitno, S.Ag. selaku guru kelas III SD Negeri

Karangmloko 2 yang telah memberikan ijin, pengarahan, dukungan, dan

semangat dalam melaksanakan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas III SD Negeri Karangmloko 2 yang telah bekerjasama

dengan baik selama pelaksanaan penelitian.

9. Orang tuaku tersayang, Bapak Pandimo dan Ibu Vlorentina Tri Iswororini

Suprobo yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, dan kasih sayang

selama ini.

10.Seluruh keluarga besar Simbah Petrus Sajiman Hadi Suprobo yang selalu

memberikan dukungan dan doa.

11.Adikku Agatha Sindi Nugraheni yang selalu memberi semangat dan doa.

12.Sahabat-sahabatku Odilla, Hani, Tian, Ika, Bella, Bita, Giga, Gita, Hendi,

Abil, Boni, Mario, Eko yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan,

dan doa.

13.Teman-teman OMK Paroki Adminstratif Santa Maria Assumpta Cawas yang

selalu memberikan dukungan dan doa.

14.Seluruh pihak terkait yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu


(15)

xii

Semoga karya penelitian ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi

banyak pihak. Penulis menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membengun guna sebagai

upaya penyempurnaan skripsi ini.

Penulis,

Primitiva Rindi Febria Mentari


(16)

xiii

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Batasan Penelitian ... 8


(17)

xiv

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Mata Pelajaran Matematika... 10

2. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) .... 18

3. Keaktifan ... 22

4. Hasil Belajar ... 28

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir ... 34

D. Hipotesis Tindakan... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian ... 39

C. Rencana Tindakan ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 56

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 63

F. Analisis Data ... 72

G. Kriteria Keberhasilan ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76

1. Kondisi Awal ... 76

2. Pelaksanaan Siklus I ... 79

3. Pelaksanaan Siklus II ... 88

B. Pembahasan ... 96

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 107

B. Keterbatasan Penelitian ... 108

C. Saran ... 108


(18)

xv

Tabel 1.1 Kondisi Awal Nilai Ulangan Matematika Siswa Kelas III ... 5

Tabel 3.1 Kisi-kisi Keaktifan ... 58

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 60

Tabel 3.3 Kisi-kisi Validasi Soal Siklus I ... 61

Tabel 3.4 Kisi-kisi Validasi Soal Siklus II ... 62

Tabel 3.5 Kriteria Validasi ... 65

Tabel 3.6 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 65

Tabel 3.7 Validasi Soal Siklus I ... 67

Tabel 3.8 Validasi Soal Siklus II... 69

Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas ... 70

Tabel 3.10 Hasil Reliabilitas Awalan Soal SIklus I ... 71

Tabel 3.11 Hasil Reliabilitas Awalan Soal Siklus II ... 71

Tabel 3.12 Indikator Ketercapaian Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar ... 74

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Keaktifan Belajar Siswa ... 77

Tabel 4.2 Kondisi Awal Nilai Ulangan Matematika Tahun Pelajaran 2012/2013 .... 78

Tabel 4.3 Kondisi Awal Nilai Ulangan Matematika Tahun Pelajaran 2012/2014 .... 79

Tabel 4.4 Persentase Keaktifan Siswa Siklus I ... 85

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 87

Tabel 4.6 Persentase Keaktifan Siswa Siklus II ... 93


(19)

xvi

Tabel 4.9 Persentase Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 104


(20)

xvii

Gambar 2.1 Metelin ... 14

Gambar 2.2 Roll Meter ... 15

Gambar 2.3 Penggaris ... 15

Gambar 2.4 Pengukur Tinggi Badan ... 15

Gambar 2.5 Timbangan Buah ... 16

Gambar 2.6 Timbangan Barang ... 16

Gambar 2.7 Timbangan Badan ... 17

Gambar 2.8 Timbangan Karung ... 17

Gambar 2.9 Neraca... 18

Gambar 2.10 Peta Literatur Penelitian yang Terdahulu ... 34

Gambar 2.11 Kerangka Berpikir ... 35

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kurt Lewin ... 38

Gambar 4.1 Diagram Keaktifan SIklus I ... 86

Gambar 4.2 Diagram Keaktifan Siklus II ... 94

Gambar 4.3 Siswa Mengukur Tinggi Kaki Kursi ... 99

Gambar 4.4 Siswa Menimbang Berat Badan ... 100

Gambar 4.5 Guru Memberikan Tindak Lanjut Kepada Siswa ... 101

Gambar 4.6 Siswa Melakukan Diskusi Kelompok ... 102

Gambar 4.7 Guru Menuliskan Lagu ... 103


(21)

xviii

Lampiran 1 Silabus ... 112

Lampiran 2 RPP ... 116

Lampiran 3 LKS ... 137

Lampiran 4 Soal Sebelum Validasi ... 149

Lampiran 5 Soal Sesudah Validasi ... 156

Lampiran 6 Bahan Ajar ... 161

Lampiran 7 Rubrik Pengamatan ... 165

Lampiran 8 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 167

Lampiran 9 Validasi Perangkat Observasi Keaktifan ... 183

Lampiran 10 Tabel Analisis Butir Soal ... 184

Lampiran 11 Validitas Siklus I dan Siklus II menggunakan SPSS 16 ... 188

Lampiran 12 Daftar Nilai Ulangan 2 Tahun Terakhir ... 190

Lampiran 13 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 192

Lampiran 14 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 193

Lampiran 15 Hasil Pengamatan Kondisi Awal Keaktifan Siswa... 194

Lampiran 16 Hasil Pengamatan Siklus I Keaktifan Siswa... 196

Lampiran 17 Hasil Pengamatan Siklus II Keaktifan Siswa ... 198

Lampiran 18 Pedoman Wawancara ... 200

Lampiran 19 Pekerjaan Siswa Siklus I ... 201

Lampiran 20 Pekerjaan Siswa Siklus II ... 207

Lampiran 21 Foto-foto Kegiatan ... 213

Lampiran 22 Surat Ijin Penelitian ... 215

Lampiran 23 Surat Telah Melakukan Penelitian ... 216


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga pendidikan

harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil

maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun

kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan

yang tepat waktu dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sejalan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sekolah merupakan lembaga formal penyelenggara pendidikan. Sekolah

Dasar (SD) sebagai salah satu lembaga formal dasar yang bernaung di

bawah Departemen Pendidikan Nasional mengemban misi dasar dalam

memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk proses belajar mengajar

yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah. Melalui kegiatan

pengajaran, siswa-siswi SD yang berada pada tahap operasi konkrit

(Piaget, 1988:68) sudah semestinya dibekali dengan ilmu pengetahuan

dasar dan keterampilan dasar yang dalam hal ini adalah mata pelajaran

yang tercantum dalam kurikulum SD/MI untuk mengembangkan


(23)

Masalah utama yang sering dihadapi dalam pendidikan matematika

adalah rendahnya kemampuan keaktifan siswa. Dewasa ini pembelajaran

matematika yang berlangsung di sekolah pada umumnya masih didominasi

oleh guru. Pembelajaran disampaikan oleh guru. Matematika disampaikan

pada siswa sebagai produk yang sudah jadi. Guru aktif, siswa pasif.

Kemampuan berpikir siswa kurang kritis dan kreatif, serta kemandirian

siswa juga kurang dikembangkan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa

matematika adalah alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru

bersikap cenderung memberi tahu konsep/sifat dan cara menggunakannya.

Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak

dan anak menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Ada kalanya siswa

menjawab soal dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan

alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak

tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan.

Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran

tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide

dan alasan jawaban mereka sehingga kurang terbiasa untuk

mengungkapkan ide-ide atau alasan dari jawabannya.

Perubahan cara berpikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah

bahwa hasil belajar siswa merupakan tanggung jawab siswa sendiri.

Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh


(24)

langsung guru sebenarnya pada penciptaan kondisi belajar yang

memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang baik.

Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam

pembelajaran yang terlihat dari keaktifan belajarnya.

Pengajaran di kelas tidak terlepas dari keaktifan belajar siswa.

Melalui keaktifan belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan

pengalaman belajar sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih

bermakna bagi siswa. Pelaksanaannyapun harus dilaksanakan dengan

pendekatan belajar yang relevan dengan paradigma pendidikan sekarang.

Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada peserta

didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan

berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan

pengetahuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa

aktif dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan

menerima gagasan dari orang lain dan memiliki kepercayaan diri yang

tinggi. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan

pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan

paradigma pendidikan sekarang. PMRI menginginkan adanya perubahan

dalam paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi

paradigma belajar. PMRI selama ini merupakan sebuah pendekatan

pembelajaran matematika yang relatif baru dan belum semua kalangan

dalam dunia pendidikan mengenalnya, selama beberapa tahun belakangan


(25)

Kemudian mulai tahun pelajaran 2002/2003 baru dilakukan uji coba penuh

di beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di

Indonesia dengan hasil yang sangat menggembirakan. Saat ini

pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik untuk kelas lainnya

masih diujicobakan.

PMRI juga menekankan untuk membawa matematika pada

pengajaran bermakna dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata

sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan masalah-masalah

kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik.

Kata realistik disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat

dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia nyata

Keaktifan belajar yang terjadi dalam pembelajaran dengan

pendekatan belajar yang relatif baru ini menjadi hal yang menarik untuk

diteliti. Berdasarkan uraian di atas saya tertarik untuk menggambarkan

fenomena tentang keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa kelas III

SD N Karangmloko 2.

Hal tersebut dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan di SD N

Karangmloko 2 pada siswa kelas III. Kurangnya keaktifan siswa dalam

pembelajaran matematika disebabkan karena metode yang digunakan

dalam proses pembelajaran menggunakan metode ceramah. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, keaktifan belajar dalam

pembelajaran matematika masih rendah. Dari 31 siswa, (1) siswa yang


(26)

mendengarkan pendapat teman 11 siswa (35,48%), (3) siswa yang

mengerjakan tugas dengan alat peraga 0 siswa (0%), (4) siswa yang

berdiskusi dengan teman 13 siswa (41,93%), dan (5) siswa yang

mendemonstrasikan hasil pekerjaan kelompok 12 siswa (38,70%).

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, tentang materi

pengukuran masih rendah. Hal ini terbukti dari nilai ulangan matematika

dua tahun terakhir SD N Karangmloko 2 kurang memenuhi Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM). KKM untuk pelajaran Matematika di SD

tersebut adalah 65. Berikut merupakan persentase kondisi awal nilai siswa:

Tabel 1.1 Kondisi Awal Nilai Ulangan Matematika Siswa Kelas III

Tahun

Pelajaran KKM

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Rata-rata Nilai

Tuntas Tidak

Tuntas

2012/2013 65 9 31,03% 20 68,97% 29 63,55 2013/2014 65 12 37,5% 20 52,5% 32 59,90

Rata-rata 34,26% 65,74% 61,72

Berdasarkan data nilai dua tahun terakhir, hasil belajar siswa kelas

III SD N Karangmloko 2 dalam mata pelajaran Matematika masih rendah.

Hal tersebut terbukti dari banyaknya siswa kelas III yang tidak memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) serta rendahnya rata-rata kelas yang

diperoleh. Siswa yang tidak mencapai KKM pada tahun pelajaran

2012/2013 sebanyak 20 dari 29 siswa dan pada tahun pelajaran 2013/2014


(27)

pada tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 9 dari 29 siswa dan pada tahun

pelajaran 2013/2014 sebanyak 12 siswa dari 32 siswa.

Peneliti ingin mencoba meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

dengan melakukan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan

media yang konkrit. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih mengerti dan

dapat aktif secara langsung dalam menggunakan media ataupun alat

peraga. Dengan menggunakan PMRI siswa akan lebih bisa memahami

pembelajaran matematika dengan baik. Karena dalam PMRI siswa

dihadapkan dengan contoh-contoh yang nyata, sehingga siswa lebih

mudah untuk memahami materi pelajaran. Selain itu, keaktifan siswa juga

meningkat, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Maka peneliti mengambil judul penggunaan pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar siswa pada kelas III SD Negeri Karangmloko 2.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian dibatasi pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar,

dalam mata pelajaran matematika materi pengukuran kelas III SD N

Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian berfokus pada

materi penggunaan alat ukur dalam memecahkan masalah dengan


(28)

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar Matematika

siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015

melalui penerapan pendekatan PMRI?

2. Apakah penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan

belajar matematika tentang pengukuran pada siswa kelas III SD N

Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015?

3. Apakah penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar

matematika tentang pengukuran pada siswa kelas III SD N

Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan penelitian

sebagai berikut, yakni untuk:

1. Mendeskripsikan upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar

Matematika siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 2 tahun pelajaran

2014/2015 melalui penerapan pendekatan PMRI.

2. Meningkatkan keaktifan belajar matematika tentang pengukuran pada

siswa kelas III SD N Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015


(29)

3. Meningkatkan hasil belajar matematika tentang pengukuran pada siswa

kelas III SD N Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015 dengan

penerapan pendekatan PMRI.

E. Batasan Pengertian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka

definisi yang digunakan sebagai berikut:

1. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah

suatu bentuk inovasi (gerakan) dalam usaha memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pendidikan matematika di Indonesia dengan

menggunakan benda-benda nyata. Karakteristik dalam pendekatan

PMRI antara lain, (a) penggunaan konteks, (b) penggunaan model (c)

pemanfaatan hasil konstruksi siswa, (d) interaktivitas, dan (e)

keterkaitan.

2. Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap,

dan keterampilan pada siswa. Hal ini ditandai dengan (a) mengamati

oang lain bekerja, (b) mendengarkan pendapat teman, (c) mengerjakan

tugas dengan alat peraga, (d) berdiskusi dengan teman, dan (e)

mendemonstrasikan hasil pekerjaan kelompok. Penelitian ini mencoba


(30)

3. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa

yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar pada penelitian

ini dinilai dari satu ranah, yakni ranah kognitif.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar siswa tentang pengukuran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Kelas

Guru memperoleh pengalaman untuk menerapkan

pendekatan PMRI agar pembelajaran matematika lebih menarik,

dapat dipahami, dan meningkatkan keaktifan siswa.

b. Bagi Sekolah

Sekolah dapat memberikan masukan baru agar siswa

berminat mengenai cara belajar dengan menggunakan pendekatan

PMRI untuk pemahaman matematika siswa.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

peneliti yang lain tentang penerapan PMRI dalam meningkatkan


(31)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Mata Pelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika

James dan James (dalam Ruseffendi, 1993:27) menyatakan

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya

dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar,

analisis, dan geometri.

Kline (dalam Ruseffendi, 1993:28) menyebutkan bahwa

matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna

karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika membantu manusia

dalam memahami dan menguasi permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Hudojo (2001:45) menyatakan bahwa matematika adalah sebuah

ilmu yang memerlukan cara bernalar secara deduktif, formal, dan abstrak.

Susanto (2013:185) menambahkan bahwa matematika adalah salah satu

disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan

berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

sehari-hari dan dalam dunia kerja.

Muhsetyo (2008:26) menjelaskan tentang pembelajaran


(32)

melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik

memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.

Jadi, pembelajaran matematika adalah ilmu tentang logika yang

memerlukan cara bernalar untuk meningkatkan berpikir dan argumentasi

serta memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik melalui

serangkaian kegiatan.

Berdasarkan penelitian Piaget, ada empat tahap dalam

perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara

kronologis yaitu (1) tahap sensori motor (2) tahap pra operasional (3)

tahap operasi konkrit dan (4) tahap operasi formal. Tahap sensori motor

dimulai sejak lahir sampai umur sekitar 2 tahun dimana pengalaman

diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori

(koordinasi alat indera). Tahap pra operasional dimulai sekitar umur 2

tahun sampai sekitar umur 7 tahun yang merupakan tahap persiapan untuk

pengorganisasian operasi konkrit seperti mengklasifikasikan, mengurutkan

dan membilang. Pada tahap operasi konkrit, tahap ini dimulai sekitar umur

7 tahun sampai sekitar umur 11 tahun dimana anak memahami operasi

logis dengan bantuan benda-benda konkrit dan anak sudah memiliki sudut

pandang yang berbeda secara objektif dalam mengamati suatu objek.

Tahap operasi formal dimulai sekitar umur 11 tahun dan seterusnya

dimana anak akan dibiasakan untuk melakukan penalaran dengan


(33)

Siswa kelas III sekolah dasar umumnya berusia sekitar 9 sampai 10

tahun. Dengan demikian siswa kelas III berada pada tahap operasi konkrit,

dimana anak mempunyai struktur kognitif yang memungkinkan anak bisa

berpikir untuk berbuat. Namun apa yang dipikirkan anak masih terbatas

pada hal-hal yang bersifat konkrit atau nyata. Benda-benda atau

kejadian-kejadian yang tidak dapat dibayangkan siswa masih sulit untuk dipikirkan.

Kegiatan matematika ini disusun menjadi serangkaian

pembelajaran yang dapat membawa siswa dan realitas yang dikenal secara

nyata menuju matematika formal. Titik awal dalam pembelajaran dimulai

dengan hal-hal yang realistik bagi anak. Kemudian dilanjutkan dengan

kegiatan enaktif berupa pemecahan masalah kontekstual yang melibatkan

benda konkret dan tindakan fisik anak. Dalam kegiatan ikonik, anak

mendeskripsikan dan memecahkan masalah kontekstual dengan memakai

model gambar berupa skema atau gambaran situasi. Kematangan anak

dalam kegiatan ikonik akan membawanya ke kegiatan simbolik dimana

anak akan melibatkan penggunaan simbol untuk menyatakan penalaran.

Simbol yang digunakan tidak harus baku karena merupakan ciptaan anak

berkat pengalaman matematisasinya. Akan tetapi langkah ini akan

menjadikan anak siap mengenal simbol-simbol baku dalam matematika

formal.

Depdiknas (dalam Susanto, 2013:184) menyebutkan bahwa peran

dan fungsi matematika terutama sebagai sarana mengembangkan


(34)

matematika maupun dalam bidang lainnya. Oleh karena itu, tujuan umum

pendidikan matematika ditekankan agar siswa memiliki:

1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan

dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun

masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang

dapat dialihgunakan pada setiap keadaan seperti berpikir kritis,

berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur,

bersifat disiplin dalam memandang, dan menyelesaikan suatu masalah.

Depdiknas (dalam Susanto, 2013:184) juga menyebutkan

bahwa pengajaran matematika di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa

mampu:

1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang

melibatkan pecahan.

2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun

ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan

volume.

3. Menggunakan sifat simetri, kesebangunan dan sistem koordinat

4. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan dan


(35)

5. Menentukan dan menafsirkan (seperti ukuran tertinggi, terendah,

rata-rata, modus), mengumpulkan, dan menyajikan data sederhana

b. Materi Pengukuran

Pengukuran merupakan salah satu materi yang ada dalam mata

pelajaran matematika. Dalam pengukuran dibagi menjadi dua, yakni

pengukuran panjang dan pengukuran berat.

1) Pengukuran Panjang

Beberapa alat ukur panjang antara lain penggaris, roll meter, metelin, alat pengukur tinggi.

a) Metelin

Metelin merupakan salah satu alat pengukur panjang. Biasanya

alat tersebut digunakan untuk mengukur panjang kain.

Gambar 2.1 Metelin

b) Roll Meter

Roll meter merupakan salah satu alat pengukur panjang.

Biasanya alat tersebut digunakan untuk mengukur panjang

kayu, yang menggunakan alat tersebut biasanya tukang-tukang

bangunan.


(36)

c) Penggaris

Penggaris merupakan salah satu alat pengukur panjang.

Biasanya alat tersebut digunakan untuk mengukur panjang

buku, panjang pensil, dan untuk menggaris. Kebanyakan alat

tersebut digunakan oleh siswa sebagai salah satu perlengkapan

sekolah, yakni biasanya digunakan untuk membuat garis.

d) Pengukur Tinggi Badan

Pengukur tinggi badan merupakan salah satu alat pengukur

panjang. alat tersebut biasa digunakan untuk mengukur tinggi

badan seseorang.

Sumber: www.google.com

Sumber: www.google.com

Sumber: www.google.com

Gambar 2.2 Roll Meter

Gambar 2.3 Penggaris


(37)

2) Pengukuran Berat

a) Timbangan Buah

Timbangan buah merupakan salah satu alat yang digunakan

untuk menimbang. Biasanya timbangan ini digunakan untuk

menimbang buah.

b) Timbangan Barang

Timbangan barang biasanya digunakan oleh

pedagang-pedagang kecil untuk menimbang barang dagangannya, seperti

cabai, wortel, dll.

Sumber: www.google.com

Sumber: www.google.com

Gambar 2.5 Timbangan Buah


(38)

c) Timbangan Badan

Gambar di bawah ini merupakan salah satu alat yang digunakan

untuk mengukur berat. Biasanya digunakan untuk mengukur

berat badan seseorang.

d) Timbangan Karung

Timbangan karung merupakan salah satu yang digunakan untuk

menimbang benda-benda yang berat. Seperti karung beras.

Biasanya timbangan ini digunakan oleh pedagang-pedagang

besar.

e) Neraca

Neraca juga merupakan salah satu alat ukur berat. Timbangan

yang satu ini berbeda dengan timbangan yang lain. Timbangan

ini digunakan untuk menimbang emas.

Sumber: www.google.com

Sumber: www.google.com

Gambar 2.7 Timbangan Badan


(39)

2. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

a. Pengertian Pendekatan PMRI

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI) tidak dapat dipisahkan dari Institude Freudenthal. Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht University

Belanda. Nama institut diambil dari nama pendirinya yaitu Profesor

Hans Freudenthal (1905-1990), seorang penulis, pendidik dan

matematikawan berkebangsaan Jerman-Belanda. Sejak tahun 1971,

Institut ini mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap

pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematics Education). Hans Freudental (dalam Wijaya, 2012: 22) mengemukakan bahwa mathematic is human activity (matematika merupakan aktivitas manusia). Wajar saja jika matematika merupakan

mata pelajaran yang seharusnya dapat dikaitkan dengan kehidupan

manusia sehari-hari (Wijaya, 2012:20). Pendidikan matematika

realistik dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang

Sumber: www.google.com


(40)

berpendapat bahwa matematika merupakan keaktifan insani (human activities) yang harus dikaitkan dengan realitas. Berdasarkan pemikiran tersebut, PMRI mempunyai ciri antara lain bahwa dalam

proses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk

menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru, dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari penjelajahan berbagai situasi

dan persoalan “dunia riil”.

Freudenthal (dalam Wijaya, 2012: 22) berkeyakinan bahwa

siswa tidak boleh dipandang sebagai penerima pasif matematika yang

sudah jadi. Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada

penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan

kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Banyak soal yang

dapat diangkat dari berbagai konteks (situasi) yang dirasakan

bermakna sehingga menjadi sumber belajar.

Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu

dimulai dari penyelesaian yang berkait dengan konteks, siswa secara

perlahan mengembangkan alat dan pemahaman metematik ke tingkat

yang lebih formal. Model-model yang muncul dari aktivitas matematik

siswa akan dapat mendorong terjadinya interaksi di kelas sehingga

mengarah pada level berpikir matematik yang lebih tinggi.

PMRI merupakan suatu teori pembelajaran yang dikembangkan


(41)

pendidikan matematika realistik sejalan dengan kebutuhan untuk

memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi

oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang

matematika dan mengembangkan daya nalar. Sekarang ini khususnya

PMRI menekankan terhadap proses pembelajaran dimana keaktifan

siswa dalam mencari, menemukan, dan membangun sendiri

pengetahuan yang dia perlukan benar-benar menjadi pengalaman

belajar tersendiri bagi setiap individu.

b. Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Traffers (dalam Wijaya, 2012: 21-23) merumuskan lima

karakteristik Realistic Mathematics Education (RME), yaitu penggunaan konteks, penggunaan model, pemanfaatan hasil konstruksi

siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Kelima karakteristik tersebut

diuraikan sebagai berikut:

1) Penggunaan Konteks

Wijaya (2012:21) mengemukakan bahwa dalam

pembelajaran matematika konteks atau permasalahan realistik

merupakan titik awal dalam pembelajaran tersebut. Konteks dalam

pembelajaran matematika tidak harus berupa masalah nyata, tetapi

dapat berbentuk dalam alat peraga selama alat peraga tersebut

menjadikan pembelajaran yang bermakna. Suryanto (2010:44)

menambahkan melalui pembelajaran yang sesuai dengan konteks


(42)

mengeksplorasikan masalah. Siswa dibimbing untuk lebih

memahami secara lebih mendalam materi matematika yang sedang

dipelajari.

2) Penggunaan Model

Penggunaan model dalam pembelajaran matematika

merupakan sebuah jembatan untuk memahami pembelajaran

matematika dari tingkat konkrit menuju tingkat yang formal.

Pemodelan memiliki peran penting dalam mengembangkan

kepekaan siswa terhadap manfaat matematika, sehingga siswa

dapat menerapkan konsep matematika dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu, pemodelan juga membantu siswa untuk memahami

dan menguasai konsep matematika dengan lebih mudah serta

mengambangkan sikap positif siswa.

3) Pemanfaatan Hasil Konstruksi Siswa

Matematika diberikan kepada siswa bukan sebagai produk

yang sudah siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun

oleh siswa, maka dalam Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia siswa ditempatkan sebagai subyek belajar. Siswa bebas

untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga

siswa dapat memperoleh strategi yang bervariasi. Dalam hal ini,

pemanfaatan hasil konstruksi siswa digunakan sebagai landasan

pengembangan konsep matematika sekaligus juga mengembangkan


(43)

4) Interaktivitas

Dalam proses pembelajaran tentu saja terjadi komunikasi

baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa.

Dengan mengkomunikasikan, maka pembelajaran akan semakin

lebih bermakna. Interaksi dalam pembelajaran matematika mampu

mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa.

5) Keterkaitan

Dalam matematika konsep tidak bersifat parsial melainkan

banyak konsep yang memiliki keterkaitan. Konsep-konsep tersebut

dikenalkan kepada siswa tidak secara terpisah. Melalui keterkaitan

ini, diharapkan pembelajaran matematika bisa mengenalkan konsep

secara bersamaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan karakteristik yang

sesuai dan mengacu pada lima karakteristik Pendidikan Matematika

Realistik Indonesia (PMRI) di atas yakni penggunaan konteks,

penggunaan model, pemanfaatan hasil konstruksi, interaktivitas, dan

keterkaitan.

3. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan

Sanjaya (2009:182) mengatakan bahwa keaktifan adalah suatu

kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik maupun aktivitas mental,

intelektual, dan emosional untuk memperoleh pengalaman belajar.


(44)

adalah aktivitas yang melibatkan aktivitas fisik dan aktivitas psikis.

Keaktifan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan

perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan

keterampilan pada siswa.

Aktivitas belajar pada dasarnya tidak hanya terjadi di dalam

kegiatan intern belajar mengajar, tetapi juga terjadi di luar kegiatan

tersebut. Namun aktivitas belajar yang konkrit dan lebih bisa diamati

yaitu aktivitas belajar siswa ketika kegiatan belajar mengajar

dilaksanakan. Pengalaman belajar hanya mungkin diperoleh jika

peserta didik dengan keaktifannya sendiri bereaksi dan berinteraksi

terhadap lingkungannya.

Teori Gestalt (Slameto, 2010:9) yang merupakan teori belajar

menyatakan bahwa manusia mengenal lingkungannya melalui proses

kognitif dengan memahami stimulus berdasarkan struktur mentalnya.

Tiap kelakuan betapapun sederhananya seperti persepsi ataupun

pengamatan merupakan perbuatan intelegen. Proses kognitif adalah

melihat dan menciptakan hubungan berkat pengalamannya yang

lampau. Bruner (dalam Slameto 2010:11) mengungkapkan bahwa

dalam proses belajar, anak melakukan aktivitas dengan melihat

kemudian dihubungkan dengan keterangan intuitif yang ada pada

dirinya.

Jadi, keaktifan belajar menurut para ahli adalah suatu kegiatan


(45)

menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap,

dan keterampilan pada siswa.

b. Macam-macam Aktivitas Belajar

Sanjaya (2009:182) menyatakan aktivitas belajar dapat berupa

dalam bentuk aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah

aktivitas yang dengan mudah dapat diamati karena terlihat dari bentuk

kegiatan yang melibatkan fisik. Sedangkan aktivitas psikis adalah

aktivitas yang tidak langsung dapat diamati karena melibatkan mental

anak. Sanjaya (2009:182) juga membagi macam aktivitas belajar

menjadi delapan, yakni (1) mendengarkan, (2) berdiskusi, (3)

memproduksi sesuatu, (4) mengerjakan tugas, (5) menyimak, (6)

mengumpulkan data, (7) menyusun laporan, dan (8) memecahkan

laporan dari beberapa keaktifan tersebut, yang termasuk dalam

aktivitas fisik meliputi berdisukusi, memproduksi sesuatu,

mengerjakan tugas, mengumpulkan data, menyusun laporan, dan

memecahkan masalah. Sedangkan yang termasuk dalam aktivitas

psikis meliputi mendengarkan dan menyimak.

Dierich (dalam Hamalik, 2001:172) membagi aktivitas belajar

menjadi delapan macam kegiatan, yakni:

a. Kegiatan Visual

Dalam kegiatan visual ini ada beberapa kegiatan, diantaranya yakni

membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demostrasi,


(46)

b. Kegiatan Lisan

Dalam kegiatan ini meliputi mengemukakan suatu fakta atau

prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan

interupsi.

c. Kegiatan Mendengarkan

Kegiatan mendengarkan meliputi mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan

mendengarkan suatu permainan.

d. Kegiatan Menulis

Dalam kegiatan ini bentuk kegiatannya seperti menulis cerita,

menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman,

mengerjakan tes, dan mengisi angket.

e. Kegiatan Menggambar

Dalam kegiatan menggambar meliputi menggambar, membuat

grafik, diagram, peta, dan pola.

f. Kegiatan Metrik

Dalam kegiatan ini, bentuk kegiatannya seperti melakukan

percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat


(47)

g. Kegiatan Mental

Dalam kegiatan mental seperti merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan-hubungan,

dan membuat keputusan.

h. Kegiatan Emosional

Sedangkan dalam kegiatan emosional, bentuk kegiatannya seperti

minat, membedakan, berani, dan tenang.

Dengan demikian dalam pembelajaran siswa diharapkan aktif

mencari, menyelidiki, merumuskan, menguji, membuktikan,

mengaplikasikan, menjelaskan dan memberikan interpretasi terhadap

apa yang dipelajari. Semua hal tersebut diperoleh siswa dengan

mengumpulkan dan mempergunakan informasi baru untuk mengubah,

melengkapi atau menyempurnakan pemahaman yang tertanam

sebelumnya dan dengan memanfaatkan keleluasaan yang diberikan

untuk melakukan eksperimen-eksperimen, termasuk di dalamnya

kemungkinan untuk berbuat salah dan belajar dari kesalahan itu.

Dari macam-macam aktivitas belajar di atas peneliti mengambil

beberapa indikator keaktifan yang akan digunakan untuk penelitian.

Indikator yang peneliti ambil didasarkan pada pendapat Djamarah

(2011:38) dan Sanjaya (2009:182). Indikator menurut Djamarah

(2011:38) yakni mengamati orang lain bekerja (menjelaskan,

mendemonstrasikan) dan mendengarkan pendapat teman. Sedangkan


(48)

tugas dengan alat peraga, berdiskusi dengan teman, dan

mendemonstrasikan hasil pekerjaan kelompok. Dari ke lima indikator

keaktifan tersebut, dua indikator diantaranya merupakan jenis aktivitas

psikis, dan tiga indikator lainnya merupakan jenis aktivitas fisik. Jadi

indikator keaktifan dari penelitian ini yakni, (1) mengamati orang lain

bekerja, (2) mendengarkan pendapat teman, (3) mengerjakan tugas

dengan alat peraga, (4) berdiskusi dengan teman, dan (5)

mendemonstrasikan hasil pekerjaan kelompok.

c. Manfaat Aktivitas Belajar

Sanjaya (2009:183) mengatakan manfaat aktivitas belajar yakni

siswa dapat terlibat secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual

dalam setiap proses pembelajaran. Siswa dapat belajar secara langsung

dengan pengalaman yang disajikan secara langsung. Dengan demikian

timbul adanya interaksi multi arah antara siswa dengan siswa, dan

siswa dengan guru.

Hamalik (2001:175) menambahkan manfaat aktivitas belajar

yakni siswa dapat mencari pengalaman langsung, dapat

mengembangkan semua aspek siswa, memupuk kerjasama antar siswa,

siswa bekerja menurut bakat dan minatnya masing-masing, suasana

dalam belajar menjadi demokratis karena memupuk disiplin dalam

kelas saat pembelajaran yang secara konkret dan realistik. Dengan

demikian dapat mengembangkan berpikir kritis serta menghindari


(49)

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hamalik (2006:155) mengemukakan bahwa hasil belajar

sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat

diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Sudjana (1989:22) menyatakan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya. Sedangkan Horwart Kingsley (Sudjana, 1989:22)

membagi hasil belajar menjadi 3 macam, yakni (1) keterampilan dan

kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, dan (3) sikap dan

cita-cita.

Dimyati dan Mudjiono (2002:36) menambahkan bahwa hasil

belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar

dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

Sedangkan Abdurrahman (2009:38) mengemukakan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar.

Jadi hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri

siswa yang ditunjukkan dari suatu interaksi setelah menerima

pengalaman belajar.

b. Jenis-jenis Hasil Belajar

Bloom (Sudjana, 2006:22) membagi hasil belajar menjadi tiga


(50)

a. Ranah Kognitif

Dalam ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan

dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif

nampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan

teman, serta hubungan sosial.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik nampak pada keterampilan dan kemampuan

bertindak.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (2003:54) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua faktor, yakni

faktor pada diri siswa sendiri (internal) dan faktor dari luar siswa

(eksternal).

a. Faktor dari dalam (internal)

1) Faktor biologis, meliputi kesehatan gizi, pendengaran, dan

penglihatan. Jika salah satu faktor terganggu, maka hasil

belajar juga kurang maksimal.

2) Faktor psikologis, meliputi inteligensi, minat, dan motivasi.

3) Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan rohani.


(51)

mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dilihat adanya

kelesuan dan kebosanan sehingga minat untuk belajar menjadi

berkurang dan hasil belajar juga tidak maksimal.

b. Faktor dari luar (eksternal)

1) Faktor keluarga, merupakan lembaga pendidikan yang pertama

dan terutama.

2) Faktor sekolah, meliputi metode belajar, kurikulum, hubungan

guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan berdisiplin di

sekolah.

3) Faktor masyarakat, yakni bentuk kehidupan masyarakat sekitar

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika di

lingkungan belajar siswa adalah masyarakat yang terpelajar,

maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk belajar.

B. Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang

relevan mengenai pengukuran, keaktifan, hasil belajar, dan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Penelitian ini untuk mengukur

tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa terhadap penggunaan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) mengenai materi pengkuran. Berikut

ada tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh


(52)

1. Penelitian yang dilakukan Suhartini (2004) dengan judul penelitian

keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sub topik pengukuran waktu

di kelas II A SD Percobaan 2 Yogyakarta, hasilnya antara lain ditemukan

bahwa siswa menggunakan konteks nyata yang biasa dilakukan siswa,

siswa mengkontruksi dan menyelesaikan masalah dengan cara mereka.

Siswa berdiskusi dan bertanya atau mengemukakan kepada guru ataupun

temannya atas masalah yang dihadapinya.

Penelitian tersebut berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian di atas yakni sama-sama mengambil variabel keaktifan.

Sedangkan perbedaannya terletak pada sub topik yang diteliti. Pada

Suhartini sub topik penelitian berfokus pada pengukuran waktu, sedangkan

dalam penelitian ini sub topik berfokus pada pengukuran panjang dan

berat.

2. Hasil penelitian Ratini (2005) dengan judul Pengukuran dengan

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Kelas

III MIN Yogyakarta II menemukan bahwa terasa sekali siswa dapat

menghayati pelajaran tentang pengukuran dan dapat memberikan

penjelasan, dapat mencari dan menemukan cara menjawab suatu masalah

serta berkarya dengan kertas-kertas yang yang sudah dipotong-potong

menjadi hiasan menarik. Siswa dapat memahami matematika, jiwa seni

dan kreativitas berkembang. Budaya diskusi dan kerja sama mewarnai


(53)

Penelitian tersebut berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian di atas yakni sama-sama menggunakan pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Sedangkan perbedaannya terletak

pada variabel yang diteliti. Pada penelitian yang dilakukan Ratini tidak ada

variabel yang diteliti. Sedangkan pada penelitian ini ada dua variabel yang

diteliti, yakni keaktifan dan hasil belajar.

3. Setyowati (2012) dengan judul penelitian Peningkatan Aktivitas dan Hasil

Belajar IPA melalui Metode Inquiry pada Siswa Kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo, diperoleh hasil seperti peningkatan keaktifan siswa tingkat

kategori aktif mempunyai persentase yang paling banyak yaitu sebanyak

46,67%. Sedangkan untuk peningkatan hasil belajar siswa tingkat kategori

baik persentasenya meningkat yaitu dari 73,34% pada siklus I menjadi

93,33% pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan metode inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari peningkatan keaktifan siswa sebesar 8,6, yaitu

meningkat dari 49,7 pada siklus I menjadi 58,3 pada siklus II. Selain itu

seiring dengan meningkatnya keaktifan siswa hasil belajar siswa pun

meningkat, hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata hasil

belajar siswa sebesar 7,5, yaitu meningkat dari 65 pada siklus I menjadi

72,5 pada siklus II. Efek/pengaruh metode inquiry terhadap peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa pada penelitian ini yaitu jumlah siswa


(54)

seperti bertanya, menjawab pertanyaan secara lisan, memaparkan evaluasi

dari kegiatan yang dilakukan, dan mengambil kesimpulan meningkat.

Selain itu, visual+listening activities seperti memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru pun meningkat. Pada hasil belajar siswa,

rata-rata hasil belajarnya juga menunjukkan adanya peningkatan. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui metode inquiry dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada siswa kelas IVA SD

Negeri Gedongkiwo.

Penelitian tersebut berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian di atas yakni sama-sama menggunakan variabel hasil belajar.

Sedangkan perbedaannya terletak pada pendekatan yang digunakan dalam

penelitian. Pada penelitian yang dilakukan Setyowati menggunakan

metode Inquiry. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

Penelitian yang terpapar di atas relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti. Objek penelitian sama dengan penelitian ini, yaitu

pengukuran, keaktifan, hasil belajar, dan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI). Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berfokus pada

peningkatan keaktifan dan hasil belajar dengan penggunaaan Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam materi pangukuran. Peta


(55)

Gambar 2.10 Peta Literatur Penelitian yang Terdahulu

C. Kerangka Berpikir

Matematika adalah mata pelajaran yang penting untuk dipelajari

karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang terdapat

di SD. Tujuan mata pelajaran matematika adalah memberikan bekal untuk

siswa agar dapat memecahkan permasalahan sehari-hari yang berhubungan

dengan matematika, sehingga mata pelajaran matematika perlu dipelajari.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas III SD Negeri Karangmloko

2 diketahui bahwa proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru

masih menerapkan metode ceramah. Hal ini berdampak pada keaktifan siswa

di kelas masih rendah. Siswa hanya cenderung diam dan tidak memiliki Suhartini (2004) keaktifan belajar siswa

dalam pembelajaran sub topik pengukuran waktu di kelas II A SD

Percobaan 2 Yogyakarta

Ratini (2005) pengukuran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di kelas III

MIN Yogyakarta II

Setyowati (2012) Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA melalui Metode

Inquiry pada Siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo

Penggunaan pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI)

untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa tentang pengukuran pada kelas III SD Negeri


(56)

keinginan untuk bertanya kepada guru karena siswa sudah terbiasa didikte

oleh guru. Hal tersebut juga berdampak pada hasil belajar siswa masih rendah.

Siswa cenderung tidak mau bertanya ketika mereka belum memahami materi.

Matematika merupakan salah satu pembelajaran yang didalamnya

terdapat kegiatan menghitung. Kegiatan belajar tersebut dapat dilakukan

melalui pengalaman langsung. Pengalaman langsung tersebut dapat diperoleh

dengan menggunakan pendekatan PMRI. Pendekatan PMRI merupakan salah

satu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Pendekatan

PMRI memiliki lima karakteristik yaitu adanya penggunaan konteks, model,

konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan. Pendekatan ini dapat

membantu siswa dalam memahami konsep pada matematika.

Secara sistematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

- Guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran

matematika.

- Keaktifan siswa sangat kurang dalam pembelajaran

matematika.

- Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika sangat

rendah. Permasalahan

- Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Pemberian tindakan

- Siswa melakukan keaktifan pada mata pelajaran matematika. - Hasil belajar yang diperoleh siswa akan meningkat.

Hasil yang diharapkan


(57)

Dari gambar 2.11 menunjukkan bahwa di SD Negeri

Karangmloko 2 khususnya kelas III terdapat permasalahan mengenai

kurangnya keaktifan dan hasil belajar siswa tentang pengukuran dalam

pembelajaran matematika. Untuk menangani permasalahan tersebut

peneliti menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI). Dengan demikian diharapkan adanya peningkatan

mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa mengenai pengukuran

dalam pembelajaran matematika. Meningkatnya keaktifan belajar

pada siswa dapat ditandai dengan (1) mengamati orang lain bekerja,

(2) mendengarkan pendapat teman, (3) mengerjakan tugas dengan alat

peraga, (4) berdiskusi dengan teman, dan (5) mendemonstrasikan hasil

pekerjaan kelompok. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa

ditandai dengan nilai rata-rata dan persentase siswa yang mencapai

KKM.

D. Hipotesis tindakan

Hipotesis dari penelitian ini, yakni:

1. Upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar Matematika siswa kelas

III SD Negeri Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015 melalui

penerapan pendekatan PMRI yakni dengan menggunakan karakteristik

dalam pendekatan PMRI antara lain, (a) penggunaan konteks, (b)

penggunaan model (c) pemanfaatan hasil konstruksi siswa, (d)


(58)

2. Penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan keaktifan belajar

matematika tentang pengukuran pada siswa kelas III SD Negeri

Karangmloko 2 tahun pelajaran 2014/2015.

3. Penggunaan pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar

matematika tentang pengukuran pada siswa kelas III SD Negeri


(59)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). PTK yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

dalam kelas yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas proses

pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. PTK dilatar belakangi oleh

permasalahan yang dihadapi guru yang ditinjau pencapaian hasil belajar

selama proses pembelajaran. PTK terdiri atas empat kegiatan utama yang

ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c)

pengamatan/pengumpulan data, dan (d) refleksi (Arikunto, dkk, 2006: 74).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Kurt Lewin

(dalam Tampubolon, 2014:26). Model PTK ini terdiri dari empat tahapan,

yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi/pengamatan, dan (4) refleksi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari gambar berikut ini:

1.Perencanaan 1.Perencanaan

4.Refleksi Siklus II 2.Tindakan

3.Pengamatan 4.Refleksi

2.Tindakan Siklus I

3.Pengamatan


(60)

1. Perencanaan

Peneliti merencanakan dalam bentuk penyusunan perangkat

pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Tindakan

Peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas sebagai guru atau model

dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

direncanakan.

3. Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan atas pelaksanaan proses pembelajaran

terhadap perubahan perilaku siswa atas tindakan yang dilakukan

dengan menggunakan instrumen pengumpulan data.

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi mengenai hasil evaluasi analisis data guna

ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.

B. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Karangmloko 2

tepatnya di kelas III, yang terletak di desa Sariharjo, Tegalrejo,


(61)

2. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas III SD

Negeri Karangmloko 2, yang berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 11

siswa putri dan 20 siswa putra.

3. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan keaktifan belajar

dan peningkatan hasil belajar siswa. Keaktifan belajar siswa meliputi

(1) mengamati orang lain bekerja, (2) mendengarkan pendapat teman,

(3) mengerjakan tugas dengan alat peraga, (4) berdiskusi dengan

teman, dan (5) mendemonstrasikan hasil pekerjaan kelompok..

4. Lama penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan

November sampai dengan Juli. Langkah pertama yang dilakukan

peneliti yakni menyusun proposal yang dilaksanakan selama dua

bulan, yakni bulan November dan Desember. Langkah kedua yakni

penyusunan instrumen penelitian yang berlangsung selama dua

minggu pada bulan Januari yakni pada minggu pertama dan minggu

kedua. Langkah ketiga adalah validitas instrumen penelitian yang

dilaksanakan selama dua minggu pada bulan Januari yakni pada

minggu ketiga dan minggu keempat. Langkah keempat adalah

pengumpulan data yang dilaksanakan pada bulan Februari. Langkah


(62)

pada bulan Maret. Langkah keenam adalah penyusunan laporan yang

dilakukan selama tiga bulan yakni pada bulan April, Mei, dan Juni.

Langkah ketujuh adalah ujian skripsi yang dilaksanakan pada bulan

Juli, yang dilanjutkan dengan langkah kedelapan yakni revisi.

C. Rencana Tindakan

Peneliti merencanakan akan ada dua siklus dalam penelitian ini.

Setiap siklus terdapat dua pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai

alokasi waktu 2×35 menit. Pada siklus I siswa difokuskan pada materi

pengukuran tinggi, baik mengenai alat ukur tinggi maupun cara mengukur

tinggi dengan alat peraga penggaris, roll meter, pengukur tinggi badan,

metelin, dan mengukur barang-barang di sekitar siswa dengan

menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

(PMRI). Sedangkan pada siklus II siswa difokuskan pada materi

pengukuran berat, baik mengenai alat ukur berat maupun cara mengukur

berat atau menimbang dengan alat peraga timbangan benda, timbangan

buah, timbangan berat badan dan siswa menimba benda-benda di sekitar

serta menimbang berat badan teman dengan menggunakan pendekatan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

1. Persiapan

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SD Negeri Karangmloko 2

untuk melakukan penelitian tersebut.


(63)

c. Melakukan observasi pada siswa kelas III untuk memperoleh

gambaran pembelajaran pada mata pelajaran matematika.

d. Melakukan pengamatan mengenai keaktifan dan hasil belajar siswa

dalam materi pengukuran.

e. Mengidentifikasi masalah yang muncul dalam kelas tersebut, yaitu

kurangnya keaktifan dan hasil belajar siswa dalam materi

pengukuran.

f. Menganalisis masalah belajar siswa.

g. Merumuskan masalah.

h. Merumuskan hipotesis.

i. Menyusun rencana penelitian dalam tiap-tiap siklus.

j. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokok.

k. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP,

LKS, bahan ajar, instrumen penilaian, kisi-kisi soal, soal evaluasi,

instrumen pengamatan.

l. Menyiapkan media pembelajaran.

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Setelah memperoleh gambaran, maka peneliti melakukan

tindakan kelas sebagai berikut:

a. Siklus I

Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, setiap


(64)

1) Perencanaan

a) Peneliti menyiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), LKS, bahan ajar, soal evaluasi dan

kunci jawaban, dan alat peraga.

b) Peneliti memperkenalkan alat peraga pengukuran panjang

kepada siswa.

2) Tindakan

Pertemuan 1

a) Kegiatan awal yang terdiri dari guru (peneliti) memberikan

salam kepada siswa, guru dan siswa berdoa bersama, serta

guru melakukan absensi.

b) Guru melakukan apersepsi yakni guru bertanya mengenai

materi minggu lalu.

c) Orientasi, yakni siswa mendengarkan penjelasan guru

terkait dengan tujuan pembelajaran.

d) Guru mengajak siswa bernyanyi sebagai motivasi untuk

siswa sebelum memulai pembelajaran (karakteristik interaktivitas).

e) Kegiatan inti, siswa dibimbing guru untuk mengenal

macam-macam alat ukur panjang, seperti meteran, roll

meter, metelin, alat ukur tinggi badan (karakteristik penggunaan model).


(65)

f) Siswa didampingi guru untuk menemukan benda di sekitar

yang bisa diukur, misalnya mengukur tinggi kaki meja

(karakteristik penggunaan konteks).

g) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari

5-6 anggota. Ada lima kelompok yang beranggotakan 5

siswa, dan ada satu kelompok yang beranggotakan 6 siswa

(karakteristik interaktivitas).

h) Setiap kelompok diberi alat peraga metelin, roll meter, dan

alat pengukur tinggi badan. Lalu dalam kelompok tersebut

siswa diberi tugas untuk mencari benda-benda di sekitar

kelas yang yang dapat diukur. Tiap-tiap kelompok

mengukur, antara lain mengukur lebar meja, panjang meja,

panjang papan tulis, tinggi kursi, lebar rak buku, dengan

menggunakan alat ukur yang sesuai (karakteristik penggunaan model).

i) Siswa berdiskusi dalam kelompok (karakteristik interaktivitas).

j) Siswa menuliskan hasil pekerjaan pada kolom yang

terdapat dalam LKS yang telah disediakan oleh guru.

k) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.

l) Siswa mengerjakan kegiatan belajar II secara berkelompok,


(66)

garis/menjodohkan) antara panjang dan lebar benda dengan

alat ukur panjang yang sesuai (karakteristik interaktivitas). m) Perwakilan kelompok menuliskan hasil pekerjaannya di

papan tulis.

n) Siswa diberi peneguhan oleh guru mengenai materi

pengukuran panjang. Setiap panjang suatu benda dapat

diukur dengan alat ukur panjang yang berbeda. Seperti,

panjang buku dapat diukur dengan penggaris, sedangkan

panjang papan tulis dapat diukur dengan roll meter

(karakteristik keterkaitan).

o) Siswa dan guru menarik kesimpulan dari materi yang telah

disampaikan.

p) Kegiatan akhir, siswa dibimbing guru untuk merefleksikan

kegiatan tersebut, yakni dengan memberikan tanda checklist (√) pada salah satu simbol sesuai dengan perasaan yang

masing-masing siswa rasakan.

q) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.

r) Tindak lanjut, siswa diminta untuk mengukur tinggi badan

masing-masing ketika dirumah dengan bantuan orang tua


(67)

Pertemuan 2

a) Kegiatan awal yang terdiri dari guru (peneliti) memberikan

salam kepada siswa, guru dan siswa berdoa bersama, serta

guru melakukan absensi.

b) Guru melakukan apersepsi, yakni guru bertanya kepada

siswa tentang materi pertemuan 1. Guru bertanya apakah

siswa sudah melakukan kegiatan mengukur tinggi seperti

yang ditugaskan pada pertemuan 2 (karakteristik interaktivitas).

c) Orientasi, siswa mendengarkan penjelasan guru terkait

dengan tujuan pembelajaran

d) Guru mengjak siswa benyanyi sebagai motivasi sebelum

pembelajaran dimulai (karakteristik interaktivitas).

e) Kegiatan inti, siswa dibimbing guru untuk membicarakan

tentang pengalaman siswa yang berkaitan dengan

pengukuran panjang dalam kehidupan sehari-hari. Seperti

pada pertemuan 1 guru memberikan tindak lanjut kepada

siswa untuk mengukur tinggi badan masing-masing dengan

bantuan orang tua dengan menggunakan alat ukur tinggi

badan. Lalu guru bertanya, bagaimana cara mengukur

tinggi badan? Alat apa yang digunakan untuk mengukur?


(68)

dapat diukur dengan alat ukur panjang? (karakteristik pemanfaatan hasil konstruksi siswa)

f) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok terdari

dari 5-6 siswa. Pembagian anggota kelompok seperti pada

pertemuan 1. Ada lima kelompok yang beranggotakan 5

siswa, dan ada satu kelompok yang beranggotakan 6 siswa

(karakteristik interaktivitas).

g) Setiap kelompok diberi alat peraga metelin, roll meter, dan

alat pengukur tinggi badan.

h) Siswa diberi tugas untuk mencari benda-benda di sekitar

kelas yang bisa diukur panjangnya, seperti mengukur lebar

meja, lebar papan tulis, panjang rak buku dengan

menggunakan alat ukur penggaris dan meteran

(karakteristik penggunaan konteks).

i) Siswa dibimbing oleh guru untuk melakukan kegiatan

belajar I, yakni mengukur tinggi badan teman/anggota satu

kelompok dengan menggunakan alat ukur tinggi badan

(karakteristik penggunaan model).

j) Siswa berdiskusi dalam kelompok (karakteristik interaktivitas).

k) Siswa menuliskan hasil pekerjaan kelompok dalam LKS


(69)

l) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan

tiap kelompok.

m) Siswa mengerjakan kegiatan belajar II secara berkelompok,

yakni siswa diminta untuk menaksir panjang ke puluhan

terdekat. Siswa menuliskan hasil pada LKS yang telah

disediakan oleh guru (karakteristik interaktivitas).

n) Perwakilan kelompok menuliskan hasil pekerjaan

kelompok di papan tulis.

o) Siswa diberi peneguhan oleh guru mengenai materi

pengukuran panjang. Setiap panjang suatu benda dapat

diukur dengan alat ukur panjang yang berbeda, seperti

tinggi badan dapat diukur denganmenggunakan alat ukur

tinggi badan, panjang meja dapat diukur dengan meteran

(karakteristik keterkaitan).

p) Siswa dan guru menarik kesimpulan bersama.

q) Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I untuk mengetahui

hasil belajar siswa.

r) Kegiatan akhir, siswa dibimbing guru untuk merefleksikan

kegiatan tersebut, yakni dengan memberikan tanda checklist (√) pada salah satu simbol sesuai dengan perasaan yang


(1)

(2)

Foto-foto Kegiatan

Guru memberikan penjelasan kepada siswa Siswa mengukur tinggi badan

Siswa mengukur tinggi rak buku Siswa melakukan diskusi dalam kelompok

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok Siswa mengerjakan soal evaluasi


(3)

Guru menuliskan lagu untuk siswa Guru dan siswa bernyanyi bersama

Siswa menimbang berat badan Siswa berdiskusi dalam kelompok


(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI PENELITI

PRIMITIVA RINDI FEBRIA MENTARI, lahir pada tanggal 24 Februari 1993 di Klaten, Jawa Tengah. Lahir sebagai anak pertama

dari 2 bersaudara dari pasangan Pandima dan Vlorentina Tri Iswororini

Suprobo. Peneliti bertempat tinggal di Kangukan, RT 01/RW 01,

Barepan, Cawas, Klaten, Jawa Tengah. Peneliti mengawali pendidikan

di TK Barepan 1, namun pada tahun ketiga peneliti pindah ke TK

Cawas 2 dikarenakan umur yang belum mencukupi untuk masuk ke SD. Peneliti melanjutkan

pendidikan di SD Negeri 2 Cawas dan lulus pada tahun 2005. Kemudian peneliti melanjutkan

ke SMP Negeri 1 Cawas dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan selanjutnya yang ditempuh

oleh peneliti yaitu SMA Negeri 1 Cawas dan lulus pada tahun 2011. Setelah itu peneliti

memasuki bangku kuliah dan memilih program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD

S1), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Kegiatan yang

pernah diikuti oleh peneliti selama berkuliah adalah seksi keamanan pada Inisiasi Sanata

Dharma (Insadha) selama dua periode yakni pada tahun 2012 dan 2013. Lampiran 24


Dokumen yang terkait

Penerapan pendekatan matemateka realistik Indonesia (PMRI) dalam mengurangi kecemasan belajar matematika siswa

10 54 109

Penerapan Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Untuk Meningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas Va Sdn Perumnas Bumi Kelapadua Kab. Tangerang

0 6 157

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV M

1 40 213

Meningkatkan minat dan hasil belajar KPK dan FPB pada siswa kelas IV SD Negeri Kowangbinangun, Sleman melalui pendekatan Pendidikan Matematika realistik Indonesia.

0 0 2

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III SD dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

1 9 181

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar matematika menggunakan pendekatan PMRI pada siswa kelas II SD Negeri Plaosan 2.

0 0 301

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika realistik Indonesia (PMRI) pada mata pelajaran Matematika untuk siswa kelas III SDN Plaosan 2.

0 1 214

Pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas III SD dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

0 2 179

PENGGUNAAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD KREBET PAJANGAN BANTUL.

7 85 87

PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) BERBANTUAN MINIATUR KERAJINAN LOKAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 2 RAGUKLAMPITAN

0 0 27