Makalah Teori Akuntansi Bab24

(1)

TUGAS TEORI AKUNTANSI

BAB 24 – PENGUNGKAPAN INFORMASI KEUANGAN

Dosen : Debbie Cristine, S.E.,M.Si.,Ak.,C.A

Kelompok 7

Dodi Bakhrudin (0114123002)

Helmy Diantama ( 0114123007)

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG


(2)

Pengungkapan Kepada Siapa?

Laporan keuangan perusahaan ditujukan kepada pemegang saham, investor, dan kreditur. Disamping ketiga pihak tersebut, pengungkapan juga diberikan kepada pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat umum, tetapi pihak-pihak ini dipandang sebagai penerima kedua dari laporan keuangan dan bentuk-bentuk lain pengungkapan lainnya. Jika mengutip FASB:

Pelaporan keuangan seharusnya menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor yang sekarang dan yang potensial serta para pemakai lain dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan keputusan serupa secara rasional.

Memang ada kelongggaran untuk mengungkapkan kepada para pegawai, pelanggan, badan-badan pemerintahaan, serta masyarakat umum, tetapi kelompok ini hanya dianggap sebagai penerima skunder laporan tahunan serta bentuk-bentuk pengungkapan lainnya. Sebagian penyebab tidak adanya penekanan pada pemakai selain investor ini adalah tidak diketahuinya keputusan-keputusan mereka. Keputusan yang akan dibuat investor dan kreditor sifatnya relative langsung dan terdefinisikan dengan baik, investor terutama mengambil keputusan beli-jual-tahan, dan keputusan kreditur terutama berhubungan dengan perpanjangan kredit kepada badan usaha.

Pengungkapan Kepada Pemegang Andil

Bagian-bagian lain dunia ini, khususnya eropa, cenderung memberikan jawaban yang lebih luas pada pertanyaan, “Untuk siapa?” Khususnya, mereka cenderung menenmpatkan kepentingan pegawai dan Negara setara dengan kepentingan pemegang saham. Arti penting kepemilikan pemegang saham dikalahkan oleh konsep kepentingan pemegang andil (stakeholder) yang lebih luas. Dampaknya adalah berubahnya sifat pengungkapan. Perseroan di perancis, misalnya diharuskan untuk menyajikan suatu neraca social kepada dewan kerja perusahaan setiap tahunnya. Dewan terdiri atas pekerja dan manajemen. Setiap neraca social harus memberikan informasi yang menyangkut:

1. Ketenagakerjaan

2. Biaya-biaya yang berkaitan dengan upah (paket tunjangan) 3. Perlindungan kesehatan dan keselamatan

4. Syarat-syarat kerja lainnya 5. Pelatihan pegawai

6. Hubungan-hubungan industrial

7. Syarat-syarat kehidupan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan, termasuk perumahan dan transportasi yang disediakan bagi pegawai oleh perusahaan


(3)

Beberapa perseroan sudah mulai menyususn laporan keuangan yang khusus disesuaikan dengan kebutuhan para pegawai mereka. Misalnya, Anglo American, perusahaan pertambangan raksasa di Afrika Selatan, sudah mencoba untuk mencegah nasionalisasi dimasa depan dengan mendorong para pegawainya untuk menjadi pemegang saham. Sebuah laporan keuangan khusus disiapkan bagi mereka.

Akan tetapi, kalaupun dipermasalahkan pengungkapan yang diperlukan bagi pembaca yang lebih luas daripada pemegang saham, seperti dalam laporan perseroan di Inggris, penekanannya tetap pada laporan bertujuan umum (general purpose statement). Seperti yang mereka katakana:

Tanggungjawab pelaporan yang kami identifikasi adalah yang bertujuan umum, yang ditujukan untuk memberikan informasi umum kepada semua pemakai diluar mereka yang mengemban tanggungjawab pengendalian dan manajemen organisasi. Singkatnya, kami membahas laporan yang bertujuan umum yang dirancang untuk penggunaan bertujuan umum.

Dengan kata lain, pengungkapan bisa saja menjadi luas, tetapi tidak menjadi lebih spesifik. Tingkatan Pengungkapan

Dengan pengertian terluas kata tersebut, pengungkapan hanya berarti penyampaian informasi. Para akuntan cenderung menggunakan kata ini dalam pengertian yang agak lebih terbatas, yaitu penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan didalam laporan keuangan, biasanya laporan tahunan. Istilah ini kadang-kadang dibatasi lebih jauh hingga berarti informasi yang tidak dimuat dalam laporan keuangan itu sendiri. Seperti yang dinyatakan International Accounting Standard Committee (IASC):

Laporan keuangan harus jelas dan dapat dimengerti. Laporan keuangan didasarkan pada kebijakan akuntansi yang berbeda dari perusahaan ke perusahaan, baik didalam satu Negara maupun antarnegara. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang signifikan yang menjadi dasar laporan keuangan perlu diungkapkan agar laporan itu dapat dimengerti sebagaimana mestinya.

Pernyataan ini sejalan dengan APB 22, “Pengungkapan Kebijakan Akuntansi”, yang diterbitkan pada tahun 1972. Akan tetapi, kedua tingkatan penyampaian informasi keuangan, tidak dianggap sama oleh otoritas akuntansi. FASB, misalnya berpendapat bahwa:

Karena pengakuan berarti penggambaran suatu pos baik dengan kata maupun angka, dengan jumlah tersebut termasuk dalam angka-angka total laporan keuangan, pengungkapan dengan cara lain bukan merupakan pengakuan.


(4)

Kadang-kadang pengakuan yang salah atau tidak tepat dipakai untuk pos-pos di neraca, laporan rugi-laba atau akun-akun laba-rugi, atau laporan-laporan lain. Pengungkapan perlakuan yang dianut memang perlu dalam kasus apapun, tetapi pengungkapan tidak dapat meralat perlakuan yang salah atau tidak tepat.

Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tergantung sebagian pada keahlian pembaca. FASB misalnya, berpendapat bahwa informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan harus:

Dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian yang memadai mengenai aktivitas bisnis dan ekonomi serta mau mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang sewajarnya.

Tingkatan pengungkapan juga tergantung pada standar yang dianggap paling diinginkan. Tiga konsep pengungkapan yang biasanya diusulkan adalah pengungkapan yang memadai (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full).

Yang paling banyak digunakan dari ketiga ungkapan ini adalah pengungkapan yang memadai, tetapi ungkapan ini menyiratkan jumlah pengungkapan minimum yang sejalan dengan tujuan negative membuat laporan tersebut tidak menyesatkan.

Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan (Ghozali dan Chariri, 2007). Bila dikaitkan dengan pengungkapan informasi, disclosure mengandung pengertian bahwa pengungkapan informasi tersebut harus memberikan penjelasan yang cukup dan bisa mewakili keadaan yang sebenarnya dalam perusahaan. Dengan demikian, informasi harus lengkap, jelas, akurat, dan dapat dipercaya dengan mencitrakan kondisi yang sedang dialami perusahaan, baik informasi keuangan maupun non-keuangan, sehingga tidak ada pihak yang akan dirugikan.

Menurut Ghozali dan Chariri (2007), terdapat tiga konsep dalam pengungkapan, yaitu:

1. Pengungkapan yang cukup (adequate disclosure), merupakan pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuanga tidak menyesatkan.

2. Pengungkapan wajar (fair disclosure), dilakukan agar dapat memberikan perlakuan sama yang bersifat umum bagi semua pengguna laporan keuangan.

3. Pengungkapan lengkap (full disclosure), mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan.

Standar untuk pengungkapan

Perkembangan sistem pengungkapan sangat berkaitan dengan perkembangan sistem akuntansi. Standar dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, sistem hukum, ikatan politik dan ekonomi, tingkat pembangunan ekonomi, tingkat pendidikan, budaya, dan pengaruh lainnya.

Perbedaan nasional dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan dalam tata kelola perusahaan dan keuangan. Di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Anglo Amerika lainnya, pasar ekuitas menyediakan kebanyakan pendanaan yang dibutuhkan perusahaan sehingga menjadi sangat maju. Di


(5)

pasar-pasar tersebut, kepemilikan cenderung tersebar luas di antara banyak pemegang saham dan perlindungan terhadap investor sangat ditekankan. Investor institusional memainkan peranan yang semakin penting di negara-negara ini, menuntut pengembalian keuangan dan nilai pemegang saham yang meningkat.

Keputusan mengenai tingkatan pengungkapan yang tepat akan didasarkan pada peningkatan kesejahteraan sosial yang akan dihasilkan oleh setiap penambahan pengungkapan. Karakteristik kualitatif yang diyakini harus dimiliki informasi yang berguna, relevan, tepat waktu, dan dapat dimengerti. Komparabilitas dapat diterapkan paling tidak dalam dua cara yang berbeda, yang pertama adalah menyajikan pengungkapan yang cukup tentang bagaimana angka-angka akuntansi diukur dan dihitung agar memungkinkan investor mengkonversi jumlah-jumlah dari perusahaan-perusahaan yang berbeda menjadi ukuran-ukuran yang langsung dapat diperbandingkan. Cara kedua untuk menerapkan komparabilitas adalah dengan membiarkan investor membuat peringkat ordinal untuk beberapa masukan dalam model-model keputusan. Misalnya, seorang investor mungkin membandingkan resiko dua perusahaan dan hanya menyimpulkan bahwa yang satu lebih atau kurang riskan disbanding yang lain.

Data Kuantitatif. Dalam memilih kriteria untuk menentukkan data kuantitatif yang material dan relevan untuk investor dan kreditor, tekanannya ditujukkan pada informasi keuangan atau data lainnya yang bisa dipergunakan dalam model keputusan. Penelitian dalam akuntansi harus lebih dipusatkan pada metode pengukuran dan pelaporan probabilitas data dari pada jumlah-jumlah yang deterministik. Namun demikian, pemakai laporan keuangan yang telah memperoleh informasi, pada umumnya mengandalkan pada beberapa pos dalam laporan keuangan dan memperoleh berbagai pengungkapan yang lebih lengkap jika asumsi-asumsinya tersebut tidak benar.

Selain data kuantitatif yang biasanya disajikan dalam laporan keuangan konvensional, berbagai pihak melihat bahwa penyajian yang lebih rinci mengenai beberapa segmen badan usaha (seperti diversifikasi produk atau geografis dari pertumbuhan normal) atau dari merger-merger dalam perkembangan perusahaan konglomerat dianggap banyak memberikan manfaat. Selain itu tekanan dari pemakai laporan keuangan yang menghendaki pelaporan ramalan keuangan mulai muncul.

Meskipun ramalan-ramalan yang akurat pada titik siklus ekonomi dapat membantu para investor, publikasi mengenai ramalan manajemen secara teratur dapat membantu pengambilan keputusan investasi.

Dengan adanya publikasi ramalan informasi akuntansi keuangan dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan, diharapkan pemakai ramalan dapat mengevaluasi keuadaan informasi mengenai industri dan juga asumsi mengenai perubahan-perubahan dalam kondisi ekonomi.

Informasi Nonkuantitatif Informasi nonkuantitatif, informasi yang tidak dapat dinyatakan dalam ukuran-ukuran kuantitatif lebih sukar dievaluasi dalam hal materialitas dan relevansinya karena informasi itu diberi bobot yang menngunakannya dalam pengambilan keputusan. Secara umum, informasi yang diberi bobot yang lebih besar dalam pengambilan keputusan lebih relevan daripada informasi yang diberi bobot


(6)

lebih kecil. Oleh karena itu, harus dicari batas dimana dapat dikatakan bahwa informasi itu cukup penting dalam pengambilan keputusan sehingga tidak boleh dihilangkan.

Relevansi jenis-jenis informasi nonkuantitatif tertentu dapat ditentukan oleh relevansi data kuantitatif yang berkaitan. Misalnya, jika aktiva tertentu diagunkan sebagai jaminan bagi kreditor tertentu, pengagunan itu merupakan fakta yang relevan jika aktiva itu sendiri material jumlahnya. Jika aktiva itu tidak material, informasi yang deskriptif atau yang mengecualikan mungkin tidak relevan. Akan tetapi, dalam beberapa kasus hal ini mungkin tidak berlaku, misalnya, hilangnya persediaan atau kas dalam jumlah yang tidak material mungkin menjadi fakta yang relevan jika disebabkan oleh kecurangan manajemen.

Informasi nonkuantitatif relevan dan layak diungkapkan jika hanya informasi itu berguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi itu relevan hanya jika semakin menambah informasi total, dan bukan mengurangi dengan membuat laporan menjadi kelewat rinci dan sukar dianalisis. Pertanyaan yang harus selalu ditanyakan: apakah penambahan informasi itu berkemungkinan menyempurnakan sebagian besar keputusan yang dibuat berdasarkan laporan keuangan tersebut?

Pengungkapan Sukarela vs Dipaksakan

Banyak pendapat sekarang ini yang menyatakan bahwa perusahaan akan mengungkapkan semua informasi yang dibutuhkan untuk membuat pasar modal berfungsi secara optimal. Pendukung pandangan ini menyatakan bahwa jika informasi tidak diungkapkan, itu hanya karena informasi itu tidak relevan bagi investor atau tersedia bagi mereka dilain tempat. Oleh karena itu, argumentasinya bergeser dari informasi yang dipasok oleh para akuntan melalui informasi keuangan ke informasi pelengkap.

Memang ada bukti untuk menunjukkan bahwa, karena perusahaan-perusahaan semakin mengandalkan modal internasional, mereka cenderung membuat pengungkapan keuangan yang sesuai untuk pasar modal dimana mereka berharap akan mengumpulkan modal.

Yang lainnya menyatakan bahwa bukti menunjukkan bahwa perseroan-perseroan enggan menambah luasnya pengungkapan keuangan tanpa adanya tekanan dari profesi akuntansi atau pemerintah. Mereka menghubungkan keengganan perusahaan untuk mengungkapakan lebih banyak informasi keuangan itu antara lain dengan argumentasi berikut (tanggapan terhadap setiap argumentasi disertakan pula):

1. Pengungkapan akan membantu pesaing dengan merugikan pemegang saham. Akan tetapi argumentasi ini hanya sedikit benarnya, karena pesaing biasanya memperoleh informasi mereka melalui sumber-sumber lain.

2. Serikat-serikat pekerja dikatakan memperoleh keuntungan dalam tawar-menawar upah dengan adanya pengungkapan informasi keuangan yang lengkap. Akan tetapi pengungkapan lengkap biasanya akan memperbaiki iklim tawar-menawar.

3. Seringkali dinyatakan bahwa investor tidak dapat memahami kebijakan dan prosedur akuntansi dan bahwa pengungkapan lengkap hanya akan menyesatkan bukan menjelaskan. Pernyataan ini


(7)

juga tidak memiliki dukungan karena para analis keuangan dan manajer investasi terdidik baik dalam akuntansi, dan investor lainnya mendapat keuntungan dari penggunaan informasi keuangan dalam pasar yang efisien atau mereka mampu belajar melalui penelitian atas informasi keuangan yang dilaporkan.

4. Sebuah argumentasi yang mengandung kebenaran adalah bahwa seringkali sumber-sumber lain informasi keuangan mungkin tersedia untuk memberikan informasi tersebut dengan biaya yang lebih rendah daripada jika diberikan perusahaan dalam laporan keuangannya,

5. Tidak adanya pengetahuan tentang kebutuhan para investor juga diajukan sebagai alasan untuk membatasi pengungkapan. Dengan adanya kemungkinan banyaknya model investasi dan semakin diandalkannya para perantara informasi, alasan ini seharusnya tidak menjadi factor yang membatasi.

Regulasi Pengungkapan

Salah satu dari tidak adanya pengungkapan adalah kegagalan pasar. Kemungkinan kegagalan pasar ini telah digunakan untuk membenarkan intervensi pemerintah dalam pasar untuk memastikan bahwa informasi yang cukup sudah diungkapkan. Otoritas utama di Amerika Serikat dalam hal ini adalah Securities and Exchange Commission (SEC). seringkali dikatakan da nada benarnya bahwa SEC bertanggungjawab atas tingkatan pengungkapan, sedangkan FASB bertanggungjawab atas format pengungkapan itu. Advisory Committee on Corporate Disclosure menguraikan misi SEC sebagai berikut:

Fungsi Commission dalam system pengungkapan perseroan adalah untuk memastikan tersedianya bagi masyarakat dengan cara yang efisien dan wajar dan secara tepat waktu, informasi yang andal dan berorientasi pada perusahaan, yang material bagi pengambilan keputusan investasi dan hak pilih perseroan.

SEC mencapai tujuan-tujuannya terutama melalui regulation S-X, Accounting Series Releases (ASR), dan Staff Accounting Bulletins (SAB).

Regulation S-X, yang mengatur bentuk dan isi laporan keuangan, khusunya laporan tahunan yang dikenal dengan 10-K, yang diserahkan kepada SEC, dikeluarkan pada tahun 1940 pada saat GAAP masih relatif sedikit.

Salah satu pernyataan terawal yang diterbitkan oleh IASC membahas masalah pengungkapan dan berjudul,“Informasi yang Harus Diungkapkan dalam Laporan Keuangan.” Pernyataan ini menetapkan pos-pos tertentu yang harus diungkapkan. Misalnya, pernyataan ini mengharuskan agar utang dalam bagian kewajiban lancer memperlihatkan paling tidak rincian berikut ini:

Utang usaha dan wesel tagih-dagang Utang pada direksi


(8)

Utang antar perusahaan Utang perusahaan asosiasi Pajak-pajak atas penghasilan Utang dividen

Utang lain dan beban yang masih harus dibayar

Seperti yang disebutkan oleh IASC, laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi A.S. yang lazim akan patuh pada standar ini dalam semua hal yang material.

Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen sama saja dengan menyerahkan informasi kepada pasar. Terdapat beberapa argumen yang mendukung perlunya regulasi dalam penyediaan informasi, yaitu penyalahgunaan, eksternalitas, kegagalan pasar, asimetri informasi, dan keengganan manajemen. Di Indonesia, pihak yang menjdi regulator adalah BAPEPAM (melalui Peraturan BAPEPAM) dan profesi/IAI (melalui standar akuntansi). BAPEPAM berkepentingan dengan tingkat pengungkapan dan apa yang harus diungkapkan terutama untuk kepentingan pendaftaran publik dan penawaran publik perdana. Bentuk-bentuk Pengungkapan

Selain data kuantitatif yang biasanya disajikan dalam laporan keuangan tradisional, banyak manfaat yang terkandung dalam penyajian yang lebih rinci yang menyangkut beberapa segmen perusahaan yang memperlihatkan diversifikasi produk atau geografis yang timbul dari pertumbuhan normal atau merger dalam perkembangan perusahaan konglomerat. Hal ini dibahas lebih lanjut dalam bagian khusus berikut ini:

1. Ramalan Keuangan

Struktur akuntansi biaya historis selama ini dianggap sebagai review atas peristiwa-peristiwa masa lalu. Investor, sebaliknya terutama tertarik pada prospek masa depan perusahaan. Salah satu pandangan adalah bahwa akuntan hanya harus menyajikan informasi historis dan kini yang memungkinkan investor membuat prediksi mereka sendiri tentang masa depan. Berarti, proses peramalan itu memerlukan evaluasi yang subyektif selain analisis atas sejumlah besar variable dan asumsi dianggap bahwa investor dapat memahami evaluasi dan asumsi subyektif itu hanya dengan membuat ramalan. Pandangan lainnya adalah bahwa manajemen mempunyai sumberdaya yang jauh lebih unggul untuk membuat ramalan yang andal dan bahwa tersedianya ramalan manajemen bagi masyarakat menambah efisiensi pasar keuangan.

Beberapa penelitian awal tentang peramalan menyimpulkan bahwa ramalan memang benar berguna bagi pemegang saham. Yang lainnya tidak begitu yakin. Misalnya, sebuah penelitian awal lainnya memperlihatkan bahwa ramalan kurang berguna dalam bidang yang sebetulnya bisa sangat membantu investor , yaitu penentuan titik-titik balik dalam perekonomian.


(9)

Salah satu pandangan adalah bahwa akuntan hanya harus menyajikan informasi historis dan kini yang memungkinkan investor membuat prediksi mereka sendiri tentang masa depan. Proses ramalan itu memerlukan evaluasi yang subyektif selain analisis atas sejumlah besar variabel dan asumsi dianggap bahwa investor dapat memahami evaluasi dan asumsi subyektif itu hanya dengan membuat ramalan. Pandangan lainnya adalah bahwa manajemen mempunyai sumberdaya yang jauh lebih unggul untuk membuat ramalan yang andal dan bahwa tersedianya ramalan manajemen bagi masyarakat menambah efisiensi pasar keuangan.

Informasi apa yang harus diramalkan dan bagaimana keandalannya diukur. Ramalan angka akuntansi yang paling sering disebut mungkin laba bersih dan laba per saham, tetapi angka-angka ini mungkin lebih sukar diprediksi dan juga yang paling tidak bisa diandalkan. Fakta bahwa proyeksi laba akuntansi tergantung pada banyak variabel dan subyektif dan pada banyak asumsi mengenai perusahaan dan perekonomian. Pos-pos yang mungkin lebih andal dan mudah untuk diprediksi mencakup perkiraan penjualan, penerimaan dan pengeluaran yang dianggarkan, serta ukuran-ukuran yang berhubungan dengan perkiraan perubahan dalam harga dan permintaan produk perusahaan, serta perkiraan perubahan dalam biaya tenaga kerja dan barang yang biasanya diperoleh perusahaan.

Tidak adanya keandalan dalam pembuatan ramalan telah menjadi masalah yang sangat memprihatinkan manajemen yang takut akan dituntut akibat harapan yang tidak terpenuhi. Keprihatinan ini diredakan oleh SEC Releas No.6084 yang diterbitkan pada tahun 1979 yang memberi manajemen suatu “pelabuhan yang aman” jika ramalan mereka dibuat dengan “tulus”. Terbitan ini mencakup analisis-analisis trend dan juga proyeksi. Walaupun ada pelabuhan yang aman, manajemen masih enggan untuk mengumumkan proyeksi khusus kepada masyarakat karena sejumlah alasan:

a. Proyeksi dapat memberi kesan akurasi yang tidak berdasar.

b. Proyeksi sudah pasti akan sangat cepat menjadi kuno. Oleh karena itu, agar berguna dan agar tidak menyesatkan masyarakat, proyeksi hampur tak terelakkan lagi harus sering dimutakhirkan.

c. Ramalan dan proyeksi dapat digunakan oleh pesaing sehingga merugikan satuan usaha yang melaporkan.

d. Manajemen mungkin merasa dipaksa untuk memenuhi ramalan yang diumumkan sampai harus membuat keputusan jangka pendek yang bukan untuk kepentingan terbaik pemegang saham.

e. Kegagalan perusahaan untuk memenuhi proyeksinya dapat menimbulkan ketidakpuasan pemegang saham dan mungkin menyebabkan adanya tuntutan hokum.


(10)

Dengan berkembangnya prosedur akuntansi yang digunakan oleh berbagai perusahaan dan bahkan didalam perusahaan yang sama, komparabilitas langsung antara laporan-laporan keuangan menjadi lebih sukar. Salah satu yang diusulkan adalah suatu upaya untuk mengurangi jumlah alternative dengan harapan bahwa keseragaman akan secara otomatis memungkinkan komparabilitas. Akan tetapi, pemilihan satu prosedur untuk semua perusahaan bukan hanya merupakan pilihan yang sukar tetapi pilihan yang mungkin tidak bias mencapai tujuannya dalam kondisi keadaan yang berlainan. Argumentasi yang mendukung keragaman dengan alasan keadaan yang berlainan sudah terlalu sering digunakan sebagai rasionalisasi untuk memberikan hak prerogratif kepada manajemen untuk memilih metode apapun yang diinginkannya, seringkali metode-metode yang menyajikan perusahaan dalam sisi-sisi terbaiknya.

Solusi alternatif selain pengurangan alternatif-alternatif yang tersedia adalah mengungkapkan dalam setiap kasus metode-metode spesifik yang digunakan dengan asumsi bahwa dengan demikian pembaca akan dapat menyajikan kembali laporan akuntansi itu guna mencapai komparabilitas.

Pengungkapan kebijakan akuntansi dapat membantu yaitu dengan memungkinkan dicapainya penafsiran yang lebih baik atas laporan keuangan untuk setiap perusahaan dan karenanya mempengaruhi keputusan investasi. Informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan perlu untuk mengahasilkan penyajian laporan keuangan yang wajar.

Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut yang dinilai oleh manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan keuangan.

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan hasil operasi.

3. Perubahan Akuntansi

Perubahan akuntansi mencakup perubahan dalam prinsip akuntansi, dalam estimasi akuntansi dan dalam satuan usaha yang melaporkan. Pengungkapan perubahan-perubahan ini seperti pengungkapan kebijakan akuntansi, esensial bagi keputusan investasi yang optimal.


(11)

Perubahan dalam laba bersih yang dilaporkan, yang disebabkan oleh perubahan dalam metode akuntansi, tidak secara material mempengaruhi harga pasar saham pada saat pengungkapan perubahan itu dilakukan. Namun, berlawanan dengan opini APB, tampaknya ada logika dalam penyajian kembali laporan keuangan periode-periode yang lalu bila laporan-laporan itu disertakan untuk tujuan komparatif. Sebaliknya hipotesis pasar efisien mendukung kesimpulan bahwa pengungkapan itu sendiri sudah cukup jika investor yang berpengalaman atau analisis investasi dapat menafsirkan informasi keuangan itu dengan benar.

4. Pengungkapan Peristiwa Pascalaporan

Laporan laba rugi merupakan ikhtisar jenis-jenis perubahan tertentu yang terjadi selama periode yang dilaporkan, dan neraca mengikhtisarkan pengukuran sumberdaya dan hubungan keuangan pada akhir periode tersebut. Namun, hampir semua angka yang tercantum dalam laporan-laporan ini besrifat tentatif karena adanya ketidakpastian mengenai masa depan. Dengan berlalunya waktu dan diperolehnya informasi tambahan, banyak dari ketidakpastian ini yang terpecahkan. Oleh karena itu banyak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan mempengaruhi keabsahan atau penafsiran laporan dan keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan itu. Jika peristiwa yang material terjadi atau diketahui setelah tanggal laporan dan sebelum laporan itu selesai, tujuan pengungkapan mengharuskan bahwa informasi ini diungkapkan sebagaimana mestinya didalam laporan.

Ada dua jenis peristiwa yang relevan yang mungkin terjadi setelah tanggal laporan dan sebelum selesainya laporan:

a. Peristiwa yang secara langsung mempengaruhi jumlah-jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

b. Peristiwa yang mengubah secara material kesinambungan keabsahan nilai-nilai neraca atau hubungan diantara pemegang ekuitas, atau secara material mempengaruhi kegunaan aktivitas tahun lalu yang dilaporkan sebagai prediksi periode berjalan.

Peristiwa jenis pertama timbul dari tidak cukupnya pengetahuan selama periode akuntansi dan menghasilkan perubahan dalam estimasi nilai akibat pengetahuan yang diperoleh setelah tanggal neraca.

Peristiwa jenis kedua tidak mempunyai dampak langsung pada laporan keuangan tahun sebelumnya, tetapi kemungkinan mempengaruhi secara material keputusan yang didasarkan pada laporan ini. Peristiwa ini mencakup:


(12)

a. Peristiwa yang secara material mempengaruhi struktur keuangan perusahaan atau hubungan sekarang atau masa depan di antara pemegang ekuitas.

b. Peristiwa yang mempengaruhi penghasilan atau kemungkinan distribusi dividen untuk periode setelah periode yang dicakup dalam laporan atau dalam periode-periode selanjutnya.

Peristiwa setelah tanggal neraca lainnya yang mencerminkan “suatu evaluasi konkuren atas kondisi-kondisi baru “ biasanya tidak membawa pada pengungkapan ataupun penyesuaian laporan keuangan.

Pengungkapan Segmen-Segmen Perusahaan

SFAS 14 mengharuskan penyajian (dalam kasus-kasus tertentu) informasi mengenai perusahaan dalam berbagai industry yang berlainan, operasi luar negeri dan penjualan export, serta pelanggan-pelanggan utamanya. IAS 14 mempunyai persyaratan yang serupa dengan FASB dan menyatakan bahwa “laporan keuangan yang disusun sesuai dengan GAAP A.S. akan patuh pada Internasional Accounting Standard 14 dalam semua hal yang material. Fourth Directive EEC tidak sekomprehensif itu, ketentuan ini hanya mewajibkan agar penjual dianalisis menurut segmen-segmen industry (atau produk) dan goegrafis.

Kebutuhan akan Pengungkapan Segmen. Kebutuhan akan pengungkapan operasi segmen-segmen utama dalam perusahaan yang terdiversifikasi dan perusahaan dengan pasar yang tersegmentasi menurut geografi atau pelanggan timbul karena trend pertumbuhan, keragaman operasi, dan resiko tidak dapat dievaluasi secara memadai dari data yang diagregasi.

Kesulitan Akuntansi. Salah satu masalah pertama dalam melaporkan divisi atau segmen suatu usaha adalah keputusan tentang selogis apa pemecahan itu harus dilakukan untuk tujuan pelaporan. Lini-lini produk mungkin relevan dalam beberapa kasus tetapi tidak dalam kasus-kasus lainnya. Divisi geografis mungkin relevan khususnya dalam hal operasi luar negeri dan dalam kasus lain, klasifikasi menurut jenis pelanggan mungkin relevan. Berarti prediktabilitas menghendaki dikelompokannya aktivitas-aktivitas yang mempunyai karakteristik perilaku yang serupa dari waktu ke waktu.

Masalah penting yang kedua dalam pelaporan laba untuk segmen-segmen usaha yang terpisah adalah pengalokasian biaya gabungan (join cost). Jika segmen itu merupakan divisi yang dioperasikan secara otonomi, jumlah biaya gabungan mungkin kecil, tetapi dalam hubungannya dengan laba bersih segmen, biaya itu mungkin signifikan,. Karena akuntan melakukan alokasi dalam banyak bidang pelaporan (seperti perhitungan penyusutan), dikatakan bahwa satu lagi alokasi mungkin tidak ada artinya. Tetapi karena alokasi-alokasi itu bersifat arbitrer mungkin tidak ada informasi relevan yang dapat diperoleh dari penggunaan alokasi-alokasi


(13)

itu. Alternatifnya adalah melaporkan hanya “laba terdefinisi” atau kontrubusi pada setiap divisi, yang dihitung hanya dari pendapatan dan beban yang dapat secara langsung dikaitkan dengan segmen yang melaporkan. Akan tetapi, beberapa perusahaan mungkin takut kontribusi semacam itu akan ditafsirkan sebagai laba bersih divisi dan dianggap berlebihan.

Masalah akuntansi lainnya adalah perlakuan untuk penetapan harga antar divisi (interdivisional transfer pricing). Produk akhir divisi yang satu ,mungkin merupakan bahan baku divisi yang lain didalam perusahaan yang sama, sehingga jika transfer dilakukan dengan nilai diatas biaya, laba akan tampak pada saat transfer itu, bukan ketika produk akhir dijual kepada pelanggan diluar perusahaan.

Metode-Metode Pengungkapan

Sejumlah metode pengungkpan tersedia bagi manajemen. Metode-metode pengungkapan yang umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bentuk dan susunan laporan formal

Informasi yang paling relevan dan signifikan harus selalu tampil dalam tubuh utuma satu atau lebih laporan keuangan jika memang memungkinkan untuk mencantumkannya di sana. Aktiva dan kewajiban serta dampak yang ditimbulkan pada laba bersih, dan ekuitas pemegang saham harus di ungkapkan dalam laporan begitu transaksi dan perubahan lainnya dapat diukur dengan andal dan dengan derajat akurasi yang wajar. Bentuk dan susunan laporan formal berupa: Laporan posisi keuangan, Laporan laba rugi, Laporan arus kas, Laporan perubahan modal, dan catan atas laporan keuangan.

Bentuk dan susunan laporan formal dapat diubah secara efektif untuk menampilkan jenis informasi tertentu yang tidak dengan mudah diungkapkan dalam laporan tradisional.

a. Laporan Posisi

Dalam laporan posisi atau neraca, hubungan – hubungan yang relevan dapat diungkapkan dengan mengatur kembali klasifikasi yang mendasar.

b. Laporan Rugi Laba

Dalam laporan rugi laba, bentuk penyajian yang berlainan dapat menekankan konsep laba yang berbeda atau penafsiran data yang berbeda.

c. Laporan Arus Kas

Dalam laporan arus kas, khususnya jika klasifikasi yang relevan dilakukan dengan hati – hati. Misalnya klasifikasi pengeluaran kas lebih relevan untuk keperluan prediktif jika pengeluaran itu dikelompokkan menurut perilaku fungsionalnya, seperti karakteristik tatap dan variabel.


(14)

2. Terminologi dan Penyajian yang Terinci

Pemilihan seberapa banyak informasi yang harus disajikan dan pos – pos mana yang harus disajikan secara terpisah tergantung pada tujuan laporan dan materialistis pos tersebut. Keringkasan adalah tujuan yang ingin dicapai dalam laporan keuangan, tetapi pengungkapan secara tepat informasi terinci harus didahulukan jika hal itu diperlukan agar laporan itu bernilai bagi pengambilan keputusan.

3. Informasi Parantesis

Informasi yang paling sigifikan harus disajikan dalam tubuh laporan keuangan, bukan dalam catatan kaki atau daftar pelengkap. Jika judul pos – pos dalam laporan tidak dapat dibuat benar – benar deskriptif tanpa menjadi terlalu panjang, penjelasan atau definisi dapat disajikan sebagai catatan parentesis (dalam tanda kurung) setelah judul dalam laporan tersebut.

Data non-kuantitatif lainnya yang dapat disajikan dalam catatan parentesis mencakup : 1. Indikasi tentang prosedur atau metode penilaian spesifik yang digunakan, agar pembaca lebih

memahami arti data tersebut.

2. Karakteristik khusus yang memberi arti yang lebih luas mengenai kepentingan relatif pos tersebut, seperti fakta bahwa aktiva tertentu diagunkan atau bahwa kewajiban tertentu mempunyai hak didahulukan.

3. Rincian mengenai jumlah satu atau lebih pos yang termasuk dalam klasifikasi yang lebih luas yang tercantum dalam laporan.

4. Penilaian alternatif seperti harga pasar kini.

5. Referensi pada informasi terkait dalam laporan – laporan lain atau tempat lain di dalam laporan. 4. Catatan Kaki

Laporan keuangan saat ini telah memunculkan apa yang bisa disebut sebagai era catatan kaki. Di satu pihak, cara ini merupakan peningkatan dalam pelaporan karena menghasilkan pengungkapan secara lebih lengkap peristiwa – peristiwa keuangan dan dat keuangan yang relevan.Catatan kaki mempunyai tempat yang layak dalam pelaporan keuangan, tetapi ada bahayanya jika terlalu mengandalkan catatan kaki sebagai metode pengungkapan atau jika menggunakan catatan kaki sebagai alasan karena laporan formal tidak memadai.


(15)

Sifat dan tujuan catatan kaki. Tujuan menggunakan catatan kaki dalam laporan keuangan haruslah untuk mengungkapkan informasi yang tidak dapat disajikan secara memadai dalam tubuh suatu laporan tanpa mengurangi kejelasan laporan.catatan kaki tidak boleh digunakan sebagai pengganti klasifikasi atau penilaian dan deskripsi yang semestinya di dalam laporan, juga tidak boleh berkontradiksi atau mengulang informasi di dalam laporan.

Kebijakan akuntansi dan perubahan akuntansi. Dalam catatan kaki, metode – metode yang diguakan itu dapat diperlakukan secara lebih lengkap daripada jika digunakan catatan parentesis. Pengungkapan yang lebih lengkap ini penting bila perbedaan diantara beberapa metode yang lazim itu material – berarti, bila asumsi dalam metode yang berbeda akan menjadi faktor yang signifikan dalam pengambilan keputusan. Perubahan metode – metode mungkin lebih signifikan daripada metode – metode itu sendiri, khusunya bila disajikan data komparatif. Postulat konsistensi menghendaki agar laporan keuangan harus dapat diperbandingkan dari periode ke periode dan bahwa bila dilakukan perubahan, dampak perubahan itu harus diungkapkan.

Hak kreditor untuk didahulukan. Jenis prioritas yang umum, seperti yang diberikan pada pemegang obligasi hipotik, biasanya dapat dijelaskan secara singkat dan jelas di neraca dengan suatu referensi singkt ke hipotik tersebut atau ke properti spesifik yang diberikan sebagai jaminan.

Aktiva kontijen dan kewajiban kontijen. Semua aktiva dan kewajiban harus diestimasi, jika memungkinkan, dan dimasukkan dalam neraca dan dampaknya, jika ada, pada laba bersih harus dicerminkan dalam laporan rugi laba.

Pembatasan pada pembayaran deviden. Kebanyakan pembayaran deviden oleh perseroan-perseroan besar dihubungkan dengan laba berjalan, laba masa lalu, dan sumber daya kas yang tersedia. Biasanya tidak ada niat untuk membayar deviden sampai keseluruhan jumlah yang secara legal diperbolehkan atau bahkan sampai sebesar saldo laba. Oleh karena itu, suatu penjelasan dalam catatan kaki tentang pembatasan deviden yang didasarkan pada saldo laba mungkin tidak terlalu relevan bagi investor yang dapat memperkirakan bahwa deviden masa depan mungkin tidak akan melebihi laba masa depan.

Hak – hak pemegang ekuitas. Sebagian dari hak – hak pemegang ekuitas jelas terlihat dalam klasifikasi dan deskripsi neraca, dan hak – hak lainnya dapat diungkapkan dengan catatan parentesis yang tepat di dalam laporan. Salah satu jenis transaksi yang umum ditemui yang memengaruhi hak – hak masa depan pemegang saham adalah pemberian opsi saham kepada para eksekutif.


(16)

Kontrak pelaksanaan. Yang termasuk dalam kontrak jenis pelaksanaan adalah sewa guna usaha jangka panjang dan komitmen pembelian. Walaupun pengkapitalisasian komitmen ini serta pencantumannya di antara aktiva dan kewajiban neraca dapat membuat laporan lebih baik, sifat kontrak – kontrak ini biasanya memerlukan informasi pelengkap juga.

Pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Penggunaan penting catatan kaki adalah untuk memberikan rincian tentang sifat transaksi di antara pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related parties).

5. Laporan dan daftar pelengkap

Dalam banyak laporan tahunan sekarang ini, daftar – daftar pelengkap dicantumkan dalam bagian yang terpisah dari laporan yang disebut pokok – pokok keuangan (financial highlight) atau bagian serupa dalam laporan yang mendahului laporan keuangan formal. Dengan menggunakan suatu bagian yang terpisah di dalam laporan, informasi yang disajikan di sana ditempatkan dalam posisi sekunder setelah laporan dan catatan kaki, karenanya seringkali dianggap kurang penting dibandingkan informasi dalam laporan dan catatan kaki.

Laporan pelengkap menjalankan fungsi yang berbeda dengan daftar pelengkap. Biasanya laporan pelengkap menyajikan informasi tambahan atau informasi yang disusun dalam gaya yang berbeda, dan bukan hanya informasi yang lebih terinci.

6. Laporan Auditor

Laporan auditor bukanlah tempat untuk mengungkapkan informasi keuangan yang signifikan mengenai perusahaan. Tetapi laporan ini memang berfungsi sebagai metode untuk mengungkapkan jenis – jenis informasi berikut :

a. Dampak material dari penggunaan metode akuntansi yang berbeda dengan yang lazim. b. Dampak yang material dari perubahan dai satu metode akuntansi yang lazim ke metode

yang lazim lainnya.

c. Perbedaan pendapat antara auditor dan klien mengenai kelaziman satu atau lebih metode akuntansi yag digunakan dalam laporan.

7. Pembahasan dan Analisis Manajemen Serta Surat Surat Direktur Utama

Idealnya informasi dalam pembahasan dan analisis manajemen (P&AM) mencakup hal – hal seperti :


(17)

1. Peristiwa dan perubahan nonkeuangan selama tahun tersebut yang memengaruhi operasi perusahaan.

2. Harapan mengenai masa depan industri dan perekonomian serta perusahaan dalam harrapan ini.

3. Rencana-rencana untuk pertumbuhan dan perubahan operasi dalam periode atau periode-periode mendatang.

4. Jumlah dan dampak yang diharapkan dari pengeluaran modal dan upaya riset yang sedang berjalan dan yang diantisipasi.

CONTOH KASUS

PT KERETA API INDONESIA (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp63 Miliar.

Komisaris PT KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), sedangkan untuk tahun-tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.

Hasil audit tersebut kemudian diserahkan Direksi PT KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan Komisaris PT KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 sebagai berikut: 1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan

sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standar


(18)

Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.

2. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp24 Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

3. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai kumulatif sebesar Rp674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang.

4. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara Komisaris dan auditor akuntan publik terjadi karena PT KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT KAI baru bisa mengakses laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktik.

Kasus PT KAI berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sebagai akuntan sudah selayaknya menguasai prinsip akuntansi berterima umum sebagai salah satu penerapan etika profesi. Kesalahan karena tidak menguasai prinsip akuntansi berterima umum bisa menyebabkan masalah yang sangat menyesatkan.

Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan keuangannya. Beberapa data disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini mungkin sudah biasa terjadi dan masih bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor menyatakan Laporan Keuangan itu Wajar Tanpa Pengecualian. Tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi keuangan. Hal ini lah yang patut dipertanyakan.

Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai auditor perusahaan kereta api tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan PT KAI melakukan kesalahan.

Profesi Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran. Kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan baik oleh para akuntan. Etika profesi yang disepakati harus dijunjung tinggi. Hal itu penting karena ada keterkaitan kinerja akuntan dengan kepentingan dari berbagai pihak. Banyak pihak membutuhkan jasa akuntan. Pemerintah, kreditor, masyarakat perlu mengetahui kinerja


(19)

suatu entitas guna mengetahui prospek ke depan. Yang Jelas segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh akuntan harus mendapat perhatian khusus. Tindakan tegas perlu dilakukan.

PEMBAHASAN KASUS • Profitable

1. Pihak yang diuntungkan adalah Manajemen PT KAI karena kinerja keuangan perusahaan seolah-olah baik (laba Rp6.9 M), meskipun pada kenyataannya menderita kerugian Rp 63 M. Tidak tertutup kemungkinan, pihak manajemen memperoleh bonus dari “laba semu” tersebut.

2. Pihak lain yang diuntungkan adalah KAP S. Manan & Rekan, dimana dimungkinkan memperoleh Fee khusus karena memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

• Legal

1. PT KAI melanggar Pasal 90 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal “Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung maupun tidak langsung:

a. Menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apa pun; b. Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan

c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.”

PT KAI dapat dikenakan sanksi sesuai Pasal 107 UU No.8 Tahun 1995 yang menyatakan: “Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau


(20)

pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”

2. KAP S. Manan & Rekan melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) • Fair

Perbuatan manajemen PT.KAI merugikan publik/masyarakat dan pemerintah.

1. Publik (investor); dirugikan karena memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi keuagan PT. KAI menjadi tidak akurat/salah.

2. Pemerintah; dirugikan karena dengan rekayasa keuangan tersebut maka pajak yang diterima pemerintah lebih kecil.

• Right

1. Hak-hak Publik; dirugikan karena investor memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil menjadi salah/tidak akurat.

2. Pemerintah; dirugikan karena pajak yang diterima pemerintah menjadi lebih kecil. • Suistainable Development

Rekayasa yang dilakukan manajemen PT KAI bersifat jangka pendek dan bukan jangka panjang, karena hanya menginginkan keuntungan/laba untuk kepentingan pribadi/manajemen (motivasi bonus).

Dari kasus studi diatas tentang pelanggaran Etika dalam berbisnis itu merupakan suatu pelanggaran etika profesi perbankan pada PT KAI pada tahun tersebut yang terjadi karena kesalahan manipulasi dan terdapat penyimpangan pada laporan keuangan PT KAI tersebut. pada kasus ini juga terjadi penipuan yang menyesatkan banyak pihak seperti investor tersebut. seharusnya PT KAI harus bertindak profesional dan jujur sesuai pada asas-asas etika profesi akuntansi.

PSAK Terkait Kasus PT.KAI PSAK 60 rev2014 Instrumen-Keuangan-Pengungkapan

Laporan Posisi Keuangan (3)

 Aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada FVPL (lanjutan) o Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi:


(21)

 Perubahan nilai wajar yang dapat diatribusikan pada perubahan risiko kredit dan metode yang digunakan (jika pengungkapan tsb tidak menyajikan secara jujur perubahan nilai wajar, maka diungkapkan alasan dan faktornya)

 Perbedaan jumlah tercatat dengan jumlah kontraktual Laporan Posisi Keuangan (5)

 Penghentian pengakuan

o Transfer aset keuangan yang sebagian atau semuanya tidak memenuhi kualifikasi penghentian-pengakuan:

 jenis aset,

 risiko dan manfaat atas kepemilikan yang masih tetap berada pada entitas,

 ketika melanjutkan pengakuan seluruh aset, jumlah tercatat aset dan liabilitas terkait, dan sepanjang keterlibatan-berkelanjutannya, total jumlah tercatat aset awal, jumlah aset yang masih diakui dan liabilitas terkait

Opini

Dalam kasus PT.KAI Publik (investor); dirugikan karena memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi keuagan PT. KAI menjadi tidak akurat/salah. Pemerintah; dirugikan karena dengan rekayasa keuangan tersebut maka pajak yang diterima pemerintah lebih kecil. Perusahaan harus melakukan koreksi atas salah saji atas: pajak pihak ketiga yang dimasukkan sebagai asset; penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan yang belum dibebankan; bantuan pemerintah yang seharusnya disajikan sebagai bagian modal perseroan. Pemerintah seharusnya membangun pengawasan yang efektif di tubuh perusahaan. Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di perusahaan. Memilih auditor yang benar-benar kompeten dan profesional. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan. Kesalahan-kesalahan sudah terakumulasi dari tahun-tahun sebelumnya sehingga terdapat dua alternatif, yaitu di restatement atau dikoreksi. Keputusan mengenai opsi yang dipilih sepenuhnya tergantung dari Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik (BP2AP), karena kasus PT. Kereta Api sedang diproses disana. Komite Audit tidak berbicara kepada publik, karena esensinya Komite Audit adalah organ Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit namun Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat mencantumkan pendapatnya pada laporan komite audit yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Komite Audit berperan aktif dalam mengkoordinasikan seluruh tahapan proses auditing, mulai


(22)

dari penunjukan, pembuatan program, mengevaluasi dan memberikan hasil evaluasi kepada Dewan Komisaris, yang akan mengkomunikasikannya kepada Direksi.

Daftar Pustaka

1. Hendriksen Eldon S, Michael F.Van Breda. Accounting Theory. Interaksara. Batam. 2000.

2. Rohaeni Erni. 19 November 2012. Pengungkapan Informasi Keuangan Teori Akuntansi.

http://ernibonbon.blogspot.co.id/2012/11/tugas-presentasi-matkul-teori-akuntansi.html 3. Laksmi Pratiwi. 29 November 2014.Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI


(1)

1. Peristiwa dan perubahan nonkeuangan selama tahun tersebut yang memengaruhi operasi perusahaan.

2. Harapan mengenai masa depan industri dan perekonomian serta perusahaan dalam harrapan ini.

3. Rencana-rencana untuk pertumbuhan dan perubahan operasi dalam periode atau periode-periode mendatang.

4. Jumlah dan dampak yang diharapkan dari pengeluaran modal dan upaya riset yang sedang berjalan dan yang diantisipasi.

CONTOH KASUS

PT KERETA API INDONESIA (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat menyesatkan investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi. Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp63 Miliar.

Komisaris PT KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), sedangkan untuk tahun-tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.

Hasil audit tersebut kemudian diserahkan Direksi PT KAI untuk disetujui sebelum disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan Komisaris PT KAI yaitu Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 sebagai berikut: 1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan itu dimasukkan

sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standar


(2)

Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.

2. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp24 Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

3. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai kumulatif sebesar Rp674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari hutang.

4. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.

Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara Komisaris dan auditor akuntan publik terjadi karena PT KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT KAI baru bisa mengakses laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktik.

Kasus PT KAI berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sebagai akuntan sudah selayaknya menguasai prinsip akuntansi berterima umum sebagai salah satu penerapan etika profesi. Kesalahan karena tidak menguasai prinsip akuntansi berterima umum bisa menyebabkan masalah yang sangat menyesatkan.

Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan keuangannya. Beberapa data disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini mungkin sudah biasa terjadi dan masih bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor menyatakan Laporan Keuangan itu Wajar Tanpa Pengecualian. Tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi keuangan. Hal ini lah yang patut dipertanyakan.

Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai auditor perusahaan kereta api tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan PT KAI melakukan kesalahan.

Profesi Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran. Kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan baik oleh para akuntan. Etika profesi yang disepakati harus dijunjung tinggi. Hal itu penting karena ada keterkaitan kinerja akuntan dengan kepentingan dari berbagai pihak. Banyak pihak membutuhkan jasa akuntan. Pemerintah, kreditor, masyarakat perlu mengetahui kinerja


(3)

suatu entitas guna mengetahui prospek ke depan. Yang Jelas segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh akuntan harus mendapat perhatian khusus. Tindakan tegas perlu dilakukan.

PEMBAHASAN KASUS • Profitable

1. Pihak yang diuntungkan adalah Manajemen PT KAI karena kinerja keuangan perusahaan seolah-olah baik (laba Rp6.9 M), meskipun pada kenyataannya menderita kerugian Rp 63 M. Tidak tertutup kemungkinan, pihak manajemen memperoleh bonus dari “laba semu” tersebut.

2. Pihak lain yang diuntungkan adalah KAP S. Manan & Rekan, dimana dimungkinkan memperoleh Fee khusus karena memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

• Legal

1. PT KAI melanggar Pasal 90 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal “Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara langsung maupun tidak langsung:

a. Menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apa pun; b. Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan

c. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual Efek.”

PT KAI dapat dikenakan sanksi sesuai Pasal 107 UU No.8 Tahun 1995 yang menyatakan: “Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau


(4)

pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”

2. KAP S. Manan & Rekan melanggar Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) • Fair

Perbuatan manajemen PT.KAI merugikan publik/masyarakat dan pemerintah.

1. Publik (investor); dirugikan karena memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi keuagan PT. KAI menjadi tidak akurat/salah.

2. Pemerintah; dirugikan karena dengan rekayasa keuangan tersebut maka pajak yang diterima pemerintah lebih kecil.

• Right

1. Hak-hak Publik; dirugikan karena investor memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil menjadi salah/tidak akurat.

2. Pemerintah; dirugikan karena pajak yang diterima pemerintah menjadi lebih kecil. • Suistainable Development

Rekayasa yang dilakukan manajemen PT KAI bersifat jangka pendek dan bukan jangka panjang, karena hanya menginginkan keuntungan/laba untuk kepentingan pribadi/manajemen (motivasi bonus).

Dari kasus studi diatas tentang pelanggaran Etika dalam berbisnis itu merupakan suatu pelanggaran etika profesi perbankan pada PT KAI pada tahun tersebut yang terjadi karena kesalahan manipulasi dan terdapat penyimpangan pada laporan keuangan PT KAI tersebut. pada kasus ini juga terjadi penipuan yang menyesatkan banyak pihak seperti investor tersebut. seharusnya PT KAI harus bertindak profesional dan jujur sesuai pada asas-asas etika profesi akuntansi.

PSAK Terkait Kasus PT.KAI PSAK 60 rev2014 Instrumen-Keuangan-Pengungkapan

Laporan Posisi Keuangan (3)

 Aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada FVPL (lanjutan) o Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi:


(5)

 Perubahan nilai wajar yang dapat diatribusikan pada perubahan risiko kredit dan metode yang digunakan (jika pengungkapan tsb tidak menyajikan secara jujur perubahan nilai wajar, maka diungkapkan alasan dan faktornya)

 Perbedaan jumlah tercatat dengan jumlah kontraktual Laporan Posisi Keuangan (5)

 Penghentian pengakuan

o Transfer aset keuangan yang sebagian atau semuanya tidak memenuhi kualifikasi penghentian-pengakuan:

 jenis aset,

 risiko dan manfaat atas kepemilikan yang masih tetap berada pada entitas,

 ketika melanjutkan pengakuan seluruh aset, jumlah tercatat aset dan liabilitas terkait, dan sepanjang keterlibatan-berkelanjutannya, total jumlah tercatat aset awal, jumlah aset yang masih diakui dan liabilitas terkait

Opini

Dalam kasus PT.KAI Publik (investor); dirugikan karena memperoleh informasi yang menyesatkan, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi keuagan PT. KAI menjadi tidak akurat/salah. Pemerintah; dirugikan karena dengan rekayasa keuangan tersebut maka pajak yang diterima pemerintah lebih kecil. Perusahaan harus melakukan koreksi atas salah saji atas: pajak pihak ketiga yang dimasukkan sebagai asset; penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan yang belum dibebankan; bantuan pemerintah yang seharusnya disajikan sebagai bagian modal perseroan. Pemerintah seharusnya membangun pengawasan yang efektif di tubuh perusahaan. Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di perusahaan. Memilih auditor yang benar-benar kompeten dan profesional. Harus ada upaya untuk membenarkan kesalahan tahun-tahun lalu, karena konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan. Kesalahan-kesalahan sudah terakumulasi dari tahun-tahun sebelumnya sehingga terdapat dua alternatif, yaitu di restatement atau dikoreksi. Keputusan mengenai opsi yang dipilih sepenuhnya tergantung dari Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik (BP2AP), karena kasus PT. Kereta Api sedang diproses disana. Komite Audit tidak berbicara kepada publik, karena esensinya Komite Audit adalah organ Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan kepada Dewan Komisaris. Apabila Dewan Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit namun Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat mencantumkan pendapatnya pada laporan komite audit yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Komite Audit berperan aktif dalam mengkoordinasikan seluruh tahapan proses auditing, mulai


(6)

dari penunjukan, pembuatan program, mengevaluasi dan memberikan hasil evaluasi kepada Dewan Komisaris, yang akan mengkomunikasikannya kepada Direksi.

Daftar Pustaka

1. Hendriksen Eldon S, Michael F.Van Breda. Accounting Theory. Interaksara. Batam. 2000. 2. Rohaeni Erni. 19 November 2012. Pengungkapan Informasi Keuangan Teori Akuntansi.

http://ernibonbon.blogspot.co.id/2012/11/tugas-presentasi-matkul-teori-akuntansi.html 3. Laksmi Pratiwi. 29 November 2014. Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI