26,25, yang artinya ketika kedalaman potong naik 233,33, kekasaran permukaan naik 26,25.
Kondisi ini dapat diplotkan sebagaimana Gambar 4.18
Gambar 4.18. Pengaruh kedalaman pemakanan terhadap kekasaran permukaan Dari hasil pembahasan sub bab 4.3 ini dapat disimpulkan bahwa diantara tiga
parameter pemotongan yaitu kecepatan potong V, laju pemakanan f dan kedalaman pemakanan a,parameter yang paling signifikan mempengaruhi kekasaran
permukaan Ra adalah kecepatan potong V.
4.4. Corak Permukaan Lay
Pemeriksaan lebih lanjut pada permukaan benda kerja termesin adalah analisa topografi permukaan untuk melihat corak keberarahan dari permukaan hasil
pemesinan. Sampel permukaan untuk uji corak ini diambil dari setiap kondisi pemotongan.. Pengamatan topografi permukaan untuk mempelajari corak permukaan
benda kerja termesin dilakukan dengan Scaning Electron Microscopy SEM. Hasil pengamatan corak permukaan tersebut sebagaimana dipaparkan berikut ini.
4.4.1 Corak permukaan pada tingkat minimum‐1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.19. Corak permukaan pada V=200mmin, f=0,1mmput, a=0,3mm
Corak permukaan pada kondisi tingkat minimum‐1 sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
4.19 dapat dilihat bahwa batas dari geometri hidung pahat tidak terlalu jelas terlihat dan
corak permukaan terlihat lebih halus. Kondisi pemotongan dengan kecepatan potong 200
mmin dan laju pemakanan 0,1 mmput tidak terlalu berpengaruh terhadap permukaan
hasil pemesinan.
4.4.2 Corak permukaan pada tingkat minimum‐2.
Gambar 4.20. Corak permukaan pada V=200mmin, f=0,15mmput, a=0,3mm
Gambar 4.20 adalah gambar corak permukaan pada kondisi tingkat minimum‐2. Pengaruh
peningkatan laju pemakanan dari 0,1 mmput menjadi 0,15 mmput menunjukkan
bahwa batas geometri hidung pahat tampak lebih jelas dan corak permukaan tampak
lebih kasar. Goresan‐goresan dari mikrogeometri sisi pahat akibat terjadinya crater wear
seperti dijelaskan pada sub bab 4.2.2. pada Tabel 4.4 membuat corak permukaan lebih
Universitas Sumatera Utara
kasar. Pada kecepatan potong yang rendah pertumbuhan keausan tepi menjadi lebih besar,
dimana mekanisme abrasi dan kerusakan akibat BUE menjadi dominan.
4.4.3 Corak permukaan pada tingkat medium‐1.
Dibandingkan dengan kondisi tingkat minimum‐1 dan minimum‐2, pada kondisi ini
kecepatan potong dan kedalaman potong dinaikkan yaitu V = 225 mmin dan a= 0,7 mm,
sedangkan laju pemakanan dipertahankan pada 0,1 mmput. Hasil corak permukaan pada
kondisi tingkat medium‐1 ini ditunjukkan pada Gambar 4.21.
Gambar 4.21. Corak permukaan pada V=225mmin, f=0,1mmput, a=0,7mm Jika
kecepatan potong dinaikkan maka temperatur juga akan naik. Akibat tekanan dan kenaikan
temperatur ini, permukaan metal yang baru saja terbentuk seperti geram akan menempel
bersatu seolah‐olah dilas dengan permukaan metal yang lain bisa pada permukaan
benda kerja induk atau pada pahat. 4.4.4
Corak permukaan pada tingkat medium‐2
Kecepatan potong dan kedalaman pemotongan pada tingkat medium-2 ini adalah sama dengan tingkat medium-1. Hanya saja pada tingkat medium-2 ini laju
pemakanan dinaikkan menjadi 0,16 mmput. Pengaruh kenaikan laju pemakanan ini terhadap corak permukaan tidak terlalu signifikan, batas geometri hidung pahat
tampak jelas dan corak permukaan tampak lebih halus sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.22.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.22. Corak permukaan pada V=225mmin, f=0,16mmput, a=0,7mm 4.4.5
Corak permukaan pada tingkat maksimum‐1. Gambar 4.23 adalah gambar corak permukaan pada tingkat maksimum‐1. Disini
tampak lebih jelas batas geometri hidung pahat. Ini akibat pertambahan kecepatan potong
dari 225 mmin menjadi 250 mmin. Dua permukaan yang saling bergesekan dengan
tekanan dan temperatur yang cukup besar beserta lingkungan kimiawi yang aktif dapat
menyebabkan interaksi antara material pahat dengan benda kerja.
Gambar 4.23. Corak permukaan pada V=250mmin, f=0,1mmput, a=0,3mm 4.4.6
Corak permukaan pada tingkat maksimum‐2.
Corak permukaan pada tingkat maksimum-2 ini hampir sama dengan corak permukaan pada tingkat maksimum-1. Peningkatan laju pemakanan dari 0,1 mmput
pada tingkat maksimum-1 menjadi 0,16 mmput pada tingkat maksimum-2 ini
Universitas Sumatera Utara
membuat corak permukaan akibat geometri hidung pahat tampak lebih jelas sebagaimana dilihat pada Gambar 4.24.
batas hidung pahat
Vf
Gambar 4.24. Corak permukaan pada V=250mmin, f=0,15mmput, a=0,3mm
Dari semua paparan gambar corak permukaan lay benda termesin diatas, topografi umum dari pola corak permukaan benda termesin tersebut dapat dilihat seperti alur
lurus panjang pada arah yang sejajar dengan kecepatan potong V. Alur ini disebabkan oleh mikro geometri dari sisi potong pahat. Semua uji coba yang
dilakukan pada tiga tingkatan kondisi pemotongan memberikan pola lay yang sama dimana jelas terlihat batas-batas pemesinan dari mikro geometri hidung pahat.
Pemeriksaan permukaan benda kerja termesin memperlihatkan bahwa lay corak permukaan dari permukaan baja AISI 4140 yang dikerjakan dengan pahat CBN
adalah memiliki pola arah yang sejajar dengan kecepatan potong V dan tegak lurus dengan kecepatan umpan Vf seperti ditunjukkan pada Gambar 4.24 . Corak
permukaan ditemukan tergantung pada kecepatan potong dan arah laju pemakanan.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Cacat Defect