BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KEIGO
2.1. Pengertian Keigo
Keigo dalam bahasa Indonesia disebut bahasa hormat. Bahasa hormat sepadan dengan bahasa halus atau bahasa lemas sebagai istilah yang dipungut dari
bahasa daerah yang dipakai kepada orang yang lebih tinggi derajatnya. Menurut Terada Takanao 1984:238 Keigo adalah bahasa yang
mengungkapkan rasa hormat terhadap lawan bicara atau orang ketiga. Menurut Nomura 1992:54 Keigo adalah ungkapan kebahasaan yang menaikkan derajat
pendengar atau orang yang menjadi pokok pembicara. Sedangkan menurut Ogawa 1989:227 Keigo adalah ungkapan sopan yang dipakai pembicara atau penulis
dengan mempertimbangkan pihak pendengar, pembaca, atau orang yang menjadi pokok pembicara.
Pada dasarnya Keigo adalah bahasa yang dipakai untuk menghaluskan bahasa atau bahasa yang mengungkapkan rasa hormat terhadap lawan bicara yang
berfungsi untuk menaikkan derajat orang yang dibicarakan yang dipakai oleh orang pertama untuk menghormati orang kedua dan orang ketiga. Jadi yang
dipertimbangkan pada waktu menggunakan keigo adalah konteks tuturan termasuk orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.
Nakao Toshio dalam Sudjianto 1999:149 menjelaskan bahwa keigo ditentukan dengan beberapa faktor sebagai berikut :
1. Usia : Tua atau muda, senior atau junior
2. Status :Atasan atau bawahan, guru atau murid
Universitas Sumatera Utara
3. Jenis kelamin
: Pria atau wanita 4.
Keakrapan : Orang dalam atau orang luar
5. Pribadi atau umum : Rapat dan upacara
6. Pendidikan : Berpendidikan atau tidak
Pemakaian Keigo tampak sangat mencolok dalam pemakaian bahasa Jepang sehari-hari. Hal ini menjadi satu ciri khas kekayaan bahasa Jepang.
Sebagai contoh untuk menyatakan “makan” ada beberapa kata yang digunakan seperti pada kalimat berikut :
1. Osaki ni gohan o itadakimashita Saya sudah makan
2. Douzo gohan o agatte irasshatte kudasai Silahkan makan
3. Nani o meshiagarimasuka Mau makan apa?
Di dalam bahasa Indonesia kata “makan” dipakai dalam situasi apapun, di mana pun, kapan pun, tanpa memperhatikan siapa yang berbicara, siapa lawan
bicara, atau siapa orang yang dibicarakan. Tetapi dalam bahasa Jepang tidaklah demikian. Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa kata untuk menyatakan suatu
perbuatan berdasarkan perbedaan situasi, teman berbicara, dan orang-orang yang dibicarakan. Sehingga hanya untuk kata yang menunjukkan aktifitas “makan”
dapat dipakai beberapa verba seperti taberu, itadaku dan meshiagaru.
Universitas Sumatera Utara
Contoh lain misalnya dalam pemakaian pronomina persona. Untuk pronomina persona pertama tunggal saja terdapat beberapa kata seperti contoh
berikut : 1.
Watakushi wa Indonesia jin de gozaimasu Saya orang Indonesia
2. Watashi no kodomo wa ima nihon de nihongo o benkyou shitte imasu
Anak saya sekarang sedang belajar bahasa Jepang di Jepang 3.
Boku wa kankoku kara kita ryugakusei desu Saya mahasiswa asing yang datang dari Korea utara
4. Ore wa mada asameshi tabenai
Saya belum makan pagi
Verba taberu, itadaku dan meshiagaru memiliki arti yang sama. Begitu pula pronomina persona pertama tunggal watakushi, watashi, boku, dan ore pun
semuanya memiliki arti yang sama. Kata-kata tersebut ada dalam cakupan ragam bahasa hormat yang dipakai dengan memperhatikan situasi pembicaraan, dengan
siapa kita berbicara, dan siapa yang kita bicarakan. Ketiga hal itulah yang menjadi dasar penggunaan ragam bahasa hormat.
2.2. Jenis-jenis Keigo