Contoh lain misalnya dalam pemakaian pronomina persona. Untuk pronomina persona pertama tunggal saja terdapat beberapa kata seperti contoh
berikut : 1.
Watakushi wa Indonesia jin de gozaimasu Saya orang Indonesia
2. Watashi no kodomo wa ima nihon de nihongo o benkyou shitte imasu
Anak saya sekarang sedang belajar bahasa Jepang di Jepang 3.
Boku wa kankoku kara kita ryugakusei desu Saya mahasiswa asing yang datang dari Korea utara
4. Ore wa mada asameshi tabenai
Saya belum makan pagi
Verba taberu, itadaku dan meshiagaru memiliki arti yang sama. Begitu pula pronomina persona pertama tunggal watakushi, watashi, boku, dan ore pun
semuanya memiliki arti yang sama. Kata-kata tersebut ada dalam cakupan ragam bahasa hormat yang dipakai dengan memperhatikan situasi pembicaraan, dengan
siapa kita berbicara, dan siapa yang kita bicarakan. Ketiga hal itulah yang menjadi dasar penggunaan ragam bahasa hormat.
2.2. Jenis-jenis Keigo
Pada umumnya keigo dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sonkeigo, kenjogo, dan teineigo. Tetapi pendapat mengenai macam-macam keigo bahasa hormat ini
tampaknya belum seragam, sebab ada pula yang mengatakan keigo memiliki lebih dari tiga jenis. Misalnya Ishida Shoichiro dalam buku keigo menambah bikago
Universitas Sumatera Utara
menjadi jenis bahasa hormat selain ketiga jenis yang telah disebutkan di atas. Bahkan Hiromi Hata dalam suatu tulisannya dalam Nihongo Jaanaru
memasukkan Jouhingo ke dalam bahasa hormat. Para ahli yang membagi bahasa hormat menjadi tiga jenis mempunyai
alasan baik bikago maupun jouhingo sepadan dengan teineigo. Sedangkan seperti Hiromi Hata dan Ishida Shouichiro tidak mengelompokkan jouhingo dan bikago
kedalam teineigo karena cara penggunaan ketiga jenis keigo itu berbeda. Adapun pengertian dari ketiga jenis Keigo tersebut adalah :
a. Sonkeigo Menurut Hirai 1985:132 Sonkeigo adalah cara bertutur kata yang secara
langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara. Sementara itu menurut Oishi Shotaro 1985:132 Sonkeigo adalah kata yang digunakan untuk
menghormati lawan bicara atau orang yang dibicarakan dengan cara menaikan derajat orang yang dibicarakan. Yang dihormati oleh pembicara di sini bukan
hanya persona kedua atau persona ketiga yang secara langsung menjadi pokok pembicaraan, tetapi termasuk juga perkara, keadaan, perbuatan, serta benda atau
keluarga orang yang dibicarakan.
b. Kenjogo Hirai Masao 1985:132 menyebut Kenjogo dengan istilah kensogo
sebagai suatu ungkapan untuk menunjukkan rasa hormat pembicara kepada lawan bicara maupun orang yang menjadi topik pembicara dengan cara merendahkan
prilakunya sendiri. Sedangkan Oishi Shotaro 1985:27 mengartikan Kenjogo sebagai keigo yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau terhadap
Universitas Sumatera Utara
teman orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, aktifitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya.
c. Teineigo Menurut Hirai 1985:131 Teinego adalah ungkapan sopan yang
digunakan untuk menunjukkan rasa hormat pembicara kepada lawan bicara dengan saling menghargai perasaan masing-masing, Oishi Shotaro dalam
Bunkachoo 1985:28 menyebutkan Teineigo dengan istilah Teichoogo adalah bahasa hormat yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan
bicara. Teineigo tidak sama dengan Songkeigo dan Kenjogo karena teineigo sama sekali tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau menurunkan derajat orang
yang dibicarakan.Yang menjadi pertimbangan dalam teineigo hanyalah lawan bicara. Teineigo semata-mata dipergunakan untuk menghormati lawan bicara.
Pengertian jenis keigo selain dari ketiga jenis di atas adalah : d. Bikago
Ishida Shoichiro mengatakan bahwa Bikago adalah bahasa hormat yang menghaluskan lemah lembut serta memperindah bahasa yang diucapkan. Bikago
berbeda dengan Sonkeigo, Kenjogo dan Teineigo yang dipakai untuk menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau orang yang menjadi pokok pembicara.
Bikago dipakai sebagai hiasan bahasa seseorang Bunkachoo,1985:29.
Universitas Sumatera Utara
e. Johingo Istilah Johingo berasal dari kata johin dan go. Johin berarti lemah gemulai,
anggun, halus budi bahasa, apik, sopan. Lalu menjadi kata johingo yang berarti bahasa halus, bahasa yang sopan, atau bahasa yang menunjukkan kelemah
lembutan. Johingo hampir sama dengan bikago. Kedua ragam ini lebih banyak dipakai oleh perempuan dari pada laki-laki. Dalam acara drama sandiwara
televisi, di dalam film-film, atau di dalam novel-novel, johingo menjadi ciri bahasa perempuan yang termasuk golongan atas masyarakat.misalnya kaum
bangsawan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENGGUNAAN KEIGO DALAM BAHASA JEPANG