Analisis ekosistem digital pada Repository Institusional USU.
(2)
Lampiran 2 : Tampilan halaman situs web OpenDOAR pada hasil pencarian Repository USU
(3)
(4)
Lampiran 4 : Tampilan halaman situs web Driver pada hasil pencarian Repository USU
(5)
(6)
Lampiran 6 : Tampilan halaman situs web DOAJ pada hasil pencarian E-Journal Pustaha koleksi Repository USU
(7)
Lampiran 7 : Tampilan halaman situs web ROAR pada pencarian Repository USU
(8)
Lampiran 8 : Tampilan halaman situs web WorldCat pada pencarian Perpustakaan Sumatera Utara (Library USU)
(9)
(10)
(11)
Dengan melihat hasil penelitian, maka penulis ingin memberikan saran sebagai berikut :
Adanya multi spesies yang saling berinteraksi serta hubungan ekologi telah menggambarkan ekosistem digital pada E-Repository yang tetap perlu dipertahankan. Menjaga kelangsungan dan pengembangan ekosistem pada E-Repository USU merupakan tanggung jawab bersama oleh pustakawan Perpustakaan USU dengan tetap mempertahankan interaksi dengan sesama pustakawan maupun user agar tetap terjalin baik dari jejaring sosial maupun akses informasi melalui Repository Institusional USU. Untuk dapat lebih melengkapi sarana interaksi dalam ekosistem E-Repository USU dapat dilakukan dengan menambahkan entitas baru yaitu dengan cara pembuatan blog oleh pustakawan USU. Blog tersebut dikhususkan berisikan informasi perpustakaan dan dapat sebagai sarana interaktif selain jejaring sosial.
(12)
African Digital Library. 2002. Glossary.
diakses tanggal, 29 Februari 2012.
Amonim. 2010. Rules for (digital) ecosystem growth and development?
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek. Edisi revisi 5, cet. 12. Jakarta: Rineka Cipta.
Boley, H.2007. Digital ecosystems: Principles and semantics, Citeseer. http://nparc
Boyd, D. M. 2007. Social network sites: Definition, history, and scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication.<http://jcmc.indiana.edu/ vol13/issue
environment
Chang,Elizabeth. 2006. Digital Ecosystems a next generation of the collaborative
.
Ecosystems.
Hadzic, M. 2007. Methodology Framework for the Design of Digital
PerpustakaanDigital
2012.
Hartinah, Sri. 2009 Pemanfaatan Alih Media untuk Pengembangan Kualitas Jasa.
Hasugian, Jonner. 2009. Dasar – dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan : USU Press.
Pendit, L. P. 2007. Perpustakaan Digital : Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia.Cet. 1.Universitas Indonesia.
………2008.Perpustakaan Digital Perguruan Tinggi:Tantangan Peningkatan 29 Februari 2012
(13)
Vol.10.No.2–Agustus.<http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id
diakses tanggal 29 Februari 2012. Mayfield, Antony. 2008. What is Social Media?
M. Reitz, Joan. Koleksi Digital. Online Dictionary for Library and Information
Merriam Webster’s : An encyclopedia britanny company. 2003. 11 ed. USA : Merriam-Webster’s Inc.
Science.diakses pada
tanggal, 29 Februari 2012.
Nardi, Bonnie A, Vicki L O’Day, First Monday Journal.Vol.4.No 5.May 3, 1999. Information ecologies: using technology with heart. Chapter Four:
Informationecologies.
Robertson, R. John, Mahendra Mahey, Julie Allison, 2008. An ecological
Approch to repository and service interactions
17 Maret 2012
Robertson, R. John. 2007. An Ecologically Approach For Learning Resources.
diakses tanggal 17 Maret 2012.
Rohani,V.A.2010.On Social Network Web Sites :Definition,Features, Achitectures
and Analysis Tools
Roda, Claudia. Digital Interaction : Introduction to the First International
Workshop.
Siregar, Ridwan. 2008. Perpustakaan Digital Implikasinya Terhadap Perpustakan di Indonesia.<http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1771/I/08E
diakses tanggal, 16 Maret 2012.
<http://library.um.ac.id/images/stories/pustakaw diakses tanggal, 20 November 2012. Subrata, G. 2009. Perpustakaan Digital.
(14)
Supsiloani.2006. Perpustakaan Digital sebagai Wujud Penerapan Teknologi Informasi di Perguruan Tinggi.Vol.2, No.1.Pustaha : Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi. <http://repository.usu.ac.id/handle/1234567 diakses tanggal, 20 Novermber 2012.
USURepository Help.
tanggal 14 Mei 2012
WalterScott. 2008. The Library as Ecosystem: A new way of thinking about the profession embraces the concepts of mutual benefit and coevolution
09 Desember 2012.
Wikipedia.Social network.<http://en.wikipedia. org/wiki/Social_ network>
Wikipedia.Facebook.
diakses tanggal 19 Maret 2012.
19 Maret 2012.
Wikipedia. Twitter.
YourDictionary.
November 2012.
Digital Media
(15)
BAB 3
KERANGKA PENELITAN 3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2005)
Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian mengenai pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal.
Secara skematis, kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi
dan Cairan melalui NGT Intake nutrisi dan
cairan yang tidak terpenuhi pada pasien gangguan gastrointestinal
Intake nutrisi dan cairan
Terpenuhi : diet yang diberikan habis
Tidak terpenuhi : diet yang diberikan bersisa
(16)
3.2 Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang dapat diamati (diukur) untuk diobservasi atau pengukuran secara cermat terhadap situasi objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain(Nursalam, 2003).
Untuk menghilangkan kesalah pahaman tentang istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka dibawah ini dijelaskan secara operasional beberapa istilah berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Defenisi
Operasional
Alat ukur
Cara Ukur Hasil ukur Skala Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan Nutrisi dan Cairan yang diberikan melalui NGT sesuai dengan diet yang dianjurkan
dari RS habis
Lembar observa si oleh peneliti Peneliti mengobservasi keberhasilan dari pengaturan jadwal dan volume Diet habis =pemenuhan intake nutrisi dan cairan terpenuhi Diet bersisa= pemenuhan intake nutrisi dan cairan tidak terpenuhi Nominal
Volume Jumlah
nutrisi dan cairan yang diberikan melalui NGT dalam memenuhi intake nutrisi dan cairan. Lembar observa si oleh peneliti Peneliti mengobservasi keberhasilan dari pengaturan jadwal dan volume.Diukur dengan objektifsemua rencana dijalankan atau tidak Terjadinya perubahan setelah melakukan pengaturan jadwal dan volume Rasio
(17)
Nutrisi Zat gizi yang diberikan pada pasien melalui NGT sesuai dengan diet yang dianjurkan RS. Lembar observa si oleh peneliti Peneliti mengobservasi keberhasilan dari pengaturan jadwal pemberian nutrisi Terjadinya perubahan setelah melakukan pengaturan pemberian nutrisi setiap 2 jam sekali
Rasio
Cairan Cairan yang diberikan pada pasien melalui NGT sesuai dengan yang dianjurkan RS. Lembar observa si oleh peneliti Peneliti mengobservasi keberhasilan dari pengaturan jadwal pemberian cairan. Terjadinya perubahan setelah melakukan pengaturan pemberian cairan Rasio
3.3 Hipotesa Penelitian
Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan jantung. Ha : Ada pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal.
H0 : Tidak ada pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal.
(18)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperiment dengan One Group Pretest-postest rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen. Dengan metode pengumpulan data observasi eksperiment pendekatan pretest-posttest untuk mengetahui pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gangguan gastrontestinal yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebanyak 133 orang.
4.2.2 SampelPenelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003).
(19)
Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%lebih tergantung dari kemampuan peneliti mengambil sampel yang akan diteliti (Arikunto, 2004). Dari rumus diatas akan didapat jumlah sampel 10% x 133 orang jumlah populasi = 13 pasien yang memiliki kriteria sampel
Kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang layak untuk diteliti terdiri dari:
a. Pasien gangguan gastrointestinal yang menggunakan NGT. b. Bersedia menjadi responden.
c. Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan tidak terpenuhi. 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan di Ruang RA1 dan RA2. Alasan peneliti memilih rumah sakit ini sebagai lokasi penelitian, karena rumah sakit ini adalah rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit rujukan tertinggi diantara rumah sakit umum di Sumatera Utara, sehingga diperkirakan akan didapat subjek penelitian. Alasan penenliti memilih ruang RA1 dan RA2 karena sampel terbanyak yang mengalami gastrointestinal terdapat di ruang rawat inap penyakit dalam yaitu ruang RA1 dan RA2.
Alokasi waktu untuk penelitian sampai dengan laporan hasil penelitian adalah mulai pada Juli 2011.
(20)
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (Informed Concent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Penelitian ini, juga memperhatikan etik yaitu sebagai berikut:
a. Informed Concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
b. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
c. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang pertama berisi tentang data demografi, kuesioner yang
(21)
berhubungan dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairandan bagian yang ketiga berisi format prosedur pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT. Dan untuk peneliti instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pemenuhan intake nutrisi dan cairan.
1. Data Demografi
Data demografi meliputi nomor responden, nama responden, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan/aktivitas, suku bangsa. Bagian yang kedua kuesioner yang berhubungan dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairan. Data ini berguna untuk membantu penelitian mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian.
2. Format prosedur Pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan. Responden penelitian pemberian nutrisi dan cairan diperoleh dengan menggunakan lembar pelaksanaan penilaian nutrisi dan cairan melalui NGT dan lembar observasi perubahan Pemenuhan Intake Nutrisi pre post treatment yang dilakukan peneliti untuk mengamati pemberian nutrisi dan cairan setiap 2 jam sekali. Dalam pemberian nutrisi dan cairan perlu diperhatikan: waktu pemberian, jumlah pemberian nutrisi dan cairan dan Pemenuhan Nutrisi dan Cairan. Pada penelitian ini menggunakan alat dan bahan yaitu gelas ukur (dalam ukuran cc atau ml) dan makanan cair.
4.6 Pengumpulan Data
Sebelum pengumpulan data, peneliti menjalankan langkah-langkah sebagai berikut :
(22)
Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada institusi pendidikan yakni fakultas keperawatan, Mengirim surat izin penelitian yang diperoleh ketempat dimana akan dilakukan penelitian, Setelah mendapat izin dari Rumah sakit yang bersangkutan peneliti melakukan pengambilan data. Peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria sampel.Kemudian Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian secara sukarela, kerahasiaan informasi mengenai responden dijaga oleh peneliti. Sebelum kegiatan penelitian nama responden tidak dicantumkan dan sebagai gantinya peneliti menggunakan nomor responden. Sebelum meminta calon responden mengisi kuesioner data demografi penelitian, peneliti menjelaskan terlebih dahulu manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner dan meminta responden yang bersedia untuk menandatangani informed concent. Setelah mendapat persetujuan, pengumpulan data dimulai, kuesioner data demografi diisi oleh peneliti dengan melakukan wawancara pada responden atau keluarganya. Kemudian peneliti mengobservasi Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan sebelum dan sesudah dilakukan treatment. Pemberian nutrisi dan cairan dilakukan dalam 2 jam sekali selama 1 minggu.Setelah intervensi dilakukan peneliti mengkaji Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada pasien Gangguan Gastrointestinal.
4.7 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data dengan memeriksa kembali semua data satu persatu yakni nama dan identitas serta data responden serta hasil pengukuran Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan. Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan
(23)
menguji hipotesa penelitian sehingga diketahui pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan denganPemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada pasien Gangguan Gastrointestinal. Selanjutnyadilakukan pengolahan data.
Analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian coding dengan memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi, selanjutnya entry dengan memasukkan data ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi analisis statisitik.
Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi pasien gangguan gastrointestinal yang mengalami anoreksia pre dan post intervensi. Uji paired t-test dilakukan untuk mengetahui Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pre dan post intervensi apabila datanya berdistribusi normal.
Menurut Wahyuni (2008), dari uji tersebutakan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (misalnya adanya perbedaan mean). Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan niali p dan nilai alpha (α = 0.05). Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah H0 ditolak sedangkan bila nilai p >α, maka keputusannya adalah H0 gagal ditolak.
Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran Ha, terdapat pengaruh Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan sesudah dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT pada pasien gangguan gastrointestinal.
(24)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian
5.1.1 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 2 minggu yaitu mulai 05 Desember 2011 sampai dengan 17 Desember 2011 di ruangan RA1 dan RA2 RSUP HAM. Tempat ini dipilih sebagai tempat penelitian karena RSUP HAM adalah Rumah Sakit pemerintah tipe A di Sumatera Utara sekaligus Rumah Sakit pemerintah pendidikan. Kebanyakan mereka yang mengalami gangguan gastrointestinal apabila keadaannya sudah berat di rujuk ke RSUP HAM dan ditempatkan di ruangan RA1 da RA2.
Jumlah responden pada penelitian ini adalah 13 orang yang didiagnosa mengalami gangguan gastrointestinal oleh dokter yang melakukan penanganan pada setiap pasien juga memiliki kriteria seperti menggunakan NGT dan tidak terpenuhinya intake nutrisi dan cairan. Maka dengan adanya kriteria yang saya sebutkan diatas barulah saya dapat melakukan tindakan intervensi bagaimana pengaruhpengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal. Pemberian intervensi akan dilakukan pada setiap responden, sebelum melakukan intervensi Perawat cuci tangan, atur posisi semi fowler pada responden yang akan dilakukan treatment, pasang pengalas kemudian letakkan bengkok, sebelum dilakukan treatment Periksa dahulu sisa makanan dilambung dengan menggunakan spuit yang diaspirasikan ke pipa lambung kemudian Buka
(25)
klem/penutup dan Lakukan tindakan pemberian makan dengan cara pasang corong/spuit pada pangkal pipa, masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat pinggirnya dan Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, Kemudian bila ada obat-obatan masukan dan beri minum lalu diklem pipa penduga. Dan setelah selesai dilakukan treatment Perawat cuci tangan dan Catat hasilnya atau respon pasien selama pemberian nutrisi dan cairan. Lakukan setiap 2 jam sekali dan pantau terus Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada setiap responden.
Tetapi penelitian ini hanya dilakukan sebanyak 2-3 kali pemberian oleh peneliti, intervensi selebihnya dilakukan perawat yang dinas dan peneliti mengajarkan keluarga untuk memberikan diet seperti jadwal yang telah ditetapkan peneliti. Total pekerjaan pada 1 pasien 7 menit. Peneliti juga memberikan informasi kepada pasien bahwasanya pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi terpenuhi( Kozier, 2010)
5.1.2 Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan dan pekerjaan dan kuesioner yang berhubungan dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairan. Renponden pada penelitian ini adalah pasien yang mengalami gangguan gastrointestinal dengan kriteria yang menggunakan NGT dan dilakukan penelitian pada RSUP HAM sebagai tempat penelitian. Setelah data demografi dan kuesioner yang berhubungan dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairan diisi, peneliti akan mengetahui pemenuhan
(26)
intake nutrisi dan cairan responden tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan didapatkan responden sebagai berikut : rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan (69,2%), agama islam (61.5%), suku batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%), pekerjaan Wiraswata (38.4%).
Tabel 5.1 Distribusi, Frekuensi, dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (N=13)
__________________________________________________________________
No Karakteristik Demografi N %
Responden
__________________________________________________________________ 1. Usia
35-39 Tahun 2 15.4
40-44 Tahun 2 15.4
45-49 Tahun 3 23.1
50-59 Tahun 6 46.1
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 4 30.8
Perempuan 9 69.2
3. Agama
Islam 8 61.5
Protestan 3 23.1
Katolik 2 15.4
4. Suku
Batak 6 46.1
Jawa 3 23.1
Lain-lain 4 30.8
5. Tamatan
SD 1 7.7
SMP 3 23.1
SMA 7 53.8
D III/Sarjana 2 15.4
6. Pekerjaan
Wiraswasta 4 30.8
Karyawan 2 15.4
PNS 2 15.4
IRT 5 38.4
(27)
5.1.3 Pemenuhan intake nutrisi dan cairan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan
Dari data di bawah ini, setelah pasien menjawab kuesioner yang berhubungan dengan Pemenuhan intake nutrisi dan cairan. Peneliti mengetahui pasien yang akan menjadi sampel penelitian. Data ini akan dilakukan pentabulasian rata-rata dengan menggunakan SPSS dengan penelitian paired t test. Hasilnya dapat dilihat dalam pembahasan.
Tabel 5.2 Lembar Observasi Pengukuran Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan Sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi
NO Responden Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan
Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi NUTRISI (cc) CAIRAN (cc) NUTRISI (cc) CAIRAN (cc)
1 600 550 825 775
2 700 600 900 800
3 650 600 900 800
4 600 550 900 800
5 750 700 900 800
6 800 700 900 800
7 800 700 900 800
8 600 550 825 775
9 700 650 900 800
10 800 700 900 800
11 800 700 900 800
12 800 700 900 800
13 700 600 840 780
5.1.4 Hasil pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan
Berdasarkan hasil uji analisis pada tabel 5.2 dengan uji paired t test didapatkan nilai p: 0.000 (<0.05) yang artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui
(28)
NGT. Selisih mean 168.5 dan 156.1 yang artinya dalam tarif 95% perbedaan tersebut dapat diterima dan df 12.
Tabel 5.3 Pengaruhpengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan sebelum dan sesudah intervensi
No Variable Mean Selisih Mean SD T Df Sig. (2-tailed) 1 Nutrisi pre
intervensi Nutrisi post
intervensi
715.38 883.85
168.462 68.871 8.819 12 0.000
2 Cairan pre intervensi Cairan post
intervensi
638.46 794.62
156.154 58.919 9.556 12 0.000
α = 0.05 <-tailed, df=12
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik demografi responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan data demografi responden sebagai berikut: rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan (69,2%), agama Islam (61.5%), suku batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%), pekerjaan Wiraswata (38.4%).
Jenis kelamin:Kebutuhan zat gizi berbeda bagi pria dan wanita karena komposisi tubuh dan fungsi reproduksi. Massa otot yang lebih besar pada pria menjelaskan besarnya kebutuhan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita memerlukan lebih banyak zat besi dibandingkan pria sebelum menopouse(Supariasa, 2002). Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin
(29)
perempuan lebih banyak menderita gangguan gastrointestinal dibandingkan pria berhubungan dengan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan wanita.
5.2.2 Sebelum dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT
Untuk mengetahui pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien dengan gangguan gastrointestinal, peneliti memberikan data demografi dan kuesioner yang berhubungan dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairan pasien tersebut.
Sebelum dilakukan intervensi peneliti menjelaskan pada pasien bahwasanya pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi terpenuhi( Kozier, 2010). Setelah itu peneliti mengobservasi intervensi yang diberikan kepada pasien dengan rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan (69,2%), agama Islam (61.5%), suku Batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%), pekerjaan Wiraswata (38.4%) yang bertujuan agar mengetahui pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT mempengaruhi terhadap pemenuhan intake dan nutrisi pada pasien dengan gangguan gastrointestinal.
5.2.3 Sesudah dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT
Pengaturan jadwal dan volume yang dilakukan selama 1 minggu dalam 8 kali pemberian dalam sehari. Total pekerjaan pada 1 pasien 7 menit. Setelah
(30)
pemberian intervensi pasien diharapkan mengisi lembar observasi yang diberikan kepada responden agar peneliti dapat membandingkan pemenuhan intake nutrisi sebelum dan sesudah pemberian intervensi.
Hasil rata yang didapat setelah pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan adalah sebesar 168.5 dan 156.1. Dari keseluruhan jumlah responden (N=13), ada 3 responden yang tidak menghabiskan diet yang diberikan dan 10 responden dapat menghabiskan diet yang diberikan setelah intervensi.
5.2.4 Pengaruh Penerapan Pengaturan Jadwal dan Volume sebelum dan sesudah intervensi
Berdasarkan hasil uji analisis dengan uji paired t test didapatkan nilai p: 0.000 (<0.05) yang artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT. Dari hasil lembar observasi yang dilakukan peneliti didapat seselum intervensi dan sesudah intervensi terdapat peningkatan pemenuhan intake nutrisi dan cairan Selisih mean nutrisi 168.5 dan cairan 156.1 yang artinya dalam tarif 95% perbedaan tersebut dapat diterima. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan intervensi didapat bahwa dari responden (N=13), 10 responden yang menghabiskan diet yang diberikan dari rumah sakit yang artinya pemenuhan intake nutrisi dan cairan terpenuhi dan 3 responden menyisakan diet yang diberikan dari rumah sakit yang artinya pemenuhan intake nutrisi dan cairan tidak terpenuhi.
(31)
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan terhadap 13 pasien yang mengalami gangguan gastrointestinal di ruangan RA1 dan RA2 di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Hasil dari penghitungan statistika dengan uji paired t-test didapat rata-rata sesudah intervensi 168.5 dan 156.1 dengan t=8.8 dan 9.5 dan p=0.000 , <0.005 menunjukkan adanya hubungan antara pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal.
Karakteristik data demografi yang dapat dilihat pada penelitian ini adalah rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan (69,2%), agama Islam (61.5%), suku Batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%), pekerjaan Wiraswata (38.4%).
6.2 Rekomendasi
6.2.1 Rekomendasi terhadap penelitian selanjutnya
Diharapkan bagi penelitian selanjutnya adalah menambahkan intake dari cairan intravena dan menghitung ountput cairan pasien agar hasil pemenuhan intake dan nutrisi didapatkan hasil yang akurat dan indikator pemenuhan intake nutrisi dan cairan
6.2.2 Rekomendasi bagi praktek keperawatan
Perawat sebagai tim kesehatan yang menangani masalah pasien hendaknya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Salah satu tindakan keperawatan yang
(32)
dapat dilakukan perawatdi ruangan RA1 dan RA2 RSUP HAM pada pasien gangguan gastrointestinal adalah dengan cara mengatur jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT. Tujuan pengaturan jadwal dan volume adalah untuk memenuhi intake nutrisi dan cairan pasien dengan cara pemberian yang benar serta memberikan kenyamanan pada pasien.
6.2.3 Rekomendasi Pendidikan Keperawatan
Melalui institusi pendidikan perlu diinformasi kepada mahasiswa tentang pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikannya ketika praktek di lapangan.
(33)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpustakaan Digital
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Digital
Jika berbicara mengenai perpustakaan digital, maka terdapat dua terminologi untuk menyatakan perpustakaan digital. Terminologi lain yang sering dipakai untuk maksud yang sama adalah electronic library atau digital library. Penyebutan terminologi itu sebenarnya bermula dari munculnya bahan – bahan perpustakaan yang berbeda dengan bahan perpustakaan yang tersedia di perpustakaan sebelumnya (Jonner, 2010: 182). Hal yang sama diungkapkan oleh Siregar (2008: 1), bahwa pertumbuhan pesat di bidang produksi bahan – bahan berbasis digital telah melahirkan ungkapan digital library. Namun istilah perpustakaan digital pertama kali diperkenalkan lewat proyek NSF/DARPA/NASA: Digital Libraries Initiative pada tahun 1994. Banyak perusahaan yang mencoba mengangkat tema ‘Digital Library’ atau Perpustakaan Digital sebagai bagian dari sistem terbaru layanan pengguna dalam mengatisipasi globalisasi informasi.Hal ini sejalan dengan pendapat Sismanto dalam Subrata (2009: 3) yang menyatakan perpustakaan digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital.
Sedangkan menurut Siregar (2008: 1), perpustakaan digital adalah suatu lingkungan perpustakaan dimana berbagai objek informasi (dokumen, images, suara dan video-clips) disimpan dan diakses dalam bentuk digital.
Dalam perspektif organisasi, Digital Library Federation di Amerika Serikat menyatakan bahwa, perpustakaan digital adalah berbagai organisasi yang menyediakan sumberdaya, termasuk pegawai yang terlatih khusus, untuk memilih, mengatur menawarkan akses, memahami, menyebarkan, menjaga integritas, dan memastikan keutuhan karya digital, sedemikian rupa sehingga koleksi tersedia dan terjangkau secara ekonomis oleh sebuah atau sekumpulan
(34)
digital sesungguhnya merupakan upaya yang terorganisir dalam memanfaatkan teknologi yang ada bagi keperluan masyarakat penggunanya.
Sebagaimana diulas Tedd dan Large dalam Jonner (2009: 191), National Science Foundation mendaftar tiga karakteristik utama perpustakaan digital yaitu :
1. Memakai teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk di dalam sebuah jaringan digital yang tersebar luas. (Digital libraries are a set of electronic resources and associated technical capabilities for creating, searching, and using information. In this sense they are an extension and enhancement of information storage and retrieval systems that manipulate digital data in any medium (text, images, sounds) and exist in distributed networks).
2. Memiliki koleksi yang mencakup data dan metadata yang saling mengaitkan berbagai data, baik di lingkungan internal maupun eksternal. (The content of digital libraries includes data, metadata that describes various aspects of the data, and metadata that consists of links or relaionships to other metadata, whether internal of external to digital library).
3. Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumberdaya digital yang dikembangkan bersama-sama komunitas pemakai jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi komunitas tersebut. Oleh sebab itu, perpustakaan digital merupakan integrasi berbagi institusi, seperti perpustakaan, museum, arsip, dan sekolah yang memilih, mengoleksi, mengelola, merawat dan menyediakan informasi secara meluas ke berbagai komunitas. (Digital Library are constructed –collected and organized by (and for) a community of users and their functional capabilities to support the information nedds and uses of that community. In this sense they are an extension, enhancemet, and integration of a variety of information institutions as physical places where resources are selected, collected, organized, preserved, and accessed in support of a user community. These information institutions includes, among others, libraries, museums, archives and schools, but digital libraries also extend and serve other community settings, including classrooms, offices, laboratories, homes, and public spaces).
Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan, perpustakaan digital merupakan organisasi yang menyediakanlayanan dan objek informasi dapat diakses dalam bentuk sumber daya digital dengan akses informasi yang melibatkan penggunaan teknologi informasi untuk dapat kebutuhan informasi penggunanya secara luas dalam komunitas.
(35)
2.1.2 Infrastruktur Perpustakaan Digital
Kebutuhan dalam perpustakaan digital adalah perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan komputer sebagai elemen-elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan digital.Perangkat utama yang diperlukan dalam perpustakaan digital adalah computer personal (PC), internet (inter-networking), dan world wide web (WWW), ketiga hal tersebut memungkinkan adanya perpustakaan digital.
Perpustakaan digital juga memerlukan sistem informasi.Sucahyo dan Ruldeviyani dalam Subrata (2009: 9) mengungkapkan bahwa ada tiga elemen penting yang diperlukan dalam pengembangan sistem informasi, yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan manusia (brainware).
Secara lengkap Hartinah (2009: 13) menyebutkan dalam sistem perpustakaan digital terdapat empat elemen meliputi:
a. Sumber –sumber digital (digital resources)
Perpustakaan digital berisi sumber informasi. Koleksi dalam perpustakaan digital dalam bentuk digital atau form elektronik. Oleh karena itu perpustakaan digital berisi obyek digital yang sangat bervariasi meliputi teks, grafik, gambar, audio-video, program-program komputer dll.
b. Teknologi infrastruktur (technological infrastructure)
Perpustakaan digital mengintegrasikan kegiatan komputasi, penyimpanan dan teknologi komunikasi secara bersama-sama dengan alat lain dan teknik-teknik untuk mengoperasikan dan memelihara jaringan sistem informasi digital.
c. Pengalaman (experience) dan petugas yang ahli (expertise)
Faktor manusia juga memberikan prioritas dalam mendesain, membangun, mengorganisir, mengelola dan mengoperasikan sistem perpustakaan digital. Pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan dalam perpustakaan digital meliputi pengetahuan, ketrampilan, kompetensi dan kapabilitas petugas perpustakaan dan sumberdaya manusia lain yang berhubungan dengan sumber-sumber digital, teknologi digital dan desain sistem serta promosi pelayanan.
d. Pelayanan perpustakaan digital (Digital Library services)
Sistem perpustakaan digital, manusia, proses dan teknologi bekerja bersama-sama memberikan kepuasan kepada kebutuhan pengguna dimana saja dan setiap saat. Perpustakaan digital berinteraksi dengan sumber-sumber digital, sistem organisasi pengetahuan dan pengguna.
Pelayanan perpustakaan digital meliputi: akses yang terintegrasi kepada sumber-sumber informasi online; pengambilan informasi secara online meliputi: akses, browsing, dan fasilitas-fasilitas pencarian; akses secara elektronik ke database bibliometrik (di dalam dan di luar perpustakaan); akses elektronik pada jurnal dan buku secara full-text; pelayanan referens secara elektronik; pelayanan inter-library loan meliputi: permintaan secara online terhadap
(36)
dokumen-dokumen; sharing jaringan dan sumber pustaka; publikasi elektronik; pelatihan pengguna menggunakan perpustakaan digital, dll.
Karakter-karakter perpustakaan digital mencakup: a) Dapat menyimpan sumber-sumber informasi.
b) Sumber-sumber informasi dalam media yang beragam.
c) Dapat melakukan akses melalui transmisi jaringan dari sumber - sumber informasi.
d) Mendistribusikan sumber-sumber informasi yang sudah dikelola dengan cepat e) Dapat melakukan share sumber-sumber informasi tingkat tinggi.
f) Dapat dilaksanakan kegiatan intelijen teknologi temu kembali informasi. g) Layanan informasi tanpa batasan tempat dan waktu.
Sehingga dapat disimpulkan infrastruktur perpustakaan digital tidak hanya pada penerapan teknologi komputerisasi namun adanya layanan dan akses pada sumber informasi yang dapat diberikan kepada pengguna.
2.1.3 Koleksi Digital
Perpustakaan digital tentu saja tidak dapat terlepas dengan koleksi digital. Menurut African Digital Library (2002: 1), yang dimaksud dengan koleksi digital (digital collections) adalah:
This is an electronic Internet based collection of information that is normally found in hard copy, but converted to a computer compatible format. Digital books seemed somewhat slow to gain popularity, possible because of the quality of many computer screens and the relatively short 'life' of the Internet. This seemingly slow start to the use of eBooks should be seen in the context of the hundreds, if not thousands of years it took to move from the verbal to the written - initially on rock, clay tablets, animal skins, papyrus scrolls and finally, to modern paper.
Pengertian ini sejalan dengan yang tercantum dalam Dictionary for Library and Information Science (2004: 1) yang mendefenisikan koleksi digital sebagai :
A
(37)
Artinya, koleksi digital adalah koleksi perpustakaan atau arsip yang dikonversikan ke dalam format yang terbaca oleh mesin untuk tujuan pelestarian atau penyediaan akses elektronik.
Dari dua defenisi koleksi digital di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi digital adalah materi yang diproduksi dalam bentuk elektronik, mencakup e-zines, e-journals, e-books dan karya referensi yang dipublikasikan secara online dalam CD-ROM, database, bibliografi, dan sumber –sumber berbasis web lainnya.
Secara garis besar koleksi digital dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu koleksi hasil digitalisasi yang merupakan hasil konversi ke dalam media elektronik atau digital dan koleksi yang “lahir” dalam bentuk digital.Koleksi digital terdiri dari koleksi yang merupakan hasil digitalisasi, dan koleksi digital yang ditambahkan melalui pembelian (umumnya dalam bentuk CD-ROM), serta koleksi yang hak aksesnya dimiliki perpustakaan, tetapi sistemnya berada di luar pengawasan perpustakaan dan dapat diakses melalui jaringan global.
Berdasarkan sifat media sumber informasi dan isinya, menurut Pendit (2007: 70) koleksi digital dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya:
1. Bahan dan sumber daya full-text, termasuk e-journal, koleksi digital yang bersifat terbuka (open access), e-books, e-newspapers, dan tesis serta disertasi digital.
2. Sumber daya metadata, termasuk perangkat lunak digital berbentuk katalog, indeks, dan abstrak atau sumber daya yang menyediakan informasi tentang informasi lainnya.
3. Bahan – bahan multimedia digital. 4. Aneka situs di Internet.
2.1.4 Pustakawan Digital
Berhadapan dengan perkembangan pada perpustakaan digital, pustakawan dituntut untuk responsif terhadap perubahan yang terjadi dengan berupaya mencari cara – cara yang efektif dan inovatif dalam memenuhi harapan pengguna. Hal ini penting jika perpustakaan ingin terus tumbuh dan berkembang, bahkan survive dalam lingkungannya yang terus berubah. Tantangan bagi para pustakawan adalah untuk memahami dan menentukan kembali posisi di dalam proses tersebut dan beralih dari pemikiran ‘perpustakaan sebagai ruang fisik’
(38)
harus mengembangkan dan menyediakan berbagai jenis pelayanan termasuk diantaranya layanan digital.
Menurut Siregar (2008: 2), perpustakaan digital memerlukan pustakawan digital. Koleksi digital harus diseleksi, diperoleh, diorganisasikan, dibuat tersedia, dan diperlihara.Pelayanan digital harus direncanakan, diimplementasikan, dan didukung.Walaupun komputer merupakan perkakas utama yang diperlukan dalam perpustakaan digital, tetapi sumberdaya manusia merupakan yang terpenting untuk mengembangkan dan membuatnya berkerja.
Pustakawan dituntut memiliki kemampuan untuk melihat dengan jelas apa sesungguhnya yang berubah dan apa yang tetap sama. Berkaitan dengan misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumberdaya informasi tetap relevan, maka teknologi dan cara untuk melakukannya juga mengalami perubahan. Penyediaan sumberdaya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup memadai tetapi harus dilengkapi dengan sumberdaya berbasis elekronik yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.Maka pustakawan harus menerima tanggung jawab dan berintegrasi dengan lingkungan jaringan informasi.
Di sisi lain, Internet menawarkan suatu cara baru untuk berkomunikasi dan untuk memperoleh akses terhadap berbagai jenis informasi, membuka tantangan baru bagi pustakawan untuk mengeksplorasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pengguna. Pustakawan harus mengambil inisiatif untuk mengorganisasikan dan mengakses lebih baik apa yang terdapat atau yang dapat diperoleh melalui Internet. Katalog online harus dikembangkan dan selanjutnya dimuat dalam jaringan lokal dan Internet.Layanan referensi interaktif dan pengiriman dokumen secara elektronik juga sudah saatnya dikembangkan. Pada tahap selanjutnya, pustakawan harus melibatkan diri dalam pengembangan bahan – bahan elektronik, jika perlu bekerjasama dengan pihak – pihak lain.
Pustakawan harus mengubah visi, menambah pengetahuan dan mengubah sudut pandang dan tingkah laku dengan menerjemahkan nilai – nilai tradisional ke dalam jaringan informasi elektonik masa depan untuk dapat menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan perpustakaan dewasa ini dan dunia jaringan
(39)
informasi. Organisasi perpustakaan dapat direstrukturisasi untuk guna mencapai visi dan peran baru sesuai dengan tantangan dan peluang yang timbul dari lingkungan jaringan informasi elektronik.
2.2 Ekologi Repository
2.2.1 Ekologi dan Sistem Informasi
Defenisi ekologi menurut Robertson (2008: 9) adalah sebagai berikut : Ecology may be defined as “the branch of biology dealing with the relations and interactions between organisms and their environment, including other organisms”. As such, it considers incredibly complex systems (often very selectively)…It takes account of many different types of interaction…
Dengan kata lain, ekologi adalah hubungan ataupun interaksi antara sesama organisme maupun dengan lingkungannya.Ekologi sebagai bagian dari ekosistem merupakan analogi yang digunakan untuk memahami dan mengartikulasikan interaksi antara pengguna, repository dan layanan dalam lingkungan informasi.Repository adalah istilah yang digunakan oleh Henry dan Paul dalam Roberts (2008: 1) dengan memandang repository sebagai komitmen suatu kelompok (institusi) untuk mendukung anggota maupun pengguna dengan menyediakan layanan.
Secara konteks, repository dan layanan memiliki hubungan parralel antara sistem informasi dan ekologi, sehingga secara keseluruhan pendekatan ekologis dapat diterapkan dan difungsikan.
Robertson (2008: 16) mengungkapkan :
“Both ecosystems and information systems are complex networks involving many components. They exist in a dynamic changing environment and the interactions of the entities and the processes they create are much more significant than the isolated individual entities could be… An ecological approach to repository and service interactions allows a variety of types of information to be expressed”
Dengan kata lain, ekosistem dan sistem informasi adalah keseluruhan jaringan yang melibatkan banyak komponen. Ekosistem dan sistem informasi berada dalam lingkungan yang secara dinamis yang dapat berubah sehingga
(40)
ekologi dalam repositori dan interaksi layanan akan menghasilkan berbagai jenis informasi yang dapat disampaikan.
2.2.2
Penggunaan konsep ekologi berhubungan dengan konteks sistem informasi ataupun interaksi antara manusia dengan ICT (Information Technology and Telecommunications).Interaksi antara manusia dengan ICT (Information Technology and Telecommunications) merupakan penerapan ekologi informasi seperti yang disebutkan oleh Nardi (1999: 1) :
“We define an information ecology to be a system of people, practices, values, and technologies in a particular local environment. In information ecologies, the spotlight is not on technology, but on human activities that are served by technology.”
Dalam arti informasi ekologi tidak menitik beratkan pada teknologi namun aktivitas manusia yang didukung oleh penggunaan teknologi. Hal ini juga didukung oleh pendapat Roberts (2008: 16) yang menyatakan sebagai berikut :
Ecology as a metaphor or analogy for thinking about how people relate (especially through technology) crops up occasionally as people struggle to express the interactions of a group of people, the dynamics of that group, a location, and the ‘tools’ that enhance that interaction (be they chat software…
Dengan kata lain, ekologi sebagai metapora dan anologi untuk dapat menggambarkan bagaimana manusia saling berhubungan melalui penggunaan teknologi serta dapat mengartikan interaksi dalam suatu kelompok, lokasi serta alat yang digunakan untuk meningkatkan interaksi.
Dengan demikian dapat disimpulkan cakupan ekologi luas tidak hanya menggambarkan hubungan antara sesama individu, namun juga mulai dari pendefenisian interaksi hingga alat yang digunakan untuk meningkatkan interaksi dalam suatu kelompok.
Konsep Ekologi
Konsep dasar dalam pendekatan ecology, yaitu skala, entitas, spesies, interaksi, sumber daya yang berfungsi untuk mendukung dan memberikan pembahasan umum tentang kerangka acuan dalam menggunakan pendekatan
(41)
ecologis.Konsep dasar ditujukan sebagai deskriptif dari bentuk metafora ekologi.Konsep tersebut sebagai berikut :
1. Skala
Suatu prinsip dasar ekologi adalah bahwa skala atau granularity of the ecosystem (interaksi atau proses tertentu terjadi pada ekosistem). Sehubungan dengan skala Roberts (2008: 19) berpendapat :
Within the context of an ecology of repositories and services a comparable range ‘Organism’ to ‘Ecosystem’ may be the most useful parallel. Such a parallel may be mapped in different ways…different scales that an ecologically –influenced model might usefully distinguish.
Dalam pengertian, ekologi repository dan layanan adalah range dari organism menuju ekosistem yang dapat dipetakan dalam berbagai cara yang berfungsi pada skala berbeda.
TabTa Interaction Scala
Organism Individual users interacting with each
other, a particular system, and assets within it. This is like a consideration of organisms.
Population Groups of users interact with different
systems (local and external) which may also interact with each other. This is like a consideration of a population.
Community Insitutions deploy repositories and
services which they use and which interact with each other. This is like a consideration of a community.
Ecosystem Large-scale communities create and
operate information environments to support collaboration. This is like a consideration of an ecosystem.
Tabel 1.Skala Interaksi Individu dan Repository (Roberts 2008: 21)
Diagram diatas merupakan skala hirarki (tingkat) dalam suatu lingkungan.Ekologi merupakan rentang dari organism ke ekosistem. Pandangan mengenai interaksi yang sedang berlangsung dalam lingkungan informasi akan dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi.
(42)
2. Entitas dan Spesies
Entitas merupakan karakter yang terdapat pada digital repository. Jenis yang paling umum dari entitas adalah: pengguna (user); repository; layanan (service); objek (obyek); catatan metadata (metadata record).
Dalam biologi dan ekologi, spesies adalah istilah kolektif untuk suatu jenis entitas. Dalam kelompok ekologi repository dapat berupa:institutional repositories, aggregator services, library catalogues, blogs, students, teachers, system administrators.
Deskripsi ekologi atau representasi dari repository ekosistem berfokus pada entitas tertentu, namun deskripsi tersebut dapat berupa kombinasi entitas dan spesies, seperti siswa dapat diidentifikasikan sebagai entitas dan contoh dari spesies. Berhubungan dengan identifikasi spesies, Robert (2008: 23) berpendapat sebagai berikut :
The identification of the species, in this way, allows what is known about the behaviour of the species in general to be used to help understand the particular entity. As in biology or ecology, the observed characteristics of the entity are paramount but more general attributes of the species may illuminate the characteristics of the entity.
Dengan pengertian lain, identifikasi spesies memungkinkan untuk mengetahui perilaku spesies secara umum yang digunakan untuk membantu memahami entitas tertentu dan spesies dapat mewakili karakteristik dari entitas.
3. Repository
Dalam pandangan ekologi, repository adalah sebuah entitas yang mendukung beberapa fungsi dan untuk memenuhi kebutuhan pengguna tertentu yang berkaitan dengan pengelolaan dan manajemen koleksi digital.Repository juga dapat didefenisikan sebagai penyimpanan data dengan adanya layanan yang saling berhubungan meliputi layanan web formal, layanan infomal berbasis web ataupun layanan lokal. Menurut Robert (2008: 22) repository sebagai entitas yang hidup dalam ekosistem dengan pendefenisian sebagai berikut :
In my view, a university-based institutional repository is a set of services that a university offers to the members of its community for the management and dissemination of digital materials created by the institution and its community members. It is most essentially an organizational commitment to the
(43)
stewardship of these digital materials, including long-term preservation where appropriate, as well as organization and access or distribution. While operational responsibility for these services may reasonably be situated in different organizational units at different universities, an effective institutional repository of necessity represents a collaboration among librarians, information technologists, archives and records mangers, faculty, and university administrators and policymakers. At any given point in time, an institutional repository will be supported by a set of information technologies, but a key part of the services that comprise an institutional repository is the management of technological changes, and the migration of digital content from one set of technologies to the next as part of the organizational commitment to providing repository services. An institutional repository is not simply a fixed set of software and hardware.
Dengan kata lain, repository institusional universitas adalah sekumpulan layanan yang ditujukan pada anggota dalam komunitas untuk dapat memanajemen dan menyebarkan koleksi digital yang diciptakan oleh institusi maupun anggota komunitas sendiri. Adanya akses serta distribusi bahan digital yang didukung oleh seperangkat teknologi informasi untuk tetap dapat menyediakan layanan repository.
4. Layanan
Layanan adalah entitas yang membangun maupun berinteraksi dengan repository untuk menawarkan nilai tambah bagi partisipan dalam lingkungan informasi.Layanan tidak harus mendukung interaksi secara teknis.Berdasarkan penerapan ekologi, layanan dapat direkomendasikan sebagai forum komunitas.Layanan dapat berupa The Information Envionment Service Registry (IESR), Ethos Servise dan sebagainya.
5. Interaksi
Interaksi adalah koneksi, hubungan atau link antara dua maupun lebih entitas atau spesies dalam suatu populasi, komunitas maupun ekosistem.Dalam ekologi, interaksi dapat bersifat interaksi mesin ke mesin, interaksi antara dua orang, interaksi antara orang dan sistem.Interaksi juga dapat antara entitas, interaksi antara entitas dan spesies, ataupun interaksi antara spesies dan spesies.Sehingga menggambarkan terdapat berbagai bentuk interaksi ataupun interaksi antara dua entitas/spesies yang penting bagi ekosistem.
(44)
Pendefenisian interaksi menunjukkan dengan cara atau bagaimana interaksi terjadi, sebagai contoh, interaksi dapat termasuk:talks to, e-mail,subscribes to rss feed from; edits objects; selects; searching dan lain sebagainya.
Gambar.1 Interaksi Thesis (Roberts 2008: 24)
6. Sumber Daya
Pada gambar 2, interaksi (A) antara mahasiswa dan supervisor tidak ditentukan karena mewakili banyak skala representasi.Interaksi (B) untuk menunjukkan interaksi antara repositori kelembagaan dan pengawas (supervisor menyetujui deposito tesis siswa). Interaksi (C) memiliki sumber daya serta tindakan yang terlibat. Dalam penggunaan konsep ini akan mempertimbangkan pendekatan dari B atau C, secara signifikan lebih berguna.
Sumber daya adalah sesuatu yang disalurkan dari satu entitas ke entitas yang lain sebagai bagian ataupun bentuk dari interaksi antara keduanya. Sumber daya menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kesejahteraan dari entitas penerima dan sumber daya dapat disebutkan sebagai nutrisi.
2.2.3 Fitur Ekologi
Ekologi ditandai dengan adanya jenis keystone yang berperan dalam menjalankan hubungan ekologi. Menurut Robert (2008: 26), spesies maupun entitas dapat ditentukan sebagai keystone. Suatu jenis spesies atau entitas tertentu sangat penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan suatu komunitas atau ekosistem. Robert (2008: 26) menambahkan “…institutional repositories are
(45)
essential to the vision of an ecosystem.”Dalam arti repository institusional merupakan salah satu visi yang penting dalam ekosistem.
Pengenalan konsep yang mendukung pertimbangan dari spesies dan interaksi apa dalam ekosistem sangat penting untuk pencapaian keberhasilan sebuah ekosistem. Selain keystone, sistem ekologi juga menampilkan keanekaragaman hayati yaitu konsep yang tidak hanya menekankan pada spesies, repository ataupun jasa tetapi sehubungan dengan tumpang tindih antara spesies.Manfaat ini dapat dilihat bahwa tidak ada ketergantungan hanya pada satu layanan pencarian.
2.2.4 Struktur Penggunaan Konsep Ekologi
Secara metafora konsep ekologi menawarkan penggunaan ketika ingin mengartikulasikan interaksi yang terjadi sekitar repository dan layanan. Dengan menerapkan sistem teknis, individu dan organisasi sebagai entitas dalam lingkungan yang sama memberi kemungkinan secara selektif untuk mengartikulasikan interaksi, depensi, dan pengaruh yang terjadi. Bagi user, manager, pelaksaan atau pengembang, akan membantu dalam berkomunikasi, menawarkan cara alternatif untuk menganalisis dan mengembangkan layanan. Dalam ekologi terdapat dua metode yang dapat digunakan dan diterapkan yaitu habitat mapping dan resource tracking.
2.3.4.1 Habitat Mapping
Habitat mapping merupakan metode yang diterapkan dalam mengartikulasikan interaksi yang terjadi. Robertson (2008: 28) menyatakan :
Habitat or population mapping asks questions about the characteristics and nature of where things live. These questions can begin with a simple attempt to describe the setting a given entity finds themselves in, what other entities they interact with, what environmental factors they are exposed to, and what resources they have available. The detail of any attempt to fully describe either a ‘real’ ecology or a repository ecosystem can reach an unmanageable level of complexity quite quickly so it is crucial to consider the habitat and selectively present the key participants and factors.
(46)
Dengan kata lain, habitat atau populasi mapping menjelaskan karakteristik dan lingkungan. Dalam penerapan habitat mapping dimulai dengan menggambarkan entitas apa yang terdapat, entitas apa yang saling berinteraksi, faktor lingkungan apa yang mempengaruhi serta sumber daya apa yang dimiliki oleh entitas.
Tujuan pendekatan habitat mapping tidak hanya mendiskripsikan tetapi juga menganalisis dan memprediksi.Gagasan tertulis dari representatis visual dari sistem habitat mapping dapat mendukung analisis yang berhubungan erat pada gagasan yang menggunakan pendekatan ekologi untuk tujuan komunikasi.Pada pandangan seperti habitat terpusat, kemungkinan untuk menentukan entitas kunci, interaksi dan faktor lingkungan yang mempengaruhi titik tertentu yang dapat berupa titik Repository Institusional, dosen serta metadata.
2.3.4.2 Resource Tracking
Dalam ekologi,resource tracking (penjajakan sumber daya) bertujuan untuk meneliti aliran energi atau aliran nutrisi dalam suatu komunitas atau ekosistem.Resource tracking meneliti bagaimana setiap bagian dari sumber daya mengalir ataupun dikomsumsi.Kesehatan atau pertumbuhan ekosistem tercermin daripemasukan dan suplai nutrisi pada entitas yang terdapat di dalamnya.Dibandingkandengan habitat mapping, pendekatan resource trackingjauhlebih terfokus padasumber daya tertentuatau serangkaianprosesyang mempengaruhisumber daya yangdiberikan.
2.3 Ekosistem Digital
Resource tracking mengembangkan pandangan luas pada sumber daya ataupun proses sumber daya.
Dalam konteks repository digital dan jasa, penerapan recource tracking berkaitan dengan pertimbangan distribusi keahlian ataupun informasi.Penerapan metafora resourcetracking dapat digunakan untuk mempertimbangkan pergerakan objek digital sebagai sumber daya yang diproses sistem.Selain itu, penerapan resource trackingjuga dapat digunakan ketika mempertimbangkan pergerakan metadata yang dialirkan diantara entitas yang berbeda dalam suatu sistem.
(47)
2.3.1 Pengertian Ekosistem Digital
Pada dasarnya ekosistem digital adaptasi dari ekosistem.Sebuah ekosistem merupakan kebebasan bergabung dengan lingkungan yang didalamnya terdapat spesies yang proaktif terhadap informasi.Dalam ekosistem dua bagian yang saling melengkapi, pertama multi spesiesyang saling berinteraksi untuk menjaga keseimbangan dengan yang lain serta adanya lingkungan yang mendukung kebutuhan spesies sehingga dapat mempertahankan kehidupannya dan berkembang.
Konsep ini menggambarkan ekosistem digital yang merupakan adaptasi dari ekosistem secara ekologi, Boley (2007: 2) menyatakan :
….such biological ecosystems, that a digital ecosystem be defined as an open, loosely coupled, domain clustered, demand-driven, self-organising, agent environment, where each agent of each species is proactive and responsive regarding its own benefit/profit but is also responsible to its system.
Yang dimaksud open adalah lingkungan virtual yang transparan, ‘loosely coupled’ mengacu pada kebebasan bergabung, hubungan terbuka antara agen atau spesies dalam komunitas maya, ‘domain clustered’ adalah karakteristikkoloniatau bidang (domain) dimana spesies berbagi dalam kepentingan bersama, ‘ demand-driven’ didefenisikan sebagai motivasi pendukung untukbergabung dengan komunitas berkaitan dengan adanya pertimbangan akan manfaat atau keuntungan yang didapatkan dari berkolaborasi maupun bergabung sebagai anggota, ‘ self-organising' mengacu pada agen yang mampu bertindak secara mandiri, pengambil keputusan serta penganggung jawab.
“Agen environtment" didefenisikan sebagai individual, layanan informasi sebagai jaringan interaksi dan alat berbagi pengetahuan dengan sumber daya yang membantu menjaga sinergi antara manusia maupun organisasi.‘Agent’adalah entitas yang bergabung dalam lingkungan atau suatu komunitas berdasarkan kepentingan mereka sendiri.‘Species’ adalah jenis dari agen.“Proactive” digambarkan sebagai entitas secara antuisme berpartisipasi dalam komunitas."Responsive" secara signifikan adalah agen menunjukkan kesediaan
(48)
dan bertanggung jawab atas tindakannya."Benefit" mengacu pada manfaat yang agen dapatkan tanpa adanya resiko, sedangkan profit yaitu keuntungan.
Setelah perkembangan dari Teknologi dan Informasi serta kehadiran web menjadikan masyarakat hidup dalam dua lingkungan yaitu ekologi dan lingkungan digital. Individu maupun organisasi beradaptasi dari tradisional menjadi bersifat terbuka, dinamis, dan berada pada lingkungan kolaborasi jaringan yang dikenal sebagai ekosistem digital. Sehubungan dengan hal tersebut, Boley (2007: 2) menambahkan :
Digital ecosystem is an open, self-organizing agent environment containing human individuals, information services as well as network interaction and knowledge sharing tools along with resources that help maintain synergy among human beings or organizations.….
Dengan kata lain ekosistem digital adalah komunitas terbuka, kebebasan bergabung bagi siapapun, mencakup individual, layanan informasi serta interaksi jaringan dan alat berbagi pengetahuan untuk dapat menyebarkan sumber daya yang menjaga sinergi antara individu ataupun organisasi.
Lebih jauh
Dalam
Hadzic (2007: 7) menambahkan :
A Digital Ecosystem is the dynamic and synergetic complex of digital communities consisting of interconnected, interrelated andinterdependent Digital Species situated in a Digital Environment that interact as a functional unit and are linked together through actions, information and transaction flows.
Dalam arti lain ekosistem digital terdiri dari komunitas digital yang saling terhubung dengan spesies digital dalam lingkungan digital yang berinteraksi sebagai unit fungsional dan dihubungkan melalui tindakan dan aliran informasi.
Dengan demikian ekosistem digital merupakan suatu komunitas terbukadalam lingkungandigital yang mencakup individual, layanan informasi serta alat berbagi pengetahuan untuk dapat menyebarkan sumberdaya bagi individu ataupun organisasi.
ekosistem digital terdapat dua elemen utama.Menurut Chang (2006: 3) elemen yang membentuk ekosistem digital yaitu spesies dan teknologi serta layanan yang mendukung ekosistem digital.Spesies biologis terdiri dari manusia/individual yang ikut serta dalam ekosistem atas dasar inisiatif
(49)
sendiri.Diantara multi spesies terdapat interaksi, keseimbangan serta tindakan untuk memelihara lingkungan agar mendapatkan keuntungan ataupun manfaat.Sedangkan spesies digital dapat meliputi komputer, perangkat lunak dan aplikasi.Spesies digital dalam ekosistem dihubungkan melalui jaringan dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai manfaat dan tujuan dengan adanya data sebagai input dan menghasilkan output berupa informasi, laporan, maupun data.
Berkaitan dengan interaksi Boley (2007: 3) menambahkan tidak ada struktur kendali terpusat dan interaksi antara agen/spesies ditentukan oleh pengaruh global. Dalam berkolaborasi pada ekosistem digital Boley (2007: 4) menambahkan :
…individual or (sub)system can be part of multiple overlapping ecosystems, hence interact with individuals in any one of them (perhaps at different times)..Social ecosystems typically overlap more freely in various ways such as groups formed around, say, family, profession, and hobby...
Dengan kata lain, individu dapat menjadi bagian dari multi ekosistem yang saling tumpang tindih dengan individu lain yang saling berinteraksi pada ekosistem yang sama. Dan dalam ekosistem sosial, tumpang tindih didasarkan pada group yang sama seperti profesi dan hobbi.
1. Spesies berasal dari domain yang sama seperti domain pendidikan. (Species in an ecosystem come from the same domain (or background, such as ..education domain etc).
Sehubungan dengan spesies, Chang (2006: 8) menyebutkan :
2. Berpartisipasi dalam komunitas didasarkan inisiatif (Species in an ecosystem are autonomous agents. They participate in the community of their own initiative).
3. Terdiri dari spesies heterogen dengan hubungan kebebasan bergabung dalam ekosistem. (Species are heterogeneous and encompass loosely coupled relationships within an ecosystem).
4. Spesies berkomunikasi dengan cara berbagi pengetahuan. (Species share commonly agreed vocabulary and they communicate knowledge through commonly shared ontology).
5. Spesies dapat memberikan layanan dan membutuhkan layanan dalam berkolaborasi. (Species can be a client (need services) or a server (provide services) in a collaborative environment)
6. Spesies bergabung atas keinginan sendiri. (Species come to an ecosystem of their own demand.)
(50)
7. Spesies digital yaitu software intelejensi yang dirancang oleh manusia/individu. (Digital species are human designed intelligent software agents. They are designed to work together and communicate with each other).
Hadzic (2007: 7) menyebutkan infrastruktur suatu ekosistem digital adalah lingkungan digital yang dihuni spesies digital yang dianalogikan sebagai spesies secara biologi membentuk komunitas.Spesies digital yaitu hardware dan software maupun aplikasi.Perangkat keras (hardware) dianalogikan sebagai tubuh spesies secara biologi dan perangkat lunak (software) dianalogikan sebagai hidup spesies, serta lingkungan digital sebagai lingkungan secara biologi.
Lingkungan digital adalah lingkungan dimana para spesies berada dan di mana mereka hidup serta berfungsi.Ekosistem digital dikarakteristikkan dengan adanya aktivitas yang saling menguntungkan antara spesies digital yang berpartisipasi dan memperoleh manfaat. Tidak hanya itu, juga terdapat proses terkait dan saling terkait yang terjadi pada saat bersamaan dalam ekosistem digital. Sebagian besar proses ini didasarkan pada berbagi pengetahuan dan kerjasama. Ekosistem digital, spesies digital, dan lingkungan digital merupakan satu kesatuan sistem.
Aliran informasi berupa ide yang diekspresikan secara formal (bahasa alam), didigitalisasikan dan dikirimkan dalam ekosistem digital yang diproses oleh komputer atau manusia.
Selain dari jenis spesies biologis, digital maupun lingkungan digital yang membentuk ekosistem digital, terdapat teknologi dan layanan yang dibutuhkan untuk mendukung ekosistem digital. Chang (2006: 8) mengatakan:
The underlying technology for digital ecosystems is composed of extended web services architecture, self-organising intelligent agents, ontology-based knowledge sharing and a swarm intelligent-ontology-based recommendation system. These technologies provide services that are required for digital ecosystems.
Dengan arti teknologi yang membentuk ekosistem digital yaitu layanan web, agen intelejensi, maupun berbagi pengetahuan.
Chang (2006: 8) menambahkan, teknologidan layananbagi ekosistemdigital meliputi:
(51)
1. Sebuah infrastruktur informasi. (A strong information infrastructure that extends beyond traditional human reach or the original closed individual organization).
2. Sebuah komunitasinteraktifyang mengarahkanspesiesyang sama. (
3. Sumber daya informasi dan data. (A rich data and information resource that offers cost-effective and value added agent services).
An interactive community that directs similar species to a domain-oriented cluster).
4. Interaksielektronik,penyediaan jasadigital danpenggunaan layanan.
5. Pemanfaatan informasi melalui elektronik dan konektifitas. (A high connectivity and electronic handling of information of all sorts).
(A new form of electronic interaction, provision of digital services and use of services).
6. Lingkungan yang mendukung pemenuhan kebutuhan yang berbeda. (An environment for cross fertilisation and nourishing each other and supporting different needs within the digital ecosystem and between different digital ecosystems).
7. Interaksi dan keterlibatan bagi produktivitas, kesejahteraan dan pertumbuhan. (A cross-disciplinary interaction and engagement for productivity, prosperity and growth).
8. Pengetahuan dasar untuk mendukung pemberian informasi dalam berkomunikasi yang memungkinkan adanya pemahaman akan konsep bersama. (An underlying knowledge base through ontologies to support information communication that enables shared understanding of concepts). 9. Adanya pengorganisasian diri, persiapan diri dan pengorganisasian diri yang
bertujuan untuk menciptakan lingkungan berkelanjutan bagi jaringan organisasi. (Provision of organising, empowered, prepared, self-survival, self-coordination, aimed at creating a sustainable environment for networked organisations or agents).
2.3.2
Selain adanya multi spesies maupun layanan, terdapat aspek utama yang membentuk ekosistem digital, Boley & Chang (2007: 1) menyebutkan aspek tersebut meliputi :
Aspek Ekosistem Digital
1. Interaction and engagement
Adanya interaksi antara spesies yang berbeda dalam komunitas untuk mencapai kesejahteraan sosial dan adanya keterlibatan satu dengan yang lain untuk menemukan ketertarikan dalam bidang yang sama serta untuk berbagai sumber daya dari keseluruhan ekosistem.
2. Balance
Menggambarkan adanya harmoni, stabilitas dan keberlanjutan dalam ekosistem.Keseimbangan yang diarahkan pada kebutuhan yang terpenting dan secara alami dipertahankan individu dalam spesies. Jika beberapa spesies atau
(52)
3. Domain clustered and loosely coupled
Dalam lingkungan ekologi, spesies yang bergabung dalam ekosistem adalah atas pilihan sendiri.Adanya hubungan bebas antara agen atau spesies dalam komunitas virtual.Anggota membentuk kelompok untuk berbagi kepentingan dan tujuan bersama.Setiap spesies mempertahankan lingkungan secara proaktif dan responsive untuk kepentingan sendiri, hidup bersama dan saling mendukung. 4. Self-organisation
Menggambarkan bahwa setiap spesiesberdiri sendiri untuk dapat mempertahankan diri.Individu diberi wewenang untuk mengkoordinasikan diri dalam mengambil tindakan yang diperlukan dalam situasi tertentu.
2.3.3 Interaksi Digital
Jika berbicara mengenai interaksi digital maka terdapat dua istilah yang memiliki defenisi sendiri yaitu interaksi dan digital
1. relating to the fingers or toes <digital dexterity> .
Menurut Wikipedia interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi antara dua atau lebih objek saling mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain.Sedangkan Merriam (2003: 651)menggambarkan interaksi lebih luas dan dalam sebagai berikut :
Interaction is mutual or reciprocal active; involving the action or input of a user; of relating to, (…a computer) that involves a user’s orders (as for information..) or responses..
Dengan kata lain, interaksi adalah hubungan timbal balik, terdapat tindakan ataupun input dari pengguna, terdapat hubungan pengguna dengan komputer untuk mendapatkan informasi ataupun memberikan tanggapan.
Sedangkan defenisi digital, secara lebih terperinci Merriam (2003: 349) menggambarkan sebagai berikut :
2. done with a finger <a digital rectal examination>
3. relating to, or using calculation by numerical methods or by discrete units 4. relating to, or being data in the form of especially binary digits <digital
images><a digital readout>; especially : of, relating to, or employing digital communications signals <a digital broadcast>
5. providing a readout in numerical digits <a digital voltmeter>
6. relating to an audio recording method in which sound waves are represented digitally (as on magnetic tape) so that in the recording wow and flutter are eliminated and background noise is reduced electronic <digital devices>; also : characterized by electronic and especially computerized technology <the digital age>.
(53)
Dengan kata lain, dalam digital berhubungan dengan data dalam bentuksinyal komunikasi digital, teknologi informasi, elektronik hingga teknologi komputer, sehingga telah terdapat media digital dan sistem digital. Wikipedia menjelaskanmedia digital adalah suatu bentuk media elektronik dimana data disimpan dalam bentuk digital.
Media digital dapat berupa :
1. Berbagai penyimpanan data digital. Data komputer merupakan data digital. (Any storage device that holds digital data. All data generated in a computer are digital)
2. Berbagai jenis informasi yang terdapat dalam perangkat komputer, termasuk data, suara maupun video. (Any type of information stored in the computer, including data, voice and video.
3. Berita dari jaringan televisi, surat kabar ataupun majalah yang ditampilkan dalam sebuah web site ataupun blog. (The news from a TV network, newspaper or magazine that is presented on a Web site or blog)
Media digital diaplikasikan melalui sistem digital. Sistem digital digunakan untuk menampilkan kembali informasi yang merupakan bagian dari input, proses, transmisi, penyimpanan dan lain sebagainya.
Dari beberapa konsep di atas maka interaksi digital adalah hubungan timbal balik, terdapat tindakan dan input dari pengguna, terdapat hubungan dengan pemanfaatan media digital untuk mendapatkan informasi ataupun memberikan tanggapan dengan menggunakan sinyal komunikasi secara digital ataupun sistem digital melalui koneksi jaringan.
Kiousis dalam Roda (2003: 1) menjelaskan dalam interaksi digital terdapat interaktivitas yang menjadikan terdapat tingkatan dalam komunikasi digital sebagai mediasi dalam lingkungan dimana para partisipan dapat berkomunikasi.Adanya komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi. Pola komunikasi ini menjadikan interaksi dapat terjadi secara beragam, meliputi : 1. Partisipan dapat berkomunikasi satu ke satu (one-to-one);
2. Partisipan dapat berkomunikasi satu ke banyak (one-to-many); dan 3. Partisipan dapat berkomunikasi banyak ke banyak (many-to-many).
(54)
Dalam interaksi tersebut terdapat hubungan saling ketergantungan, berpartisipasi dalam pertukaran pesan dan hubungan timbal balik.Pola komunikasi ini dapat dilakukan oleh para partisipan secara bersamaan dari berbagai tempat.
Berkaitan dengan interaktivitas, Kiousis (2002: 379) juga menambahkan : Operationally, interactivity is established by three factors: technological structure of the media used (e.g. speed, range, timing flexibility, and sensory complexity), characteristics of communication settings (e.g. third-order dependency and social presence), and individuals’ perceptions (e.g. proximity, perceived speed, sensory activation, and telepresence.)
Dengan demikian interaktivitas dalam interaksi digital ditentukan oleh tiga faktor pendukung yaitu adanya individu, karakterisik komunikasi seperti ketergantungan dan hubungan sosial, serta struktur teknologi dari media yang digunakan.
Istilah interaksi digital tentu hadir dari hasil perkembangan teknologi digital.Teknologi digital memungkinkan terciptanya aplikasi-aplikasi yang tidak saja membantu manusia mengambil dan mengirim informasi secara cepat dan dari jauh, tetapi juga memberi kesempatan manusia untuk saling bertukar informasi dan berdialog dengan leluasa.
Perkembangan ICT(Information Technology and Telecommunications) memungkinkan manusia berinteraksi dengan manusia lain maupun dengan mesin secara lebih efektif dan efisien. Sehingga perkembangan teknologi menciptakan interaksi tidak hanya dengan sesama manusia, namun adanya interaksi manusia dengan mesin (Human-Computer Interaction)(Pendit, 2008: 2). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Roberts (2008: 48), yang mengatakan interaksi dapat bersifat interaksi mesin ke mesin, interaksi antara dua orang, interaksi antara orang dan sistem.Sehingga dapat disimpulkan interaksi adalah koneksi, hubungan atau link dengan memanfaatkan ICT (Information Technology and Telecommunications).
2.4 Jejaring Sosial
(55)
Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lainnya.
Jejaring sosial terdiri dari satu set node dan satu set hubungan mewakili beberapa hubungan antara node. Node dalam jaringan sosial adalah individu, organisasi, atau masyarakat, dan hubungan sering mewakili kolaborasi sebagai jenis khusus dari hubungan antara node (Rohani, 2010).
Jejaring sosial salah satu bentuk umum dari sebuah media sosial.Media sosial adalah sebuah media online.Menurut Mayfield (2006: 5) media online memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Adanya partisipasi
Media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang tertarik
2. Keterbukaan
Media sosial adalah layanan terbuka untuk berpartisipasi dan memberikan umpan balik meliputi voting, komentar, dan berbagi informasi
3. Komunikasi
Media sosial merupakan alat komunikasi dua arah 4. Komunitas
Media sosial memungkinkan masyarakat untuk berkomunikasi secara efektif.Komunitas bertujuan untuk berbagi kepentingan bersama.
5. Keterhubungan
Sebagian besar jenis media sosial berkembang dari hubungan yang terjalin, pemanfaatan link pada situs, sumber daya dan individu.
Media sosial diperuntukkan bagai semua kalangan untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
(56)
Situs jejaring sosial (sosial networking sites) adalah sebuah platform berbasis web yang menyediakan tempat bagi pengguna internet untuk bergabung dan membentuk komunitas online. Dengan menggunakan situs jejaring sosial maka jejaring sosial dapat berfungsi. Menurut Mayfield (2006: 6), jejaring sosial merupakan situs yang memungkinkan orang untuk membangun halaman web pribadi dan kemudian terhubung dengan teman untuk komunikasi dan berbagi konten.
Lebih jauh Won Kim dalam Rohani (2010: 43) menjelaskan bahwa situs jejaring sosial merupakan website sosial yang memberikan kemungkinan bagi individu untuk membentuk komunitas sosial, dan berbagi User- Created Contens (UCCs). Website sosial adalah situs jaringan sosial dan situs media sosial. Situs jejaring sosial adalah sebuah situs web yang memungkinkan orang – orang agar tetap terhubung dengan yang lainnya dalam komunitas online. Beberapa situs jejaring sosial yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah MySpace, Facebook, Windows Live Spaces, Habbo, dan sebagainya.Situs media sosial adalah website yang memungkinkan individu untuk berbagi UCCs. UCCs berupa foto, video, bookmark dari halaman web, profil pengguna, update aktivitas pengguna, teks (blog, mikro blog, dan komentar), dan sebagainya. UCCs mencakup posting, menampilkan (viewing), dan komentar, dan juga termasuk voting, menyimpan, dan mentransmisi ulang. Beberapa situs media sosial yang paling banyak digunakan adalah Youtube, Flickr, Digg, Metacafe, dan lain sebagainya.
Jaringan sosial pada web merupakan versi dari jaringan blog yang luas. Untuk memulai menggunakan sistem, pengguna yang bergabung dalam jaringan membuat profil dan kemudian membangun jaringan dengan cara membuat hubungan dengan individu lain dan membuat kontak dalam jaringan atau dengan mengundang individu lain untuk bergabung dengan jaringan sosial (Mayfield, 2006: 14).
(1)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kasih karunia-Nya yang menyertai penulis hingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.Penulisan skripsi ini diajukan guna mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ayah Ir. J. Siregar dan Ibu tercinta L.Silalahi yang telah memberikan kasih sayang dan mendoakan penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1.
2.
Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom
3.
, selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberi masukan kepada penulis.
4. Bapak Dr. A. Ridwan Siregar, SH, M.Lib., selaku dosen penguji I dan Bapak Ishak, SS. MHum, selaku dosen penguji II yang telah memberi arahan dan masukan kepada penulis.
Dr. Irawaty Kahar, M.Pd., selaku Ketua Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
5. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh staf pengajar Departemen Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah mendidik penulis selama masa kuliah dan menyelesaikan pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
7. Abang Alex yang selalu memberi motivasi dan arahan.
8. Abang Yosiko dan Yamada, terima kasih atas perhatian dan doa kalian semua. 9. Vika Srinidia dan Vita, terima kasih atas dukungan dan memberi perhatian
(2)
10.Buat sahabat Riris Silaban yang selalu memberi semangat dan Berlian Sitinjak yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini dan juga tidak bosan memberi semangat. Terima kasih atas dukungannya.
11.Buat Desi, PJ, Sorta dan Asima, terima kasih untuk dukungannya.
12.Buat Bang Yudi dan Kak Pipin, Kak Mega terima kasih atas informasi yang diberikan kepada penulis.
13.Buat Tulang dan Nantulang Raja, terima kasih untuk semangat dan nasihatnya.
14.Seluruh teman penulis stambuk 08 yang telah memberi warna semasa perkuliahan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal, baik dalam penyajian maupun penguraiannya.Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembacanya.
Medan, Juni 2012, Penulis,
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 4
1.1Latar Belakang Masalah ... 5
1.2Rumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Ruang Lingkup Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS ... 4
2.1Perpustakaan Digital ... 5
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Digital... 5
2.1.2 Infrastruktur Perpustakaan Digital ... 7
2.1.3 Koleksi Perpustakaan Digital ... 8
2.1.4 Pustakawan Digital ... 9
2.2Ekologi Repository ... 11
2.2.1 Ekologi dan Sistem Informasi ... 11
2.2.2 Konsep Ekologi Repository ... 12
2.2.3 Fitur Ekologi ... 17
2.2.4 Struktur Penggunaan Konsep Ekologi ... 17
2.3.4.1.Habitat Mapping ... 18
2.3.4.2.Resource Tracking ... 18
2.3Ekosistem Digital ... 19
2.3.1 Pengertian Ekosistem Digital ... 24
2.3.2 Aspek Ekosistem Digital ... 24
2.3.3 Interaksi Digital ... 24
2.4Jejaring Sosial... 27
2.4.1 Pengertian Jejaring Sosial ... 27
2.4.2 Situs Jejaring Sosial ... 28
2.4.3 Sejarah Jejaring Sosial ... 29
2.4.4 Pengguna Jejaring Sosial ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1Jenis Penelitian ... 31
3.2Unit Analisis ... 31
3.3Teknik Pengumpulan Data ... 31
3.4Instrumen Penelitian ... 32
3.5Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
4.1Layanan Akses Informasi pada Situs Web Perpustakaan USU ... 35
4.2Identifikasi Spesies dan Entitas ... 37
(4)
5.2Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN ... 75
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skala Interaksi Individu dan Repository ... 13
Tabel 2. Formulir Isian Interaksi pada Ekosistem Digital Perpustakaan USU ... 33
Tabel 3. Interaksi melalui OpenDOAR ... 49
Tabel 4. Interaksi melaluiDriver... 49
Tabel 5. Interaksi melalui DOAJ ... 51
Tabel 6.Interaksi melalui Wordcat ... 53
Tabel 7.Interaksi melalui ROAR ... 54
Tabel 8.Interaksi melalui IESR ... 54
Tabel 9.Interaksi melalui Repository Institusional USU ... 55
Tabel 10. Interaksi melalui FacebookLibrary USU... 58
Tabel 11. Interaksi melalui Twitter Library USU ... 60
Tabel 12. Interaksi melalui Flickr Library USU ... 63
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Interaksi Thesis... 16
Gambar 2. Layanan Akses Informasi pada Situs Web Perpustakaan USU BAB I ... 35
Gambar 3.Penelusuran Repository Institusional USU dalam Website OpenDoar 38 Gambar 4. Penelusuran Repository USU dalam Website Driver ... 39
Gambar 5.Penelusuran E-Journal Pustaha dalam Website DOAJ... 40
Gambar 6.Penelusuran USU Library dalam Website Wordcat ... 40
Gambar 7. Penelusuran USU Repository Website ROAR ... 41
Gambar 8.Penelusuran USU Repository dalam Website IESR ... 42
Gambar 9. Tampilan Website USU Institusional Repository ... 42
Gambar 10.Tampilan Website Akun Facebook Library USU ... 44
Gambar 11.Tampilan Website Akun Twitter Library USU ... 45
Gambar 12.Tampilan Website Flickr USU Library ... 47
Gambar 13.Tampilan Website Flickr USU LibraryGroup ... 47
Gambar 14. Interaksi Pencarian Repository pada OpenDOAR ... 50
Gambar 15.Interaksi Pencarian Konten Repository pada OpenDOAR ... 51
Gambar 16.Interaksi Linking Repository Insititusional USU melalui OpenDOAR ... 52
Gambar 17.Interaksi Searching Repository melalui Driver ... 53
Gambar 18. Interaksi Linking pada Driver ... 54
Gambar 19.Interaksi Pencarian Journal dan Artikel pada DOAJ ... 55
Gambar 20.Interaksi Tweet pada akun Twitter Library USU ... 61
Gambar 21.Interaksi Berbagi Link pada akun Twitter Library USU ... 62