Analisis Rugi-Rugi Serat Optik Di Pt.Icon+ Regional Sumbagut

(1)

LAMPIRAN 1


(2)

TAMPILAN OTDR DISISI USER


(3)

(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

1.

2014)

2. Nugraha, Andi Rahman, ST. 2006. Serat Optik. Bandar lampung : Penerbit Andi Yogyakarta

3. Anonim.2012.Chapter II Serat Optik.

s tgl 29-April-2014)

4. Keisser, Gerd, 2000. Optical Fiber Communication Third Edition, MacGraw-Hill. 5. Elliot, barry dan jhon crips. Serat Optik Sebuah Penghantar, edisi ke 3. Jakarta :

Penerbit erlangga Jakarta

6.

April-2014)

7. Khare, Rp. 2004. Fibers Optics Optoelectronic. Oxford (university press 2004) 8. Fauzi, Nurman. 2009. Rugi-rugi pada Serat Optik,

16-April-2014)

9. Anonim. 2004. Dasar Sistem Komunikasi Serat optik. Bandung : PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

10.

13.Anonim. 2004. Dasar Alat Ukur dan Penyambungan. Bandung : PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk


(6)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian di PT. ICON+, adapun alur perhitungannya yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1 (a) dan Gambar 3.1 (b).

Mulai

Pengumpulan data perhitungan

Perhitungan rugi – rugi pembengkokan Penentuan lokasi

penga matan

Perhitungan rugi – rugi penyambungan Perhitungan rugi – rugi

konektor

Hasil perhitungan analisis

Evaluasi hasil analisis

Selesai


(7)

Mulai

Pengumpulan data perhitungan

Perhitungan: Power link budget

Penentuan lokasi penga matan

Hasil perhitungan analisis

Evaluasi hasil analisis

Selesai Apakah m > 0 ?

Ya

Tidak

Gambar 3.2 (b) Perhitungan Power link budget

Pengamatan ini memiliki range 1,37 km yaitu dari POP PLN Medan Selatan sampai ke bank Mega Katamso, adapun rute wilayah pengamatan sebagai berikut. ODC (Optical Distribution Cabinet) MSN (Medan Selatan) yang terletak di PT.PLN (persero) jalan Sisingamangaraja menuju kotak sambung JB (Join Box) MSN 001 yang terletak pada tiang listrik PT.PLN (persero) depan rumah makan di jalan Sakti Lubis menuju kotak sambung JB MSN 002 yang terletak di tiang listrik PT.PLN (persero) yang berada di persimpangan di


(8)

PT.PLN (persero) yang berada di pinggir jalan di jalan Sakti Lubis menuju ODF (Optical Distribution Frame) bank Mega Katamso yang terletak di ruang server bank Mega di jalan Brigjen Katamso, gambar rute pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.2.

21 22 23 24 21 22 23 24 JB 001 21 22 23 24 21 22 23 24 JB 002 21 22 23 24 21 22 23 24 JB 003

POP PLN MEDAN SELATAN ODF Core 21 dan 24

21 22 23 24 ODF KANTOR BANK MEGA

KATAMSO JARAK 1,37KM DARI POP

JLN SAKTI LUBIS JARAK 100M DARI POP

JLN SAKTI LUBIS JARAK 1KM DARI POP JLN SAKTI LUBIS

JARAK 600M DARI POP KABEL FO

VOKSEL 24/4T VOKSEL 24/4TKABEL FO

Gambar 3.2 Rute Pengamatan

Adapun konfigurasi phisik secara umum di PT.ICON+ dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.2. Konfigurasi phisik

• Pertama dimulai dari penarikan kabel serat optik yang dimulai dari Gardu Induk (POP) di PT.PLN Persero, dimana di POP (Point Of Present) ini biasanya berada di Gardu Induk, APJ dan UPJ PLN. Di POP terdapat perangkat seperti SDH (Syncrhonous Digital Hierarchy), ODF/OTB (Optical Termination Box), OLT (Optical Line Termination), PDH (Pleisyncrhonous Digital Hierarchy), Catalyst, Telways, dan Router. Kemudian kabel didistribusikan hingga ke JB, di JB ini di ibaratkan rumah kabel (RK) tetapi bukan tempat terminasi dari kabel primer menjadi kabel skunder tetapi JB adalah tempat pembagi dan perantara antara kabel dari POP menuju ODC.


(9)

Dari ODC ini akan didistribusikan ke JB, lalu dari JB ini akan didistribusikan ke JB lain sesuai dengan kebutuhan pemakaian JB dilapangan, setelah itu akan didistribusikan ke ODF (pelanggan).

3.2 Perangkat yang digunakan

Ada beberapa perangkat dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. ODC (Optical Distribution Cabinet) 2. Kabel serat optik

3. JB (Joint Box)

4. OTDR (Optical Time Domain Reflector) 5. Power meter

6. Konektor 7. Splicer 8. Switch

1. ODC (Optical Distribution Cabinet)

ODC (Optical Distribution Cabinet) merupakan suatu perangkat pasif yang diinstalasi di luar POP atau biasanya STO bisa di lapangan (outdoor) dan bisa juga di dalam ruangan (indoor) seperti yang terlihat pada Gambar 3.3 yang mempuanyai fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai titik terminasi ujung kabel feeder dan pangkal kabel distribusi.

2. Sebagai titik distribusi kabel dari kapasitas besar menjadi beberapa kabel yang kapasitasnya lebih kecil lagi (distribusi untuk fleksibilitas).

3. Sebagai tempat spliter.


(10)

Gambar 3.3 ODC (Optical Distribution Cabinet)

2. Kabel Serat Optik

Kabel serat optik yang digunakan adalah serat optik yang sesuai dengan standar ITU-T G.652.D dan tipe single-mode. Kabel serat optik yang digunakan pada perancangan ini adalah merek Voksel perangkat dengan spesifikasi yang dapat dilihat di Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Spesifikasi kabel serat optik

Parameter Spesifikasi Unit

Attenuation 1310 nm ≤ 0.40 dB/km Attenuation 1550 nm ≤ 0.30 dB/km


(11)

3. JB (Joint Box)

Joint box adalah box tempat untuk menaruh hasil sambungan dari serat optik. Dalam penelitian ini jika ada kebel serat optik putus karena terpotong atau terbakar maka kabel

tersebut disambung/splice dan hasil penyambungan di letak di JB. Untuk Kapasitas JB

bervariasi mulai dari JB 6 core, JB 12 core, JB 24 core, JB 48 core hingga JB 256 core,

gambar JB (Joint Box) dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 JB (Joint Box)

4. OTDR (Optical Time Domain Reflector)

Pengukuran kabel serat optik dengan OTDR adalah suatu metode pengukuran serat optik yang ditujukan untuk memahami dan mengetahui rugi rugi yang terjadi pada jaringan kabel serat optik serta rugi rugi penyambungan pada setiap titik penyambungan serat optik dan bending atau belokan yang terjadi pada saat instalasi. Teknik pengukuran ini dilakukan apabila akan diadakan maintenance atau pengecekan kerusakan rutin yang dilakukan oleh PT ICON+. Hal ini ditujukan agar pada saat terjadi suatu patahan atau suatu belokan yang terlampau ekstrem pada instalasi serat optik dapat ditangani dengan cepat dan tidak menimbulkan kerusakan yang berkelanjutan sehingga tidak mengganggu jaringan antar backbone yang ada. OTDR yang digunakan oleh PT.ICON+ bermacam-macam mereknya


(12)

diantaranya adalah OFL280 Flex Tester merek Fujikura dan merek Noyes. Sebuah serat optik yang telah dipasang dan berjalan hanya dapat di ukur dan ditest oleh OTDR, baik dalam hal panjang gelombang multi-mode atau single-mode.

Pada dasarnya OTDR memiliki prinsip kerja dalam hal pengukurannnya yaitu: 1. Sinyal- sinyal cahaya dimasukan ke dalam serat.

2. Sebagian sinyal dipantulkan kembali dan diterima oleh penerima. 3. Sinyal balik yang diterima akan dinyatakan sebagai loss.

4. Waktu tempuh sinyal digunakan untuk menghitung jarak.

Gambar 3.6 OTDR

Gambar 3.6 merupakan salah satu jenis OTDR OFL 280 Flex Tester merek Fujikura yang digunakan oleh PT.ICON+.


(13)

5. Power Meter

Power meter dipakai untuk mengukur total loss dalam sebuah link optik baik saat instalasi (uji akhir) atau pemeliharaan, pada penelitian ini menggunakan power meter merek fujikura seperti terlihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Power meter

Redaman ini diukur dalam satuan decibel (dB). Loss atau redaman dinyatakan : L (dB) = Pin (dBm) - Pout (dBm)

L (dB) = 10 Log (Pin / Pout) (3.1)

6. Konektor

Konektor diperlukan apabila sewaktu-waktu serat akan dilepas saat diperlukan suatu penggantian transmitter atau receiver maupun untuk melakukan suatu kegiatan perawatan maupun pengukuran.

Redaman dari konektor serat optik dirumuskan sebagai berikut:

A = -10 log [Pout/Pin] (3.2) Dimana:

A = Redaman (dB)

Pin = daya optik sebelum titik koneksi (Watt) Pout = daya optik setelah titik koneksi (Watt)


(14)

Untuk spesifikasi konektor dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Spesifikasi konektor FC

Parameter Spesifikasi Unit

Tipe Serat SM 24/4T - Insertion Loss 0.2 dB

7. Splicer

Splicer adalah alat yang digunakan untuk menyambung ujung kabel dengan pigtail

dan menyambung dua kabel didalam joint box. Pada penelitian ini di gunakan splicer merek Inno fusion splicer seperti yang terlihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 fusion splicer

Biasanya perhitungan loss dB mulai tidak akurat ketika splicer sudah mencapai angka penyambungan 1.500 kali. Standard loss dB yang di tetapkan oleh ICON+ adalah dibawah 0,05 dB setiap joint.


(15)

8. Switch

Switch adalah perangkat jaringan komputer yang berfungsi sebagai konektor/penghubung. Pada penelitian ini digunakan digunakan switch merek Cisco Catalyst. Disisi POP yang dipakai adalah Cisco Me 3600x, sedangkan disisi user yang dipakai adalah Cisco 2960 seperti terlihat pada Gambar 3.9 dan 3.10.

Gambar 3.9 Switch Cisco Catalyst Me 3600X di sisi POP


(16)

3.3 Rugi-rugi Pembengkokan (Bending)

Penggunaan serat optik sebagai media transmisi mengalami beberapa kendala, diantaranya adalah rugi-rugi pembengkokan (bending). Adapun rumus untuk mengetahui seberapa besar rugi-rugi pembengkokkan yang terjadi adalah sebagai berikut.

Rumus rugi-rugi pembengkokan:

Loss pembengkokkan = loss pada kabel yang tidak dibengkokkan – loss pada kabel yang dibengkokan (3.3)

3.4 Rugi-rugi sambungan (splicing)

Pada saat melakukan sambungan (splicing) antara kedua serat optik, sering sekali mengalami rugi-rugi hal ini diakibatkan oleh dimensi serat optik yang demikian kecil sehingga penyambungan menjadi tidak tepat yang dapat menimbulkan celah diantara keduanya. Untuk menghitung besarnya rugi-rugi sambungan ini dapat dilihat dari Persamaan (3.4):

L (dB) = 10 Log (Pout/ Pin) (3.4) dimana :

Pout = daya sesudah sambungan (dBm) Pin = daya sebelum sambungan (dBm)

3.5 Power Link Budget

Setelah mengetahui rugi-rugi pada serat optik, maka untuk mengetahui kelayakan suatu sistem perlu dilakukan perhitungan power link budget. Untuk menghitung power link budget dapat dihitung dengan Persamaan (3.5):


(17)

Dimana :

Ptx = Daya keluaran transmitter (dBm) Prx = Sensitivitas receiver (dBm) L = Panjang serat Optik (km)

αc = Redaman konektor (dB/konektor) αs = Redaman splice (dB/splice)

αoptic = Redaman serat optik (dB/km)

Sp = Redaman Splitter (dB)

Ns = Jumlah splice Nc = Jumlah konektor

RI = Redaman Instalasi (dB/km)

Bila power link budget telah didapat maka hasil redaman dan sensitivitas receiver dapat dibandingkan, dimana Ptx ≥ sensitivitas receiver. Setelah itu dilanjutkan dengan menghitung power margin tetapi setelah perbandingan telah memenuhi standarisasi. Dimana power link budget adalah perbedaan level daya pancar dan daya terima, sedangkan power margin merupakan besarnya daya yang masih tersisa dari daya pancar setelah dikurangi nilai loss selama proses pentransmissian dan pengurangan terhadap sensitivitas receiver. Parameter untuk mengetahui kelayakan sistem dan diisyaratkan memiliki nilai lebih dari nol atau tidak negatif adalah Power margin, karena kualitas link layak bila total redaman tidak melebihi power budget (total system margin).

Dalam menghitung besar power margin, terlebih dahulu dihitung power budget (total system margin). Untuk perhitungan power budget dapat dihitung dengan Persamaan (3.6):


(18)

Parameter-parameter perhitungan power budget diambil dari spesifikasi perangkat, bukan hasil perhitungan dari power link budget. Setelah didapat hasil power budget, dilanjutkan perhitungan power margin dengan Persamaan (3.7).

(3.7) Dimana:

M = Power margin (dB)

αtotal = Total redaman yang dihitung di power link budget (dB)

Setelah semua perhitungan sudah didapatkan hasilnya, dianalisis apakah perancangan sudah memenuhi standarisasi yang ditentukan, ITU-T G.652.D dan standarisasi yang ditetapkan PT. ICON+.


(19)

BAB IV

ANALISIS KELAYAKAN JARINGAN

4.1 Umum

Pengamatan pada sistem komunikasi serat optik telah dilakukan, untuk mengetahui kelayakan sistem dan rugi-rugi yang terjadi di sepanjang jalur komunikasi serat optik pada PT.ICON+, maka hasil pengamatan akan dianalisis. Untuk memberikan layanan yang sesuai dengan hasil yang diharapkan maka kualitas merupakan salah satu hal yang terpenting untuk menentukan tingkat keberhasilan suatu sistem.

Pada bab ini akan dibahas perhitungan kelayakan dari perancangan serat optik pada

POP yang terletak di kantor PT.PLN (Persero) Medan Selatan ke pelanggan bank Mega Katamso. Parameter-parameter yang akan dihitung adalah power link budget,

rugi-rugi konektor, rugi-rugi sambungan (splicing), rugi-rugi pembengkokan (bending), serta melihat kualitas layanan yang diberikan kepada bank Mega.

4.2 Perhitungan rugi-rugi konektor

Dalam penelitian ini digunakan konektor jenis FC untuk serat optik jenis single-mode, dimana konektor FC digunakan pada semua perangkat dan untuk mencari rugi-rugi konektor berdasarkan teori yang menggunakan nilai data yang diperoleh dari PT.ICON+. Maka untuk menghitung redaman konektor pada serat optik dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.2).

Dari hasil pengamatan dilapangan didapatkan nilai redaman konektor sebagai berikut: 1. Pada panjang gelombang 1310nm disisi ODF

Pin = 1,9985x watt Pout = 2,5135x watt


(20)

A = 0.38 dB

2. Pada panjang gelombang 1310nm disisi User Pin = 1,4118x watt

Pout = 3,9867x watt A = 0.16 dB

Nilai rugi-rugi konektor pada saat pengamatan dapat dilihat di tampilan OTDR pada Gambar 4.1 dan Tampilan OTDR disisi user dapat dilihat di Lampiran 1.

Gambar 4.1 Tampilan OTDR disisi ODF

Setelah itu hasil pengukuruan tersebut dibandingkan dengan hasil perhitungan secara teoritis dengan menggunakan Persamaan (3.2) maka:

1. Pada panjang gelombang 1310nm disisi ODF Pin = 1,9985x watt


(21)

A = −10 log [Pout/Pin]

= −10 log [1,9985x / 2,5135x ] = 9,004dB

= 9,004dB

2. Pada panjang gelombang 1310nm disisi User Pin = 1,4118x watt

Pout = 3,9867x watt Maka,

A = -10 log [Pout/Pin]

= -10 log [1,4118x ]

= 5,491dB

Setelah didapat hasil perhitungan secara teoritis, maka hasil ini akan dibandingkan dengan hasil pengukuran yang dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Hasil perbandingan antara hasil perhitungan dengan hasil pengukuran Panjang Gelombang Hasil Data Perhitungan dB Hasil Data Pengukuran dB

Selisih antara Hasil Data Perhitungan dengan Hasil Data

Pengukuran

1310 nm 9,004 dB 0,38 dB 8,624 dB

1310 nm 5,491 dB 0,16 dB 5,331 dB

Pada analisis rugi-rugi konektor, menghasilkan nilai yang berbeda antara perhitungan berdasarkan hasil teori dengan pengukuran rugi-rugi konektor menggunakan OTDR. Parameter yang digunakan pada saat perhitungan secara teori adalah daya optik sebelum titik


(22)

koneksi dengan daya optik sesudah titik koneksi. Rugi-rugi redaman konektor ini disebabkan oleh adanya kesalahan letak inti dan adanya batas atau celah berupa udara antara dua serat optik yang disambung menggunakan konektor. Untuk menghindari rugi-rugi konektor maka hal yang harus diperhatikan adalah kebersihan konektor tersebut dan keakuratan pada saat penyambungan konektor dengan serat optik.

4.3 Perhitungan rugi-rugi penyambungan (Splicing Loss)

Rugi-rugi ini timbul karena adanya gap antara dua serat optik yang disambung. Hal ini terjadi karena dimensi serat optik yang demikian kecil sehingga penyambungan menjadi tidak tepat sehingga sinar dari bahan serat optik ke serat optik lainnya tidak dapat dirambatkan seluruhnya. Untuk mengukur besarnya rugi-rugi karena sambungan digunakan rumus pada Persamaan (3.4).

Maka dari data yang di peroleh di lapangan, maka didapat sebagai berikut:

• Pada lokasi 100m yang terletak di JB MSN 001 dan panjang gelombang 1310nm Pout = -16 dBm

Pin = -24 dBm Maka ,

L (dB) = 10 Log (Pout/ Pin)

= 10 Log (-16 dBm/ -24 dBm) = 10 Log (0,66667)

= -1,761 dB

Untuk lokasi 600m yang terletak di JB MSN 002 dan 1km yang terletak di JB MSN 003 dengan panjang gelombang 1310nm dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(23)

Tabel 4.2 Nilai rugi-rugi penyambungan Titik lokasi Jarak

(m) Daya input (dBm) Daya output (dBm) Redaman (dB) JB MSN 001 100m -16 dBm -24 dBm -1,76111 dB JB MSN 002 600m -19,8 dBm -24,1 dBm -0,85350 dB JB MSN 003 1000m -20,8 dBm -22,9 dBm -0,41772 dB

Pada analisis hasil rugi-rugi penyambungan (splicing) dapat dilihat bahwa secara teoritis nilai redaman penyambungan (splicing) adalah 0,20 dB, tetapi setelah melakukan perhitungan dilapangan redaman penyambungan (splicing) nilainya berbeda-beda. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu daya input, daya output dan alat yang digunakan yaitu fusion splicer, dimana pada waktu proses penyambungan (splicing) ujung serat terlebih diukur dayanya setelah itu disambungkan kedua ujung serat tersebut. Pada proses penyambungan (splicing) ini, terdapat beberapa ketidaksempurnaan dalam penyambungan diantaranya pada saat pemotongan serat yang tidak rata, ketidaksesuaian diameter inti (core) dan cladding pada saat penyambungan dan kesalahan penjajaran sudut pada saat disambungkan sehingga ada berkas cahaya yang tidak diterima seluruhnya pada serat berikutnya yang mengakibatkan terjadinya redaman pada proses penyambungan. Untuk menghindari rugi-rugi penyambungan ini maka pada saat melakukan pemotongan pada ujung serat optik ketika sebelum disambungkan, permukaan ujung serat optik harus dipotong rata serta penyambungan harus dilakukan seakurat mungkin dan serat harus dibersihkan terlebih dahulu hal ini mencegah agar berkas cahaya dapat diterima seluruhnya pada serat optik berikutnya.


(24)

4.4Perhitungan rugi-rugi pembengkokan (Bending)

Nilai rugi-rugi pembengkokkan (bending) didapat dari hasil pengamatan di PT.ICON+ dengan panjang gelombang 1310nm, dimana perhitungan rugi-rugi pembengkokan sesuai Persamaan (3.3) yang hasilnya dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini:

• Untuk panjang gelombang 1310nm, yang terletak di JB MSN 001 Loss tanpa lekukan = 1,355 dB

Loss dengan lekukan = 1,355 dB Maka,

Loss lekukan (dB) = Loss tanpa lekukan – Loss dengan lekukan = 1,355 dB – 1,355 dB

= 0 dB

Untuk panjang gelombang 1310nm, yang terletak di JB MSN 002 dan untuk JB MSN 003, nilai perhitungan rugi-rugi pembengkokan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Nilai rugi-rugi pembengkokan dengan panjang gelombang 1310nm Panjang gelombang Rugi-rugi tanpa lekukan (dB) Rugi-rugi dengan lekukan (dB)

Titik lokasi Rugi-rugi (dB)

1310 nm 1,355 dB 1,355 dB JB MSN 001 0 dB

1310 nm 0,416 dB 0,416 dB JB MSN 002 0 dB


(25)

Pada analisis teknik pembengkokan nilai rugi-ruginya dapat dilihat dari data perbandingan pada saat penyambungan kabel sebelum dan sesudah ada lekukan. Sebagai contoh dari Tabel 4.3 dapat dilihat pada titik lokasi di JB MSN 001 dengan panjang gelombang 1310nm didapatkan nilai rugi-rugi di titik penyambungan tanpa lekukan sebesar 1,355 dB sedangkan rugi-rugi di titik penyambungan dengan lekukan sebesar 1,355 dB, maka hasil penyambungan tanpa lekukan dikurangi hasil penyambungan dengan lekukan di peroleh rugi-rugi sebesar 0 dB. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tekanan yang keras yang dapat menyebabkan ukuran diameter serat optik menjadi berubah, sehingga mempengaruhi sifat transmisi cahaya di dalamnya.

4.5 Power Budget

Perhitungan power link budget bertujuan untuk menghitung anggaran daya yang diperlukan sehingga level daya terima tidak kurang dari sensitivitas minimum. Pada perhitungan power link budget dalam penelitian ini perhitungan dimulai dari POP PLN Medan Selatan sampai ke Bank Mega Katamso dengan jarak 1,37 km. Link dari POP kepelanggan mempunyai 4 konektor 2 di POP dan 2 di ODC, tiga Joint Box (JB). Dimana parameter – parameter pendukung perhitungan power link budget adalah :

Daya keluaran transmitter : -5,1 dBm (downlink) -5,5 dBm (uplink) Sensitivitas receiver : -23 dBm (downlink) -19,5 (uplink) Redaman G.652 : 0,3 dB (1550 nm) dan 0,4 dB (1310 nm) Redaman splice : 0,02 dB/splice

Redaman konektor : 0,5 dB/km Panjang serat optik (jarak) : 1,37 km Redaman Instalasi : 0,5 dB/km


(26)

Jumlah konektor : 4 buah

Agar perhitungan downlink lebih mudah, total redaman dihitung permata kali, maka total redaman untuk panjang gelombang 1310 adalah :

Sehingga

-5,1 3,156

Dari hasil persamaan untuk downlink, terlihat bahwa Prx≥ sesitivitas receiver. Setelah redaman dihitung, maka power margin sudah dapat dihitung karena power margin merupakan besarnya daya tersisa dari daya pancar setelah dikurangi loss selama pentransmisian dan sensitivitas receiver. Akan tetapi margin daya diisyaratkan harus memiliki nilai lebih dari nol, sesuai dengan Persamaan (3.6) dan (3.7).

Power budget = transmitter output power – receiver sensitivity Power budget = -5,1 – (-23)

Power budget = 17,9dB Sehingga

Pada analisa power link budget nilai margin yang diperoleh dari hasil perhitungan downlink menghasilkan nilai 14,744 dB (masih diatas nol dB) bahkan jauh dari nol. Maka hal ini mengindikasikan bahwa link di atas memenuhi kelayakan link power budget.


(27)

Selanjutnya dilakukan perhitungan disisi uplink. Agar perhitungan uplink lebih mudah, total redaman dihitung permata kali, maka total redaman untuk panjang gelombang 1310 adalah :

Sehingga

-5,5 3,156

Dari hasil persamaan untuk uplink, terlihat bahwa Ptx ≥ sesitivitas receiver. Setelah redaman dihitung, maka power margin sudah dapat dihitung karena power margin merupakan besarnya daya tersisa dari daya pancar setelah dikurangi loss selama pentransmisian dan sensitivitas receiver. Akan tetapi margin daya diisyaratkan harus memiliki nilai lebih dari nol, sesuai dengan Persamaan (3.6) dan (3.7).

Power budget = transmitter output power – receiver sensitivity Power budget = -5,5 – (-19,5)

Power budget = 14dB Sehingga

Pada analisa power link budget nilai Margin yang diperoleh dari hasil perhitungan uplink menghasilkan nilai 10,844dB (masih diatas nol dB) bahkan jauh dari nol. Maka hal ini mengindikasikan bahwa link di atas memenuhi kelayakan link power budget.


(28)

Hasil dari analisis perhitungan didapat bahwa sistem dari rancangan ini adalah layak, data analisis dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil analisis perhitungan power link budget NO.

Parameter Gelombang Hasil Standar Layak /

Tidak Layak 1 Power Link Budget

(uplink) 1310 nm 14,744 dB > 0 dB Layak 2 Power Link Budget

(downlink) 1310 nm 10,844 dB > 0 dB Layak

Setelah mengetahui kelayakan suatu sistem, maka kita dapat melihat kualitas layanan dengan remote acsess cisco yang digunakan oleh PT.ICON+ untuk melakukan pengecekan layanan disisi user seperti Gambar 4.2 dan untuk melihat trafik dan bandwidth yang digunakan oleh pelanggan serta delay layanan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Gambar 4.2 Jenis layanan di sisi user

Dari gambar di atas dapat dilihat jenis layanan yaitu IP-VPN (Internet Protocol-Virtual Private Network) yang digunakan disisi user dalam hal ini bank Mega Katamso.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa perhitungan rugi-rugi konektor, rugi-rugi penyambungan (splicing), rugi-rugi pembengkokan (bending), dan power link budget, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada perhitungan rugi-rugi pembengkokan, didapat nilai rugi-rugi pembengkokan untuk panjang gelombang 1310 nm dititik JB MSN 001, JB MSN 002, dan JB MSN 003, nilai rugi-rugi pembengkokannya sebesar 0 dB. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tekanan yang keras yang dapat menyebabkan ukuran diameter serat optik menjadi berubah, sehingga mempengaruhi sifat transmisi cahaya di dalamnya.

2. Pada perhitungan rugi-rugi konektor terdapat hasil yang berbeda pada saat pengukuran dengan hasil perhitungan, dimana parameter yang digunakan untuk perhitungan secara teori adalah daya optik sebelum titik koneksi sebesar 1,4118x watt dengan daya optik sesuda titik koneksi watt dengan panjang gelombang 1310 nm didapatkan hasil perhitungan sebesar 5,491 dB sedangkan hasil pengukuran didapatkan sebesar 0,16dB. Perbedaan perhitungan yang begitu jauh antara perhitungan secara teori dengan pengukuran di lapangan disebabkan pada saat perhitungan secara teori tidak memperhatikan kesalahan letak inti dan adanya batas atau celah berupa udara antara dua serat optik yang disambung menggunakan konektor.

3. Pada perhitungan rugi-rugi penyambungan nilai yang didapat adalah -1,76111 dB untuk jarak 100m, -0,85350 dB untuk jarak 600m, dan -0,41772 dB untuk jarak 1km. Rugi-rugi penyambungan ini terjadi karena terdapat beberapa ketidaksempurnaan dalam penyambungan diantaranya pada saat pemotongan serat yang tidak rata, ketidaksesuaian diameter inti dan cladding pada saat penyambungan dan kesalahan penjajaran sudut pada


(30)

saat disambungkan sehingga ada berkas cahaya yang tidak diterima seluruhnya pada serat berikutnya yang mengakibatkan terjadinya redaman pada proses penyambungan.

4. Pada perhitungan power link budget dan power margin berada dikategori layak atau bagus karena mayoritas memiliki level daya terima yang berada pada range -18 dBm sampai -22 dBm serta margin daya yang dihasilkan tidak bernilai negatif (M > 0).

5.2Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk Tugas Akhir ini adalah:

1. Pengamatan selanjutnya sebaiknya menganalisis rugi-rugi serat optik dan power link budget di POP atau daerah yang sudah diimplementasikan GPON.

2. Diharapkan selanjutnya dibuat program simulasi.

3. Pengamatan selanjutnya diharapkan jarak (range)-nya lebih jauh lagi, agar lebih terlihat rugi-rugi serat optik diakibatkan jarak transmisi yang jauh.


(31)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Umum

Teknologi telekomunikasi yang berkembang begitu pesat, memberikan dampak yang besar pada perkembangan teknologi informasi di era masyarakat modern ini. Salah satu solusi untuk mengatasi perkembangan teknologi informasi ini adalah dengan menggunakan teknologi serat optik. Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang menggunakan media cahaya sebagai penyalur informasi. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya yang kemudian disalurkan melalui kabel serat optik dan diterima pada sisi penerima untuk diubah kembali menjadi sinyal listrik. Akan tetapi pada saat serat optik dipilih sebagai media transmisi, maka perlu dilakukan suatu perhitungan dan analisis power budget (anggaran daya) sebelum serat optik digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan baik dan lancar, seperti adanya rugi-rugi transmisi (loss) pada kabel serat optik yang dapat menurunkan kualitas transmisi. Analisis ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu jaringan dalam mengirim informasi.

2.2 Serat Optik

Serat optik merupakan helaian optik murni yang sangat tipis terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut dan dapat membawa data informasi untuk jarak jauh. Helain tipis ini tersusun dalam suatu bundelan yang dinamakan kabel serat optik dan berfungsi mengirim (men-tranmisikan) sinyal cahaya dari satu tempat ke tempat yang lain.


(32)

Bagian-bagian dari serat optik biasanya terdiri dari inti (core) yaitu kaca tipis yang berada di tengah serat yang digunakan sebagai jalan cahaya, bagian ini terbuat dari bahan kaca dengan kualiitas yang sangat tinggi. Pembungkus (cladding) yaitu bagian optikal terluar yang mengelilingi inti yang berfungsi untuk memantulkan cahaya kembali ke inti dan terbuat dari gelas. Jaket penyangga (coating) yang berfungsi melindungi serat dari temperatur dan kerusakan, bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dari bahan plastik seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagian-bagian Serat Optik

Di dalam serat optik ini energi cahaya dibangkitkan oleh sumber cahaya disalurkan sehingga dapat diterima di ujung unit penerima (receiver) [1]. Sumber cahaya yang paling umum digunakan adalah Light Emitting Diode (LED) dan Light Amplication by Stimulated Emission of Radition (LASER). LED umunya digunakan untuk transmisi jarak pendek sampai menengah karena lebih ekonomis, sedangkan LASER digunakan untuk jarak jauh karena dapat menghasilkan cahaya dengan intensitas tinggi [2].


(33)

2.2.1 Jenis Serat Optik

Untuk keperluan yang berbeda-beda, serat optik dibuat dalam dua jenis utama yang berbeda, yaitu single-mode fibers dan multi-mode fibers [2].

1. Single-mode fibers

Jenis serat optik ini mempunyai inti sangat kecil (berdiameter sekitar antara 8-10 mikron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser infamerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer). Karena dimensinya yang sangat kecil maka hanya satu sinyal yang merambat dalam setiap serat, perambatan sinyal ini terjadi di bagin inti (core) dari serat optik sehingga membuat terjadinya sedikit dispersi pulsa dan jenis serat ini cocok untuk komunikasi serat optik jarak jauh[2].

Gambar 2.2 Kabel serat optik single-mode

2. Multi-mode fibers

Jenis serat optik ini mempunyai ukuran inti yang lebih besar (berdiameter 6,35x10-5 meter atau 63,5 mikron) dan berfungsi mentransmisikan cahaya inframerah (panjang gelombang 850-1300 nm). Serat ini digunakan untuk mentransmisikan banyak sinyal dalam setiap serat. Namun hanya baik digunakan untuk data atau informasi dengan kecepatan rendah dan untuk jarak yang relatif dekat [2].


(34)

Gambar 2.3 Kabel serat optik multi-mode

2.2.2 Perambatan Cahaya

Perambatan cahaya di sepanjang serat optik terjadi karena pemantulan internal sinar optik yang terjadi pada perbatasan inti (core) dan pembungkus (cladding). Pemantulan ini disebabkan oleh adanya perbedaan indeks bias antara inti (core) dan pembungkus (cladding). Jika seberkas cahaya memasuki suatu medium dengan indeks bias yang berbeda, proses pembiasan atau pemantulan cahaya yang terjadi dapat dijelaskan menggunakan hukum Snellius seperti pada Persamaan (2.1) [4] :

n1 sin Φ1 = n2 sin Φ2 (2.1) Di mana: n1 dan n2 secara berturut-turut adalah nilai indeks bias dari bahan pertama dan dari bahan kedua, sedangkan Φ1 dan Φ2 secara berturut-turut adalah sudut datang dan sudut bias. Maka jika sudut datang Φ1 diperbesar (didalam bahan pertama), maka sinar bias akan semakin menjauhi normal. Bila sinar bias mencapai bidang batas kedua medium (besarnya sudut Φ2 mencapai 90o), maka sudut datang yang menyebabkan terjadinya hal ini disebut sudut kritis. Sudut kritis adalah sudut antara sinar datang terhadap garis normal dimana sinar tersebut akan dibiaskan dengan sudut Φ2 = 900

, sehingga kita dapat menghitung nilai sudut kritis dengan mengambil nilai sudut bias sebesar 900 dan memasukkanya kedalam Persamaan (2.1) diperoleh Persamaan (2.2) [4] [5] :


(35)

Gambar 2.4 (a) menunjukkan sinar datang dari medium pertama menuju medium kedua dengan sudut datang i1. Pada bidang batas sinar datang sebagian dipantulkan dengan sudut pantul i1 dan sebagian lain dibiaskan dengan sudut bias i2.

Apabila sinar datang dengan sudut i1 yang melewati bidang batas dua medium dengan

n2<n1 dibiaskan dengan sudut 90°, maka sudut datang inilah yang disebut dengan sudut

kritis (Φkritis), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 (b).

Gambar 2.4 (c) menunjukkan bahwa sudut datang i1 lebih besar daripada sudut kritis, sehingga sinar tidak lagi dibiaskan, tetapi akan terjadi pemantulan total seperti pada Gambar 2.4 [4].

Gambar 2.4 Proses Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

2.3Rugi-rugi Serat Optik

Pada umumnya rugi-rugi serat optik dibagi berdasarkan rugi-rugi tersebut ditimbulkan, yaitu :

a. Rugi-rugi yang timbul dari bahan serat optik itu sendiri.


(36)

Gambar 2.5 Rugi-rugi serat optik

2.3.1 Rugi-rugi yang timbul dari bahan serat optik itu sendiri

Umumnya, hilangnya energi cahaya di dalam serat optik disebabkan oleh dua hal yaitu: inti dari bahan serat optik yang kotor (tidak cukup jernih) dan cahaya yang dibelokkan kearah yang salah [5].

2.3.1.1Rugi-rugi Absorpsi (penyerapan)

Rugi-rugi absorpsi (penyerapan) terjadi karena dua faktor yaitu penyerapan yang terjadi dari luar dan penyerapan yang terjadi dari dalam. Penyerapan yang terjadi dari luar disebabkan oleh zat pengotor yang masih tersisa di dalam bahan inti yang akan menyerap sebagian dari energi cahaya yang merambat di dalam serat optik. Ion-ion hidroksil (-OH) dan zat-zat logam (besi dan sebagainya) bila terkontaminasi dapat menimbulkan efek yang paling serius, sedangkan faktor yang kedua penyerapan dari dalam disebabkan bahan pembuat serat itu sendiri [2][5].


(37)

2.3.1.2 Rugi-rugi Pancaran Rayleigh

Pancaran Rayleigh (Rayleigh scatter) adalah efek terpencarnya cahaya akibat terjadinya perubahan kecil yang bersifat lokal pada indeks bias bahan inti dan bahan mantel, bersifat lokal karena perubahan hanya terjadi pada lokasi-lokasi tertentu saja didalam bahan dan ukuran daerah yang terkena pengaruh perubahan ini sangat kecil yaitu kurang dari satu panjang gelombang cahaya yang terhambur.

Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya fenomena ini dan keduanya timbul di dalam proses manufaktur. Pertama adalah adanya ketidakrataan di dalam adonan bahan-bahan pembuat serat optik. Ketidakrataan dalam jumlah yang sangat kecil dan bersifat acak mustahil untuk sepenuhnya dihilangkan. Kedua adalah adanya pergeseran-pergeseran kecil pada kerapatan bahan yang biasanya terjadi saat kaca silika mulai membeku menjadi padat. Salah satu lokasi kelemahan ini dan efek pancaran rayleigh yang ditimbulkannya diilustrasikan dalam Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Cahaya terpencar kesegala arah

Dalam Gambar 2.6 di atas diperlihatkan bahwa cahaya terpecah dan terpencar ke segala arah. Semua komponen pancaran sinar yang kini merambat dengan sudut datang kurang dari sudut kritis akan dapat menembus mantel dan hilang sebagai rugi daya. Intensitas pancaran rayleigh bergantung pada ukuran daerah perubahan relatif terhadap panjang gelombang cahaya yang bersangkutan. Oleh karena itu cahaya dengan panjang gelombang


(38)

paling kecil atau frekuensi tertinggi akan paling besar terkena dampak pancaran ini. Pencaran rayleigh ini berbanding terbalik dengan panjang gelombang sehingga nilai rugi-rugi ini akan berkurang seiring dengan pertambahan panjang gelombang [5][6].

2.3.2 Rugi-rugi yang timbul serat optik sebagai media transmisi

2.3.2.1Rugi-rugi Pembengkokan (Bending Losses)

Serat optik cenderung memancarkan daya setiap kali dibengkokkan. Pada umumnya terdapat 2 tipe pembengkokkan yang mungkin ditemui yaitu: macrobending dan microbending. Macrobending adalah pembengkokan serat optik dengan radius yang panjang bila dibandingkan dengan radius serat optik. Sedangkan microbending adalah pembengkokan-pembengkokan kecil pada serat optik akibat ketidakseragaman dalam pembentukan serat atau akibat adanya tekanan yang tidak seragam pada saat pengkabelan atau disebabkan oleh cacat yang bentuknya tidak sesuai standar dalam radius inti atau yang diciptakan oleh kabel serat dan disebabkan akibat tekanan mekanik atau sewaktu proses fabrikasi. Hal ini meyebabkan terjadinya loss dimana cahaya dengan sudut yang lebih besar seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8 salah satu cara untuk menguranginya adalah dengan menggunakan jacket yang tahan terhadap tekanan. Pada Gambar 2.7 menunjukkan perambatan cahaya pada single mode dengan sudut θ menjadi θ’[7][8].


(39)

Gambar 2.8 Microbending loss

Menurut rekomendasi ITU-T, kabel serat optik harus mempunyai koefisien redaman 0.5 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0.4 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm. Besarnya koefisien ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena juga harus mempertimbangkan proses pabrikasi, desain komposisi serat, dan desain kabel. Untuk itu terdapat range redaman yang masih diijinkan yaitu 0.3 - 0.4 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0.17 - 0.25 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm. Selain itu, koefisien redaman mungkin juga dipengaruhi spektrum panjang gelombang yang diperoleh dari hasil pengukuran pada panjang gelombang yang berbeda [2].

Redaman (α) sinyal atau rugi-rugi serat optik didefenisikan sebagai perbandingan antara daya output optik (Pout) terhadap daya input optik (Pin) sepanjang serat L. Seperti Persamaan (2.3) [8]:

α = log ( ) dB/km (2.3)

dimana :

L = Panjang serat optik (km) Pin = Daya input optik (Watt) Pout = Daya output optik (Watt) α = Redaman (dB/km)


(40)

2.3.2.2Rugi-rugi Penyambungan (Splicing Loss)

Pada umumnya terdapat tiga masalah utama di dalam proses menyambung dua serat optik yaitu: pertama tipe serat harus saling kompatibel, kedua ujung kedua serat harus diletakkan sedekat-dekatnya dengan satu sama lainnya hingga tidak ada gap (celah) diantara keduanya, dan yang ketiga posisi kedua serat harus saling bersesuaian seakurat mungkin di titik persambungan [5]. Rugi-rugi yang timbul karena adanya gap antara dua serat optik yang disambung terjadi karena dimensi serat optik yang demikian kecil sehingga penyambungan menjadi tidak tepat sehingga sinar dari bahan serat optik ke serat optik lainnya tidak dapat dirambatkan seluruhnya.

Tujuan ketika menghubungkan dua serat adalah untuk menggabungkan cahaya yang dibawa dalam salah satu serat ke dalam inti dari serat lainnya yang dikenal dengan sedikit mungkin loss dan dalam melakukan penyambungan serat optik maka dibutuhkan beberapa mekanisme splicing.

Penyambungan menurut sifatnya dibedakan menjadi : 1. Sambungan permanen

2. Sambungan tak permanen

1. Sambungan permanen, sambungan ini juga dikenal sebagai spliced connecton dan separable connection, sambungan ini pada umumnya digunakan untuk menyambungkan dua buah serat optik. Teknik yang digunakan adalah teknik Fusion Splice. Alat untuk penyambungan tipe ini dinamakan splicer seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8.


(41)

Gambar 2.9 Alat ukur splicing

Penyambungan dengan menggunakan metode lebur (fusion splice) dilakukan dengan meleburkan ujung-ujung dari serat optik yang akan disambungkan dengan menggunakan laser. Laser ini dihasilkan oleh dua buah elektroda yang dialiri listrik sehingga melepaskan elektron. Panas yang ditimbulkan laser ini cukup tinggi sehingga dalam waktu sebentar saja dapat menyatukan kedua ujung serat optik. Penyambungan dengan metode ini dapat menghasilkan sambungan dengan loss yang sangat kecil (umumnya kurang dari 0,06 dB menurut estimasi pengukuran alat tersebut).

2. Sambungan tak permanen, umumnya digunakan untuk menghubungkan serat optik dengan perangkat agar mudah dilepas dan dipasang lagi. Untuk sambungan tipe ini menggunakan alat yang disebut konektor patchcord. Ada beberapa jenis konektor optik, diantaranya tipe FC, SC, LC, E-2000 dan lain sebagainya seperti digambarkan pada Gambar 2.9 [9][10][11].


(42)

Gambar 2.10 konektor

2.3.2.3Rugi-rugi Kopling

Rugi-rugi kopling ini adalah rugi-rugi yang terjadi akibat adanya ruang kosong/udara (celah) antara serat optik dengan sumber optik dan antara serat optik dan detektor cahaya. Rugi-rugi kopling ini terjadi karena tidak seluruh energi yang diradiasikan oleh sumber optik tidak bisa diterima oleh detektor optik dengan sempurna. Rugi-rugi kopling ini biasanya terjadi pada konektor serat optik dan sering kali diabaikan. Rugi-rugi ini dipengaruhi oleh refleksi fresnel dimana bila cahaya masuk suatu bidang tembus secara tegak lurus, akan ada sebagian kecil cahaya yang akan direfleksikan [10].

2.4Konektor

Konektor adalah peralatan mekanik yang ditempatkan di akhir kabel serat optik, sumber cahaya, receiver, atau kerangka mesin yang berfungsi sebagi penghubung serat. Komponen ini memungkinkan data dikirimkan ke tujuan-tujuan yang berbeda dan memungkinkan pula disambungkanya perangkat-perangkat baru ke sistem yang telah ada. Konektor juga harus dapat dipasang dan dilepas dengan mudah dari peralatan. Hal ini


(43)

merupakan titik kunci konektor dapat dibongkar pasang, tetapi konektor optik lebih sulit untuk dirancang dan dibuat dibandingkan dengan sambungn-sambungan splice mekanik. Syarat-syarat konektor yang baik adalah [1][2][5]:

1. Kehilangan daya cukup rendah. Konektor yang dibentuk harus menjamin dari kesalahan penyambungan dan dapat meminimumkan kesalahan secara langsung.

2. Kemampuan pengulangan. Efisiensi kopling tidak berubah jika tidak ada penyesuaian ulang.

3. Dapat diprediksi, artinya konektor memiliki efisiensi yang sama jika beberapa konektor sejenis dikombinasi.

4. Umurnya panjang. Tidak ada penurunan efisiensi dalam waktu yang lama. 5. Bahan konektor kuat terhadap tekanan.

6. Kompatibel dengan lingkungan. Penyambungan dapat dilakukan pada variasi temperatur, tekanan tinggi, getaran, kelembaban dan kotoran.

7. Mudah mendapatkannya.

8. Pemasangan mudah menggunkannya.

2.5 POP (Point of Presence)

POP (Point of Presence) merupakan titik yang digunakan untuk menghubungkan antara user dengan jaringan ICON+. Untuk penentuan lokasi yang akan digunakan, POP ini ditentukan jarak yang paling dekat dengan lokasi pelanggan. POP bisa berupa Shelter, ODC (Optical Distribution Cabinet) atau ruangan khusus di dalam area kantor PLN baik itu GITET, GI, Kadist, APJ, UPJ dan kantor PLN lainnya. POP akan menghubungkan user dengan jaringan backbone yang mengkombinasikan perangkat IP dengan perangkat berbasis SDH (Synchronous Digital Hierarchy)/ SONET (Synchronous Optical Network). Jalur berbasis SDH yang dilalui bersifat ring, sehingga bila terjadi gangguan di salah satu jalur


(44)

masih ada backup dari jalur yang lain. Link user yang bervariasi layanannya diambil dari POP ICON+ yang sudah terhubung dengan backbone ICON+. Di POP, terdapat berbagai macam perangkat jaringan seperti SDH, PDH, Router, Switch, dan lain-lain [12].

2.6Alat Ukur Transmisi Optik

Terdapat beberapa jenis alat ukur karakteristik optik yaitu alat ukur Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) dan Power Meter [2].

2.5.1 Optical Time Domain Reflector (OTDR)

Optical time domain reflector (OTDR) adalah suatu peralatan digunakan untuk mengukur parameter-parameter seperti pelemahan (attenuation), jarak, dan penyambung (splicing), dalam sistem digunakan untuk mengukur dan mengetest dari serat optik seperti yang terlihat pada Gambar 2.11 [12]. Dalam hal ini, metode ini lebih unggul dengan metode lain untuk mengukur redaman, rugi konektor dan lokasi yang mengalami redaman [7]. Alat-alat seperti ini digunakan untuk menentukan lokasi-lokasi cacat serat secara cepat dan mudah ketimbang menyediakan analisis detail sistem, dan oleh karenanya lebih banyak dijumpai di lingkungan perbaikkan dari pada instalasi baru.

Terdapat 4 parameter yang dapat di ukur pada OTDR yaitu: 1. Jarak

Dalam hal ini OTDR dapat menentukan titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau patahan.

2. Loss

OTDR dapat menentukan loss untuk masing-masing splice atau total loss dari ujung ke ujung dalam suatu link.


(45)

OTDR dapat menentukan Atenuasi (redaman) dari serat dalam suatu link. 4. Refleksi

OTDR dapat menunjukan besarnya refleksi (return loss) dari suatu event [12].

Adapun beberapa fungsi dari OTDR yaitu: 1. Mengukur loss per satuan panjang.

Loss pada saat Instalasi serat optik mengasumsikan redaman serat optik tertentu dalam loss persatuan panjang. OTDR dapat mengukur redaman sebelum dan setelah instalasi sehingga dapat memeriksa adanya ketidaknormalan seperti bengkokan (bending) atau beban yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sesuai dengan Persamaan (2.4):

X[dBW] = A [dB].α.L [dB] (2.4)

X = Besarnya daya untuk jarak L

A = Daya awal yang diberikan OTDR ke serat optik untuk OTDR mini, (Amax adalah 31 dBw)

α = Redaman (dB/km) L = Panjang

Sehingga dengan membaca grafik X dan L, akan didapat α (redaman), dan dengan membandiingkannya dengan loss budget akan dapat disimpulkan apakah telah terjadi ketidaknormalan.

2. Mengevaluasi sambungan dan konektor

Pada saat instalasi OTDR dapat memastikan apakah redaman sambungan dan konektor masih berada dalam batas yang diperbolehkan.


(46)

Fault seperti letaknya serat optik atau sambungan dapat terjadi pada saat atau setelah instalasi, OTDR dapat menunjukkan lokasi fault-nya atau ketidaknormalan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end of fiber pada OTDR, jika kurang dari jarak sebenarnya maka pada jarak tersebut terjadi kebocoran/keretakan

(asumsi set OTDR benar). End of fiber pada OTDR ditandai dengan adanya daya < 3 dB (dapat disesuaikan dengan menset) yang berfluktuasi. OTDR, pulse

width, dispersi, rise time merupakan domain waktu, sedangkan bandwidth, merupakan domain frekuensi [13].

Gambar 2.11 OTDR

2.5.2 Power Meter

Power meter optical adalah peralatan penting untuk pengukuran daya dalam sistem komunikasi serat optik. Pengukuran daya adalah salah satu dasar pengukuran serat optik Power meter dipakai untuk mengukur total loss dalam sebuah link optik baik saat instalasi (uji akhir) atau pemeliharaan. Nilai untuk pengukuran rugi -rugi dengan daya pada sisi kirim (sumber) atau daya pada akhir penerima yang berbeda–beda. Jenis optical power meter menggunakan bahan semikonduktor photodetector seperti Silicon (Si), Germanium (Ge), atau Indium Gallium Arsenide (InGaAs), tergantung pada panjang gelombang yang digunakan. Si


(47)

detector digunakan pada daerah panjang gelombang 850 nm, sedangkan Ge dan InGaAs detector adalah jenis yang digunakan pada daerah panjang gelombang 1310 and 1550 nm [4].

2.6 Link Power Budget

Power budget merupakan hal yang paling penting untuk sistem transmisi optik. Dengan mengurangkan seluruh redaman optik pada sistem daya yang dikirimkan transmitter, untuk perencanaan sistem serat optik harus dipastikan bahwa sistem tersebut harus mempunyai daya yang cukup untuk mengemudikan receiver pada level yang diinginkan. Parameter – parameter link budget antara lain daya transmitter, redaman konektor, redaman splice (sambungan), redaman serat optik dan daya receiver [4].


(48)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komunikasi serat optik memberikan dampak yang besar terhadap berbagai segi pengiriman data informasi mulai dari lingkup kecil sampai telekomunikasi antar benua yang pemakaiannya sedang berkembang pesat. Serat optik merupakan media transmisi yang memiliki keunggulan signifikan yaitu memiliki bandwith yang besar, redaman transmisi kecil, ukuran kecil, performansi yang lebih baik dan jaringan transport yang handal dibanding media transmisi kawat konvensional.

Untuk itu PT.Indonesia Comnets Plus atau yang lebih dikenal dengan nama ICON+ yang merupakan anak perusahaan PT.PLN (persero) melihat peluang ini untuk mengembangkan usahanya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan PT.PLN (persero) akan jaringan telekomunikasi tetapi juga untuk kebutuhan publik. Seiring dengan berjalannya waktu terdapat kendala dalam sistem komunikasi serat optik, salah satu masalahnya adalah adanya gangguan sinyal yang disebabkan redaman dan dispersi sehingga dapat mengganggu proses transmisi. Permasalahan redaman dan dispersi optik juga mempunyai hubungan dengan perencanaan dan pemasangan instalasi sistem komunikasi kabel serat optik, maka perlu dilakukan suatu perhitungan dan analisis power link budget sebelum serat optik digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan baik dan lancar. Mengingat pentingan power link budget pada sistem komunikasi serat optik, maka pada Tugas Akhir ini akan dibahas tentang “Analisis Perhitungan Rugi-rugi pada serat optik di PT.ICON+ Medan Regional SUMBAGUT”. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatau jaringan dalam mengirim informasi.


(49)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana menghitung panjang link maksimum dan power link budget.

2. Bagaimana menganalisa rugi-rugi yang terjadi pada serat optik berdasarkan perhitungan dan pengamatan.

1.3 Tujuan Penulisan Tugas Akhir

Adapun Tujuan dari penlisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Tugas Akhir ini bertujuan mempelajari dan menganalisis panjang link maksimum power link budget .

2. Mampu mempelajari dan menganalisa rugi-rugi yang terjadi pada serat optik berdasarkan perhitungan dan pengamatan.

1.4 Batasan Masalah

Untuk Membatasi Materi yang akan dibicarakan pada Tugas Akhir ini, maka penulis membatasi penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di PT.ICON+ Regional SUMBAGUT yaitu penelitian dari POP yang terletak di PT.PLN (persero) Medan selatan ke Bank Mega yang terletak di jalan Brigjen Katamso.

2. Pembahasaan menitikberatkan pada perhitungan redaman pada serat optik, rugi-rugi redaman pada konektor, rugi-rugi-rugi-rugi pada sambungan (splicing), dan rugi-rugi-rugi-rugi pembengkokan (bending) serta melakukan analisis kinerja dari sistem komunikasi serat optik menggunakan metode link power budget.

3. Analisa menggunakan serat optik single mode. 4. Tidak membahas topologi jaringan.


(50)

5. Tidak membahas sistem hirarki. 6. Tidak membahas QOS.

7. Tidak membahas BER.

1.5 Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Studi Literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang terkait, diskusi dengan dosen pembimbing Tugas Akhir, pihak PT. ICON+, teman serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.

2. Studi Lapangan

Yaitu dengan melaksanakan pengukuran langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

3. Studi analisa

Yaitu dengan melakukan analisa terhadap hasil perhitungan dari data-data yang diperoleh di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.


(51)

BAB II DASAR TEORI

Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung sistem komunikasi serat optik meliput i jenis serat optik, rugi-rugi serat optik, konektor, POP (Point of Presence) alat ukur tranmisi optik, dan power link budget.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang metedologi penelitian, penentuan perangkat beserta spesifikasi, dan juga persamaan untuk mendukung perhitungan parameter power link budget, rugi serat optik, rugi pembengkokan (bending), rugi-rugi sambungan (splicing), dan rugi-rugi-rugi-rugi konektor.

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN JARINGAN

Pada bab ini membahas tentang analisis hasil perhitungan power link budget, rugi-rugi serat optik, rugi-rugi pembengkokan (bending), rugi-rugi sambungan (splicing), dan rugi-rugi konektor.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian Tugas Akhir yang dirangkum sebagai kesimpulan serta saran untuk penelitian lebih lanjut.


(52)

ABSTRAK

Serat optik merupakan media transmisi yang memiliki keunggulan signifikan yaitu memiliki bandwith yang besar, redaman transmisi kecil, ukuran kecil, performansi yang lebih baik, dan jaringan transport yang handal dibanding media transmisi kawat konvensional. Dibalik keunggulan serat optik tersebut pada proses transmisi terdapat kendala dalam sistem komunikasi serat optik, salah satu masalahnya adalah adanya gangguan sinyal yang disebabkan redaman dan dispersi.

Dalam Tugas Akhir ini penulis menganalisis rugi-rugi serat optik yaitu rugi-rugi konektor, rugi-rugi penyambungan (splicing), dan rugi-rugi pembengkokan (bending) yang terletak di POP PT.PLN (persero) sampai ke bank Mega Katamso di PT.ICON+, serta untuk menentukan kelayakan sistem yang di analisis dengan parameter power link budget.

Dari hasil analisa diperoleh untuk rugi-rugi konektor hasil perhitungan dengan pengukuran jauh berbeda hal ini dikarenakan pada saat perhitungan hanya memperhitungan daya yang masuk dan daya yang keluar setelah titik koneksi dan dengan tidak memperhitungkan kesalahan letak inti serta adanya batas atau celah berupa udara antara dua serat optik yang disambung menggunakan konektor. Pada rugi-rugi penyambungan (splicing) didapatkan hasil perhitungan di lapangan yang berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh daya input, daya output dan alat yang yang digunakan yaitu fusion splicer. Pada rugi-rugi pembengkokan (bending) hasil perhitungan didapatkan tidak adanya pembengkokan (bending) pada serat optik. Sedangkan dalam perhitungan power link budget didapat nilai Margin diatas 0 yaitu 10,844 dB ini mengindikasikan bahwa link tersebut layak.


(53)

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Telekomunikasi

Oleh: WINARNI AGIL NIM : 100402003

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(54)

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

Oleh:

NIM : 100402003 WINARNI AGIL

Disetujui oleh : Pembimbing

NIP : 196401251991031001 IR. M. ZULFIN, MT

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro FT-USU

NIP : 195405311986011002 IR. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(55)

ABSTRAK

Serat optik merupakan media transmisi yang memiliki keunggulan signifikan yaitu memiliki bandwith yang besar, redaman transmisi kecil, ukuran kecil, performansi yang lebih baik, dan jaringan transport yang handal dibanding media transmisi kawat konvensional. Dibalik keunggulan serat optik tersebut pada proses transmisi terdapat kendala dalam sistem komunikasi serat optik, salah satu masalahnya adalah adanya gangguan sinyal yang disebabkan redaman dan dispersi.

Dalam Tugas Akhir ini penulis menganalisis rugi-rugi serat optik yaitu rugi-rugi konektor, rugi-rugi penyambungan (splicing), dan rugi-rugi pembengkokan (bending) yang terletak di POP PT.PLN (persero) sampai ke bank Mega Katamso di PT.ICON+, serta untuk menentukan kelayakan sistem yang di analisis dengan parameter power link budget.

Dari hasil analisa diperoleh untuk rugi-rugi konektor hasil perhitungan dengan pengukuran jauh berbeda hal ini dikarenakan pada saat perhitungan hanya memperhitungan daya yang masuk dan daya yang keluar setelah titik koneksi dan dengan tidak memperhitungkan kesalahan letak inti serta adanya batas atau celah berupa udara antara dua serat optik yang disambung menggunakan konektor. Pada rugi-rugi penyambungan (splicing) didapatkan hasil perhitungan di lapangan yang berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh daya input, daya output dan alat yang yang digunakan yaitu fusion splicer. Pada rugi-rugi pembengkokan (bending) hasil perhitungan didapatkan tidak adanya pembengkokan (bending) pada serat optik. Sedangkan dalam perhitungan power link budget didapat nilai Margin diatas 0 yaitu 10,844 dB ini mengindikasikan bahwa link tersebut layak.


(56)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik, serta shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu Ayahanda M.Rusli, Ibunda Gusnia, Abang dan kakak Ulni Ahmad Perdana, S.com dan Ummu Lilia, serta Adik-adik saya Nurul Aruni Putri, Aqsal Tubagus dan juga Prabu Mizuari atas segala kasih sayang, doa, dukungan, kepedulian, dan pengertiannya.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah:

“ ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT” Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. M. Zulfin, MT. selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir saya, atas nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Yulianta Siregar, ST.MT. selaku Dosen Wali penulis atas segala bimbingan dan nasehat serta motivasinya selama penulis menjalani kegiatan akademik.

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST, MT selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.


(57)

4. Ibu Naemah Mubarakah, ST.MT dan Bapak Ir. Sihar P Panjaitan, MT, selaku penguji seminar dan sidang Tugas Akhir saya.

5. Seluruh Dosen Departemen Teknik Elektro FT-USU yang telah membekali penulis dengan berbagai disiplin ilmu selama masa pendidikan.

6. Seluruh Pegawai dan Karyawan Departemen Teknik Elektro FT-USU atas segala bantuan dan dukungannya.

7. Pegawai dan Karyawan PT.ICON+, terutama bg Hendri dan pak Faisal atas segala bantuan dan dukungannya.

8. Teman-teman di Departemen Teknik Elektro FT-USU, terkhusus angkatan 2010, sahabat-sahabat Angela, Dewi, Dila, Dwi, Mayang, Tari, dan Yola, atas dukungan, doa, suka dan duka selama di bangku perkuliahan.

Juga penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu namun tidak dapat penulis sebutkan satu per satu disini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.

Medan, September 2014 Penulis

NIM. 100402003 Winarni Agil


(58)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan Tugas Akhir ... 2

1.4 Batasan Masalah ... . 2

1.5 Metode Penulisan ... 3

1.6 Sistematika Penulisan... 4

II. DASAR TEORI ... 6

2.1 Umum ... 6


(59)

2.2.1 Jenis Serat Optik ... 8

2.2.2 Perambatan Cahaya ... 9

2.3 Rugi-rugi Serat Optik ... 11

2.3.1 Rugi-rugi Yang Timbul Dari Bahan Serat Optik Itu Sendiri ... 12

2.3.1.1 Rugi-rugi Absorpsi………. 12

2.3.1.2 Rugi-rugi Pancaran Rayleigh... 12

2.3.2 Rugi-rugi Yang Timbul Dari Serat Optik Sebagai Media Transmisi ... 13

2.3.2.1 Rugi-rugi Pembengkokan ... 13

2.3.2.2 Rugi-rugi Penyambungan ... 15

2.3.2.3 Rugi-rugi Kopling ... 17

2.4 Konektor ... 18

2.5 POP (Point Of Presence) ... 19

2.6 Alat Ukur Transmisi Optik ... 19

2.6.1 OTDR (Optical Domain Reflector) ... 19

2.6.2 Power Meter ... 22


(60)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Umun ... 23

3.2 Perangkat Yang Digunakan ... 25

3.3 Rugi-rugi Pembengkokan ... 32

3.4 Rugi-rugi Sambungan ... 32

3.5 Power Link Budget ... 33

IV. ANALISIS KELAYAKAN JARINGAN 4.1 Umum ... 35

4.2 Perhitungan Rugi-rugi Konektor ... 35

4.3 Perhitungan Rugi-rugi Penyambungan (Splicing) ... 38

4.4 Perhitungan Rugi-rugi Pembengkokan (Bending) ... 40

4.5 Perhitungan Power Link Budget ... 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(61)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-bagian Serat Optik ... 7

Gambar 2.2 Kabel Serat Optik Single-Mode ... 8

Gambar 2.3 Kabel Serat Optik Multi-Mode ... 9

Gambar 2.4 Proses Pemantulan dan Pembiasa Cahaya... 11

Gambar 2.5 Rugi-rugi Serat Optik ... 11

Gambar 2.6 Cahaya Terpencar Kesegala Arah ... 13

Gambar 2.7 Rugi-rugi Pembengkokan ... 14

Gambar 2.8 Macrobending Loss ... 14

Gambar 2.9 Alat Ukur Splicing ... 16

Gambar 2.10 Konektor ... 17

Gambar 2.11 OTDR ... 21

Gambar 2.12 Link Point to Point dan Parameter-parameternya ... 22

Gambar 3.1 Diagram Alur Perhitungan ... 24

Gambar 3.2 Konfigurasi Phisik ... 25

Gambar 3.3 ODC (Optical Distribution Cabinet) ... 27

Gambar 3.4 OTB (Optical Termination Box) ... 28


(62)

Gambar 3.6 OTDR (Optical Time Domain Reflector) ... 29

Gambar 3.7 Power Meter ... 30

Gambar 3.8 Fusion Splicer ... 31

Gambar 3.9 Switch Cisco Catalyst Me 3600X Disisi POP ... 32


(63)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi kabel serat optik ... 27 Tabel 3.2 Spesifikasi konektor FC ... 31 Tabel 4.1 Hasil perbandingan antara hasil perhitungan dengan hasil

pengukuran ... 39 Tabel 4.2 Nilai rugi-rugi penyambungan ... 41 Tabel 4.3 Nilai rugi-rugi pembengkokan dengan panjang gelombang

1310 nm ... 43 Tabel 4.4 Hasil analisis perhitungan power link budget ... 47


(64)

DAFTAR SINGKATAN

GE = Germanium

InGaAs = Indium Gallium Arsendi

IP-VPN = Internet Protocol-Virtual Private Network

ITU-T = International Telecommunication Union – Telecommunication

Standaritation Sector

JB = Joint Box

LASER = Light Amplication by Stimulated Emission of Radiation

LED = Light Emitting Diode

MSN = Medan Selatan

ODC = Optical Distribution Cabinet

ODF = Optical Distribution Frame

OLT = Optical Line Transmition

OTDR = Optical Time Domain Reflector

PDH = Pleissyncrhonous Digital Hirarchy

POP = Point Of Presence

RK = Rumah Kabel


(65)

Si = Silicon


(1)

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Umun ... 23

3.2 Perangkat Yang Digunakan ... 25

3.3 Rugi-rugi Pembengkokan ... 32

3.4 Rugi-rugi Sambungan ... 32

3.5 Power Link Budget ... 33

IV. ANALISIS KELAYAKAN JARINGAN 4.1 Umum ... 35

4.2 Perhitungan Rugi-rugi Konektor ... 35

4.3 Perhitungan Rugi-rugi Penyambungan (Splicing) ... 38

4.4 Perhitungan Rugi-rugi Pembengkokan (Bending) ... 40

4.5 Perhitungan Power Link Budget ... 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-bagian Serat Optik ... 7

Gambar 2.2 Kabel Serat Optik Single-Mode ... 8

Gambar 2.3 Kabel Serat Optik Multi-Mode ... 9

Gambar 2.4 Proses Pemantulan dan Pembiasa Cahaya... 11

Gambar 2.5 Rugi-rugi Serat Optik ... 11

Gambar 2.6 Cahaya Terpencar Kesegala Arah ... 13

Gambar 2.7 Rugi-rugi Pembengkokan ... 14

Gambar 2.8 Macrobending Loss ... 14

Gambar 2.9 Alat Ukur Splicing ... 16

Gambar 2.10 Konektor ... 17

Gambar 2.11 OTDR ... 21

Gambar 2.12 Link Point to Point dan Parameter-parameternya ... 22

Gambar 3.1 Diagram Alur Perhitungan ... 24

Gambar 3.2 Konfigurasi Phisik ... 25

Gambar 3.3 ODC (Optical Distribution Cabinet) ... 27

Gambar 3.4 OTB (Optical Termination Box) ... 28


(3)

Gambar 3.6 OTDR (Optical Time Domain Reflector) ... 29

Gambar 3.7 Power Meter ... 30

Gambar 3.8 Fusion Splicer ... 31

Gambar 3.9 Switch Cisco Catalyst Me 3600X Disisi POP ... 32


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi kabel serat optik ... 27

Tabel 3.2 Spesifikasi konektor FC ... 31

Tabel 4.1 Hasil perbandingan antara hasil perhitungan dengan hasil

pengukuran ... 39

Tabel 4.2 Nilai rugi-rugi penyambungan ... 41

Tabel 4.3 Nilai rugi-rugi pembengkokan dengan panjang gelombang

1310 nm ... 43


(5)

DAFTAR SINGKATAN

GE = Germanium

InGaAs = Indium Gallium Arsendi

IP-VPN = Internet Protocol-Virtual Private Network

ITU-T = International Telecommunication Union – Telecommunication

Standaritation Sector

JB = Joint Box

LASER = Light Amplication by Stimulated Emission of Radiation

LED = Light Emitting Diode

MSN = Medan Selatan

ODC = Optical Distribution Cabinet

ODF = Optical Distribution Frame

OLT = Optical Line Transmition

OTDR = Optical Time Domain Reflector

PDH = Pleissyncrhonous Digital Hirarchy

POP = Point Of Presence

RK = Rumah Kabel


(6)

Si = Silicon