Gambar 12 : Gambaran mikroskopis leukoplakia. Reichart P.A, Philipsen H.P. Color atlas of dental medicine oral pathology,
Switzerland,2008, 73-8
Gambar 13 : Leukoplakia pada rongga mulut. Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary oral and maxillofacial pathology, 2
nd
ed. St.Louise, Missouri: Mosby, 2004 : 98-102, 165-86
2.4.2. Tanda-tanda histopatologis
Oral displasia pada rongga mulut secara histopatologis ditandai dengan adanya perubahan arsitektural dan seluler dari sel epitel. Perubahan histologis terlihat dari
hiperkeratosis, displasia dan karsinoma in situ yang terjadi pada sel epitel rongga mulut.
5,14,17
Oral displasia dapat ditunjukkan adanya sel epitel yang abnormal dan kerusakan pertumbuhannya, dari yang a-typia menjadi sel yang inti selnya abnormal. Tingkatan oral
displasia dari yang ringan sampai terjadinya karsinoma in-situ hanya dapat jelas dilihat secara mikroskopis.
9,10
Universitas Sumatera Utara
Ciri khas dari oral displasia adalah : 1.
Hilangnya garis atau lapisan sel epitel 2.
Bertumpuknya sel basal 3.
Lapisan menjadi tak teratur 4.
Meningkatnya gambaran sel yang abnormal 5.
Terjadinya keratinisasi yang cepat 6.
Terjadinya hiperkromatis dan pleomorfis pada inti sel 7.
Meningkatnya ratio inti sel – sitoplasma Apabila perubahan-perubahan tersebut terjadi penebalan dari sel epitel lapisan atas
sampai ke bawah, maka disebut karsinoma in situ. Karsinoma in situ secara klinis tampak datar, merah, halus, dan granuler. Mungkin secara klinis Karsinoma in situ kurang dapat
dilihat. Hal ini berbeda dengan hiperkeratosis atau leukoplakia yang dalam pemeriksaan intra oral kelainan tersebut tampak jelas.
5,9,12,16
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE DIAGNOSA ORAL DISPLASIA
3.1. Pemeriksaan klinis
Seluruh rongga mulut, faring dan laring harus diperiksa secara cermat, baik dengan
cara dipalpasi, pemeriksaan langsung atau visualisasi tidak langsung dengan menggunakan kaca mulut. Daerah-daerah ini sulit diperiksa apabila pencahayaan kurang baik. Selain
sumber cahaya, juga diperlukan sarung tangan, spatula lidah dan kasa. Semua lesi harus diperiksa secara cermat, baik lokasi, ukuran, warna, tekstur dan ciri fisik lainnya.
8,9,23
Prosedur pemeriksaan dianjurkan sebagai berikut bibir harus diperiksa dengan mulut terbuka maupun tertutup. Perhatikan warna, corak dan kelainan permukaan dari tepi. Dengan
mulut setengah terbuka, perhatikan warna dan pembengkakan mukosa dan ginggiva vestibular. Dengan kaca mulut sebagai retraktor dan posisi mulut terbuka lebar, periksa
seluruh mukosa bukal meluas dari komisura dan kembali ke pilar anterior tonsil. Perhatikan setiap perubahan warna dan gerak mukosa, pastikan bahwa komisura diperiksa secara cermat
dan tidak tertutup oleh kaca mulut selama retraksi pipi. Periksa lidah pada keadaan istirahat dan mulut dalam keadaan setengah terbuka, periksa dorsum lidah untuk melihat
pembengkakan, ulserasi, selaput atau variasi warna dan corak. Juga perhatikan perubahan pola papila yang menutupi permukaan lidah. Pasen kemudian harus memajukanmenjulurkan
lidahnya dan periksa apakah ada pergerakan yang abnormal. Dengan bantuan kaca mulut, periksa tepi lidah dan permukaan ventralnya. Dengan lidah tetap terangkat, periksa dasar
mulut untuk melihat apakah ada ulserasi dan perubahan warna. Daerah sulkus alveolar- lingual, dasar mulut, merupakan daerah yang sulit dilihat. Di daerah ini perlu juga diperiksa
secara cermat. Dengan posisi mulut terbuka lebar dan kepala pasen mendongak ke belakang, periksa pallatum durum langit-langit keras dan pallatum molle langit-langit lunak. Otot-
Universitas Sumatera Utara