BAB 3 METODE DIAGNOSA ORAL DISPLASIA
3.1. Pemeriksaan klinis
Seluruh rongga mulut, faring dan laring harus diperiksa secara cermat, baik dengan
cara dipalpasi, pemeriksaan langsung atau visualisasi tidak langsung dengan menggunakan kaca mulut. Daerah-daerah ini sulit diperiksa apabila pencahayaan kurang baik. Selain
sumber cahaya, juga diperlukan sarung tangan, spatula lidah dan kasa. Semua lesi harus diperiksa secara cermat, baik lokasi, ukuran, warna, tekstur dan ciri fisik lainnya.
8,9,23
Prosedur pemeriksaan dianjurkan sebagai berikut bibir harus diperiksa dengan mulut terbuka maupun tertutup. Perhatikan warna, corak dan kelainan permukaan dari tepi. Dengan
mulut setengah terbuka, perhatikan warna dan pembengkakan mukosa dan ginggiva vestibular. Dengan kaca mulut sebagai retraktor dan posisi mulut terbuka lebar, periksa
seluruh mukosa bukal meluas dari komisura dan kembali ke pilar anterior tonsil. Perhatikan setiap perubahan warna dan gerak mukosa, pastikan bahwa komisura diperiksa secara cermat
dan tidak tertutup oleh kaca mulut selama retraksi pipi. Periksa lidah pada keadaan istirahat dan mulut dalam keadaan setengah terbuka, periksa dorsum lidah untuk melihat
pembengkakan, ulserasi, selaput atau variasi warna dan corak. Juga perhatikan perubahan pola papila yang menutupi permukaan lidah. Pasen kemudian harus memajukanmenjulurkan
lidahnya dan periksa apakah ada pergerakan yang abnormal. Dengan bantuan kaca mulut, periksa tepi lidah dan permukaan ventralnya. Dengan lidah tetap terangkat, periksa dasar
mulut untuk melihat apakah ada ulserasi dan perubahan warna. Daerah sulkus alveolar- lingual, dasar mulut, merupakan daerah yang sulit dilihat. Di daerah ini perlu juga diperiksa
secara cermat. Dengan posisi mulut terbuka lebar dan kepala pasen mendongak ke belakang, periksa pallatum durum langit-langit keras dan pallatum molle langit-langit lunak. Otot-
Universitas Sumatera Utara
otot wajah yang tampak tidak normal serta linfonode sub-mandibularis dan servikal juga harus diperiksa dengan cara dipalpasi.
25,26
3.2. Pemeriksaan histopatologis