Pembahasan 1. Berdasarkan Karakteristik Anak Responden dengan Penyakit Jantung
Dan pada Tabel 5.4 juga dapat dilihat distribusi responden menurut riwayat penyakit jantung bawan yang dialami keluarga 16 orang 22,2, dan
yang tidak menderita hal yang sama didapat 56 orang 77,8. Selain itu riwayat keluarga yang meninggal mendadak 10 orang 13,9, dan distribusi responden
yang tidak mempunyai riwayat keluarga meninggal mendadak didapat 62 orang 86,1.
Tabel 5.4. Distribusi Anak Responden berdasarkan Riwayat Keluarga
Riwayat Keluarga n
Penyakit Jantung Bawaan Ya, ada
Tidak ada Meninggal mendadak
Ya, ada Tidak ada
16 22,2 56 77,8
10 13,7 62 86,1
5.2. Pembahasan 5.2.1. Berdasarkan Karakteristik Anak Responden dengan Penyakit Jantung
Bawaan
Berdasarkan Tabel 5.1. didapat distribusi anak responden menurut jenis kelamin bahwa anak laki-laki 49 orang 68,1 mengalami penyakit jantung
bawaan yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan 31,9 di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli sampai November 2014. Hasil ini berbeda
dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Hariyanto 2011 di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Januari 2008 sampai Febuari
2011, dari 98 pasien didapat perempuan 51 yang mengalami PJB lebih besar di bandingkan laki-laki 49.
Dalam penelitian ini, didapat anak yang mengalami penyakit jantung bawaan dengan berat bayi lahir rendah adalah 9 orang 12,5 dan berat bayi
lahir besar terdapat 6 orang 8,3.Dari penelitian Vorherr dan Zwerdling dalam
Universitas Sumatera Utara
buku Ilmu Kebidanan, rata-rata berat bayi lahir rendah 24,9, diikuti dengan berat bayi lahir normal 44,5 dan berat bayi lahir besar 30,6 yang mengalami
penyakit jantung bawaan. Anak yang menderita penyakit jantung bawaan akan mengalami retardasi pertumbuhan karena organ yang berperan dalam sistem
sirkulasi terganggu, sehingga darah yang dipompa berkurang dan terjadi percampuran antara darah yang kaya akan oksigen dan yang kurang oksigen.
Sehingga mempengaruhi kerja metabolisme tubuh Rahmawati, 2011. Hasil penelitian pada Tabel 5.1 didapat bahwa jenis penyakit jantung
bawaan yang terbanyak dialami anak rawat inap dan rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan periode Juni sampai November 2014 adalah asianotik 47
orang 65,3, diikuti dengan penyakit jantung bawaan sianotik 25 orang 34,7. Tidak sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati 2011 di RS Dr Kariadi
Semarang yaitu jumlah penderita penyakit jantung bawaan sianotik lebih banyak 55,6 bila di bandingkan dengan penderita penyakit jantung bawaan asianotik
44,4. Dalam penelitian Hariyanto 2011 di sebutkan frekuensi relatif penyakit jantung bawaan menunjukkan 5 PJB terbanyak ditempati oleh DSV, DSA, DAP,
TF, TAB, berturut-turut 35, 35, 33, 15, dan 8. Didapat dalam penelitian ini bahwa suku dari anak yang mengalami
penyakit jantung bwaan terbesar ialah suku Batak dengan 32 orang 44,4. Berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Hariyanto di RSUP Dr. M. Djamil
Padang Januari 2008 sampai Febuari 2011, di peroleh suku Padang 44 anak yang menderita penyakit jantung bawaan. Menurut Hassan dan Alatas 1991
dalam buku Ilmu Kesehatan anak, sangat berpengaruhnya kebudayaan terhadap penyakit anak seperti sosial, kebiasaan dalam pemikiran terhadap makanan,
besarnya jumlah anggota keluarga, norma kebersihan dan sanitasi, serta sikap terhadap dukun dan dokter.
Didapat juga pekerjaan ayah yang mayoritas wiraswasta sebesar 56,9, dan pekerjaan ibu yang terbanyak dari anak dengan penyakit jantung bawaan
adalah ibu rumah tangga 63,9. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Aripriandari 2011 di RSUP Dr. Kariadi dan Puskesmas Pandanaran
Semarang bahwa 30 orang 60 ayah bekerja baik itu sebagai pegawai swasta,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan 19 orang 38 mempunyai pekerjaan lain-lain seperti buruh, petani, nelayandan lain-lain. Sementara sebagian besar ibu tidak bekerja ibu rumah
tangga, yaitu sebanyak 34 orang 68 di RSUP DR. Kariadi dan 38 orang 76 di Puskesmas Pandanaran.
Selain itu, juga didapat tingkat pendidikan terakhir ayah dalam penelitian ini terbanyak adalah SMA 30 orang 41,7, dan pendidikan terakhir ibu yang
terbanyak juga SMA 30 orang 41,7. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aripriandari 2011 di Semarang bahwa tingkat pendidikan Ayah
di RSUP Dr. Kariadi dan Puskesmas Pandanaran yang terbanyak SMA yaitu 15 orang 30 dan 23 orang 46. Sementara pendidikan ibu di masing-masing
tempat terbanyak yaitu SD 20 orang 40 dan 19 orang 38.