30
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PNEUMONIA DI INTENSIVE CARE UNIT ICU
Severe community-acquired pneumonia SCAP
merupakan pneumonia akut berat yang sering masuk dan membutuhkan perawatan
intensif di ICU. Pneumonia komuniti merupakan suatu penyakit infeksi pernapasan akut yang didapati di luar rumah sakit yang manifestasinya
berupa karakteristik gejala batuk, adanya dahak, sesak, nyeri dada pleuritik dan didapati atau tidak perubahan status mental dengan adanya
gambaran infiltrat baru secara radiologi, juga adanya demam 38,5
o
C atau hipotermi 36
o
C, dengan adanya peningkatan atau penurunan jumlah sel darah putih. Sedangkan SCAP adalah pneumonia yang
membutuhkan perawatan ICU terutama ventilasi mekanik yang disebabkan satu atau beberapa alasan seperti, gagal napas hipoksemia
PaO2 60 mmHg terhadap pasien dengan pemberian maksimal oksigen, gagal napas hiperkapnia pH 7,25 dengan PaCO2 50 mmHg
atau dijumpainya ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan sehingga menyebabkan status mental terdepresi. Beberapa kriteria klinik
terhadap penderita pneumonia yang dapat diidentifikasi sebagai faktor prognosis buruk seperti, membutuhkan ventilator mekanik, syok,
penurunan kesadaran, keterlibatan multilobus, usia 65 tahun, frekuensi pernapasan 30menit, gagal ginjal akut, bakterimia dan adanya penyakit
Universitas Sumatera Utara
31 penyerta. Panduan terbaru dari konsensus
Infectious Dissease Society of America
IDSA American Thoracic Society
ATS telah menyertakan beberapa kriteria yang menyatakan kriteria beratnya SCAP seperti,
membutuhkan perawatan ventilator mekanik, syok septik, frekuensi pernapasan 30menit, infiltrat multilobar, trombositopenia, leukopenia,
hipotermi dan hipotensi.
1,3,5,12,13,14
Severe CAP diperkirakan 10-20 kasus dari CAP yang masuk ke ICU. Definisi yang sederhana dari SCAP adalah suatu CAP yang
membutuhkan perawatan ICU. American Thoracic Society ATS mempublikasikan kriteria dari SCAP yaitu seperti berikut:
Tabel 1. Kriteria ATS untuk Severe Community-acquired Pneumonia
SCAP
13
Frekuensi pernapasan 30 kali per menit saat masuk Rasio PaO2FiO2 250 mmHg
Membutuhkan ventilasi mekanik Gambaran radiografi dada melibatkan lobus bilateral atau multipel lobus,
konsolidasi meningkat 50 dalam 48 jam setelah masuk Tekanan darah sistolik 90 mmHg, atau tekanan darah diastolik 60
mmHg, vasopressor 4 jam Produksi urin 20 ml jam, atau total produksi urin 80 ml selama 4 jam,
atau gagal ginjal akut yang membutuhkan dialisis
Universitas Sumatera Utara
32 Pasien-pasien
critical ill di ICU dapat berupa pneumonia komuniti
dan pneumonia nosokomial. Pneumonia nosokomial adalah infeksi nosokomial yang paling banyak dijumpai di dalam perawatan ICU, yang
dapat diklassifikasikan sebagai berikut : - Pneumonia yang didapati di rumah sakit setelah 48-72 jam masuk
rumah sakit. - Pneumonia yang didapati di ICU yang terjadi pada pasien-pasien
yang tidak mendapati penanganan dengan ventilator mekanik atau terhadap pasien yang berhasil bernapas spontan selama 48 jam setelah
ekstubasi. -
Early Ventilator Assosiated Pneumonia VAP yang didapati
terhadap pasie-pasien yang mendapatkan penanganan ventilator mekanik selama 2-5 hari.
- Late
VAP yang terjadi terhadap pasien-pasien mendapatkan tindakan ventilator mekanik 5 hari.
Kekerapan infeksi nosokomial saluran napas bawah menempati urutan kedua setelah infeksi saluran kemih, yaitu sebanyak 13-18.
Pneumonia di perawatan ICU lebih sering dibanding ruangan umum, yaitu berkisar 42 dan sebagian besar 47 terjadi pada penderita dengan
ventilator mekanik. Kasus pneumonia secara klinik didefinisikan sebagai adanya suatu infeksi akut didapati paling tidak satu dari hal berikut :
adanya demam atau menggigil, temperatur 38,2
o
C atau 35,5
o
C, hitung jenis darah putih 11 x 10
9
L atau 3 x 10
9
L atau adanya differensial
Universitas Sumatera Utara
33 yang abnormal dan adanya tanda atau gejala paling tidak satu dari hal :
suara pernapasan abnormal, takhipnu, batuk, produksi sputum, batuk darah, nyeri dada atau dispnu, radiologi adanya infiltrat baru.
Pneumonia aspirasi merupakan suatu keadaan penyakit paru yang disebabkan masuknya cairan abnormal, substansi dan bahan sekresi
endogen baik dari saluran pernapasan atas atau lambung ke saluran napas bawah. Untuk dapat berkembangnya suatu pneumonia aspirasi
bergantung kepada status kekebalan mekanisme pertahanan tubuh yang melindungi saluran pernapasan bawah, seperti mekanisme menutupnya
glottis, refleks batuk serta mekanisme pembersihan jalan napas itu sendiri. Faktor resiko terhadap terjadinya pneumonia aspirasi beberapa
diantaranya seperti keadaan pembiusan, penurunan kesadaran status mental dan juga terhadap pemakaian selang makanan, ventilator dan lain
sebagainya.
15
Beratnya penyakit ditentukan berdasarkan sistem skoring APACHE III yaitu skor berkisar 0 – 299, dengan tingginya skor mengindikasikan
lebih beratnya penyakit dan meningkatkan resiko kematian pada saat masuk ICU. Validasi skor yang menyatakan beratnya penyakit seperti,
usia pasien, kondisi komorbid penyakit dan parameter-parameter fisiologik seperti, tanda-tanda vital, nilai-nilai kimiawi serologi, nilai gas darah
arterial dan Glasgow Coma Score
. Sistem skoring APACHE III menggabungkan dan menilai beberapa variabel, yaitu beberapa
diantaranya seperti :
Universitas Sumatera Utara
34 a.
variasi variabel fisilologik seperti mean arterial pressure
, temperatur, tekanan parsial arteri oksigen, alveolar arterial
O
2
difference, frekuensi nadi dan pernapasan b.
nilai laboratorium beberapa seperti hemoglobin, kreatinin, hitung sel darah putih
c. usia d.
variabel penyakit kronik e.
status neurologik Glasgow Coma Scale
GCS
3,5,17,18,19
2.2 SISTEM SKORING APACHE III SEBAGAI SISTEM SKORING