SISTEM SKORING APACHE III SEBAGAI SISTEM SKORING SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM SKORING ACUTE

34 a. variasi variabel fisilologik seperti mean arterial pressure , temperatur, tekanan parsial arteri oksigen, alveolar arterial O 2 difference, frekuensi nadi dan pernapasan b. nilai laboratorium beberapa seperti hemoglobin, kreatinin, hitung sel darah putih c. usia d. variabel penyakit kronik e. status neurologik Glasgow Coma Scale GCS 3,5,17,18,19

2.2 SISTEM SKORING APACHE III SEBAGAI SISTEM SKORING

BERAT PENYAKIT Berkisar tahun 1980 beberapa intensivis memutuskan untuk membuat skoring beratnya penyakit terhadap pasien-pasien yang dirawat di intensive care unit ICU dengan maksud membandingkan populasi dan mengevaluasi hasil akhirnya outcome prognosis . Hasil akhir outcome prognosis dari suatu perawatan intensif bergantung dari berbagai faktor keadaan yang ada yang didapati pada hari pertama masuk ICU dan juga bergantung terhadap penyebab sakitnya sehingga dirawat di ICU. Sistem skoring beratnya penyakit umumnya terdiri dari 2 dua bagian, sistem skoring itu sendiri dan model probabilitasnya. Skoring itu sendiri adalah angka-angka atau sejumlah angka nilai dimana jika semakin tinggi angka nilai yang didapati, semakin buruk kemungkinan beratnya penyakit. Universitas Sumatera Utara 35 Model probabilitas adalah suatu persamaan analisa yang menghasilkan kemungkinan prediksi kematian pasien. 6,7,9 Model sistem skoring beratnya penyakit telah banyak dipublikasikan, namun hanya beberapa yang sering dipergunakan. Kebanyakan skor-skor tersebut dikalkulasi dari pengumpulan data di hari pertama masuk rawatan ICU, beberapa diantaranya salah satunya sistem skoring Acute Physiologi and Chronic Health Evaluation APACHE. Sistem skoring prognosis ini telah berkembang untuk mengestimasi kemungkinan kematian terhadap pasien-pasien dewasa yang masuk ICU. Sistem ini menggunakan variabel-variabel prediktor seperti diagnosis, usia, status riwayat penyakit kronik dan keadaan fisiologik, yang mana kesemuanya mempunyai dampak terhadap prognosis. 7,9,20,21,22

2.3 SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM SKORING ACUTE

PHYSIOLOGI AND CHRONIC HEALTH EVALUATION APACHE Pertama berkembang pada tahun 1981 di George Washington University Medical Centre , sistem skoring Acute Physiology Chronic Health Evaluation APACHE telah didemonstrasikan untuk membuktikan keakuratan dan pengukuran yang memungkinkan terhadap beratnya penyakit pada pasien-pasien criticall ill . Sistem skoring APACHE yang pertama APACHE I mengandung 34 variabel, nilai variabel terburuk dicatat dan dinilai dalam 32 jam pertama masuk ICU dan hasil akhir didapati sebagai skor fisiologik akut. Universitas Sumatera Utara 36 Pada tahun 1985, Knaus dkk memperkenalkan versi sistem skor APACHE yang lebih disederhanakan yaitu APACHE II. Model ini mencatat nilai variabel terburuk dalam 24 jam pertama masuk ICU terhadap 12 variabel fisiologik, usia, status pembedahan pembedahan emergensi elektif, bukan pembedahan, status riwayat penyakit sebelumnya yang menerangkan penyebab masuknya ke ICU, yang dianalisa secara model regresi multipel logistik yang ditransformasikan skornya untuk memprediksi kemungkinan kematian. Sistem skoring ini berkembang dengan cepat digunakan luas di seluruh dunia, telah banyak digunakan dalam bidang administrasi, perencanaan, quality assurance , membandingkan diantara ICU bahkan membandingkan terhadap grup- grup uji klinik. Versi yang ketiga, APACHE III, telah mengevaluasi secara prospektif terhadap 17440 pasien yang masuk di 40 ICU rumah sakit di Amerika Serikat pada tahun 1988 – 1989. Sistem variabel yang termasuk dalam skoring APACHE III yaitu berdasarkan pencatatan nilai variabel terburuk dalam 24 jam pertama pasien masuk ICU, skor berkisar 0 - 299 terhadap 17 variabel fisiologik, Glasgow Coma Score GCS, untuk nilai skor usia dan tujuh kondisi komorbid penyakit kronik. Skor APACHE III adalah skor untuk menilai beratnya penyakit critical ill di ICU yang dikalkulasikan terhadap variabel-variabel usia pasien, adanya kondisi komorbid penyakit, investigasi laboratorium dan fisiologik yang terburuk dalam 24 jam pertama masuk ICU. Dalam sistem skoring APACHE III usia pasien dan Universitas Sumatera Utara 37 riwayat penyakit kronik mencapai nilai 47. Dalam 24 jam pertama masuk rawatan, 17 variabel fisiologik dicatat dan dapat mencapai nilai sampai 252. Nilai skor total dikombinasikan dengan asal perawatan sebelumnya serta diagnosis ICU secara prinsipal, hasilnya diolah ke dalam persamaan suatu logistik regresi. 7,9,20,22 Tabel 2. Sistem skoring APACHE III. Skor fisiologik akut untuk nilai tanda tanda vital dan abnormalitas laboratorium. 23 Nadi 8 ≤39 5 40- 49 50- 99 1 100- 109 5 110- 119 7 120- 139 13 140- 154 17 ≥ 155 Rata2 Tek Darah 23 ≤39 15 40- 59 7 60- 69 6 70- 79 80- 99 4 100- 119 7 120- 129 9 130- 139 10 ≥ 140 Temp o C 20 ≤ 32,9 16 33- 33,4 13 33,5- 33,9 8 34- 34,9 2 35- 35,9 36- 36,9 4 ≥40 Frek Napas 17 ≤5 8 6-11 7 12- 13 14- 24 6 25- 34 9 35- 39 11 40- 49 18 ≥50 PaO2 15 ≤49 5 50- 69 2 70- 79 ≥80 AaDO2 0 100 7 100- 249 9 250- 349 11 150- 499 14 ≥500 Hemato Krit 3 ≤ 40,9 41- 49 3 ≥50 Htg Jenis Leukosit 19 1,0 5 1,0- 2,9 3,0- 19,9 1 20- 24,9 5 ≥25 Serum Kreatinin tanpa ARF 3 ≤0,4 0,5- 1,4 4 1,5- 1,54 7 ≥ 1,95 Serum Kreatinin dgn ARF 0-1,4 10 ≥1,5 Prod Urin cchari 15 ≤ 399 8 400- 599 7 500- 899 5 900- 1499 4 1500 - 1999 2000 - 3999 1 ≥400 Universitas Sumatera Utara 38 Serum BUN mgdl ≤ 16,9 2 17- 19 7 20- 39 11 40- 79 12 80 Serum Na mEql 3 ≤ 119 2 120- 134 135- 154 4 ≥ 155 Serum Albumin gdl 11 ≤1,9 6 2,0- 2,4 2,5- 4,4 4 ≥ 155 Serum Bilirubin mgdl ≤1,9 5 2,0- 2,9 6 3,0- 4,9 8 5,0- 7,9 16 ≥8,0 Serum Glukosa mgdl 8 ≤39 9 40- 59 60- 199 3 200- 349 5 ≥ 350 Tabel 3. Sistem skoring APACHE III. Skor fisiologik akut untuk nilai abnormalitas neurologik. 23 Mata buka spontan oleh rangsang verbal rasa nyeri Verbal Motor Orientasi,berbicara Bingung Kata suara tak jelas Tidak ada respon Menurut perintah 0 3 10 15 Melokalisir nyeri 3 8 13 15 Reaksi fleksireaksi dekortikasi 3 13 24 24 Reaksi deserebrasitak ada respon 3 13 29 29 Universitas Sumatera Utara 39 Mata tidak membuka spontan oleh rangsang verbal rasa nyeri Verbal Motor Orientasi,berbicara Bingung Kata suara tak jelas Tidak ada respon Menurut perintah 16 Melokalisir nyeri 16 Reaksi fleksireaksi dekortikasi 24 33 Reaksi deserebrasitak ada respon 29 48 Tabel 4. Sistem scoring APACHE III. Skor fisiologik akut untuk nilai gangguan keseimbangan asam basa. 23 pCO 2 pH 25 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60 7,15 7,15- 7,19 12 4 7,20- 7,24 7,25- 7,29 6 3 2 7,30- 7,34 9 7,35- 7,39 7,40- 7,44 1 7,45- 7,49 5 0 2 12 7,50- 7,54 7,55- 7,59 3 7,60- 7,64 7,64 3 12 Universitas Sumatera Utara 40 Tabel 5. Sistem skoring APACHE III untuk nilai skor usia dan skor komorbid penyakit kronik . 23 Usia ≤44 5 45-59 11 60-64 13 65-69 16 70-74 17 75-84 24 ≥85 Komorbid Penyakit Kronik SkorNilai AIDS 23 Gagal Hati 16 Limpoma 13 Kanker Metastasis 11 LeukemiaMultipel myeloma 10 Immun Kompromais 10 Sirosis 4 Kemampuan secara objektif mengestimasi kemungkinan resiko kematian atau kemungkinan lainnya yang penting dalam mengevaluasi prediksi prognosis merupakan suatu hal yang berkembang dalam penelitian klinis. Berdasarkan metode validasi yang dipergunakan, akurasi dari model prognosis diakses dengan mengukur seberapa baik model menentukan pasien-pasien yang hidup dan mati dan seberapa besar hubungan prediksi dan kematian pasien yang diobservasi. Kesanggupan suatu sistem skoring prognosis memprediksi secara akurat kemungkinan kematian terhadap pasien-pasien yang masuk ke ICU adalah berdasarkan kondisi-kondisi berikut ; ketersediaannya data, pengumpulan data yang akurat dan reproduksibel, analisa prediktif dapat mengatur sekumpulan kasus yang terdefinisi sebagai usia, komorbiditas, diagnosis, beratnya penyakit serta kontrol terhadap penentuan keberhasilan, seperti pemilihan pasien yang ada, analisa prediktif adalah akurat berdasarkan diskriminasi dan kesanggupan menghitung Universitas Sumatera Utara 41 perbedaan yang didapat dalam peyebab rata-rata kematian diantara beberapa subgrup populasi. 24

2.4 PREDIKSI SISTEM SKORING APACHE III DI ICU

Dokumen yang terkait

ICU Delirium Pada Pasien Yang Dirawat di Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

5 50 80

Hubungan Parameter Kraniofasial Dan Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Pada Penderita Dewasa

0 55 110

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Pasien Di Intensive Care Unit ( Icu ) Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 4 15

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASIEN Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Pasien Di Intensive Care Unit ( Icu ) Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 16

PENDAHULUAN Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Pasien Di Intensive Care Unit ( Icu ) Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 7

ASUHAN KEPERAWATAN CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Disease Di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga.

0 4 12

Und. Pembuktian Kualifikasi Pembangunan Baru Ruang Intensive Care Unit (ICU)

0 0 1

Skoring Prognosis Tetanus Generalisata pada Pasien Dewasa

0 0 5

MOBILISASI PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

1 6 6

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES PADA KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Sosial dengan Stres pada Keluarga Pasien yang Dirawat di Ruang Intensive Care Un

2 12 14