Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika yang Dilakukan Anak

B. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika yang Dilakukan Anak

Penyalahgunaan narkotika kerap terjadi karena berbagai faktor yang melatarbelakangainya yang kemudian terjalin menjadi satu, diantaranya: 70 a. Faktor Individu Perkembangan jiwa manusia yang terdiri dari tiga aspek kognisi-pikiran; afeksi-emosi; dan konasi-kehendak sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya, yang pastinya berbeda dari individu lainnya. Dalam kaitannya dengan penyalahgunaan narkotika faktor-faktor yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus, sedang yang lain tidak terjerumus, yakni: 71 1. Adanya ganguan kepribadian; 2. Faktor usia; 3. Pandangan dan keyakinann yang keliru; 4. Religiusitas yang rendah. b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap jatuhnya seseorang ke dalam penyalahgunaan narkotika, terutama faktor keluarga, dimana keluarga merupakan wadah pembentukan karakter dan kepribadian, pertumbuhan dan perkembangan hidup seseorang tidak terlepas dari apa yang disediakan dan diberikan keluarganya. Faktor lingkungan sekitar juga merupakan sarana pembentuk kepribadian seseorang, misalnya seseorang yang tumbuh di 70 Dwy Yanny L., Narkoba Pencegahan dan Penanggulangannya, Jakarta :PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2001, hal.35. 71 Ibid.,hal.36. Universitas Sumatera Utara lingkungan yang kurang baik akan tumbuh sebagai anak yang kurang baik pula, walaupun tidak menutup kemungkinan akan ada seseorang yang akan tumbuh menjadi baik di lingkungan yang kurang baik, ataupun seseorang tumbuh dengan tidak baik di lingkungan yang baik.Teman kelompok ataupun teman sepergaulan mempunyai pengaruh besar yang dapat menjadi pendorong ataupun pencetus seseorang menjadi penyalahguna narkotika. Pengaruh teman ini sangat besar karena menciptakan keterikatan dan kebersamaan. c. Faktor karena Terjadinya Tindak Pidana kejahatan lainnya di Bidang Narkotika Kejahatan penyalahgunaan narkotika dapat juga terjadi karena dipicudidorong oleh terjadinya kejahatan di bidang narkotika yang lainnya, misalnya menyangkut produksi narkotika, jual beli, dan menyangkut penguasaan narkotika. Tindak pidana tersebut akhirnya membuka kesempatan bagi peredaran narkotika secara ilegal yang akhirnya menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkotika. Faktor-faktor di atas merupakan faktor yang mendasari seseorang menyalahgunakan narkotika secara umum, namun faktor-faktor di atas juga dapat dikaitkan dengan anak sebagai pelaku penylahgunaan narkotika. Namun bila diidentifikasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab penyalahgunaan narkotika atau obat-obatan yang dilakukan oleh anak, terdapat beberapa teori yang dapat memberikan penjelasan tentang latar belakang mengapa anak berperilaku menyimpang, salah satunya dari persfektif kriminologi. Teori ini secara umum Universitas Sumatera Utara dapat dibagi menjadi dua yaitu, mempergunakan pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis. 72 a. Pendekatan psikologis Pendekatan Psikologis mengkaji hanya sebatas keadaan psokologis anak pada saat melakukan tindak pidana dan setelah menjalani pidana. Sehingga lebih banyak berkaitan dengan batas umur minimum dan maksimum seorang anak dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan agar perkembangan dan pertumbuhan fisik dan jiwanya tidak terganggu. Aspek psikologis juga mempengaruhi penyalahgunaan narkoba pada anak, hal ini disebabkan karena pada umumnya anak mengalami ketidakstabilan emosional dan adanya perubahan kepribadian, dan ini merupakan faktor yang kondusif baggi tindak penyalahgunaan narkoba. Aspek intrapersonal yang diidentifikasi berperan penting dalam penyalahgunaan narkoba pada anak adalah rendahnya harga diri, mereka memilih menggunakan narkoba sebagai saranana untuk mengembalikan kestabilan emosinya, sehingga menimbulkan rasa aman pada diri mereka. Mencari tahu tentang faktor yang melatar belakangi anak melakukan kejahatan tidak terlepas dari dasar sebab-sebab terjadinya kejahatan dalam pandangan kriminologi. Secara umum, ada 2 dua faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu: 73 1. Faktor intern, adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu seperti umur, sex, kedudukan individu, pendidikan individu, masalah rekreasiliburan individu, agama individu; 2. Faktor ekstern, adalah faktor-faktor yang berada di luar iindividu. Faktor ekstern ini berpokok pangkal pada lingkungan individu seperti waktu 72 Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif …Op.Cit.,hal.101. 73 H.Hani Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi, Jakarta: Aksara Baru, 1980, hal.35. Universitas Sumatera Utara kejahatan, tempat kejahatan, keadaan keluarga dalam hubungannya dengan kejahatan. b. Pendekatan Sosiologis Pada teori-teori yang mempergunakan pendekatan sosiologis maka JE. Sahetapy menyebutkan bahwa secara umum teori-teori sosiologis dapat dibagi berdasarkan pendekatan pada : 74 a. Aspek konflik kebudayaan yang terdapat dalam sistem sosial bersangkutan terdapat konflik antara kebudayaan-kebudayaan dari berbagai kelompok masyarakat yang bersangkutan, yang menyebabkan dalam masyarakat tadi tidak terdapat pedoman yang jelas mengenai benar dan salah; b. Aspek disorganisasi sosial yang terdapat dalam daerah-daerah tertentu, di mana terdapat konflik kebudayaan tadi karena heterogenitas penduduk, maka sebagian penduduk tidak dapat turut berpatisipasi dalam aktifitas- aktifitas masyarakat setempat dan karena itu pula tidak dapat mengontrol anak-anaknya. Kedua-duanya juga disebut dengan teori kontrol, karena mencoba menerangkan gejala delikuensi anak berdasarkan ketiadaan kontrol pengendalian efektif dari orangtua dan masyarakat: a. Aspek ketiadaan norma anomi dalam sistem sosial dari masyarakat bersangkutan disebabkan karena adanya jurang perbedaan yanglebar antara aspirasi dalam bidang ekonomi yang telah melembaga dalam masyarakat dengan kesempatan-kesempatan yang diberikan sistem sosial bersangkutan kepada warga-warga masyarakatnya untuk mencapai aspirasi tersebut. b. Aspek subbudaya sub culture yang terdapat dalam kebudayaan induk domain culture masyarakat yang bersangkutan dan subbudaya mana mempunyai nilai dan norma yang berbeda atau kadang-kadang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan induk. Adapun teori-teori tersebut diantaranya yaitu : a. Teori kontrol sosial Atau sering disebut dengan teori kontrol, berangkat dari asumsi dasar, bahwa individu dalam masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinannya untuk menjadi “baik” atau “jahat”. Baik jahatnya 74 Ibid.,hal.104. Universitas Sumatera Utara seseorang tergantung kepada masyarakatnya. Teori kontrol menggambarkan bahwa individu-individunya bebas melanggar hukum, karena mereka secara sosial tidak mampu menyesuaikan dirinya dalam masyarakat yang mematuhi norma-norma yang berlaku. Teori kontrol memandang bahwa penyebab kenakalan terletak pada kekuatan hubungan antara seorang anak dengan individu-individu kenfensional dan kelompok-kelompok. Oleh karena itu, penganut paham ini berpendapat bahwa ikatan sosial social bond seseorng dengan masyarakatnya dipandang sebagai faktor pencegah timbulnya penyimpangan. b. Teori Subbkultur Delikuen Di teori ini, memfokuskan perhatiannya kepada satu pemahaman bahwa perilaku delikuen di kalangan usia muda, kelas bawah merupakan cerminan ketidakpuasan terhadap norma-norma dan nilai-nilai kelompok kelas menengah yang mendominasi kultur masyarakat. Karena kondisi sosial yang ada dipandang sebagai kendala upaya mereka untuk mencapai kehidupan sesuai trend yang ada sehingga mendorong kelompok kelompok usia muda kelas bawah mengalami konflik budaya, yang disebut “status frustation” . Akibatnya meningkat keterlibatan anak-anak kelas bawah itu pada kegiatan geng-geng dan berperilaku menyimpang yang sifatnya “nonutilitarian, nonmaliciaous dan nonnegativistics”. Reaksi penolakan terhadap anak-anak kelas bawah, cenderung membawa anak-anak kelas bawah tidak punya pengakuan Universitas Sumatera Utara akan posisi kemasyarakatannya. Hal ini yang kemudian mendorong mereka kepada perilaku corner boy atau deliquent boy. Sementara itu latar belakang kondisi biologis yang berbeda-beda juga menyebabkan kemungkinan anak menjadi penyalahguna narkoba tidak sama. Sejumlah hal-hal yang terkait dengan faktor ini yaitu aspek organobiologis dan aspek psikologis. 75 Selanjutnya Cohen membuat klasifikasi dari sub-sub budaya delikuen menjadi : Kepekaan remaja terhadap narkoba secara psikologis yang berbeda-beda diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor konstitusional dan genetik. Siregar 1995 menyatakan bahwa pendekatan biologis makin berkembang sejak ditemukannya reseptor opiat dalam tubuh manusia terutama di otak dan opiat endogen endorfin,enkafalin, lalu disusul penemuan reseptor benzo diazepin. Secara biologis mekanisme respons terhadap narkoba, selain dipengaruhi oleh faktor genetik, juga ditentukan oleh mekanisme kerja zat reseptor, yaitu organ tubuh yang menangkap zat tersebut agar mempunyai khasiat. 1. Sub-kultur orang tua- subkultur negativistic yang diidentifikasikan ada pada diri anak-anak nakal; 2. Sub-kultur berorientasi konflik-kultur suatu geng besar yang terlibat dalam kekerasan kolektif; 3. Sub kultur pecandu obat-obatan-kelompok anak-anak muda yang kehidupannya berputar pada pembelian, penjualan, dan penggunaan narkotika; dan 75 Tina, Op.Cit., hal.18. Universitas Sumatera Utara 4. Sub-kultur kelas menengah-kelompok anak-anak nakal yang timbul karena tekanan-tekanan kehidupan dalam lingkungan kelompok kelas menengah. c. Teori Anomi Diajukan oleh Rober K.Merton, di mana melihat keterkaitan anara tahap- tahap tertentu dari struktur sosial dengan perilaku delikuen, ia melihat bahwa tahapan tertentu dari struktur sosial akan menumbuhkan suatu kondisi di mana pelanggaran terhadap norma-norma kemasyarakatan merupakan wujud reaksi “normal” jadi seolah-olah terjadi keadaan tanpa normaanomi. Secara garis besar ada tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan narkoba pada anak, yakni faktor narkobanya sendiri, faktor individual dan faktor lingkungan. a. Faktor narkobanya sendiri menjadi faktor penting terjadinya penyalahgunaan narkoba karena pemakaiannya menimbulkan efek atau sensasi tertentu sehingga pengguna terdorong untuk mencari dan menikmati sensasi-sensasi itu. 76 Seperti penjelasan sebelumnya, dengan munculnya narkoba itu sendiri, munculnya tindak pidana dibidang narkotika itu, membuka kesempatan menyalahgunakan narkotika, khususnya anak yang masih dalam tahap ingin tahu dan coba-coba yang besar, sehingga berdampak kepada pemakaian yang berkelanjutan. 76 Tina Afiatin. Op.Cit,, hal.16. Universitas Sumatera Utara b. Faktor individual juga merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak. Faktor- faktor individual tersebut diantaranya : 77 1. Pribadi yang tertutup. 2. Kepribadian yang rapuh. 3. Pergolakan jiwa remaja. 4. Sifat egoime yang lebih tinggi. 5. Ketidaksadaran akan bahaya. Faktor individu lainnya : 78 1. Mempunyai harapan yang besar bahwa apa yang di konsumsinya itu bisa memberikan kenikmatan yang tiada tara. 2. Sebagai cara menunjukan bahwa sipemakai itu sudah dewasa. 3. Hanya sekedar coba-cooba. 4. Mempunyai keyakinan bahwa apa yang di konsumsinya itu bisa menghilangkan semua permasalahn yang sedang dihadapi. 5. Kurang perhatian dari orang tua. 6. Sebagai cara untuk menghilangkan rasa sakit yang sedang dihadapi. 7. Merasakan tekanan dari kelompoknya, yang memang semua anggotanya adalah para pemakai. 8. Karena putus dengan pacar, keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang tidak memenuhi keinginannya. c. Faktor lingkungan merupakan faktor pendukung yang paling kuat terjadi tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak, diantaranya : 1. Ketidakharmonisan keluarga. 2. Tekanan kelompok. 3. Pergaulan. Faktor lingkungan lainnya adalah : 77 Susi Adisti, Belenggu Hitam Pergaulan, Jakarta : Restu Agung, 2002,hal.38. 78 Ibid., hal.42. Universitas Sumatera Utara 1. Berteman dengan para pemakai dan pengedar narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. 2. Tempat tinggal yang berada pada lingkungan pengguna dan pengedar. 3. Lingkungan sekolah yang rawan pada peredaran dan pemakaian segala jenis narkoba dan zat adiktif lainnya. Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat menjadi faktor pendukung seorang anak melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika, antara lain : 79 1. Adanya anggapan bahwa coba-coba iseng-iseng penggunaan sekali tidak akan menimbulkan ketagihan. 2. Mudah mengikuti gaya hidup atau tern yang up to date. 3. Besarnya rasa ingin tahu tanpa menyadari akibat yang dada dibelakangnya. 4. Rasa penasaran yang mengarah pada keinginan untuk mencoba. 5. Tidak mempunyai rasa percaya diri di dalam menghadapi penderitaan dan cobaan dalam hidup. 6. Makin mudahnya mendapatkan narkoba harga terjangkau dengan banyaknya pengedar disetiap sudut kota. 7. Rasa ingin bersenang-senang. 8. Agar diterima oleh masyarakat. 9. Ketidakmampuan mengatakan tidakmenolak narkoba secara tegas saat teman atau siapa saja yang ada di sampingnya menawarkan narkoba. 10. Kurangnya iman dan kekuatan mental. Dr. Graham Blaine menambahkan faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkotika di kalangan anak dapat terjadi karena : 80 1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya misalnya perkelahian. 2. Sebagai tindakan untuk memprotes suatu kekuasaankewenangan, misalnya terhadap orangtua atau generasi terdahulu termasuk pada norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Sebagai rasa setia kawan. 79 Ibid., hal.43. 80 Ibid., Universitas Sumatera Utara Menurut penelitian beberapa psikiater : 81 1. Sebagai tindakan untuk menunjukan protes dan melawan otoritas terhadap orangtua, guru, norma-norma dan sebagainya yang dianggap tidak cocok dengan cara hidup yang didambakannya. 2. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya. 3. Untuk mempermudah penyalur perbuatan sex. 4. Untuk menghilangkan rasa kesepian. 5. Untuk mencari arti hidup. 6. Untuk mengisi kekosongan dan perasaan bosan. 7. Untuk solidaritas. 8. Untuk menghilangkan rasa kecewa, gelisah dan beragam kesulitan yang sulit diatasi. 9. Sekedar didorong rasa ingin mengetahui saja. Faktor-faktor di atas cukup menjelasakan mengapa banyak anak yang akhirnya terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkotika. Namun para pemakai biasanya kurang mengetahui apa yang menjadi dampak serta gejala dari pemakaianpenyalahgunaan akan narkotika secara berlebihan. Bahaya yang terjadi kepada para penyalahguna narkotika yang bersifat pribadi adalah dapat menimbulkan pengaruh dan efek-efek terhadap tubuh si pemakai, gejala yang mungkin timbul adalah sebagai berikut : 82 1. Weakness yaitu kelemahan yang dialami fisik. 2. Dellirium yaitu suatu keadaan dimana pemakaian narkotika mengalami penurunan. 3. Euphoria yaitu suatu rangsangan kegembiraan yang bertolak belakang dengan kondisi badan si pemakai. 4. Drawsiness yaitu kesadaran merosot seperti orang mabuk, kacau ingatan, dan sering mengantuk. 5. Halusinasi yaitu suatu keadaan dimana si pemakai sering kali berkhayal atau timbulnya hayalan-hayalan. 6. Coma yaitu keadaan si pemakai pada puncak kemerosotan yang akhirnya dapat membawa pada kematian. 81 Ibid.,hal.39. 82 Ibid., hal.43. Universitas Sumatera Utara C. Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Yang Dilakukan Anak Di bawah Umur Dari Perspektif Undang-Undang No.35 Tahun 2009 dan Undang-Undang N0.11 Tahun 2012

3. Ruang lingkup tindak pidana narkotika

Dalam sistem hukum, pidana hanya dapat dijatuhkan terhadap perbuatan – perbuatan yang telah diatur ancaman pidananya terlebih dahulu. Jadi konsekuensinya adalah haruslah terlebih dahulu ada pengaturan terhadap suatu perbuatann pidana serta sanksinya yang dituangkan di dalam suatu peraturan perundang-undang yang berlaku, jika tidak ada Undang–undang yang mengatur, maka pidana tidak dapat dijatuhkan. Pada bab I pasal 1 ayat 1 KUHP ada asas yang disebut “ Nullum Delicttum Nulla Poena Sine Praevia Lege Poenale”, yang pada intinya menyatakan bahwa tiada sutau perbuatan dapat dipidana kecuali sudah ada ketentuan Undang – undang yang mengatur sebelumnya. Penggunaan hukum pidana sebagai sarana penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak hakikatnya merupakan pilihan yang bersifat dilematis dan sangat terbatas. Dalam kaitannya dengan upaya untuk memberikan perlindungan terhadap anak dalam proses peradilan, agar kepentingan dan kesejahteraan anak tetap diperhatikan dan dapat diwujudkan, Sudarto mengatakan bahwa :83 “segala aktivitas yang dilakukan dalam rangka peradilan anak ini, apakah itu dilakukan oleh polisi, jaksa, ataukah pejabat-pejabat lainnya, harus didasarkan pada suatu prinsip, ialah demi kesejahteraan anak, demi kepentingan anak. Jadi apakah hakim akan menjatuhkan pidana ataukah tindakan harus didasarkan pada kriterium apa yang paling baik untuk kesejahteraan anak yang bersangkutan, tentunya tanpa mengurangi perhatian kepada kepentingan masyarakat.” 83 Kusno Adi, Kebijakan Kriminal dalam…Op.Cit.,hal.56-57. Dikutip dari buku Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1988, hal. 140. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penuntutan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika Diluar Golongan yang Diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

4 89 158

Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur Dan Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan No:770/Pid.Su

1 85 157

Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Mengenai Penyalahgunaan Metilon Salah Satu Senyawa Turunan Katinona sebagai Tindak Pidana Narkotika)

0 85 174

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/2011/PN.Mdn)

3 76 145

Peranan Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

33 230 74

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kurir Narkotika dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Perkara Nomor 139/Pid.B/2010/PN.Kbm )

3 111 106

Penerapan Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Terhadap Beberapa Putusan Hakim di Pengadilan Negeri Medan)

0 47 117

Tinjauan Hukum Terhadap Rehabilitasi Sebagai Sanksi Dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 13 114

Penuntutan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahguna Narkotika Diluar Golongan yang Diatur dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/201

0 0 38