Resistansi Listrik Pada Tanah

14

1. Bulk Density

Menurut Lumintang dan Imam 1982 dalam Deni 2007, tingkat kepadatan tanah dapat dinyatakan dalam beberapa cara yaitu: void ratio, porosity, bulk density dan specific gravity. Namun yang umum digunakan dalam perhitungan sejauh ini adalah bulk density yang juga merupakan istilah lain dari kerapatan tanah, yaitu perbandingan antara berat tanah kering terhadap volume. Dalam penentuan tingkat kepadatan tanah menggunakan metode bulk density dikenal pula istilah densitas tanah kering dry bulk density atau densitas tanah basah wet bulk density yang biasa digunakan dalam perhitungan. Densitas tanah kering diukur sesudah tanah dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 105 o C, sedangkan densitas tanah kering diukur sebelum dilakukan proses pengeringan. Penentuan wet bulk density dilakukan dengan mengukur berat isi tanah sebuah tabung silinder yang diketahui beratnya Wa gram dan isinya I cm 3 dimasukan kedalam tabung silinder sampai terisi penuh dengan tanah. Permukaan tabung silinder diratakan, diangkat kemudian ditimbang. Berat tanah dan tabung silinder adalah Wb gram. Besarnya nilai wet bulk density dan dry bulk density ditentukan dengan cara yang sama yaitu dengan membagi berat terhadap volume. Besarnya nilai wet bulk density dapat dihitung menggunakan Persamaan 4. I Wa Wb density Bulk Wet   ...................................................................................4 Bulk density dinyatakan dalam dalam basis kering. Sehingga contoh tanah dari lapang harus dimasukan dalam oven dan dikeringkan selama 24 jam pada suhu 105 o C dahulu. Berat kering ini kemudian dibagi dengan volume silider dan didapatkan dry bulk density.

2. Penetrometer Resistance

Penetrometer resistance merupakan salah satu cara untuk menentukan besarnya kepadatan tanah dengan unit kgfcm 2 . Hasil pengukuran dapat langsung terbaca pada alat tersebut dengan satuan pembacaan kg. Nilai Cone Index yang diperlukan untuk menentukan besarnya kepadatan tanah adalah hasil bagi antara hasil pembacaan skala pada alat dengan luasan cone cm 2 Lumintang dan Imam, 1982 dalam Deni, 2007. Menurut Hardiyatmo 1955, cara penggunaan penetrometer ialah dengan jalan menekan atau memukul stang bor yang mempunyai ujung khusus ke dalam tanah. Kemajuan masuk ke dalam tanah diukur besarnya gaya yang diartikan sebagai indikasi mengenai kekuatan tanah tersebut.

2.9 Resistansi Listrik Pada Tanah

Giancoli 1991 dalam Prasetyo 2008, menjelaskan bahwa berapa besarnya aliran listrik dalam sebuah kabel tidak hanya bergantung pada tegangan listriknya tetapi juga pada resistansinya. Semakin tinggi resistansi, semakin rendah tegangan listrik yang terjadi. Penelitian mengenai sifat resistansi listrik pada tanah telah dilakukan oleh Nugraha 2004, Ridwan 2005, dan Widianti 2005. Perlakuan dalam penelitian tersebut adalah jarak antar elektroda, kedalaman penusukan elektroda, bulk density, kadar air. Perbedaan pada kedua penelitian yaitu antara Nugraha 2004 dan Ridwan 2005 terdapat pada penusukan elektroda. Nugraha 2004 melakukan penusukan elektroda dari atas penampang tanah sedangkan Ridwan 2005 melakukan penusukan elektroda dari samping penampang tanah. Hasil penelitian Nugraha 2004 dan Ridwan 2005 masing-masing ditunjukkan 15 pada Gambar 8 dan Gambar 9, sedangkan hasil penelitian Widianti 2005 ditunjukkan seperti pada Gambar 10. Gambar 8. Grafik hubungan tegangan output dengan jarak antar elektroda dan kedalaman penusukan elektroda sumber: Nugraha, 2004. Gambar 9. Grafik hubungan tegangan output dengan jarak antar elektroda dan kedalaman penusukan elektroda sumber: Ridwan, 2005. Gambar 10. Grafik hubungan tegangan output dengan jarak penusukan sumber: Widianti, 2005. 16 Penelitian Nugraha 2004, Ridwan 2005, dan Widianti 2005 menyimpulkan bahwa semakin besar jarak elektroda maka nilai resistansi listriknya semakin besar dan nilai tegangan listriknya semakin kecil. Semakin tinggi tingkat kadar air yang diikuti dengan semakin rendahnya nilai bulk density suatu tanah nilai resitansi listriknya semakin kecil dan nilai tegangan listriknya semakin besar. Dari penelitian Nugraha 2004 diperoleh nilai resistansi rata-rata tertinggi terjadi pada bulk density 0.8 grcm 3 dengan kadar air 15, yaitu sebesar 605.3 kOhm. Nilai resistansi rata-rata terendah terjadi pada bulk density 0.8 grcm 3 dengan kadar air 40, yaitu sebesar 7.2 kOhm. Nilai resistansi rata-rata tertinggi terjadi pada jarak antar elektroda 16 cm dengan kedalam penusukan elektroda 12 cm, yaitu sebesar 214.7 kOhm. Nilai resistansi rata-rata terendah terjadi pada jarak antar elektroda 6 cm dengan kedalam penusukan elektroda 24 cm, yaitu sebesar 65 kOhm.

2.10 Penelitan Ultrasonik Terdahulu