Kebisingan Determining The Dense Soil Depth Using Acoustic Wave

6 dicirikan oleh pengangkutan tenaga melalui materi gerak oleh gerak gangguan di dalam materi tersebut tanpa suatu gerak menggumpal yang bersangkutan dari materi itu sendiri. Menurut Kane dan Sternheim 1988, biasanya bila sebuah gelombang melewati bidang batas boundary, yakni suatu titik dimana media itu berubah, maka sebagian gelombang itu akan direfleksikan dan sebagian lagi akan diserap atau ditransmisikan. Gelombang yang ditransmisikan pada suatu medium akan mengalami pengurangan amplitudo dan intensitas yang menunjukan adanya pengurangan energi gelombang tersebut. Pengurangan amplitudo dapat disebabkan karena adanya hambatan udara, perbedaan viskositas, atau gesekan internal friction. Jika hal tersebut terjadi maka gelombang tersebut dapat dikatakan diatenuasi Halliday dan Resnick, 1998. Analisis gelombang audio dilakukan dengan cara mentransmisikan gelombang pada suatu obyek dan mendeteksi gelombang pantulan dari obyek atau mendeteksi gelombang yang ditransmisikan oleh obyek tersebut. Pengukuran amplitudo gelombang audio pada alat peraga dilakukan dengan cara mengukur besarnya simpangan terjauh gelombang dari sumbu kesetimbangan. Nilai amplitudo pengukuran akan memiliki satuan besaran listrik, yaitu milivolt mV. Perubahan besaran fisik menjadi besaran listrik dilakukan oleh receiver yang berperan sebagai sensor penerima. Perubahan-perubahan pada amplitudo gelombang audio yang terukur pada alat peraga digunakan untuk menganalisis tipe obyek yang ada.

2.3 Kebisingan

Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan sala h satu penyebab “penyakit lingkungan” yang penting Slamet, 2006. Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas-aktifitas alam Schilling, 1981. Pengertian yang sama juga dikatakan oleh Daud dan Anwar 2002, yang mendefinisikan bising sebagai bunyi yang tidak dikehendaki unwanted sound dan terdiri dari campuran sejumlah gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Di bidang elektronik, fisiologi persarafan dan teori komunikasi bising bermakna sebagai tanda-tanda tidak dikenal yang intensitasnya selalu berubah- ubah sepanjang waktu. Perkataan bising dipakai juga dalam bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik pendengaran yang pengaruhnya merugikan secara fisiologi atau psikologi bagi kesejahteraan masyarakat. Anies 2005 menambahkan bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan, maka potensi untuk menimbulkan berbagai gangguan semakin besar. Ini sesuai dengan definisi bising yang umum menurut Kryter 1985 yaitu suara yang tidak diinginkan. Suma’mur 1993 mengemukakan menurut jenisnya kebisingan dibedakan sebagai berikut: 1. Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan dengan spektrum berfrekuensi luas misal: suara yang timbul oleh kompresor, kipas angin, dapur pijar serta spektrum yang berfrekuensi sempit contoh: suara gergaji sirkuler, katup gas. 2. Kebisingan terputus-putus misal suara lalu lintas, suara pesawat udara yang tinggal landas. 3. Kebisingan implulsif impulsive noise seperti: pukulan martil, tembakan senapan, ledakan meriam dan lain-lain. Buchari 2007 mengemukakan bising berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia dapat dibagi atas: 1. Bising yang mengganggu irritating noise yaitu bising yang tidak terlalu keras. 2. Bising yang menutupi masking noise yaitu bunyi yang menutupi suara. Suara lain akan tenggelam dalam bising. 3. Bising yang merusak damaginginjurious noise yaitu bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas pendengaran. 7 Sound level meter adalah alat yang biasa digunakan untuk mengetahui intensitas bising. Sound level meter bekerja sama seperti alat penguat suara. Mekanisme kerja Sound level meter apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakkan meter penunjuk. Sound Level Meter dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40-130 dBA pada frekuensi 20 – 20.000 Hz. Pada waktu pengukuran Sound Level Meter di pasang setinggi telinga. Pengendalian kebisingan merujuk pada penataan bunyi menurut Satwiko 2004 akan melibatkan empat elemen yaitu sumber suara sound source, media, penerima bunyi receiver, dan gelombang bunyi. Menurut Egan 1988 dalam Setiawan 2009 pengurangan kebisingan dapat dilakukan pada tiga aspek yaitu sumber source, media sound path, dan penerima receiver.

2.4 Alat Ukur Elektronik