Daun Sulur runner Diagnosis status hara dan senyawa bioaktif asiatikosida menggunakan analisis jaringan tanaman untuk menyusun rekomendasi pemupukan serta sistem panen pegagan (Centella asiatica)

Tabel 1 Lanjutan No. Karakter Morfologi, Agronomi dan Kandungan Fitokimia Deskripsi 4. Jumlah anakan Jumlah anakan dilakukan dengan menghitung jumlah anakan yang terbentuk pada tanaman induk.

C. Akar

5. Bobot akar Bobot akar dilakukan dengan menimbang akar induk dari tanaman induk setelah dilakukan penggalian akar secara hati-hati.

D. Hasil TernaProduksi

6. Bobot basah biomassa Bobot basah biomasa diperoleh dengan cara menimbang bobot basah panen ubinan ukuran 1 m x 1 m, yang dilakukan pada akhir penelitian. 7. Bobot kering biomassa Bobot kering biomassa diperoleh dengan cara menimbang hasil panen ubinan yang telah mengalami proses pengeringan dalam oven pada akhir penelitian. 9. Analisa kandungan asiatikosida pada jaringan tanaman Sampel daun yang diambil adalah daun dewasa tertinggi pada 6 batang induk yang masing-masing diambil 5 helai daun pada umur 3 bulan setelah tanam 3 BST, 4 BST, 5 BST, dan 6 BST. Analisa kandungan asiatikosida pada jaringan daun tanaman yang ke-1, 2, dan 3 pada setiap petakan perlakuan. Pengamatan faktor lingkungan tumbuh meliputi: 1. Pengambilan sampel tanah saat awal dan akhir penelitian pada setiap perlakuan dilakukan dengan cara mengambil tanah dibawah tajuk tanaman pegagan pada kedalaman 20 cm. Sampel tanah yang dianalisis sebanyak lima contoh dan diambil dari setiap ulangan. Satu contoh terdiri dari campuran tanah dari setiap petakan dalam ulangan yang sama. 2. Penentuan jenis tanah, dilakukan melalui pengamatan langsung di lapang dan pemanfaatan data sekunder. 3. Suhu dan kelembaban, intensitas cahaya, Curah hujan harian selama percobaan diambil dari stasiun mini klimatologi KP. Gunung Putri setempat. Prosedur pengujian kadar senyawa asiatikosida meliputi :

1. Persiapan contoh

Terna pegagan disortir dan dicuci sampai bersih, dikeringkan dengan blower suhu 40 C selama 7 jam, terna pegagan kering digiling dan diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 40 mesh. Sebanyak 0,36 gram serbuk pegagan ukuran 40 mesh ditambahkan 25 ml methanol p.a, dikocok di atas alat stirrer plate selama 60 menit, cairan ekstrak tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 50 dan ampasnya diambil untuk diekstrak kembali sampai 3x masing-masing dengan methanol p.a sebanyak 25 ml. Ekstrak-ekstrak dari ampas tersebut disatukan dengan ekstrak pertama untuk dimasukkan ke dalam labu ukur yang sama kemudian diencerkan dengan methanol p.a dan diimpitkan sampai tanda batas.

2. Penetapan contoh

Ekstrak disaring dengan menggunakan kertas saring Whattman no. 42 kemudian disaring kembali untuk kedua kalinya dengan kertas saring millipore ukuran 0.2 μm. Disuntikkan ke dalam KCKTHPLC sebanyak 20 μl dengan menggunakan fase gerak Asetonitril CH 3 CN: asam asetat CH 3 COOH 0.6 57: 43 dan kecepatan alir 1 mlmenit pada panjang gelombang 258 nm.

3. Penetapan Kadar Senyawa Asiatikosida

Standar senyawa asiatikosida sebanyak 0,0186 g, dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, dan disuntikan sebanyak 20 μl dengan menggunakan fase gerak asetonitril CH 3 CN : asam asetat CH 3 OOH 0.6 57:43 dan kecepatan alir 1 mlmenit pada panjang gelombang 258 nm. Kondisi larutan standar tersebut menghasilkan luas area 314713 dengan kisaran waktu retensi 4.01-4.15. Pengukuran dilakukan di Laboratorium BALITTRO. Nilai luas area dan waktu retensi standar senyawa asiatikosida dianggap tetap sepanjang penelitian, adapun perhitungan kadar senyawa asiatikosida adalah sebagai berikut: