Tabel 10 Lanjutan No.
Karakter Morfologi, Agronomi dan Kandungan
Fitokimia Deskripsi
F.Kandungan FitokimiaAsiatikosida
17. Analisis kandungan N, P,
dan K pada jaringan tanaman
Sampel daun yang dianalisa kandungan N, P, dan K nya diambil dari daun dewasa
yang masing-masing berasal dari daun umur lima bulan 5 BST yang ke 1 untuk
status hara N,P dan K pada setiap petakan perlakuan.
18. Analisis kandungan
asiatikosida pada jaringan tanaman
Sampel daun yang dianalisa kandungan asiatikosidanya diambil dari daun dewasa
yang masing-masing berasal dari daun umur lima bulan 5 BST yang ke 1 untuk
status hara N, P dan K pada setiap petakan perlakuan.
Pengamatan faktor lingkungan tumbuh dilakukan seperti pada Penelitian 1. Analisis Data
Analisis tanaman merupakan teknik diagnostik yang sering digunakan untuk melihat status hara atau untuk meyakinkan defisiensi hara maupun guna
menetapkan kebutuhan pupuk. Metode diagnosis analisis jaringan tanaman yang sering digunakan adalah batas kritis dan kisaran kecukupan hara. Kedua metode
tersebut bersifat “penilaian harkat tunggal”, sehingga akan relatif sulit untuk mengetahui interaksi dengan hara lainnya. Oleh karena itu setiap perlakuan yang
dicoba yakni dosis N, P, dan K dilakukan secara paralel dalam 3 percobaan, sehingga hanya merupakan satu faktor yang masing-masing mempunyai beberapa
taraf yang berjarak sama equal spaced maka dapat dilakukan perbandingan secara ortogonal polinom. Dari ketiga perlakuan hara tersebut terdapat empat
pembanding yaitu linier, kuadratik, kubik, dan kuartik. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, apabila hasil analisis
menunjukan pengaruh nyata pada taraf nyata 0.05 dilakukan uji DMRT untuk mengetahui pola respon tanaman terhadap pemberian pada taraf dosis
masing-masing pupuk N, P atau K. Sedangkan untuk mengetahui dosis
pupuk N, P maupun K yang maksimal terhadap produksi senyawa bioaktif asiatikosida pegagan tertinggi dilakukan analisis regresi.
2. Untuk menghitung korelasi antara kadar hara N, P atau K daun dan produksi
dianalisis dengan analisis korelasi linier sederhana. 3.
Produksi dinyatakan dalam persen yang merupakan hasil relatif maksimum dengan menggunakan persamaan hasil relatif Dahnke dan Olson 1990.
Y
i
Hasil Relatif RY = -------------- x 100 Y
maks
dimana : Yi = produksi pada perlakuan taraf dosis N ke-i Y maks = produksi maksimum pada status hara N.
Selanjutnya nilai hasil relatif sebagai dependent variable Y dihubungkan dengan nilai kandungan hara N, P, K daun sebagai independent variable X
untuk dianalisis dengan beberapa model regresi kuadratik, logistik, linier dan kuartik. Model yang mempunyai kriteria terbaik secara statistik akan dipakai
untuk menentukan status hara N, P, K untuk tanaman pegagan. Berdasarkan model yang telah ditetapkan maka ditarik garis untuk menghubungkan antara
kadar hara N, P, K jaringan daun dengan hasil relatif untuk menentukan status hara. Menurut Cate and Nelson 1965 dapat dibagi dalam dua katagori respon
tanaman berdasarkan persentase hasil relatif yakni katagori rendah dan katagori
tinggi.
Untuk menentukan batas kritis hara N, P, atau K tanaman pegagan, juga menggunakan metode Cate dan Nelson, namun sebagai variabel bebasnya X
adalah kadar hara daun tanaman pegagan yang berasal dari daun umur lima bulan 5 BST yang ke 1 untuk status hara N, P dan K pada setiap petakan perlakuan.
Penyusunan rekomendasi pemupukan N, P, dan K diperoleh dari percobaan kalibrasi, kurva respon dari tiap jenis aplikasi pupuk tersebut di tentukan melalui
analisis regresi dengan bentuk persamaan : Y = a + bX + cX
2
. Berdasarkan persamaan regresi tersebut, kurva dibuat grafik untuk masing-
masing jenis aplikasi pupuk. Dari kurva tersebut, takaran pupuk N, P, atau K maksimum ditentukan dengan persamaan :
dYdX =b +2 cX = 0 x = b2c
dimana: X = takaran pupuk N, P, atau K
Y = hasil relatif b dan c =konstanta.
HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Pertumbuhan Vegetatif Tanaman terhadap Pemupukan N, P dan K
Hasil sidik ragam seperti tertera pada Tabel 11 menunjukkan bahwa pemupukan N Nitrogen di akhir pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman
pegagan 16 MST memperlihatkan pengaruh yang nyata, kecuali pada parameter jumlah bunga, tebal daun, jumlah daun total, panjang sulur primer, jumlah buku,
jumlah sulur sekunder, jumlah bunga induk, dan diameter tangkai. Sedang pemupukan P fosfor berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman induk
dan panjang daun saat 4 MST, jumlah bunga tanaman induk pada 6 dan 16 MST, tebal daun pada umur 8 MST, serta volume akar pada saat panen. Pemupukan K
kalium terlihat pengaruh nyata terhadap jumlah buku saat 4 MST, tebal daun pada 10 MST, dan volume akar saat panen.
Pertumbuhan tanaman panjang tangkai daun, jumlah daun, panjang tunas, lebar daun, dan panjang stolon pada semua aplikasi pupuk N, P maupun K
semakin meningkat dengan semakin bertambahnya umur tanaman hingga akhir percobaan 5 BST.
Tabel 11 Rekapitulasi Uji F pada peubah pertumbuhan pegagan pada aplikasi hara N, P, dan K
Parameter Pertumbuhan
Uji F KoefisienKeragaman
Pada aplikasi hara Pada aplikasi hara
N P K N P K Jumlah Daun induk
2 MST tn
tn tn
15.94 12.70
10.78 4 MST
tn 16.30
14.06 15.27
6 MST tn
tn 16.22
23.41 17.85
8 MST tn
tn tn
17.28 22.24
19.38 10 MST
tn tn
tn 20.56
23.24 22.21
12 MST tn
tn tn
19.77 20.31
20.88 14 MST
tn tn
23.38 22.79
19.95 16 MST
tn tn
20.11 25.62
16.05 Jumlah Sulur Primer
2 MST tn
tn 11.18
16.65 25.13
4 MST tn
tn tn
19.86 27.74
17.37 6 MST
tn tn
22.46 27.50
15.91 8 MST
tn tn
tn 22.57
23.85 19.48
10 MST tn
tn tn
17.18 17.97
20.47 12 MST
tn tn
tn 21.67
18.02 22.48
14 MST tn
tn tn
20.94 17.07
18.83 16 MST
tn tn
21.10 17.67
16.71 Panjang Sulur Primer
Terpanjang 2 MST
tn tn
tn 22.11
28.65 21.28
4 MST tn
tn 27.13
16.74 15.83
6 MST tn
tn 20.49
25.37 16.76
8 MST tn
tn tn
16.35 24.82
17.05 10 MST
tn tn
tn 15.94
24.54 15.00
12 MST tn
tn tn
14.79 21.49
15.29 14 MST
tn tn
tn 15.57
13.08 17.23
16 MST tn
tn tn
14.84 16.36
15.05
Tabel 11 Lanjutan Parameter
Pertumbuhan Uji F
KoefisienKeragaman Pada aplikasi hara
Pada aplikasi hara N P K N P K
Jumlah Buku
2 MST tn
tn tn
12.15 17.87
14.08 4 MST
tn 22.44
13.06 11.24
6 MST tn
tn tn
19.14 22.01
11.01 8 MST
tn tn
tn 14.71
23.21 11.72
10 MST tn
tn tn
13.12 21.33
12.51 12 MST
tn tn
tn 13.25
17.86 13.45
14 MST tn
tn tn
17.37 19.70
16.55 16 MST
tn tn
tn 19.89
16.68 14.18
Jumlah Sulur Sekunder 8 MST
tn tn
tn 13.73
15.01 19.93
10 MST tn
tn 12.49
17.53 15.13
12 MST tn
tn tn
15.73 15.63
16.33 14 MST
tn tn
tn 15.55
14.02 15.28
16 MST tn
tn tn
17.09 23.48
27.87 Jumlah Bunga Induk
6 MST tn
tn 13.82
15.41 29.38
8 MST tn
tn tn
24.05 13.69
27.58 10 MST
tn tn
tn 17.62
26.31 26.52
12 MST tn
tn tn
17.39 24.45
24.18 14 MST
tn tn
tn 25.38
20.52 16.25
16 MST tn
tn 13.07
22.37 14.53
Panjang Daun
2 MST tn
tn tn
11.13 8.63
8.48 4 MST
tn tn
10.17 6.75
8.92 6 MST
tn tn
tn 7.01
9.30 8.69
8 MST tn
tn 7.22
9.56 11.32
10 MST tn
tn 6.43
9.90 12.58
12 MST tn
tn 7.53
11.21 11.64
14 MST tn
tn tn
7.60 11.48
10.69 16 MST
tn tn
8.72 8.97
10.72 Lebar Daun
2 MST tn
tn tn
12.22 8.35
8.23 4 MST
tn tn
tn 9.97
7.29 9.11
6 MST tn
tn tn
8.67 8.41
8.93 8 MST
tn tn
tn 7.00
9.76 10.35
10 MST tn
tn 6.90
9.50 11.75
12 MST tn
tn tn
7.65 9.32
8.53 14 MST
tn tn
8.58 7.63
10.74 16 MST
tn tn
7.38 9.42
28.93
Tabel 11 Lanjutan Parameter
Pertumbuhan Uji F
KoefisienKeragaman Pada aplikasi hara
Pada aplikasi hara N P K N P K
Panjang Tangkai
2 MST tn
tn tn
16.99 13.74
13.68 4 MST
tn tn
tn 20.40
22.82 18.13
6 MST tn
tn tn
21.54 21.16
16.67 8 MST
tn tn
tn 9.97
10.63 13.26
10 MST tn
tn tn
9.63 12.98
13.97 12 MST
tn tn
tn 9.76
11.55 11.63
14 MST tn
tn tn
12.92 10.24
12.40 16 MST
tn tn
10.27 12.13
13.89 Diameter
Tangkai 2 MST
tn tn
tn 10.45
15.37 13.85
4 MST tn
tn tn
18.99 10.76
6.78 6 MST
tn tn
tn 7.89
12.86 11.96
8 MST tn
tn 4.66
10.29 12.73
10 MST tn
tn tn
6.38 16.25
9.69 12 MST
tn tn
tn 8.00
12.56 9.98
16 MST tn
tn tn
9.74 13.97 10.43
Tebal Daun 2 MST
tn tn
tn 20.39
14.31 9.14
4 MST tn
tn tn
12.00 9.89
10.90 6 MST
tn tn
tn 11.12
13.94 12.24
8 MST tn
tn 8.98
9.33 14.63
10 MST tn
tn 7.77
8.95 14.75
12 MST tn
tn tn
11.90 13.04
19.32 16 MST
tn tn
tn 18.47
15.53 22.73 Jumlah Daun Total
16 MST tn
tn tn
28.63 26.18
20.93 Jumlah Bunga Total
tn tn
tn 19.22
18.61 19.99 16 MST
tn tn
tn 18.66
26.00 23.56
Luas Daun Pertanaman tn
tn tn
16.33 20.96 12.72
Volume Akar 14.65
22.21 27.33 Keterangan : = Nyata pada taraf 1
=Nyata pada taraf 5 tn = Tidak Nyata
Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara komponen pertumbuhan dengan produksi bobot terna kering maupun senyawa
bioaktif asiatikosida pada aplikasi pupuk N adalah 0.34 Gambar 3, artinya analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan lima belas karakter bebas
mampu menjelaskan ragam produksi senyawa bioaktif asiatikosida sebesar 0.66
atau 66. Kontribusi dari setiap karakter terhadap kadar asiatikosida baik langsung maupun tidak langsung dianalisis melalui analisis lintas.
Karakter pertumbuhan vegetatif penciri bagi produksi bobot terna kering ada 10 karakter, dimana karakter yang menunjukkan nilai korelasi sangat nyata
dan pengaruh langsung tertinggi adalah jumlah daun total. Selanjutnya terhadap 10 karakter tersebut dilakukan analisis lintas lanjutan terhadap produksi bobot
senyawa asiatikosida, dimana terdapat 4 karakter pertumbuhan vegetatif yakni jumlah daun total, jumlah daun sulur, lebar daun, dan jumlah sulur primer yang
menunjukkan korelasi sangat nyata terhadap produksi bobot senyawa asiatikosida, namun tidak memperlihatkan pengaruh langsung secara nyata.
Pengaruh langsung cukup besar diberikan oleh jumlah bunga total 0.74, tetapi karena koefisien korelasinya tidak nyata -15.95 maka karakter tersebut
tidak dapat digunakan sebagai penduga bagi produksi terna kering maupun senyawa asiatikosida. Begitu pula karakter jumlah bunga sulur yang nilai
pengaruh langsung tinggi 15.52 dengan koefisien korelasinya sangat nyata 0.74, tetapi pengaruh langsungnya terhadap produksi senyawa asiatikosida
pada analisis lintas lanjutnya menunjukkan pengaruh langsung yang negatif -5.52. Karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan sebagai penciri
produksi senyawa asiatikosida pada aplikasi pupuk N adalah jumlah daun total, jumlah daun sulur, lebar daun, dan jumlah sulur primer yang memperlihatkan nilai
pengaruh langsungnya maisng-masing 0.91, 0.10, 0.87, dan 0.44 dengan koefisien korelasi yang sangat erat dan sangat nyata yakni 0.84, 0.73, 0.68, dan 0.59
Tabel 12, 13 dan Gambar 3. Pengaruh karakter lain yang tidak dimasukkan dalam diagram lintas
pengaruh sisaan adalah sebesar 0.34 atau 34 . Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat beberapa keragaman atau aspek lain diluar karakter yang diuji namun
aspek–aspek tersebut juga dapat mempengaruhi produksi senyawa asiatikosida Gambar 3.
Tabel 12 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk N
Karakter X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
X
8
X
9
X
10
X
11
X
12
X
13
X
14
X
15
r
xy
Jumlah bunga total
1 0.86
0.10 0.62
0.16 0.40
0.36 0.58
0.41 0.52
0.72 0.66
0.57 0.70
0.65 0.74
Jumlah daun total
1 0.86
0.77 0.16
0.31 0.46
0.64 0.52
0.47 0.71
0.59 0.52
0.82 0.80
0.85 Jumlah bunga
sulur 1
0.62 0.16
0.40 0.35
0.57 0.41
0.49 0.72
0.66 0.58
0.70 0.64
0.74 Jumlah daun
sulur 1
0.12 0.30 0.64 0.70
0.59 0.36
0.55 0.50
0.46 0.64
0.61 0.72
Tebal daun 1
0.31 -0.13
0.06 -0.01
0.07 0.09
-0.02 -0.11 0.23 0.20 0.07
Diameter tangkai
1 0.22
0.48 0.43
0.16 0.59 0.29 0.30
0.16 0.24
0.42 Panjang tangkai
1 0.76
0.81 0.42
0.50 0.35 0.48
0.54 0.56
0.64 Lebar daun
1 0.94
0.41 0.59
0.53 0.52
0.63 0.63
0.71 Panjang daun
1 0.34
0.47 0.38 0.43
0.59 0.59
0.67 Jumlah bunga
induk 1
0.34 0.27 0.19 0.45
0.62 0.50
Jumlah sulur sekunder
1 0.73
0.70 0.56
0.48 0.66
Jumlah buku 1
0.86 0.39
0.20 0.55 Panjang sulur
1 0.42
0.22 0.56 Jumlah sulur
primer 1
0.82 0.78
Jumlah daun induk
1 0,71
Keterangan : X
1
: Jumlah bunga total; X
2
: Jumlah daun total; X
3
: Jumlah bunga sulur; X
4
Jumlah daun sulur ; X
5
: Tebal daun; X
6
: Diameter tangkai; X
7
: Panjang tangkai; X
8:
Lebar daun; X
9
: Panjang daun; X
10
: Jumlah bunga induk; X
11
: Jumlah sulur sekunder; X
12
: Jumlah buku; X
13
: Panjang sulur; X
14
: Jumlah sulur primer; X
15
: Jumlah daun induk; r
xy
: Produksi kering terna
65
66
Gambar 3 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadap produksi asiatikosida melalui produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk N
9,84 0,73
0,73 0,34
0,60
0,68 0,32
0,53 0,59
0,75
Produksi terna kering
P
6
: 0.37 P
7
: 0.36
P
14
: 0.31 P
12
: 0.08 P
8
: -0.39 P
9
: 0.24 P
10
: 0.85 P
11
: -0.33 P
13
: 0.04 P
15
: -0.30 P
4
: 0.09 P
3
:15.52 P
2
: 0.92 P
1
:-15.95
P
5
: -0.07
Jumlah bunga total Jumlah daun total
Jumlah bunga sulur Jumlah daun sulur
Tebal daun Diameter tangkai
Panjang tangkai Lebar daun
Panjang daun Jumlah bunga induk
Jumlah sulur sekunder Jumlah buku
Panjang sulur Jumlah sulur primer
Jumlah daun induk
0.74 0.85
0.74 0.72
0.07 0.42
0.64 0.71
0.50 0.66
0.55 0.56
0.67
0.78 0.71
0.34 Residu R
r
xy
Produksi Asiatikosida
r
xy
p
xy
0,91 -5,52
0,10 -0,19
0,07 0,87
0,25 0,54
0,44 0,13
0.34 Residu R
66
Tabel 13 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk N
Karakter
Peubah bebas
Pengaruh langsung
P
i
Pengaruh tidak langsung melalui peubah
Pengaruh total
r
xy
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 Z11 Z12 Z13 Z14 Z15
Jumlah bunga total
Z1 -15.95 - 0.86 0.99 0.66 0.16 0.40 0.36 0.58 0.42 0.52 0.72 0.67 0.58 0.71 0.65
0.74 Jumlah daun total
Z2 0.92
0.86 - 0.86
0.77 0.16 0.31 0.46 0.64
0.52 0.47 0.71 0.59
0.52 0.83
0.81
0.85 Jumlah bunga sulur
Z3 15.52
0.99 0.86 -
0.67 0.16
0.40 0.35 0.57
0.41 0.50 0.72 0.66 0.58 0.70
0.64
0.74 Jumlah daun sulur
Z4 -0.10
0.62 0.77 0.61 -
0.12 0.30 0.64 0.70
0.59 0.36 0.55
0.50 0.46 0.64
0.61
0.72 Tebal daun
Z5 -0.07
0.16 0.16 0.17 0.22 - 0.31
-0.14 0.86 0.01 0.07 0.18 -0.02 -0.11 0.23 0.20
0.07 Diameter tangkai
Z6 0.37
0.40 0.31 0.40 0.33 0.31 -
0.22 0.49 0.43 0.16 0.68 0.29 0.31 0.17 0.24
0.42 Panjang tangkai
Z7 0.36
0.36 0.46 0.35
0.52 -0.14
0.22 -
0.76 0.81
0.42 0.49 0.35 0.48 0.54 0.57
0.64 Lebar daun
Z8
-0.39
0.58 0.64 0.57 0.72 0.86 0.48 0.76 - 0.94
0.41 0.59 0.53 0.52 0.63 0.63
0.71 Panjang daun
Z9 0.24
0.42 0.52
0.41 0.57 -0.01
0.43 0.81
0.94 - 0.34 0.47 0.38 0.43 0.59 0.59
0.67 Jumlah bunga induk
Z10 0.85
0.52 0.47 0.49 0.34 0.07 0.16 0.42 0.41 0.34 -
0.34 0.27 0.20 0.45 0.62
0.50 Jumlah sulur sekunder
Z11
-0.33
0.72 0.71
0.72 0.61
0.10 0.59
0.49 0.59
0.47 0.34 - 0.73
0.70 0.56
0.48
0.66 Jumlah buku
Z12 0.08
0.66 0.59 0.66
0.64 -0.02
0.29 0.35
0.53 0.38 0.27 0.73
- 0.86
0.39 0.21
0.55 Panjang sulur
Z13 0.04
0.58 0.52
0.58 0.58 -0.11
0.31 0.48
0.52 0.43 0.20 0.70 0.86 -
0.42 0.22
0.56 Jumlah sulur primer
Z14 0.31
0.71 0.83
0.78 0.64 0.23 0.17
0.54 0.63 0.59
0.45 0.56 0.39 0.42 - 0.82
0.78 Jumlah daun induk
Z15 -0.30
0.65 0.81 0.64 0.53 0.20 0.24 0.57 0.64 0.60 0.62 0.48 0.21 0.22 0.82 -
0,71
Keterangan : X
1
: Jumlah bunga total; X
2
: Jumlah daun total; X
3
: Jumlah bunga sulur; X
4
: Jumlah daun sulur ; X
5
: Tebal daun; X
6
: Diameter tangkai; X
7
: Panjang tangkai; X
8
: Lebar daun; X
9
: Panjang daun; X
10
: Jumlah bunga induk; X
11
: Jumlah sulur sekunder; X
12
: Jumlah buku; X
13
: Panjang sulur; X
14
: Jumlah sulur primer; X
15
: Jumlah daun induk; r
xy
: Produksi kering. Efek residusisa bobot kering terna 0.34 pengaruh sisa
67
68
Analisis lintas pada aplikasi P yang dibangun dengan menggunakan lima belas karakter bebas mampu menjelaskan ragam produksi senyawa bioaktif
asiatikosida sebesar 0.38 atau 38 Gambar 4. Kontribusi dari setiap karakter terhadap kadar asiatikosida baik langsung maupun tidak langsung dianalisis
melalui analisis lintas. Karakter pertumbuhan vegetatif yang berkorelasi dan berpengaruh positif
terhadap produksi terna kering terdapat 8 karakter Gambar 4, tetapi hanya karakter lebar daun yang berkorelasi sangat nyata 0,47. Hasil analisis lintas
selanjutnya terhadap produksi senyawa asiatikosida , hanya karakter lebar daun yang berkorelasi nyata 0,48 tetapi tidak berpengaruh langsung secara nyata.
Sehingga karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan sebagai penciri produksi asiatikosida pada aplikasi pupuk P adalah lebar daun yang
memperlihatkan nilai pengaruh langsungnya 2.32 dengan koefisien korelasi yang erat dan nyata yakni 0.40 Tabel 14 dan 15.
Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara komponen pertumbuhan dengan produksi bobot terna kering maupun bioaktif
asiatikosida pada aplikasi pupuk P adalah 0.38 Gambar 4. Pengaruh karakter- karakter lain yang tidak dimasukkan dalam diagram lintas pengaruh sisaan
adalah sebesar 0.38 atau 38 . Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat banyak keragaman atau aspek lain diluar karakter yang diuji namun aspek–aspek tersebut
juga dapat mempengaruhi produksi bobot terna kering maupun asiatikosida. 68
70
Tabel 14 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk P
Karakter X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
X
8
X
9
X
10
X
11
X
12
X
13
X
14
X
15
r
xy
Jumlah daun induk
1 0.45
0.39 0.60
0.17 -0.47
0.70 0.18
0.27 0.43
-0.03 0.23
0.07 0.09
0.33 0.37
Panjang tangkai
1 0.77
0.72 0.51
0.12 0.27
0.37 0.25
0.11 0.13
0.17 0.12
0.12 0.31
0.39 Panjang daun
1 0.89
0.48 0.10
0.10 0.38
0.17 0.26
0.19 0.09
0.12 0.13
0.22 0.39
Lebar daun 1
0.40 0.04
0.28 0.28
0.31 0.42
0.13 0.14
0.14 0.15
0.19 0.47
Diameter tangkai
1 -0.02
0.015 0.17
-0.07 0.22
-0.09 -0.11
-0.03 -0.02
-0.04 0.21
Tebal daun 1
-0.39 0.02
-0.06 -0.44
0.07 -0.09
0.06 0.04
-0.24 -0.11
Jumlah sulur primer
1 0.13
0.30 0.29
0.18 0.33
0.15 0.16
0.34 0.35
Panjang sulur 1
0.71 -0.06
0.45 0.47
0.48 0.47
0.37 0.26
Jumlah buku 1
0.23 0.60
0.65 0.63
0.63 0.26
0.22 Jumlah bunga
induk 1
0.05 0.28
0.32 0.37
0.12 0.16
Jumlah sulur sekunder
1 0.50
0.42 0.42
0.12 0.28
Jumlah daun sulur
1 0.89
0.88 0.24
0.25 Jumlah bunga
sulur 1
0.99 0.16
0.11 Jumlah bunga
total 1
0.17 0.12
Jumlah daun total
1 0.07
Keterangan : X
1
: Jumlah daun induk; X
2
: Panjang tangkai; X
3
: Panjang daun; X
4
: Lebar daun; X
5
: Diameter tangkai; X
6
: Tebal daun; X
7
: Jumlah sulur primer; X
8
: Panjang sulur; X
9
: Jumlah buku; X
10
: Jumlah bunga induk; X
11
: Jumlah sulur sekunder; X
12
: Jumlah daun sulur; X
13
: Jumlah bunga sulur; X
14
: Jumlah bunga total; X
15
: Jumlah daun total; r
xy
: Produksi terna kering
69
Gambar 4 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadap produksi asiatikosida melalui produksi terna kering tanaman
pegagan pada aplikasi pupuk P Produksi
Asiatikosida
0,03
0,40 0,31
0,06 0,30
0,25 0,14
0,02
0,001 2,32
0,28 0,87
0,14 0,45
0,51 0,72
P
6
: -0.38 P
7
: 0.16
P
14
: -4.68 P
12
: 0.42 P
8
: 0.81 P
9
: -1.12 P
10
: 0.22 P
11
: 0.45 P
13
: 4.40 P
15
: -0.21 P
4
: 1.94 P
3
: -1.57 P
2
: 0.44 P
1
: -0.49
P
5
: -0.10
Jumlah daun induk Panjang tangkai
Panjang daun Lebar daun
Diameter tangkai Tebal daun
Jumlah sulur primer Panjang sulur
Jumlah buku Jumlah bunga induk
Jumlah sulur sekunder Jumlah daun sulur
Jumlah bunga sulur Jumlah bunga total
Jumlah daun total
r
xy
0.37 0.39
0.39 0.47
0.21 -0.11
0.35 0.26
0.16 0.28
0.25 0.11
0.22
0.12 0.07
0.38 Residu R
Bobot Terna
kering r
xy
p
xy
0.38 Residu R
70
72
Tabel 15 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk P
Karakter Peubah
bebas Pengaruh
langsung P
i
Pengaruh tidak langsung melalui peubah
Pengaruh total
r
xy
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 Z11 Z12 Z13 Z14 Z15
Jumlah daun induk
Z1
-0.49
- 0.45
0.39 0.60
0.17 -0.47 0.70 0.17
0.26 0.43 -0.04 0.23 0.07 0.09 0.33
0.37 Panjang tangkai
Z2
0.44
0.45 -
0.77 0.72 0.51 0.12
0.27 0.37 0.25 0.11
0. 12 0.16
0.12 0.13
0.31
0.39 Panjang daun
Z3
-1.57
0.39 0.77 -
0.89 0.48 0.10
0.10 0.38 0.17 0.26
0.19 0.09
0.12 0.13
0.22
0.39 Lebar daun
Z4
1.94
0.60 0.72 0.89 -
0.40 0.04 0.28 0.28
0.31 0.42
0.13 0.14
0.14 0.15
0.19
0.47 Diameter tangkai
Z5
-0.10
0.17 0.51 0.48 0.40 -
-0.02 0.01 0.17 -0.07 0.22 -0.09 -0.11 -0.03 -0.02 -0.05
0.21 Tebal daun
Z6
-0.38
-0.47 0.12 0.10 0.04 -0.02 - -0.39 0.02 -0.06
-0.44 0.07 -0.09 0.06 0.04 -0.24
-0.11 Jumlah sulur primer
Z7
0.16
0.70 0.27
0.10 0.28
0.01 -0.39 -
0.13 0.30 0.30 0.18 0.33 0.15 0.16 0.34
0.35 Panjang sulur
Z8
0.81
0.17 0.37 0.38
0. 28 0.17
0.02 0.13
- 0.71
-0.06 0.45 0.47
0.48 0.47
0.37
0.26 Jumlah buku
Z9
-1.12
0.26 0.25 0.17 0.31 -0.07 -0.06 0.29 0.71 - 0.23 0.60 0.65 0.63 0.63 0.26
0.22 Jumlah bunga induk
Z10
0.22
0.43 0.11 0.26
0.42 0.22
-0.44 0.18
- 0.06
0.23 - 0.05
0.28 0.32 0.37 0.12
0.16 Jumlah sulur sekunder
Z11
0.45
-0.04 0.12
0.19 0.13 -0.09
0.07 0.18
0.45 0.60 0.05 -
0.49 0.42
0.42 0.13
0.28 Jumlah daun sulur
Z12
0.42
0.22 0.16 0.09
0.14 -0.11 -0.09
0.33 0.47
0.65 0.28
0.49 -
0.89 0.88
0.24
0.25 Jumlah bunga sulur
Z13
4.40
0.07 0.12
0.12 0.14
-0.03 0.06 0.15 0.48
0.63 0.32 0.42 0.89 - 0.99 0.16
0.11 Jumlah bunga total
Z14
-4.68
0.71 0.83 0.78
0.64 0.23
0.17 0.54
0.63 0.59
0.45 0.56
0.39 0.42
- 0.17
0.12 Jumlah daun total
Z15
-0.21
0.65 0.81 0.64 0.53 0.20 0.24 0.57 0.64 0.60
0.62 0.48 0.21 0.22 0.17 -
0.07
Keterangan : X
1
: Jumlah daun induk; X
2
: Panjang tangkai; X
3
: Panjang daun; X
4
: Lebar daun; X
5
: Diameter tangkai; X
6
: Tebal daun; X
7
: Jumlah sulur primer; X
8
: Panjang sulur; X
9
: Jumlah buku; X
10
: Jumlah bunga induk; X
11
: Jumlah sulur sekunder; X
12
: Jumlah daun sulur; X
13
: Jumlah bunga sulur; X
14
: Jumlah bunga total; X
15
: Jumlah daun total; r
xy
: Produksi Asiatikosida. Efek residusisa bobot kering terna 0.38 pengaruh sisa
71
Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara komponen pertumbuhan dengan produksi bioaktif asiatikosida pada aplikasi
pupuk K adalah 0.39 Gambar 5, artinya analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan lima belas karakter bebas mampu menjelaskan ragam produksi
bioaktif asiatikosida sebesar 0.61 atau 61 . Kontribusi dari setiap karakter terhadap kadar asiatikosida baik langsung maupun tidak langsung dianalisis
melalui analisis lintas. Terdapat 6 karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat dijadikan sebagai
karakter penciri produksi bobot terna kering tanaman pegagan, dan karakter jumlah buku yang berkorelasi positif yakni sebesar 0,39 dengan pengaruh
langsungnya adalah 0,93. Hasil analisis lintas selanjutnya terhadap produksi senyawa asiatikosida, hanya karakter jumlah buku yang berkorelasi positif yakni
0,05 dengan pengaruh langsung sebesar 0,33 Gambar 5 . Pengaruh langsung cukup besar diberikan oleh panjang daun 0.81, dengan koefisien korelasi tidak
nyata 0.08 maka karakter tersebut tidak dapat digunakan sebagai penduga bagi produksi asiatikosida. Begitu pula karakter jumlah bunga sulur yang bernilai
negatif -1.13 dengan koefisien korelasi tidak nyata 0.03. Sehingga karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan sebagai penciri produksi asiatikosida
melalui produksi bobot terna kering pada aplikasi pupuk K adalah jumlah buku yang memperlihatkan nilai pengaruh langsung 0.33 dengan koefisien korelasi
positif 0.05 lihat Tabel 16,17, dan Gambar 5. Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara
komponen pertumbuhan dengan produksi bioaktif asiatikosida pada aplikasi pupuk K adalah 0.39 Gambar 5. Pengaruh karakter-karakter lain yang tidak
dimasukkan dalam diagram lintas pengaruh sisaan adalah sebesar 0.39 atau 39 . Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat banyak keragaman atau aspek lain
diluar karakter yang diuji namun aspek–aspek tersebut juga dapat mempengaruhi produksi asiatikosida.
72
75
Tabel 16 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk K
Karakter X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
X
8
X
9
X
10
X
11
X
12
X
13
X
14
X
15
r
xy
Jumlah daun induk
1 0.69
0.54 0.41
-0.22 0.37
0.50 0.57
0.40 0.39
0.50 0.49
0.19 0.17
0.18 0.18
Panjang tangkai 1
0.71 0.28
-0.11 0.67
0.66 0.56
0.30 0.32
0.41 0.60
0.27 0.25
0.12 0.08
Panjang daun 1
0.36 0.17
0.72 0.19
0.48 0.34
0.34 0.40
0.39 0.24
0.22 0.09
0.18 Lebar daun
1 0.10
0.13 -0.08
0.34 0.18
0.04 0.24
0.03 -0.19
-0.20 0.04
0.14 Tebal daun
1 0.07
-0.17 0.06
0.04 0.11
0.13 -0.21
-0.17 -0.19
0.08 -0.14
Diameter tangkai 1
0.34 0.35
0.36 0.35
0.25 0.57
0.28 0.26
0.18 -0.12
Jumlah sulur primer
1 0.40
0.40 0.34
0.43 0.74
0.50 0.49
-0.08 0.04
Jumlah sulur sekunder
1 0.74
0.61 0.83
0.61 0.57
0.54 -0.24
0.35 Panjang sulur
1 0.56
0.78 0.68
0.60 0.57
-0.25 0.20
Jumlah bunga induk
1 0.71
0.45 0.45
0.38 -0.07
0.03 Jumlah buku
1 0.52
0.51 0.46
-0.28 0.39
Jumlah daun total 1
0.83 0.82
-0.33 0.18
Jumlah bunga total
1 0.99
-0.63 0.33
Jumlah bunga sulur
1 -0.65
0.33 Jumlah daun sulur
1 -0.42
Keterangan : X
1
: Jumlah daun induk; X
2
: Panjang tangkai; X
3
: Panjang daun; X
4
: Lebar daun; X
5
: Tebal daun; X
6
: Diameter tangkai; X
7
: Jumlah sulur primer; X
8
: Jumlah sulur sekunder; X
9
: Panjang sulur; X
10
: Jumlah bunga induk; X
11
: Jumlah buku; X
12
: Jumlah daun total; X
13
: Jumlah bunga total r; X
14
: Jumlah bunga sulu; X
15
: Jumlah daun sulur; r
xy
: Produksi terna kering
73
76
Tabel 17 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk K
Karakter Peubah
bebas Pengaruh
langsung P
i
Pengaruh tidak langsung melalui peubah Pengaruh
total r
xy
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 Z11
Z12 Z13
Z14 Z15
Jumlah daun induk
Z1
-0.10
- 0.69 0.54 0.41 -0.22 0.37 0.50 0.57 0.40 0.39 0.50 0.49 0.19 0.17 0.18
0.18 Panjang tangkai
Z2
-0.85
0.69 - 0.71 0.28 -0.11 0.67 0.66 0.56 0.30 0.32 0.41 0.60 0.27 0.25 0.12
0.08 Panjang daun
Z3
0.81
0.53 0.71 - 0.36 0.17 0.72 0.19 0.48 0.34 0.34 0.40 0.39 0.24 0.22 0.10
0.18 Lebar daun
Z4
-0.14
0.41 0.28 0.36 - 0.10 0.13 -0.08 0.34 0.18 0.04 0.24 0.04 -0.19 -0.20 0.04
0.14 Tebal daun
Z5
-0.32
-0.21 -0.11 0.17 0.10 - 0.07 -0.17 0.06 0.04 0.11 0.13 -0.21 -0.18 -0.19 0.08
-0.14 Diameter tangkai
Z6
-0.33
0.37 0.67 0.71 0.13 0.07 - 0.34 0.35 0.36 0.35 0.25 0.57 0.28 0.26 0.18
-0.12 Jumlah sulur primer
Z7
0.04
0.50 0.66 0.19 -0.08 -0.17 0.34 - 0.40 0.40 0.34 0.43 0.74 0.50 0.49 -0.08
0.04 Jumlah sulur sekunder
Z8
0.48
0.57 0.56 0.48 0.34 0.06 0.35 0.40 - 0.74 0.61 0.83 0.61 0.57 0.54 -0.24
0.35 Panjang sulur
Z9
-0.76
0.40 0.30 0.34 0.18 0.04 0.36 0.40 0.73 - 0.56 0.78 0.68 0.60 0.57 -0.25
0.20 Jumlah bunga induk
Z10
-1.13
0.39 0.32 0.34 0.04 0.11 0.35 0.34 0.61 0.56 - 0.71 0.45 0.45 0.38 -0.07
0.03 Jumlah buku
Z11
0.93
0.50 0.41 0.40 0.24 0.13 0.25 0.43 0.83 0.78 0.71 - 0.52 0.51 0.46 -0.27
0.39 Jumlah daun total
Z12
0.86
0.49 0.60 0.39 0.03 -0.21 0.57 0.74 0.61 0.68 0.45 0.52 - 0.83 0.82 -0.33
0.18 Jumlah bunga total
Z13
6.96
0.19 0.27 0.24 -0.19 -0.18 0.28 0.50 0.57 0.60 0.45 0.51 0.83 - 0.99 -0.63
0.33 Jumlah bunga sulur
Z14
-7.23
0.17 0.25 0.22 -0.20 -0.19 0.26 0.49 0.54 0.57 0.38 0.46 0.82 0.99 - -0.65
0.33 Jumlah daun sulur
Z15
-0.19
0.18 0.12 0.09 0.05 0.08 0.18 -0.08 -0.24 -0.25 -0.07 -0.28 -0.33 -0.63 -0.65 -
-0.42
Keterangan : X
1
: Jumlah daun induk; X
2
: Panjang tangkai; X
3
: Panjang daun; X
4
: Lebar daun; X
5
: Tebal daun; X
6
: Diameter tangkai; X
7
: Jumlah sulur primer; X
8
: Jumlah sulur sekunder; X
9
: Panjang sulur; X
10
: Jumlah bunga induk; X
11
: Jumlah buku; X
12
: Jumlah daun total; X
13
: Jumlah bunga total r; X
14
: Jumlah bunga sulu; X
15
: Jumlah daun sulur; r
xy
: Produksi terna kering. Efek residusisa 0.39pengaruh sisa
74
77
Gambar 5 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadap produksi asiatikosida melalui produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk K
r
xy
Produksi Asiatikosida
0,25
0,22 0,09
0,05 0,16
0,09
-0,10
-0,03 -0,06
0,33 -0,01
1,64 P
6
: -0.33 P
7
: 0.04
P
14
: -7.23 P
12
: 0.86 P
8
: 0.48 P
9
: -0.76 P
10
: -1.13 P
11
: 0.93 P
13
: 6.96 P
15
: -0.19 P
4
: -0.14 P
3
: 0.81 P
2
: -0.85 P
1
: -0.10
P
5
: -0.32
Jumlah daun induk Panjang tangkai
Panjang daun Lebar daun
Tebal daun Diameter tangkai
Jumlah sulur primer Jumlah sulur sekunder
Panjang sulur Jumlah bunga induk
Jumlah buku Jumlah daun total
Jumlah bunga total Jumlah bunga sulur
Jumlah daun sulur
0.18 0.08
0.18 0.14
-0.14 -0.12
0.04 0.35
0.03 0.39
0.18 0.33
0.20
0.33 -0.42
0.39 Residu R
Bobot Terna
kering r
xy
p
xy
0.39 Residu R
75
Rekomendasi Pemupukan dan Batas Kritis pada Tanaman Pegagan
Hasil uji kontras polimomial menunjukkan bahwa untuk aplikasi pupuk N, P, dan K terhadap produksi senyawa bioaktif asiatikosida pada tanaman pegagan
adalah model regresi kuadratik yang merupakan model terbaik. Melalui model regresi ini dapat diketahui batas kritis hara, kisaran kecukupan hara dan dosis
maksimum. Untuk analisis selanjutnya model regresi kuadratik digunakan dalam penentuan kebutuhan pupuk N, P dan K tanaman pegagan.
Uji kalibrasi dilakukan dengan mengkalibrasikan nilai indeks analisis daun sampel dengan hasil yang dapat dipasarkan. Merlalui penelitian uji kalibrasi
diperoleh makna nilai analisis jaringan daun dari laboratorium menjadi data interpretasi, dimana jumlah kandungan hara N, P, dan K dalam sampel daun
tersebut statusnya tergolong kategori rendah dan tinggi. Hanya tanaman yang kandungan haranya tergolong rendah saja yang perlu aplikasi pemupukan. Oleh
karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam menyusun rekomendasi pemupukan.
Filosofi pemupukan yaitu pupuk merupakan tambahan hara kedalam tanah bila tanah tidak mampu menyediakannya bagi tanaman untuk tumbuh dan
berproduksi secara maksimum Danhke dan Olson 1990. Rekomendasi pemupukan berdasarkan status hara N, P, dan K tidak hanya memenuhi kebutuhan
untuk tumbuh dan berproduksi secara maksimum tetapi juga menghindari kelebihan pupuk diluar kebutuhan tanaman. Guna penyusunan rekomendasi
pemupukan dan penentuan batas kritis hara pada tanaman pegagan dilakukan penelitian tentang respon tanaman pegagan terhadap pemupukan N, P, K dan
konsentrasinya pada jaringan pegagan akibat pemberian pupuk N, P, dan K . Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk
nitrogen, fosfor dan kalium memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi bobot segar, bobot kering dan senyawa bioaktif asiatikosida baik pada tanaman
sampel maupun pada sistim panen ubinan 1m
2
seperti tertera pada Tabel 18, 19, 20, 21, 22, dan 23.
Pemupukan Nitrogen Pemberian berbagai dosis N selain memberikan pengaruhnyata terhadap
komponen produksi pegagan dan konsentrasi N daun. Produksi tertinggi 5.93 t
terna keringha terjadi pada perlakuan N
4
dengan dosis pemupukan 3.24 g Ntan adalah lebih tinggi dari produksi rata-rata yang dicapai pekebun pegagan 1.50 t
terna kering ha, maupun hasil penelitian tertinggi sebelumnya untuk aksesi Boyolali di Indonesia yakni sebesar 3.16 t terna keringha Tabel 18 dan 19.
Tabel 18 Pengaruh pemberian Nitrogen terhadap produksi bobot segar dan kering terna, senyawa asiatikosida, konsentrasi N daun tanaman
sampel, dan status hara N tanah Dosis Pupuk N
g Ntan Produksi
Bobot segar
gtan Produksi
Bobot Terna
Kering gtan
Produksi Senyawa
asiatikosida gtan
Konsentrasi N-daun
Status Hara
N-total Tanah
106.88b 14.97b
0.138b 2.85 c
0.28 c 0.81
119.31 b 21.30 ab 0.245 ab
2.95 bc 0.32 b
1.62 102.71 b 19.45 ab
0.253 ab 3.09 bc
0.33 b 2.44
100.63 b 19.06 ab 0.290 ab
3.13 b 0.34 b
3.24 127.32 a 22.26 a
0.347 a 3.54 a
0.37 a CV
18.41 16.93
19.51 5.36
10.12 Uji F
R
2
0.45 0.38
0.55 0.87 0.78
Pola respon L
L Q L Q
L L
Model terpilih L
Q Q
L L
Keterangan: = nyata = sangat nyata
L = regresi linier; Q = regresi kuadratik
Tabel 19 Pengaruh pemberian Nitrogen terhadap produksi bobot segar dan kering terna, senyawa asiatikosida, dan konsentrasi N daun ubinan
1mx1m. Dosis Pupuk N
g Ntan Produksi Bobot
segar kgm
2
Produksi Bobot Kering
gm
2
Produksi Asiatikosida
gm
2
0 21.80b 294.20b
2.707 c
0.81 37.07a 537.70a
6.522b 1.62 26.90a
510.52a 6.637b
2.44 28.70a 543.54a
8.262 b
3.24 33.90a 592.89a
8.764a CV
15.96 16.20
13.71 Uji F
Keterangan: = nyata = sangat nyata
Hasil uji orthogonal pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk N atau Konsentrasi Ndaun terhadap produksi menunjukkan respon yang bersifat
kuadratik nyata sampai sangat nyata, tetapi pemberian pupuk N yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan produksi bobot segar dan kering terna serta
asiatikosida. Hal ini sejalan dengan pernyataan Agustin 1990 menyatakan bahwa hubungan dosis pupuk dengan hasil tanaman mengikuti pola kuadratik, artinya
pemberian pupuk tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman sebaliknya dosis yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya hasil tanaman. Namun untuk
status hara N-total tanah, pengaruh berbagai dosis N memperlihatkan respon yang bersifat linier sangat nyata. Hal ini berarti bahwa peningkatan taraf dosis yang
diuji dalam penelitian ini masih akan diikuti oleh peningkatan status hara N-total tanah Tabel 19.
Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk N terhadap hasil relatif tanaman pegagan adalah bersifat kuadratik Gambar 6 dan 7,
diketahui bahwa dosis pemupukan N yang maksimal guna menghasilkan produksi bobot kering terna adalah 2.57 g Ntan atau setara 5.71 g ureatan. Untuk
menghasilkan senyawa bioaktif asiatikosida pegagan maksimum adalah 2.04 g Ntan atau setara 4.53 g ureatan.
Gambar 6 Korelasi antara dosis N daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman
Gambar 7
Korelasi antara dosis N daun terhadap hasil relatif senyawa asiatikosida per tanaman
Gambar 8 Korelasi antara konsentrasi N daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman serta batas kritis hara N tanaman pegagan
Gambar 9 Korelasi antara konsentrasi N daun terhadap hasil relatif senyawa asiatikosida per tanaman serta batas kritis hara N tanaman pegagan
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
100.0
2.50 3.00
3.50 4.00
P ro
d u
k si
rel a
ti f
b o
b o
t k
eri n
g t
ern a
ta na
m a
n s a
m p
el
Konsentrasi N daun
T
R
Batas Kritis
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
100.0
2.50 3.00
3.50 4.00
P rod
uk si
r el
a ti
f se
nyaw a
as ia
ti k
o si
da
ta na
m a
n s a
m p
el
Konsentrasi N daun
Batas Kritis
T
R
Rekomendasi Pemupukan dan Batas Kritis Hara N Tanaman Pegagan
Untuk mengetahui batas kritis hara N tanaman pegagan, dilakukan analisis regresi antara kadar N daun sampel dengan persen hasil relatif tanaman pegagan.
Batas kritis ditetapkan pada titik kadar N daun sampel yang menjadi pemisah antara status N kategori rendah dengan tinggi Gambar 8 dan 9. Batas kritis untuk
produksi bobot kering terna adalah pada kadar hara N daun 2.97 dengan produksi 100.95 g terna keringtan setara 8.35 t terna keringha . Selanjutnya batas
kritis dari hasil relatif asiatikosida yakni pada kadar hara N daun 2.98 dengan produksi 2.13 g senyawa asiatikosidatan setara 177,05 kg senyawa
asiatikosidaha. Nilai status hara di bawah nilai kritis ini diklasifikasikan rendah yang akan memberikan respon tinggi pada pemupukan. Sebaliknya, pada
tanaman pegagan yang kandungan hara N daunnya di atas batas kritis hanya sedikit atau tidak respon terhadap pemupukan.
Pemupukan Fosfor
Pemberian berbagai dosis P selain memberikan pengaruh yang nyata terhadap komponen produksi pegagan juga meningkatkan konsentrasi P-daun dan
status hara P tanah. Produksi semakin meningkat dengan semakin tinggi dosis P yang diberikan hingga pada perlakuan P
2
0.72 g P
2
O
5
tan, tetapi kemudian terjadi penurunan produksi meskipun dosis pemupukan ditambahkan Tabel 20
dan 21. Produksi tertinggi terjadi pada dosis pemupukan 0.72 g P
2
O
5
tan yakni sebesar 9.46 t terna keringhath yang lebih tinggi dari produksi rata-rata
pekebun pegagan 1.5 t terna keringhath maupun penelitian pemupukan pegagan aksesi Boyolali sebelumnya di Indonesia 3.16 t terna keringhath.
Tabel 20 Pengaruh pemberian Fosfor terhadap produksi bobot segar dan kering, senyawa asiatikosida, konsentrasi P daun tanaman sampel, dan status
hara P-total tanah Dosis
Pupuk P g P
2
O
5
tan Produksi
Bobot segar
gtan Produksi
Bobot Kering
gtan Produksi
Asiatikosida gtan
Konsentrasi P-daun
Status Hara P-total
Tanah 255.46c
48.11 c 0.099c
0.22 b 0.07 b
0.36 382.98b
72.26 b 0.169 b
0.26 a 0.09 a
0.72 473.64a
89.03 a 0.217 a
0.26 a 0.09 a
1.08 346.92b
65.21 b 0.149 b
0.23 ab 0.09 a
1.44 282.33c
53.07 c 0.111 c
0.22 b 0.09 a
CV
21.15 22.70
22.57 12.26
22.49
Uji F R
2
0.50 0.46
0.52 0.50
0.53
Pola Respon
Q Q
Kt Q Q
L
Model Terpilih
Q Q
Q Q
L
Keterangan: = nyata = sangat nyata
L = regresi linier; Q = regresi kuadratik; K = regresi Kubik
Tabel 21 Pengaruh pemberian Fosfor terhadap produksi bobot segar dan kering terna, senyawa asiatikosida, konsentrasi P daun ubinan 1mx1m.
Dosis Pupuk P g P
2
O
5
tan Produksi Bobot
segar kgm
2
Produksi Bobot Kering
gm
2
Produksi Asiatikosida
gm
2
0 4.00b 755.50c
1.413 b
0.36 4.98a 937.10b
2.340 a
0.72 5.03a
946.10 b 2.811 a
1.08 4.70ab
883.70 ab 1.822 b
1.44 4.61ab
867.60 ab 1.797 b
CV
21.15 22.70
22.57
Uji F
Keterangan: = nyata = sangat nyata
Hasil uji orthogonal pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk P atau Konsentrasi P-daun terhadap produksi menunjukkan respon yang bersifat
kuadratik nyata sampai sangat nyata, tetapi pemberian pupuk P yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan produksi bobot segar dan kering terna serta
asiatikosida. Namun untuk status hara P-total tanah, pengaruh berbagai dosis P mempelihatkan respon yang bersifat linier sangat nyata. Hal ini berarti bahwa
peningkatan taraf dosis yang diuji dalam penelitian ini masih akan diikuti oleh peningkatan status hara P-total tanah Tabel 20.
Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk P terhadap hasil relatif tanaman pegagan adalah bersifat kuadratik Gambar 10 dan 11,
diketahui bahwa dosis pemupukan P yang maksimal guna menghasilkan produksi bobot kering terna pegagan maksimal adalah 0.72 g P
2
O
5
tan atau setara 2.00 g SP-36tan. Sedang untuk menghasilkan bobot bioaktif asiatikosida maksimal
adalah 0.42 g P
2
O
5
tan atau setara 1.17 g SP-36tan.
Gambar 10 Korelasi antara dosis P daun terhadap hasil relatif bobot kering
terna per tanaman
y = -63.885x
2
+ 91.668x + 48.091 R² = 0.5065
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2 1.4
1.6
Produksi relatif bobot
keri ng terna
ta na
man sa mpel
Dosis P g P
2
O
5
tan
Gambar 11 Korelasi antara dosis P daun terhadap hasil relatif senyawa asiatikosida per tanaman
Gambar 12 Korelasi antara konsentrasi P daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman serta batas kritis P tanaman pegagan
y = -52.03x
2
+ 44.21x + 53.29 R² = 0.456
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2 1.4
1.6
Produks i relatif
senyawa asitikosida ta
na ma
n sampel
Dosis P g P
2
O
5
tan
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
100.0
0.20 0.25
0.30 0.35
P rod
u k
si rel
at if
b o
b o
t k
eri n
g t
ern a
ta n
a ma
n sa
mp el
Konsentrasi P daun
Batas Kritis
R T
Gambar 13 Korelasi antara konsentrasi P daun terhadap hasil relatif bobot senyawa asiatikosida per tanaman serta batas kritis P tanaman
pegagan Rekomendasi Pemupukan dan Batas Kritis Hara P Tanaman Pegagan
Seperti pada hara N, penetapan batas kritis kadar hara P kritis tanaman pegagan ditetapkan dengan menggunakan metode Cate dan Nelson. Berdasarkan
hasil analisis regresi Gambar 12, diketahui batas kritis untuk produksi bobot kering terna adalah pada kadar hara Pdaun 0.23 dengan produksi 62.09 g terna
keringtan setara 5.15 t terna keringha. Selanjutnya batas kritis dari hasil relatif asiatikosida yakni pada kadar hara P daun 0.23 dengan produksi 0.157 g
asiatikosidatan setara 13 kg senyawa asiatikosidaha Gambar 13.
Pemupukan Kalium
Aplikasi berbagai dosis K memberikan pengaruh yang nyata terhadap komponen produksi pegagan dan meningkatkan konsentrasi K-daun serta status
hara K tanah. Produksi semakin meningkat dengan semakin tinggi dosis K yang
R 0.0
10.0 20.0
30.0 40.0
50.0 60.0
70.0 80.0
90.0 100.0
0.20 0.25
0.30 0.35
P ro
duks i r
el a
ti f
se ny
a w
a a
si a
ti ko
si da
ta na
m a
n s a
m pe
l
Konsentrasi P daun
Batas Kritis
T
R
diberikan hingga pada perlakuan K
2
2.64 g P
2
O
5
tan, tetapi kemudian produksi menurun meskipun dosis pemupukan ditambahkan Tabel 22dan 23. Produksi
tertinggi terjadi pada dosis pemupukan 2.64 g P
2
O
5
tan yakni sebesar 19.16 t terna keringhath yang lebih tinggi dari produksi rata-rata pekebun pegagan
1.50 t terna keringhath maupun penelitian pemupukan pegagan aksesi Boyolali sebelumnya di Indonesia 3.16 t terna keringhath.
Tabel 22 Pengaruh pemberian Kalium terhadap produksi bobot segar dan kering, senyawa asiatikosida, konsentrasi K daun tanaman sampel, dan status
hara K tanah Dosis Pupuk
K g K
2
Otan Produksi
Bobot Terna
segar gtan
Produksi Bobot
Terna Kering
gtan Produksi
Senyawa Asiatikosida
gtan Konsentrasi
K-daun Status Hara
K-total Tanah
141.30b 26.56 b
0.032c 4.31 b
0.40 b 1.32
173.86a 32.70 a
0.036cb 5.07 a
0.46 a 2.64
186.18a 35.03 a
0.098a 5.15 a
0.46 a 3.96
182.00a 34.21 a
0.041b 4.90 ab
0.44 a 5.28
141.51b 26.60 b
0.024c 4.72 ab
0.49 a CV
21.15 22.70
22.57 12.26
22.49
Uji F
25.26 27.10
25.57 8.20
7.23
R
2
Pola Respon
0.16 0.15
0.80 0.89
0.63
Model Terpilih
Q Q
Q QL
L
Keterangan: = nyata = sangat nyata
L = regresi linier; Q = regresi kuadratik; K = regresi Kubik
Tabel 23 Pengaruh pemberian Kalium terhadap produksi bobot segar dan kering terna, asiatikosida, konsentrasi K daun ubinan 1mx1m
Dosis Pupuk g K
2
O tan Produksi Bobot
segar kgm
2
Produksi Bobot Kering
gm
2
Produksi Asiatikosida
gm
2
7.87b 1480 b
1.776 c 1.32
9.68a 1820 a
2.108 b 2.64
10.19a 1916 a
5.096 a 3.96
7.93b 1493 b
1.792 c 5.28
7.35b 1381 b
1.243 c CV
15.59 22.04
28.14
Uji F
Keterangan: = nyata = sangat nyata
Hasil uji orthogonal pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk K atau Konsentrasi K-daun terhadap produksi menunjukkan respon yang bersifat
kuadratik nyata sampai sangat nyata, tetapi pemberian pupuk K yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan produksi bobot segar dan kering terna serta
asiatikosida. Untuk status hara K-total tanah, pengaruh berbagai dosis K mempelihatkan respon yang bersifat linier. Hal ini berarti bahwa peningkatan
taraf dosis yang diuji dalam penelitian ini masih akan diikuti oleh peningkatan status hara K-total tanah Tabel 22.
Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk K terhadap hasil relatif tanaman pegagan adalah bersifat kuadratik Gambar 14 dan 15,
diketahui bahwa dosis pemupukan K yang maksimal guna menghasilkan produksi bobot kering terna pegagan adalah 2.69 g K
2
Otan atau setara 4.48 g KCltan. Untuk menghasilkan bobot bioaktif asiatikosida maksimal adalah 2.93 g K
2
Otan atau setara 4.88 g KCltan.
Gambar 14 Korelasi antara dosis K daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman
Gamb
Gamb ar 15
Kor asia
ar 16 Kor
ker
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
P roduks
i r el
a ti
f bobot ke
ri ng t
er n
a
ta nam
a n s
a m
p el
relasi antara atikosida per
relasi antara ing terna per
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
00.0
2.5 3
a dosis K da r tanaman
a konsentras r tanaman se
3.0 3.5
Konsen
Batas K
R
aun terhadap
si K daun erta batas kri
4.0 4.5
ntrasi K dau
Kritis
p hasil relati
terhadap ha itis hara K ta
5.0 5.
un T
if bobot seny
asil relatif b anaman pega
5 6.0
yawa
bobot agan
Gambar 17 Korelasi antara konsentrasi K daun terhadap hasil relatif bobot
senyawa asiatikosida per tanaman serta batas kritis hara K tanaman pegagan
Rekomendasi Pemupukan dan Batas Kritis Hara K Tanaman Pegagan
Batas kritis hara K dilakukan dengan analisis regresi antara kadar K daun sampel dengan persen hasil relatif tanaman pegagan. Berdasarkan hasil analisis
regresi Gambar 16 dan 17, diketahui batas kritis untuk produksi bobot kering terna adalah pada kadar hara K daun 3.98 dengan produksi 195.87 g terna
keringtan setara 16.27 t terna keringha. Selanjutnya batas kritis dari hasil relatif asiatikosida yakni pada kadar hara K daun 3.85 dengan produksi 0.98 g
asiatikosidatan setara 81.77 kg senyawa asitikosidaha.
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0 90.0
100.0
2.5 3.0
3.5 4.0
4.5 5.0
5.5 6.0
P rodu
k si
r el
at if
s enya
w a as
ia ti
kos ida
ta n
a ma
n sa
mp el
Konsentrasi K daun
Batas Kritis
T
R
SIMPULAN
1. Karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan sebagai penciri
produksi asiatikosida pada aplikasi pupuk N, P, dan K adalah jumlah daun total, panjang daun, lebar daun, jumlah sulur primer, dan jumlah buku.
2. Model regresi yang terbaik antara dosis pupuk N, P, K daun sampel dengan
hasil relatif pada tanaman pegagan berat kering terna maupun bobot senyawa asiatikosida adalah kuadratik.
3. Batas kritis hara N, P, dan K daun pegagan untuk produksi berat kering terna
terletak pada titik 2.97 N; 0.23 P; dan 3.98 K. Untuk produksi asiatikosida titik kritisnya terletak pada 2.98 N; 0.23 P; dan 3.85 K.
4. Berdasarkan model regresi kuadratik dosis pupuk N, P dan K untuk
menghasilkan terna kering maksimum yakni 2.57 g Ntan, 0.72 g P
2
O
5
tan dan 2.69 g K
2
Otan. 5.
Rekomendasi dosis pupuk N, P dan K untuk menghasilkan asiatikosida maksimum yakni 2.04 g Ntan, 0.42 g P
2
O
5
tan dan 2.93 g K
2
Otan.
VALIDASI PEMUPUKAN DENGAN KISARAN PEMUPUKAN N, P, K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SENYAWA
BIOAKTIF ASIATIKOSIDA MAKSIMUM PADA TANAMAN PEGAGAN
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan validasi dari hasil penyusunan rekomendasi pemupukan yang rasional untuk produksi terna kering maupun senyawa bioaktif
asiatikosida maksimum yang memenuhi standar MMI. Perlakuan percobaan terdiri atas lima taraf dosis pupuk NPK yang diatur dalam rancangan acak
kelompok RAK, setiap perlakuan terdiri atas lima ulangan dengan jumlah tanaman 50 tanaman pegagan per unit percobaan. Perlakuan percobaan adalah
sebagai berikut: 1 K0 = tanpa pupuk NPK kontrol, 2 K1 = Kisaran Dosis NPK rendah 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g Ktan, 3 K2 = Kisaran Dosis NPK cukup
1.23 g N + 0.05 g P + 0.91 g Ktan, 4 K3 = Kisaran Dosis NPK maksimum 2.04 g N + 0.42 g P + 2.93 g Ktan, 5 K4 = Kisaran Dosis NPK tinggi 2.88 g
N + 0.77 g P + 5.06 g Ktan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pengaruh yang nyata antar dosis pupuk NPK yang diberikan. Dosis
maksimum pemupukan secara multi nutrient untuk tanaman pegagan sebesar 2.04 g N + 0.72 g P +2.93 g K tanamanmusim tanam menghasilkan produksi pegagan
tertinggi yakni sebesar 15 ton terna keringha dengan kandungan bioaktif asiatikosida sekitar 28.872 kg asiatikosidaha.
Kata kunci: Centella asiatica, validasi, rekomendasi pupuk
VALIDATION OF FERTILIZATION WITH RANGE OF N,P,K NUTRIENTS REACH MAXIMUM GROWTH AND PRODUCTION OF
ASIATICOSIDE BIOACTIVE ON ASIATIC PENNYWORT ABSTRACT
The research is a validation of the disposition of fertilizer recommendation to produce maximum dry weight asiatiocide bioactive which meets the MMI
standards. The experimental treatment consists of five NPK fertilizer dosage degree arranged in randomized group design RAK, every treatment consists of
five repetition with total 50 asiatic pennyworts per experimental unit. The experimental treatments are: 1 K0 = without NPK fertilizer control, 2 K1 =
low dosage range of NPK 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g Ktan, 3 K2 = moderate dosage range of NPK 1.23 g N + 0.05 g P + 0.91 g Ktan, 4 K3 = maximum
dosage range of NPK 2.04 g N + 0.42 g P + 2.93 g Ktan, 5 K4 = high dosage range of NPK 2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g Ktan. The research’s outcome
shows that there is a significant effect between given dosage of NPK fertilizer. Maximum dosage of multi nutrient fertilization for asiatic pennywort 2.04 g N +
0.42 g P + 2.93 g K plantsgrowing season produces the highest amount of asiatic pennywort, that is 15 ton dry weightha with asiaticoside bioactive
approximately 28.872 kg asiaticosideha.
Key words: Centella asiatica, validation, fertilizer recommendation
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan hara yang cukup di dalam tanah. Jika tanah
tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemupukan perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Setiap jenis tanaman
membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang berbeda. Ketidak tepatan pemberian hara dalam bentuk pupuk selain akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh
dan berproduksi secara optimal juga merupakan pemborosan tenaga dan biaya. Agar pemupukan menjadi efisien maka, pemberian pupuk tidak cukup hanya
melihat keadaan tanah dan lingkungan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kebutuhan pokok unsur hara tanaman. Dengan diketahui kebutuhan pokok unsur
hara tanaman pegagan, maka dosis pupuk dapat ditentukan lebih tepat. Menurut Soepartini 1990 untuk mengetahui suatu unsur hara berada dalam keadaan
kurang, optimal atau kelebihan dapat ditentukan dengan cara menghubungkan antara jumlah unsur hara yang tersedia dalam jaringan tanaman dengan respon
baik pertumbuhan maupun produksi tanaman secara grafikal. Metode diagnosis analisis tanaman adalah batas kritis dan kisaran kecukupan hara. Penggunaan
metode ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis contoh jaringan tanaman dengan standar referensi baku yang sudah ditetapkan. Kisaran kecukupan
hara adalah pengembangan dari batas kritis untuk menganalisis status hara tanaman. Disamping itu kisaran kecukupan hara juga merupakan interpretasi yang
diperoleh dari hubungan antara produksi dengan kadar hara jaringan sampel tanaman. Pemupukkan dianjurkan hanya dilakukan pada status sangat rendah
hingga rendah. Kelemahan dari pendekatan ‘batas kritis’ hara adalah adanya variasi kadar
hara dengan umur. Oleh karena itu Sumner 1979 menyarankan untuk dilakukan a membuat batas kritis dari berbagai umur tanaman, atau b akumulasi berat
kering dengan umur agar dimonitor guna mengoreksi kadar hara dengan pertambahan berat kering, atau c membuat batas kritis menjadi suatu ’Kisaran’,
seperti kisaran kecukupan hara, batas terendah mendekati batas kritis, batas tertinggi memakai kadar yang tak umum, atau konsentrasi toksik. Oleh karena itu
dilakukan penelitian studi kisaran kecukupan hara pada tanaman pegagan yang
merupakan validasi dari hasil-hasil peneltian 1 dan 2 sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status hara N, P, K jaringan tanaman sampel dengan produksi terna maupun bioaktif asiatikosida
berdasarkan model regresi yang tepat untuk pegagan, serta validasi dari hasil penyusun paket teknologi budidaya tanaman pegagan terutama rekomendasi
pemupukan yang rasional untuk produksi senyawa bioaktif asiatikosida maksimum yang memenuhi standar MMI.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO pada bulan Pebuari sampai juni 2010 pada jenis tanah Andisol yang berada pada
ketinggian tempat 1500 mdpl.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Bibit pegagan aksesi Boyolali, polibag, pupuk Urea, SP 36, dan KCL, serta bahan-bahan untuk
analisis kandungan hara dan senyawa bioaktif asiatikosida. Peralatan yang digunakan terdiri dari leaf area meter, peralatan tanam
cangkul, tugal, traktor, timbangan, jangka sorong, meteran dan alat tulis menulis.
Metodologi Penelitian
Perlakuan percobaan terdiri atas lima taraf dosis pupuk NPK yang diatur dalam rancangan acak kelompok RAK, setiap perlakuan terdiri atas lima
ulangan dengan jumlah tanaman 50 tanaman pegagan per unit percobaan. Sehingga jumlah bibit yang digunakan adalah 1250 bibit tanaman pegagan yang
relatif seragam. Perlakuan dosis pupuk P diberikan sekaligus saat tanam. Aplikasi sepertiga dosis pupuk N dan setengah dosis pupuk K pertama dilakukan seminggu
setelah tanam. Pada saat tanaman berumur 40 HST dan 80 HST dilakukan pemupukan urea kembali masing-masing sepertiga dosis perlakuan, sedangkan
pada 60 HST dilakukan pemupukan K kembali dengan menggunakan setengah dosis K yang belum diaplikasikan. Perlakuan percobaan adalah sebagai berikut:
K0 = tanpa pupuk NPK kontrol, K1 = Kisaran Dosis NPK rendah, umumnya dosis NPK untuk mencapai status hara jaringan tanaman mendekati atau sama
dengan Status hara NPK pada batas kritis, K2 = Kisaran Dosis NPK cukup, yakni dosis NPK untuk mencapai status hara jaringan tanaman antara Status hara NPK
pada kisaran rendah dan optimum dipakai titik belok 10 dari pertumbuhan atau produksi maksimum, K3 = Kisaran Dosis NPK maksimum, yakni dosis
NPK untuk mencapai status hara jaringan tanaman mendekati atau sama dengan Status hara NPK maksimum, K4 = Kisaran Dosis NPK tinggi, yakni dosis NPK
untuk mencapai status hara jaringan tanaman diatas status hara NPK maksimumdipakai titik belok 10 mulai menurunnya pertumbuhan atau
produksi maksimum.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bibit
Bibit yang akan digunakan diperoleh dengan cara perbanyakan tanaman dengan stek stolon berakar. Pembibitan dilakukan di polibag di tempat yang
ternaungi selama 4 minggu.
Persiapan Lahan
Sebelum dilakukan penelitian ini, lahan yang akan ditanami dianalisis tanahnya terlebih dahulu untuk mengetahui kadar hara N, P, dan K pada tanah
tersebut. Pengolahan tanah dilakukan satu hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan
dari gulma lalu dicangkul dan dibagi ke dalam 25 petakan, setiap petakan tersebut masing-masing berukuran 2 m x 3 m, jarak antar petakan 50 cm.
Penanaman
Penanaman akan dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sesuai dengan ukuran polibag yang digunakan dalam kegiatan pembibitan. Jarak tanam
yang digunakan adalah 30 cm x 40 cm. Tanaman dibuat seragam dengan jumlah daun maksimal 3 daun.
Pemupukan
Dosis pupuk N , P, dan K diberikan sesuai perlakuan untuk setiap satuan percobaan petak. Aplikasi pupuk N dibagi menjadi tiga kali aplikasi yaitu pada
saat tanam, 40 HST, dan 80 HST. Pemupukan P
2
O
5
dilakukan pada saat tanam, sedangkan pupuk K
2
O dibagi menjadi dua kali aplikasi yaitu pada saat tanam dan pada umur tanaman 60 HST. Hasil penelitian 2 terdahulu menjadi dasar penentuan
komposisi dan dosis pemupukan pegagan dalam penelitian ini, sehingga perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut: 1 K
= tanpa pemupukan, K
1
= 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g Ktan, 2 K
2
= 1.23 g N + 0.05 g P + 0.91 g Ktan, K
3
= 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g Ktan, dan K
4
= 2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g Ktan.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, dan penyiraman yang dilakukan sesuai kondisi lapang.
Panen
Panen dilakukan pada umur 5 bulan, untuk pengambilan contoh destruktif yaitu dengan menggunakan kuadran berukuran 1 m x 1 m untuk setiap unit
percobaan.
Pengamatan Produksi
Produksi tanaman pegagan berupa bobot terna basah kg pada setiap sampel tanaman, dilakukan pada akhir percobaan. Selanjutnya bobot terna kering
kg didapat dengan mengeringkan terna basah ke dalam oven terlebih dahulu. Sedang kandungan bioaktif asiaticosida dihitung secara kuantitatif
berdasarkan analisa sampel yang diambil dari produksi terna. Tabel 24 Karakter agronomi dan kandungan fitokimia yang diamati
No. Karakter Agronomi dan
Kandungan Fitokimia Deskripsi
1 Bobot basah biomassa
Bobot basah biomasa diperoleh dengan cara menimbang bobot basah panen
ubinan ukuran 1 m x 1 m.
2. Bobot kering biomassa
Bobot kering biomassa diperoleh dengan cara menimbang hasil panen
ubinan yang telah mengalami proses pengeringan dalam oven dengan suhu
105ºC selama 24 jam.
3. Kandungan Asiatikosida
Dihitung secara kuantitatif yang dilakukan di Laboratorium.
Pengamatan faktor lingkungan tumbuh dilakukan seperti pada Penelitian 1.
Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, apabila hasil analisis menunjukan pengaruh nyata pada taraf nyata 0.05 dilakukan uji DMRT untuk
mengetahui pola respon tanaman terhadap pemberian beberapa taraf dosis pupuk NPK. Studi kecukupan hara N P K melalui diagnose analisis jaringan tanaman
menggunakan metoda kisaran kecukupan hara terhadap produksi terna dan bioaktif asiatikosida maksimum pada tanaman pegagan dilakukan dengan
menggunakan dosis pupuk N, P dan K maksimum, batas kritis status hara jaringan tanaman serta perbedaan pengaruhnya dengan batasan a kisaran terendah, yakni
status hara yang mendekati atau sama dengan batas kritis, b kisaran sedang, yakni status hara diantara kisaran rendah dengan kisaran tinggi, c kisaran tinggi,
yakni status hara jaringan tanaman di atas normal atau konsentrasi toksik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Pemupukan NPK terhadap Produksi Pegagan
Hasil sidik ragam menunjukkan telah terjadi perbedaan pengaruh perlakuan yang nyata antar dosis pupuk perlakuan kisaran kecukupan hara yang diuji.
Tingkat produksi tananaman pegagan yang dipupuk tampak lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol yang tanpa pemupukan Tabel 25.
Tabel 25 Pengaruh pemupukan NPK terhadap produksi bobot segar dan kering serta bioaktif asiatikosida tanaman pegagan
Perlakuan Pemupukan NPK
per tanaman Bobot segar terna
kgm
2
Bobot kering terna
gm
2
Produksi Asiatikosida
gm
2
3.078 c 637.44 c
4.266 d
0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g K
5.088 bc 954 bc
7.824 c
1.23 g N + 0.05 g P + 0.91g K
5.934 b 1165.98 b 17.022 b
2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g K
6.90a 1500.42 a 28.872 a
2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g K
6.852 a 1272 ab
11.574 bc KK
7.48 10.45
11.13
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5.
Produksi tertinggi untuk produksi bobot segar dan kering terna secara umum terjadi pada perlakuan K
3
2.04 g N + 0.42 g P + 2.93 g Ktan dengan produksi 15 ton terna keringha yang merupakan kisaran dosis NPK maksimum,
sedang untuk bobot asiatikosida tertinggi juga terjadi pada perlakuan kisaran dosis pemupukan NPK maksimum K
3
yakni 28.872 kg senyawa asiatikosida per ha. Produksi bobot segar dan kering terna maupun bobot senyawa asiatikosida
pegagan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemupukan hingga perlakuan K
3
. Produksi tersebut menurun pada perlakuan kisaran hara K
4
yang merupakan kisaran tinggitoksik meskipun diberikan dosis pemupukan yang
lebih tinggi dibandingkan K
3
. Hal ini menunjukkan bahwa respon tanaman pegagan terhadap pemupukan sejalan dengan penelitian 2 terdahulu yakni pola
kuadratik. Tabel 26 Pengaruh pemupukan NPK terhadap kehilangan hara yang terangkut
produksi tanaman pegagan serta senyawa asiatikosida Perlakuan
Pemupukan NPK per tanaman
Kehilangan hara kgha Kadar senyawa
asiatikosida
N P
K
186.36 21
220.08
0.67 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g K
299.52 25.74 284.28
0.82 1.23 g N + 0.05 g P + 0.91 g K
426 32.52 413.22
1.46 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g K
487.14 38.64 484.38
1.77 2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g K
455.40 38.16 446.46
0.91
Berdasarkan produksi terna kering tertinggi yang diperoleh, maka kehilangan hara NPK yang terangkut panen terna pegagan cukup besar.
Kehilangan hara ini perlu diperhitungkan dalam penentuan dosis pemupukan berikutnya bila penanaman pegagan dilakukan secara berulang di tempat yang
sama Tabel 26.
Harapan pekebun pegagan adalah berupaya untuk mendapatkan produksi terna pegagan sebanyak - banyaknya dengan kandungan bioaktif asiatikosida yang
tertinggi, karena industri pengguna mensyaratkan standar terna pegagan dengan kadar bioaktif yang tinggi. Sehingga dimasa datang pembelian terna pegagan
ditetapkan dengan memperhitungkan kadar bahan senyawa aktif yang dikandungnya. Produksi bioaktif yang dihasilkan merupakan hasil perkalian berat
kering terna dengan kadar bioaktif asiatikosida yang dikandungnya. Pemupukan NPK pada tanaman pegagan memberikan respon yang positif
baik terhadap pertumbuhan maupun produksi terna dan bioaktif asiatikosida. Namun dalam penyusunan rekomendasi pemupukan tetap harus memperhitungkan
aspek ekonomi, terutama harga pupuk dan hasil berat kering terna atau bobot asiatikosida pegagan. Berdasarkan dosis pemupukan dari beberapa kisaran
kecukupan hara pegagan yang telah di uji, diperoleh beberapa alternatif rekomendasi pemupukan tanaman pegagan guna mendapatkan produktivitas terna
kering pegagan yang tinggi dengan kandungan senyawa bioaktif asiatikosida terstandar yang tinggi. Rekomendasi pemupukan terbaik berdasarkan kurva
regresi pola kuadratik N, P, dan K hasil uji kalibrasi didapatkan standar status hara N, P, dan K daun masing-masing secara berurutan 3.58 N, 0.39 P, dan 4.84
K. Sedangkan dosis maksimum pemupukan secara multi nutrient untuk tanaman pegagan sebesar 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g K0 tanamanmusim tanam.
Perkiraan produksi pegagan dengan menggunakan rekomendasi pemupukan ini sekitar 15 ton terna keringha dengan kandungan bioaktif asiatikosida sekitar
28.872 kg asiatikosidaha. Kehilangan hara yang terbawa panen sebesar 487.14 kgN + 28.64 kgP + 484.38 kg K.
SIMPULAN
Dosis maksimum pemupukan secara multi nutrient untuk tanaman pegagan sebesar 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g K0 tanamanmusim tanam. Perkiraan
produksi pegagan dengan menggunakan rekomendasi pemupukan ini sekitar 15 ton terna keringha dengan kandungan bioaktif asiatikosida sekitar 28.872 kg
asiatikosidaha. Kehilangan hara yang terbawa panen sebesar 487.14 kgN + 28.64 kgP + 484.38 kg K.
STUDI FREKUENSI DAN CARA PANEN PEGAGAN PADA SISTEM RATOON UNTUK PRODUKSI MAKSIMUM SENYAWA BIOAKTIF
ASIATIKOSIDA ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi sistem panen ratoon yang tepat untuk tanaman pegagan agar dapat diperoleh produksi maksimum dengan
kandungan senyawa bioaktif asiatikosida yang memenuhi persyaratan MMI. Penelitian dilaksanakan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO tahun 2009
pada jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1200 mdpl. Perlakuan percobaan diatur dalam rancangan penelitian Petak Terbagi Split
plot. Sebagai Petak utama Main Plot adalah aksesi V yang terdiri dari 2 aksesi yakni V
1
= aksesi Boyolali dan V
2
= aksesi Lokal Gn. Putri. Anak petak Sub Plot adalah umur system panen Ratoon R, yang terdiri dari 3 macam,
yakni R
1
= panen setiap 1 bulan, R
2
= panen setiap 2 ½ bulan, dan R
3
= panen setiap 5 bulan. Setiap perlakuan terdiri atas empat ulangan dengan jumlah
tanaman 40 tan pegaganunit percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan pengaruh yang nyata antar aksesi Boyolali dan aksesi lokal
pada pertumbuhan vegetatif seperti panjang daun, lebar daun dan tebal daun maupun produksi. Perlakuan frekwensi sistem panen ratoon yang dilakukan setiap
5 bulan R3 merupakan perlakuan yang cenderung menghasilkan produksi bobot segar 29.88 tha, bobot kering 18 tha atau bobot asiatikosida 25.80 kgha
adalah tertinggi dari sistem panen lain yang diuji. Secara statistik ketiga sistem panen ratoon yang diuji tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
produksi pegagan.
Kata kunci: Centella asiatica, frekuensi sistem panen ratoon, produksi
STUDY OF PRECUENCY AND RATOON HARVEST SYSTEM ON ASIATIC PENNYWORT TO PRODUCE MAXIMUM
ASIATICOSIDE BIOACTIVE ABSTRACT
The research’s aim is to acknowledge the right frequency of ratoon system for harvesting asiatic pennywort to gain maximum production of asiaticoside
bioactive which meets MMI standards. The research was conducted at KP Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO in year 2009 on andisol soil at the height of
1200m above sea level. The experimental treatment was set up in split plot study design. As the main plot is the variety V, which consists of 2 varieties, V
1
= Boyolali variety and V
2
= local variety Gn.Putri. The sub plot is ratoon harvest system age R, which consist of 3 types, R
1
= harvested every 1 month, R
2
= harvested every 2 ½ month, and R
3
= harvested every 5 month. Every treatment consists of 4 repetition with total plants of 40 asiatic pennywortsexperimental
unit. The results show no significant difference of effect between Boyolali variety and local variety on vegetative growth, such as leaf length, leaf width, leaf thick
and production. Frequency of ratoon harvest system which tends to produce the highest results among another harvest system tested is the treatment of harvest
conducted every 5 month R
3
, with the production of fresh weight 29.88 tha, dry weight 18 tha, or asiaticoside weight 25.8 kgha. Statistically, all ratoon
harvest system tested did not show significant effect to the production of asiatic pennywort.
Key words: Centella asiatica, ratoon harvest system frequency, production
PENDAHULUAN
Tinggi rendahnya kualitas dan kuantitas produksi terna terstandar tanaman pegagan sangat ditentukan oleh frekuensi dan penentuan waktu panen yang
dilakukan. Hal ini sejalan dengan pernyataaan Wibowo 1990 bahwa penentuan tingkat kemasakan yang tepat pada saat umur panen merupakan salah satu aspek
agronomi penting untuk memperoleh produk yang berkualitas tinggi.Interaksi perlakuan waktu panen dan pemberian pupuk N, P, dan K diduga dapat
berpengaruh terhadap produksi bobot biomas segar dan kering serta produksi senyawa asiatikosidanya akibat perubahan kandungan fitokimia daun pegagan
tersebut. Perlakuan waktu panen dan pemberian pupuk P
2
O
5
diduga dapat berpengaruh terhadap perubahan kandungan fitokimia alkaloid, saponin, tanin,
fenolik dan glikosida positif kuat sampai positif sangat kuat sekali. Produksi bobot biomas segar tertinggi pada interaksi perlakuan waktu panen 4 bulan dosis pupuk
108 kg P
2
O
5
ha dan produksi terendah waktu panen 2 bulan dosis pupuk 72 kg P
2
O
5
ha Sutardi 2008. Panen pegagan biasanya dilakukan petani setelah tanaman berumur 3 - 4
bulan setelah tanam dengan cara dipangkas bagian daun dan sulurnya. Untuk mendapatkan sistem panen yang tepat, maka cara panen petani tersebut perlu
dikaji lebih jauh, terutama dalam penentuan waktu dan frekwensi panen yang tepat agar diperoleh kuantitas dan kualitas produksi terna pegagan tinggi yang
memenuhi persyaratan MMI. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui frekwensi, sistem dan cara panen pegagan yang tepat untuk produksi maksimum senyawa
bioaktif asiatikosida.
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu
Penelitian dilaksanakan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO pada bulan Juni sampai Desember 2009 pada jenis tanah Andisol yang berada pada
ketinggian tempat 1500 mdpl.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Bibit pegagan aksesi Boyolali, polibag, pupuk Urea, SP 36, dan KCL serta bahan-
bahan untuk analisis kandungan hara dan senyawa bioaktif asiatikosida. Peralatan yang digunakan terdiri dari leaf area meter, peralatan tanam
cangkul, tugal, traktor, timbangan, jangka sorong, meteran dan alat tulis menulis.
Metodologi Penelitian
Perlakuan percobaan diatur dalam rancangan penelitian Petak Terbagi Split plot. Sebagai Petak utama Main Plot adalah aksesi V yang terdiri dari 2
aksesi yakni V
1
= aksesi Boyolali dan V
2
= aksesi Lokal Gn. Putri. Anak petak Sub Plot adalah umur system panen Ratoon R, yang terdiri dari 3 macam,
yakni R
1
= panen setiap 1 bulan, R
2
= panen setiap 2 ½ bulan, dan R
3
= panen setiap 5 bulan. Setiap perlakuan terdiri atas empat ulangan dengan jumlah
tanaman 40 tan pegaganunit percobaan, sehingga jumlah tanaman yang digunakan 560 bibit tanaman pegagan yang relatif seragam. Jarak tanam pegagan
adalah 50 cm x 50 cm. Sebagai perlakuan dasar diberikan pupuk N, P, dan K dengan dosis pupuk 239.04 kg Nha setara dengan 6.4 g ureatan; 63.91 kg Pha
setara 2.13 g SP36tan; dan 419 kg Kha setara 8.43 g KCltan. .
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bibit
Bibit yang akan digunakan diperoleh dengan cara perbanyakan tanaman dengan stek stolon berakar. Pembibitan dilakukan di polibag di tempat yang
ternaungi selama 4 minggu.
Persiapan Lahan
Sebelum dilakukan penelitian ini, lahan yang akan ditanami dianalisis tanahnya terlebih dahulu untuk mengetahui kadar hara N, P, dan K pada tanah
tersebut. Pengolahan tanah dilakukan satu hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan dari gulma lalu dicangkul dan dibagi ke dalam 25 petakan, setiap petakan tersebut
masing-masing berukuran 2 m x 3 m, dengan jarak antar petakan 50 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sesuai dengan ukuran polibag yang digunakan dalam kegiatan pembibitan. Jarak tanam yang
digunakan adalah 30 cm x 40 cm. Tanaman dibuat seragam dengan jumlah daun maksimal 3 daun.
Pemupukan
Dosis pupuk N , P, dan K diberikan sebagai perlakuan dasar untuk setiap satuan percobaan petak. Aplikasi pupuk N dibagi menjadi tiga kali aplikasi yaitu
pada saat tanam, 40 HST, dan 80 HST. Pemupukan P
2
O
5
dilakukan pada saat tanam, sedangkan pupuk K
2
O dibagi menjadi dua kali aplikasi yaitu saat tanam dan pada umur tanaman 60 HST.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, dan penyiraman yang dilakukan sesuai kondisi lapang.
Panen
Panen dilakukan untuk pengambilan contoh destruktif yaitu dengan menggunakan kuadran berukuran 1 m x 1 m untuk setiap unit percobaan yang
dilakukan seperti tertera pada Tabel 27. Tabel 27 Perlakuan Frekwensi Panen Sistem Ratoon
Perlakuan Panen Bulan Jumlah
panen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R1 = Panen setiap bulan
Panen awal Panen setiap bulan
6 R2 = Panen
setiap 2.5 bulan Panen awal
Panen setiap 2.5 bulan 3
R3 = Panen setiap 5 bulan
Panen awal Panen setiap 5 bulan
2
Keterangan: = saat panen
Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap panen sesuai dengan perlakuan. Peubah yang diamati adalah karakter agronomi dan kandungan fitokimia tanaman
pegagan seperti tertera pada Tabel 28.
Tabel 28 Karakter agronomi dan kandungan fitokimia yang diamati No. Karakter Agronomi dan
Kandungan Fitokimia Deskripsi
A. Hasil Ternaprodukisi
1. Bobot basah biomassa
Bobot basah biomasa diperoleh dengan cara menimbang bobot basah panen
ubinan ukuran 1 m x 1 m, yang dilakukan pada setiap panen sesuai
dengan perlakuan.
B.Kandungan fitokimiaAsiatikosida
2 Analisa kandungan
asiatikosida pada jaringan tanaman
Sampel daun yang dianalisa kandungan asiatikosidanya diambil dari daun
dewasa yang masing-masing berasal dari daun pada setiap petakan perlakuan
disetiap panen sesuai dengan perlakuan.. Pengamatan faktor lingkungan tumbuh dilakukan seperti Percobaan 1.
Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, apabila hasil analisis menunjukan pengaruh nyata pada taraf nyata 0.05 dilakukan uji DMRT
untuk mengetahui pengaruh aksesi pegagan, sistem dan umur panen terhadap produksi bobot terna segar, terna kering, dan senyawa bioaktif asiatikosida
pegagan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis sidik ragam membuktikan bahwa tidak terjadi perbedaan pengaruh yang nyata antar aksesi Boyolali dan aksesi lokal pada pertumbuhan
vegetatif panjang daun dan tebal daun. Perlakuan frekwensi sistem panen ratoon
hanya memberikan perbedaan pengaruh yang nyata antar perlakuan diuji. Daun pada perlakuan R3 tampak lebih lebar dari pada perlakuan lain Tabel 29.
Tabel 29 Pertumbuhan vegetatif panjang daun, lebar daun, dan tebal daun pada dua aksesi pegagan dan tiga macam umur panen sitem ratoon
Perlakuan
Pertumbuahn vegetatif Panjang
Daun
cm
Lebar Daun cm
Tebal Daun mm
A.Petak Utama aksesi V1 = Boyolali
V2 = Lokal B.Anak Petak Frekwensi
sistem panen ratoon R1 = panen setiap bulan
R2 = panen setiap 2.5 bulan R3= panen setiap 5 bulan
4.99 a 4.93 a
3.74 a 5.17 a
5.97 a 1.65 a
1.50 a
0.92 b 1.64 ab
2.16 a 0.24 a
0.21 a
0.21 a 0.20 a
0.26 a
KK 6.20
4.72 4.42
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5
Hasil analisisis sidik ragam membuktikan bahwa tidak terjadi perbedaan pengaruh yang nyata antara kombinasi perlakuan aksesi petak utama dengan
frekwensi sistem panen ratoon anak petak terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi pegagan Tabel 30.
Pada perlakuan frekwensi sistem panen ratoon, terjadi perbedaan pengaruh perlakuan yang nyata pada produksi bobot segar dan kering terna serta senyawa
bioaktif asiatikosida, dimana perlakuan frekwensi sistem panen ratoon setiap 5 bulan R3 cenderung menghasilkan produksi pegagan terbanyak. Hal ini
disebabkan karena pada umur 5 bulan tersedia cukup waktu bagi pertumbuhan daun tanaman pegagan, sehingga bobot biomas daun yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman pegagan yang dipanen lebih cepat cepat. Bila panen dilakukan setiap 2.50 bulan, maka biomas daun yang dihasilkan belum
mencapai maksimal karena pertumbuhan lebar daun maksimal rata-rata 2.46 cm
untuk pegagan aksesi Boyolali terjadi pada umur 3 bulan setelah tanam Bermawie et al. 2008.
Harga senyawa asiatikosida yang saat ini mencapai Rp 1.10 juta per gram senyawa asiatikosida murni dan efisiensi biaya panen, maka perbedaan
produktivitas akibat perlakuan panen yang diuji dalam penelitian ini layak untuk dipertimbangkan. Sehingga perlakuan frekwensi sistem panen ratoon yang
dilakukan setiap 5 bulan R3 merupakan perlakuan yang di anjurkan karena produksi yang dihasilkan 29.88 t terna keringha dengan kandungan senyawa
bioaktif asiatikosida 25.80 kgha adalah jauh lebih tinggi dari produksi yang dihasilkan pada penelitian pegagan yang menggunakan aksesi Boyolali
sebelumnya di Indonesia 13.30 t terna keringha. Tabel 30 Produksi bobot segar, bobot kering, dan bobot senyawa asiatikosida
pada dua aksesi pegagan dan tiga macam umur panen sistem ratoon
Perlakuan
Produksi Bobot segar
terna kgm
2
Bobot kering terna
kgm
2
Bobot asiatikosida
gm
2
A.Petak Utama aksesi
V1 = Boyolali
V2 = Lokal B.Anak Petak Frekwensi sistem
panen ratoon R1 = panen setiap bulan
R2 = panen setiap 2.5 bulan R3= panen setiap 5 bulan
3.042 a 2.754 a
2.892 b 2.808 b
2.988 a 1.710 a
1.620 a
1.560 b 1.614 ab
1.824 a 2.46 a
2.40 a
2.28 b 2.40 ab
2.58 a
KK 11.81
11.02 14.62
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5