Akar Hasil TernaProduksi Diagnosis status hara dan senyawa bioaktif asiatikosida menggunakan analisis jaringan tanaman untuk menyusun rekomendasi pemupukan serta sistem panen pegagan (Centella asiatica)

Tabel 10 Lanjutan No. Karakter Morfologi, Agronomi dan Kandungan Fitokimia Deskripsi F.Kandungan FitokimiaAsiatikosida 17. Analisis kandungan N, P, dan K pada jaringan tanaman Sampel daun yang dianalisa kandungan N, P, dan K nya diambil dari daun dewasa yang masing-masing berasal dari daun umur lima bulan 5 BST yang ke 1 untuk status hara N,P dan K pada setiap petakan perlakuan. 18. Analisis kandungan asiatikosida pada jaringan tanaman Sampel daun yang dianalisa kandungan asiatikosidanya diambil dari daun dewasa yang masing-masing berasal dari daun umur lima bulan 5 BST yang ke 1 untuk status hara N, P dan K pada setiap petakan perlakuan. Pengamatan faktor lingkungan tumbuh dilakukan seperti pada Penelitian 1. Analisis Data Analisis tanaman merupakan teknik diagnostik yang sering digunakan untuk melihat status hara atau untuk meyakinkan defisiensi hara maupun guna menetapkan kebutuhan pupuk. Metode diagnosis analisis jaringan tanaman yang sering digunakan adalah batas kritis dan kisaran kecukupan hara. Kedua metode tersebut bersifat “penilaian harkat tunggal”, sehingga akan relatif sulit untuk mengetahui interaksi dengan hara lainnya. Oleh karena itu setiap perlakuan yang dicoba yakni dosis N, P, dan K dilakukan secara paralel dalam 3 percobaan, sehingga hanya merupakan satu faktor yang masing-masing mempunyai beberapa taraf yang berjarak sama equal spaced maka dapat dilakukan perbandingan secara ortogonal polinom. Dari ketiga perlakuan hara tersebut terdapat empat pembanding yaitu linier, kuadratik, kubik, dan kuartik. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, apabila hasil analisis menunjukan pengaruh nyata pada taraf nyata 0.05 dilakukan uji DMRT untuk mengetahui pola respon tanaman terhadap pemberian pada taraf dosis masing-masing pupuk N, P atau K. Sedangkan untuk mengetahui dosis pupuk N, P maupun K yang maksimal terhadap produksi senyawa bioaktif asiatikosida pegagan tertinggi dilakukan analisis regresi. 2. Untuk menghitung korelasi antara kadar hara N, P atau K daun dan produksi dianalisis dengan analisis korelasi linier sederhana. 3. Produksi dinyatakan dalam persen yang merupakan hasil relatif maksimum dengan menggunakan persamaan hasil relatif Dahnke dan Olson 1990. Y i Hasil Relatif RY = -------------- x 100 Y maks dimana : Yi = produksi pada perlakuan taraf dosis N ke-i Y maks = produksi maksimum pada status hara N. Selanjutnya nilai hasil relatif sebagai dependent variable Y dihubungkan dengan nilai kandungan hara N, P, K daun sebagai independent variable X untuk dianalisis dengan beberapa model regresi kuadratik, logistik, linier dan kuartik. Model yang mempunyai kriteria terbaik secara statistik akan dipakai untuk menentukan status hara N, P, K untuk tanaman pegagan. Berdasarkan model yang telah ditetapkan maka ditarik garis untuk menghubungkan antara kadar hara N, P, K jaringan daun dengan hasil relatif untuk menentukan status hara. Menurut Cate and Nelson 1965 dapat dibagi dalam dua katagori respon tanaman berdasarkan persentase hasil relatif yakni katagori rendah dan katagori tinggi. Untuk menentukan batas kritis hara N, P, atau K tanaman pegagan, juga menggunakan metode Cate dan Nelson, namun sebagai variabel bebasnya X adalah kadar hara daun tanaman pegagan yang berasal dari daun umur lima bulan 5 BST yang ke 1 untuk status hara N, P dan K pada setiap petakan perlakuan. Penyusunan rekomendasi pemupukan N, P, dan K diperoleh dari percobaan kalibrasi, kurva respon dari tiap jenis aplikasi pupuk tersebut di tentukan melalui analisis regresi dengan bentuk persamaan : Y = a + bX + cX 2 . Berdasarkan persamaan regresi tersebut, kurva dibuat grafik untuk masing- masing jenis aplikasi pupuk. Dari kurva tersebut, takaran pupuk N, P, atau K maksimum ditentukan dengan persamaan : dYdX =b +2 cX = 0 x = b2c dimana: X = takaran pupuk N, P, atau K Y = hasil relatif b dan c =konstanta. HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Pertumbuhan Vegetatif Tanaman terhadap Pemupukan N, P dan K Hasil sidik ragam seperti tertera pada Tabel 11 menunjukkan bahwa pemupukan N Nitrogen di akhir pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman pegagan 16 MST memperlihatkan pengaruh yang nyata, kecuali pada parameter jumlah bunga, tebal daun, jumlah daun total, panjang sulur primer, jumlah buku, jumlah sulur sekunder, jumlah bunga induk, dan diameter tangkai. Sedang pemupukan P fosfor berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman induk dan panjang daun saat 4 MST, jumlah bunga tanaman induk pada 6 dan 16 MST, tebal daun pada umur 8 MST, serta volume akar pada saat panen. Pemupukan K kalium terlihat pengaruh nyata terhadap jumlah buku saat 4 MST, tebal daun pada 10 MST, dan volume akar saat panen. Pertumbuhan tanaman panjang tangkai daun, jumlah daun, panjang tunas, lebar daun, dan panjang stolon pada semua aplikasi pupuk N, P maupun K semakin meningkat dengan semakin bertambahnya umur tanaman hingga akhir percobaan 5 BST. Tabel 11 Rekapitulasi Uji F pada peubah pertumbuhan pegagan pada aplikasi hara N, P, dan K Parameter Pertumbuhan Uji F KoefisienKeragaman Pada aplikasi hara Pada aplikasi hara N P K N P K Jumlah Daun induk 2 MST tn tn tn 15.94 12.70 10.78 4 MST tn 16.30 14.06 15.27 6 MST tn tn 16.22 23.41 17.85 8 MST tn tn tn 17.28 22.24 19.38 10 MST tn tn tn 20.56 23.24 22.21 12 MST tn tn tn 19.77 20.31 20.88 14 MST tn tn 23.38 22.79 19.95 16 MST tn tn 20.11 25.62 16.05 Jumlah Sulur Primer 2 MST tn tn 11.18 16.65 25.13 4 MST tn tn tn 19.86 27.74 17.37 6 MST tn tn 22.46 27.50 15.91 8 MST tn tn tn 22.57 23.85 19.48 10 MST tn tn tn 17.18 17.97 20.47 12 MST tn tn tn 21.67 18.02 22.48 14 MST tn tn tn 20.94 17.07 18.83 16 MST tn tn 21.10 17.67 16.71 Panjang Sulur Primer Terpanjang 2 MST tn tn tn 22.11 28.65 21.28 4 MST tn tn 27.13 16.74 15.83 6 MST tn tn 20.49 25.37 16.76 8 MST tn tn tn 16.35 24.82 17.05 10 MST tn tn tn 15.94 24.54 15.00 12 MST tn tn tn 14.79 21.49 15.29 14 MST tn tn tn 15.57 13.08 17.23 16 MST tn tn tn 14.84 16.36 15.05 Tabel 11 Lanjutan Parameter Pertumbuhan Uji F KoefisienKeragaman Pada aplikasi hara Pada aplikasi hara N P K N P K Jumlah Buku 2 MST tn tn tn 12.15 17.87 14.08 4 MST tn 22.44 13.06 11.24 6 MST tn tn tn 19.14 22.01 11.01 8 MST tn tn tn 14.71 23.21 11.72 10 MST tn tn tn 13.12 21.33 12.51 12 MST tn tn tn 13.25 17.86 13.45 14 MST tn tn tn 17.37 19.70 16.55 16 MST tn tn tn 19.89 16.68 14.18 Jumlah Sulur Sekunder 8 MST tn tn tn 13.73 15.01 19.93 10 MST tn tn 12.49 17.53 15.13 12 MST tn tn tn 15.73 15.63 16.33 14 MST tn tn tn 15.55 14.02 15.28 16 MST tn tn tn 17.09 23.48 27.87 Jumlah Bunga Induk 6 MST tn tn 13.82 15.41 29.38 8 MST tn tn tn 24.05 13.69 27.58 10 MST tn tn tn 17.62 26.31 26.52 12 MST tn tn tn 17.39 24.45 24.18 14 MST tn tn tn 25.38 20.52 16.25 16 MST tn tn 13.07 22.37 14.53 Panjang Daun 2 MST tn tn tn 11.13 8.63 8.48 4 MST tn tn 10.17 6.75 8.92 6 MST tn tn tn 7.01 9.30 8.69 8 MST tn tn 7.22 9.56 11.32 10 MST tn tn 6.43 9.90 12.58 12 MST tn tn 7.53 11.21 11.64 14 MST tn tn tn 7.60 11.48 10.69 16 MST tn tn 8.72 8.97 10.72 Lebar Daun 2 MST tn tn tn 12.22 8.35 8.23 4 MST tn tn tn 9.97 7.29 9.11 6 MST tn tn tn 8.67 8.41 8.93 8 MST tn tn tn 7.00 9.76 10.35 10 MST tn tn 6.90 9.50 11.75 12 MST tn tn tn 7.65 9.32 8.53 14 MST tn tn 8.58 7.63 10.74 16 MST tn tn 7.38 9.42 28.93 Tabel 11 Lanjutan Parameter Pertumbuhan Uji F KoefisienKeragaman Pada aplikasi hara Pada aplikasi hara N P K N P K Panjang Tangkai 2 MST tn tn tn 16.99 13.74 13.68 4 MST tn tn tn 20.40 22.82 18.13 6 MST tn tn tn 21.54 21.16 16.67 8 MST tn tn tn 9.97 10.63 13.26 10 MST tn tn tn 9.63 12.98 13.97 12 MST tn tn tn 9.76 11.55 11.63 14 MST tn tn tn 12.92 10.24 12.40 16 MST tn tn 10.27 12.13 13.89 Diameter Tangkai 2 MST tn tn tn 10.45 15.37 13.85 4 MST tn tn tn 18.99 10.76 6.78 6 MST tn tn tn 7.89 12.86 11.96 8 MST tn tn 4.66 10.29 12.73 10 MST tn tn tn 6.38 16.25 9.69 12 MST tn tn tn 8.00 12.56 9.98 16 MST tn tn tn 9.74 13.97 10.43 Tebal Daun 2 MST tn tn tn 20.39 14.31 9.14 4 MST tn tn tn 12.00 9.89 10.90 6 MST tn tn tn 11.12 13.94 12.24 8 MST tn tn 8.98 9.33 14.63 10 MST tn tn 7.77 8.95 14.75 12 MST tn tn tn 11.90 13.04 19.32 16 MST tn tn tn 18.47 15.53 22.73 Jumlah Daun Total 16 MST tn tn tn 28.63 26.18 20.93 Jumlah Bunga Total tn tn tn 19.22 18.61 19.99 16 MST tn tn tn 18.66 26.00 23.56 Luas Daun Pertanaman tn tn tn 16.33 20.96 12.72 Volume Akar 14.65 22.21 27.33 Keterangan : = Nyata pada taraf 1 =Nyata pada taraf 5 tn = Tidak Nyata Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara komponen pertumbuhan dengan produksi bobot terna kering maupun senyawa bioaktif asiatikosida pada aplikasi pupuk N adalah 0.34 Gambar 3, artinya analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan lima belas karakter bebas mampu menjelaskan ragam produksi senyawa bioaktif asiatikosida sebesar 0.66 atau 66. Kontribusi dari setiap karakter terhadap kadar asiatikosida baik langsung maupun tidak langsung dianalisis melalui analisis lintas. Karakter pertumbuhan vegetatif penciri bagi produksi bobot terna kering ada 10 karakter, dimana karakter yang menunjukkan nilai korelasi sangat nyata dan pengaruh langsung tertinggi adalah jumlah daun total. Selanjutnya terhadap 10 karakter tersebut dilakukan analisis lintas lanjutan terhadap produksi bobot senyawa asiatikosida, dimana terdapat 4 karakter pertumbuhan vegetatif yakni jumlah daun total, jumlah daun sulur, lebar daun, dan jumlah sulur primer yang menunjukkan korelasi sangat nyata terhadap produksi bobot senyawa asiatikosida, namun tidak memperlihatkan pengaruh langsung secara nyata. Pengaruh langsung cukup besar diberikan oleh jumlah bunga total 0.74, tetapi karena koefisien korelasinya tidak nyata -15.95 maka karakter tersebut tidak dapat digunakan sebagai penduga bagi produksi terna kering maupun senyawa asiatikosida. Begitu pula karakter jumlah bunga sulur yang nilai pengaruh langsung tinggi 15.52 dengan koefisien korelasinya sangat nyata 0.74, tetapi pengaruh langsungnya terhadap produksi senyawa asiatikosida pada analisis lintas lanjutnya menunjukkan pengaruh langsung yang negatif -5.52. Karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan sebagai penciri produksi senyawa asiatikosida pada aplikasi pupuk N adalah jumlah daun total, jumlah daun sulur, lebar daun, dan jumlah sulur primer yang memperlihatkan nilai pengaruh langsungnya maisng-masing 0.91, 0.10, 0.87, dan 0.44 dengan koefisien korelasi yang sangat erat dan sangat nyata yakni 0.84, 0.73, 0.68, dan 0.59 Tabel 12, 13 dan Gambar 3. Pengaruh karakter lain yang tidak dimasukkan dalam diagram lintas pengaruh sisaan adalah sebesar 0.34 atau 34 . Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat beberapa keragaman atau aspek lain diluar karakter yang diuji namun aspek–aspek tersebut juga dapat mempengaruhi produksi senyawa asiatikosida Gambar 3. Tabel 12 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk N Karakter X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 X 12 X 13 X 14 X 15 r xy Jumlah bunga total 1 0.86 0.10 0.62 0.16 0.40 0.36 0.58 0.41 0.52 0.72 0.66 0.57 0.70 0.65 0.74 Jumlah daun total 1 0.86 0.77 0.16 0.31 0.46 0.64 0.52 0.47 0.71 0.59 0.52 0.82 0.80 0.85 Jumlah bunga sulur 1 0.62 0.16 0.40 0.35 0.57 0.41 0.49 0.72 0.66 0.58 0.70 0.64 0.74 Jumlah daun sulur 1 0.12 0.30 0.64 0.70 0.59 0.36 0.55 0.50 0.46 0.64 0.61 0.72 Tebal daun 1 0.31 -0.13 0.06 -0.01 0.07 0.09 -0.02 -0.11 0.23 0.20 0.07 Diameter tangkai 1 0.22 0.48 0.43 0.16 0.59 0.29 0.30 0.16 0.24 0.42 Panjang tangkai 1 0.76 0.81 0.42 0.50 0.35 0.48 0.54 0.56 0.64 Lebar daun 1 0.94 0.41 0.59 0.53 0.52 0.63 0.63 0.71 Panjang daun 1 0.34 0.47 0.38 0.43 0.59 0.59 0.67 Jumlah bunga induk 1 0.34 0.27 0.19 0.45 0.62 0.50 Jumlah sulur sekunder 1 0.73 0.70 0.56 0.48 0.66 Jumlah buku 1 0.86 0.39 0.20 0.55 Panjang sulur 1 0.42 0.22 0.56 Jumlah sulur primer 1 0.82 0.78 Jumlah daun induk 1 0,71 Keterangan : X 1 : Jumlah bunga total; X 2 : Jumlah daun total; X 3 : Jumlah bunga sulur; X 4 Jumlah daun sulur ; X 5 : Tebal daun; X 6 : Diameter tangkai; X 7 : Panjang tangkai; X 8: Lebar daun; X 9 : Panjang daun; X 10 : Jumlah bunga induk; X 11 : Jumlah sulur sekunder; X 12 : Jumlah buku; X 13 : Panjang sulur; X 14 : Jumlah sulur primer; X 15 : Jumlah daun induk; r xy : Produksi kering terna 65 66 Gambar 3 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadap produksi asiatikosida melalui produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk N 9,84 0,73 0,73 0,34 0,60 0,68 0,32 0,53 0,59 0,75 Produksi terna kering P 6 : 0.37 P 7 : 0.36 P 14 : 0.31 P 12 : 0.08 P 8 : -0.39 P 9 : 0.24 P 10 : 0.85 P 11 : -0.33 P 13 : 0.04 P 15 : -0.30 P 4 : 0.09 P 3 :15.52 P 2 : 0.92 P 1 :-15.95 P 5 : -0.07 Jumlah bunga total Jumlah daun total Jumlah bunga sulur Jumlah daun sulur Tebal daun Diameter tangkai Panjang tangkai Lebar daun Panjang daun Jumlah bunga induk Jumlah sulur sekunder Jumlah buku Panjang sulur Jumlah sulur primer Jumlah daun induk 0.74 0.85 0.74 0.72 0.07 0.42 0.64 0.71 0.50 0.66 0.55 0.56 0.67 0.78 0.71 0.34 Residu R r xy Produksi Asiatikosida r xy p xy 0,91 -5,52 0,10 -0,19 0,07 0,87 0,25 0,54 0,44 0,13 0.34 Residu R 66 Tabel 13 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk N Karakter Peubah bebas Pengaruh langsung P i Pengaruh tidak langsung melalui peubah Pengaruh total r xy Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 Z11 Z12 Z13 Z14 Z15 Jumlah bunga total Z1 -15.95 - 0.86 0.99 0.66 0.16 0.40 0.36 0.58 0.42 0.52 0.72 0.67 0.58 0.71 0.65 0.74 Jumlah daun total Z2 0.92 0.86 - 0.86 0.77 0.16 0.31 0.46 0.64 0.52 0.47 0.71 0.59 0.52 0.83 0.81 0.85 Jumlah bunga sulur Z3 15.52 0.99 0.86 - 0.67 0.16 0.40 0.35 0.57 0.41 0.50 0.72 0.66 0.58 0.70 0.64 0.74 Jumlah daun sulur Z4 -0.10 0.62 0.77 0.61 - 0.12 0.30 0.64 0.70 0.59 0.36 0.55 0.50 0.46 0.64 0.61 0.72 Tebal daun Z5 -0.07 0.16 0.16 0.17 0.22 - 0.31 -0.14 0.86 0.01 0.07 0.18 -0.02 -0.11 0.23 0.20 0.07 Diameter tangkai Z6 0.37 0.40 0.31 0.40 0.33 0.31 - 0.22 0.49 0.43 0.16 0.68 0.29 0.31 0.17 0.24 0.42 Panjang tangkai Z7 0.36 0.36 0.46 0.35 0.52 -0.14 0.22 - 0.76 0.81 0.42 0.49 0.35 0.48 0.54 0.57 0.64 Lebar daun Z8 -0.39 0.58 0.64 0.57 0.72 0.86 0.48 0.76 - 0.94 0.41 0.59 0.53 0.52 0.63 0.63 0.71 Panjang daun Z9 0.24 0.42 0.52 0.41 0.57 -0.01 0.43 0.81

0.94 - 0.34 0.47 0.38 0.43 0.59 0.59

0.67 Jumlah bunga induk Z10 0.85 0.52 0.47 0.49 0.34 0.07 0.16 0.42 0.41 0.34 - 0.34 0.27 0.20 0.45 0.62 0.50 Jumlah sulur sekunder Z11 -0.33 0.72 0.71 0.72 0.61 0.10 0.59 0.49 0.59 0.47 0.34 - 0.73 0.70 0.56 0.48 0.66 Jumlah buku Z12 0.08 0.66 0.59 0.66 0.64 -0.02 0.29 0.35 0.53 0.38 0.27 0.73 - 0.86 0.39 0.21 0.55 Panjang sulur Z13 0.04 0.58 0.52 0.58 0.58 -0.11 0.31 0.48 0.52 0.43 0.20 0.70 0.86 - 0.42 0.22 0.56 Jumlah sulur primer Z14 0.31 0.71 0.83 0.78 0.64 0.23 0.17 0.54 0.63 0.59 0.45 0.56 0.39 0.42 - 0.82 0.78 Jumlah daun induk Z15 -0.30 0.65 0.81 0.64 0.53 0.20 0.24 0.57 0.64 0.60 0.62 0.48 0.21 0.22 0.82 - 0,71 Keterangan : X 1 : Jumlah bunga total; X 2 : Jumlah daun total; X 3 : Jumlah bunga sulur; X 4 : Jumlah daun sulur ; X 5 : Tebal daun; X 6 : Diameter tangkai; X 7 : Panjang tangkai; X 8 : Lebar daun; X 9 : Panjang daun; X 10 : Jumlah bunga induk; X 11 : Jumlah sulur sekunder; X 12 : Jumlah buku; X 13 : Panjang sulur; X 14 : Jumlah sulur primer; X 15 : Jumlah daun induk; r xy : Produksi kering. Efek residusisa bobot kering terna 0.34 pengaruh sisa 67 68 Analisis lintas pada aplikasi P yang dibangun dengan menggunakan lima belas karakter bebas mampu menjelaskan ragam produksi senyawa bioaktif asiatikosida sebesar 0.38 atau 38 Gambar 4. Kontribusi dari setiap karakter terhadap kadar asiatikosida baik langsung maupun tidak langsung dianalisis melalui analisis lintas. Karakter pertumbuhan vegetatif yang berkorelasi dan berpengaruh positif terhadap produksi terna kering terdapat 8 karakter Gambar 4, tetapi hanya karakter lebar daun yang berkorelasi sangat nyata 0,47. Hasil analisis lintas selanjutnya terhadap produksi senyawa asiatikosida , hanya karakter lebar daun yang berkorelasi nyata 0,48 tetapi tidak berpengaruh langsung secara nyata. Sehingga karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan sebagai penciri produksi asiatikosida pada aplikasi pupuk P adalah lebar daun yang memperlihatkan nilai pengaruh langsungnya 2.32 dengan koefisien korelasi yang erat dan nyata yakni 0.40 Tabel 14 dan 15. Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara komponen pertumbuhan dengan produksi bobot terna kering maupun bioaktif asiatikosida pada aplikasi pupuk P adalah 0.38 Gambar 4. Pengaruh karakter- karakter lain yang tidak dimasukkan dalam diagram lintas pengaruh sisaan adalah sebesar 0.38 atau 38 . Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat banyak keragaman atau aspek lain diluar karakter yang diuji namun aspek–aspek tersebut juga dapat mempengaruhi produksi bobot terna kering maupun asiatikosida. 68 70 Tabel 14 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk P Karakter X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 X 12 X 13 X 14 X 15 r xy Jumlah daun induk 1 0.45 0.39 0.60 0.17 -0.47 0.70 0.18 0.27 0.43 -0.03 0.23 0.07 0.09 0.33 0.37 Panjang tangkai 1 0.77 0.72 0.51 0.12 0.27 0.37 0.25 0.11 0.13 0.17 0.12 0.12 0.31 0.39 Panjang daun 1 0.89 0.48 0.10 0.10 0.38 0.17 0.26 0.19 0.09 0.12 0.13 0.22 0.39 Lebar daun 1 0.40 0.04 0.28 0.28 0.31 0.42 0.13 0.14 0.14 0.15 0.19 0.47 Diameter tangkai 1 -0.02 0.015 0.17 -0.07 0.22 -0.09 -0.11 -0.03 -0.02 -0.04 0.21 Tebal daun 1 -0.39 0.02 -0.06 -0.44 0.07 -0.09 0.06 0.04 -0.24 -0.11 Jumlah sulur primer 1 0.13 0.30 0.29 0.18 0.33 0.15 0.16 0.34 0.35 Panjang sulur 1 0.71 -0.06 0.45 0.47 0.48 0.47 0.37 0.26 Jumlah buku 1 0.23 0.60 0.65 0.63 0.63 0.26 0.22 Jumlah bunga induk 1 0.05 0.28 0.32 0.37 0.12 0.16 Jumlah sulur sekunder 1 0.50 0.42 0.42 0.12 0.28 Jumlah daun sulur 1 0.89 0.88 0.24 0.25 Jumlah bunga sulur 1 0.99 0.16 0.11 Jumlah bunga total 1 0.17 0.12 Jumlah daun total 1 0.07 Keterangan : X 1 : Jumlah daun induk; X 2 : Panjang tangkai; X 3 : Panjang daun; X 4 : Lebar daun; X 5 : Diameter tangkai; X 6 : Tebal daun; X 7 : Jumlah sulur primer; X 8 : Panjang sulur; X 9 : Jumlah buku; X 10 : Jumlah bunga induk; X 11 : Jumlah sulur sekunder; X 12 : Jumlah daun sulur; X 13 : Jumlah bunga sulur; X 14 : Jumlah bunga total; X 15 : Jumlah daun total; r xy : Produksi terna kering 69 Gambar 4 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadap produksi asiatikosida melalui produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk P Produksi Asiatikosida 0,03 0,40 0,31 0,06 0,30 0,25 0,14 0,02 0,001 2,32 0,28 0,87 0,14 0,45 0,51 0,72 P 6 : -0.38 P 7 : 0.16 P 14 : -4.68 P 12 : 0.42 P 8 : 0.81 P 9 : -1.12 P 10 : 0.22 P 11 : 0.45 P 13 : 4.40 P 15 : -0.21 P 4 : 1.94 P 3 : -1.57 P 2 : 0.44 P 1 : -0.49 P 5 : -0.10 Jumlah daun induk Panjang tangkai Panjang daun Lebar daun Diameter tangkai Tebal daun Jumlah sulur primer Panjang sulur Jumlah buku Jumlah bunga induk Jumlah sulur sekunder Jumlah daun sulur Jumlah bunga sulur Jumlah bunga total Jumlah daun total r xy 0.37 0.39 0.39 0.47 0.21 -0.11 0.35 0.26 0.16 0.28 0.25 0.11 0.22 0.12 0.07 0.38 Residu R Bobot Terna kering r xy p xy 0.38 Residu R 70 72 Tabel 15 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk P Karakter Peubah bebas Pengaruh langsung P i Pengaruh tidak langsung melalui peubah Pengaruh total r xy Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 Z11 Z12 Z13 Z14 Z15 Jumlah daun induk Z1 -0.49 - 0.45 0.39 0.60 0.17 -0.47 0.70 0.17 0.26 0.43 -0.04 0.23 0.07 0.09 0.33 0.37 Panjang tangkai Z2 0.44 0.45 - 0.77 0.72 0.51 0.12 0.27 0.37 0.25 0.11 0. 12 0.16 0.12 0.13 0.31 0.39 Panjang daun Z3 -1.57 0.39 0.77 - 0.89 0.48 0.10 0.10 0.38 0.17 0.26 0.19 0.09 0.12 0.13 0.22 0.39 Lebar daun Z4 1.94 0.60 0.72 0.89 - 0.40 0.04 0.28 0.28 0.31 0.42 0.13 0.14 0.14 0.15 0.19 0.47 Diameter tangkai Z5 -0.10 0.17 0.51 0.48 0.40 - -0.02 0.01 0.17 -0.07 0.22 -0.09 -0.11 -0.03 -0.02 -0.05 0.21 Tebal daun Z6 -0.38 -0.47 0.12 0.10 0.04 -0.02 - -0.39 0.02 -0.06 -0.44 0.07 -0.09 0.06 0.04 -0.24 -0.11 Jumlah sulur primer Z7 0.16 0.70 0.27 0.10 0.28 0.01 -0.39 - 0.13 0.30 0.30 0.18 0.33 0.15 0.16 0.34 0.35 Panjang sulur Z8 0.81 0.17 0.37 0.38 0. 28 0.17 0.02 0.13 - 0.71 -0.06 0.45 0.47 0.48 0.47 0.37 0.26 Jumlah buku Z9 -1.12 0.26 0.25 0.17 0.31 -0.07 -0.06 0.29 0.71 - 0.23 0.60 0.65 0.63 0.63 0.26 0.22 Jumlah bunga induk Z10 0.22 0.43 0.11 0.26 0.42 0.22 -0.44 0.18 - 0.06 0.23 - 0.05 0.28 0.32 0.37 0.12 0.16 Jumlah sulur sekunder Z11 0.45 -0.04 0.12 0.19 0.13 -0.09 0.07 0.18 0.45 0.60 0.05 - 0.49 0.42 0.42 0.13 0.28 Jumlah daun sulur Z12 0.42 0.22 0.16 0.09 0.14 -0.11 -0.09 0.33 0.47 0.65 0.28 0.49 - 0.89 0.88 0.24 0.25 Jumlah bunga sulur Z13 4.40 0.07 0.12 0.12 0.14 -0.03 0.06 0.15 0.48 0.63 0.32 0.42 0.89 - 0.99 0.16 0.11 Jumlah bunga total Z14 -4.68 0.71 0.83 0.78 0.64 0.23 0.17 0.54 0.63 0.59 0.45 0.56 0.39 0.42 - 0.17 0.12 Jumlah daun total Z15 -0.21 0.65 0.81 0.64 0.53 0.20 0.24 0.57 0.64 0.60 0.62 0.48 0.21 0.22 0.17 - 0.07 Keterangan : X 1 : Jumlah daun induk; X 2 : Panjang tangkai; X 3 : Panjang daun; X 4 : Lebar daun; X 5 : Diameter tangkai; X 6 : Tebal daun; X 7 : Jumlah sulur primer; X 8 : Panjang sulur; X 9 : Jumlah buku; X 10 : Jumlah bunga induk; X 11 : Jumlah sulur sekunder; X 12 : Jumlah daun sulur; X 13 : Jumlah bunga sulur; X 14 : Jumlah bunga total; X 15 : Jumlah daun total; r xy : Produksi Asiatikosida. Efek residusisa bobot kering terna 0.38 pengaruh sisa 71 Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara komponen pertumbuhan dengan produksi bioaktif asiatikosida pada aplikasi pupuk K adalah 0.39 Gambar 5, artinya analisis lintas yang dibangun dengan menggunakan lima belas karakter bebas mampu menjelaskan ragam produksi bioaktif asiatikosida sebesar 0.61 atau 61 . Kontribusi dari setiap karakter terhadap kadar asiatikosida baik langsung maupun tidak langsung dianalisis melalui analisis lintas. Terdapat 6 karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat dijadikan sebagai karakter penciri produksi bobot terna kering tanaman pegagan, dan karakter jumlah buku yang berkorelasi positif yakni sebesar 0,39 dengan pengaruh langsungnya adalah 0,93. Hasil analisis lintas selanjutnya terhadap produksi senyawa asiatikosida, hanya karakter jumlah buku yang berkorelasi positif yakni 0,05 dengan pengaruh langsung sebesar 0,33 Gambar 5 . Pengaruh langsung cukup besar diberikan oleh panjang daun 0.81, dengan koefisien korelasi tidak nyata 0.08 maka karakter tersebut tidak dapat digunakan sebagai penduga bagi produksi asiatikosida. Begitu pula karakter jumlah bunga sulur yang bernilai negatif -1.13 dengan koefisien korelasi tidak nyata 0.03. Sehingga karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan sebagai penciri produksi asiatikosida melalui produksi bobot terna kering pada aplikasi pupuk K adalah jumlah buku yang memperlihatkan nilai pengaruh langsung 0.33 dengan koefisien korelasi positif 0.05 lihat Tabel 16,17, dan Gambar 5. Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa pengaruh langsung sisaan antara komponen pertumbuhan dengan produksi bioaktif asiatikosida pada aplikasi pupuk K adalah 0.39 Gambar 5. Pengaruh karakter-karakter lain yang tidak dimasukkan dalam diagram lintas pengaruh sisaan adalah sebesar 0.39 atau 39 . Hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat banyak keragaman atau aspek lain diluar karakter yang diuji namun aspek–aspek tersebut juga dapat mempengaruhi produksi asiatikosida. 72 75 Tabel 16 Nilai koefisien korelasi antara komponen pertumbuhan dengan produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk K Karakter X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 X 12 X 13 X 14 X 15 r xy Jumlah daun induk 1 0.69 0.54 0.41 -0.22 0.37 0.50 0.57 0.40 0.39 0.50 0.49 0.19 0.17 0.18 0.18 Panjang tangkai 1 0.71 0.28 -0.11 0.67 0.66 0.56 0.30 0.32 0.41 0.60 0.27 0.25 0.12 0.08 Panjang daun 1 0.36 0.17 0.72 0.19 0.48 0.34 0.34 0.40 0.39 0.24 0.22 0.09 0.18 Lebar daun 1 0.10 0.13 -0.08 0.34 0.18 0.04 0.24 0.03 -0.19 -0.20 0.04 0.14 Tebal daun 1 0.07 -0.17 0.06 0.04 0.11 0.13 -0.21 -0.17 -0.19 0.08 -0.14 Diameter tangkai 1 0.34 0.35 0.36 0.35 0.25 0.57 0.28 0.26 0.18 -0.12 Jumlah sulur primer 1 0.40 0.40 0.34 0.43 0.74 0.50 0.49 -0.08 0.04 Jumlah sulur sekunder 1 0.74 0.61 0.83 0.61 0.57 0.54 -0.24 0.35 Panjang sulur 1 0.56 0.78 0.68 0.60 0.57 -0.25 0.20 Jumlah bunga induk 1 0.71 0.45 0.45 0.38 -0.07 0.03 Jumlah buku 1 0.52 0.51 0.46 -0.28 0.39 Jumlah daun total 1 0.83 0.82 -0.33 0.18 Jumlah bunga total 1 0.99 -0.63 0.33 Jumlah bunga sulur 1 -0.65 0.33 Jumlah daun sulur 1 -0.42 Keterangan : X 1 : Jumlah daun induk; X 2 : Panjang tangkai; X 3 : Panjang daun; X 4 : Lebar daun; X 5 : Tebal daun; X 6 : Diameter tangkai; X 7 : Jumlah sulur primer; X 8 : Jumlah sulur sekunder; X 9 : Panjang sulur; X 10 : Jumlah bunga induk; X 11 : Jumlah buku; X 12 : Jumlah daun total; X 13 : Jumlah bunga total r; X 14 : Jumlah bunga sulu; X 15 : Jumlah daun sulur; r xy : Produksi terna kering 73 76 Tabel 17 Pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung komponen pertumbuhan terhadap produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk K Karakter Peubah bebas Pengaruh langsung P i Pengaruh tidak langsung melalui peubah Pengaruh total r xy Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 Z11 Z12 Z13 Z14 Z15 Jumlah daun induk Z1 -0.10 - 0.69 0.54 0.41 -0.22 0.37 0.50 0.57 0.40 0.39 0.50 0.49 0.19 0.17 0.18 0.18 Panjang tangkai Z2 -0.85 0.69 - 0.71 0.28 -0.11 0.67 0.66 0.56 0.30 0.32 0.41 0.60 0.27 0.25 0.12 0.08 Panjang daun Z3 0.81 0.53 0.71 - 0.36 0.17 0.72 0.19 0.48 0.34 0.34 0.40 0.39 0.24 0.22 0.10 0.18 Lebar daun Z4 -0.14 0.41 0.28 0.36 - 0.10 0.13 -0.08 0.34 0.18 0.04 0.24 0.04 -0.19 -0.20 0.04 0.14 Tebal daun Z5 -0.32 -0.21 -0.11 0.17 0.10 - 0.07 -0.17 0.06 0.04 0.11 0.13 -0.21 -0.18 -0.19 0.08 -0.14 Diameter tangkai Z6 -0.33 0.37 0.67 0.71 0.13 0.07 - 0.34 0.35 0.36 0.35 0.25 0.57 0.28 0.26 0.18 -0.12 Jumlah sulur primer Z7 0.04 0.50 0.66 0.19 -0.08 -0.17 0.34 - 0.40 0.40 0.34 0.43 0.74 0.50 0.49 -0.08 0.04 Jumlah sulur sekunder Z8 0.48 0.57 0.56 0.48 0.34 0.06 0.35 0.40 - 0.74 0.61 0.83 0.61 0.57 0.54 -0.24 0.35 Panjang sulur Z9 -0.76 0.40 0.30 0.34 0.18 0.04 0.36 0.40 0.73 - 0.56 0.78 0.68 0.60 0.57 -0.25 0.20 Jumlah bunga induk Z10 -1.13 0.39 0.32 0.34 0.04 0.11 0.35 0.34 0.61 0.56 - 0.71 0.45 0.45 0.38 -0.07 0.03 Jumlah buku Z11 0.93 0.50 0.41 0.40 0.24 0.13 0.25 0.43 0.83 0.78 0.71 - 0.52 0.51 0.46 -0.27 0.39 Jumlah daun total Z12 0.86 0.49 0.60 0.39 0.03 -0.21 0.57 0.74 0.61 0.68 0.45 0.52 - 0.83 0.82 -0.33 0.18 Jumlah bunga total Z13 6.96 0.19 0.27 0.24 -0.19 -0.18 0.28 0.50 0.57 0.60 0.45 0.51 0.83 - 0.99 -0.63 0.33 Jumlah bunga sulur Z14 -7.23 0.17 0.25 0.22 -0.20 -0.19 0.26 0.49 0.54 0.57 0.38 0.46 0.82 0.99 - -0.65 0.33 Jumlah daun sulur Z15 -0.19 0.18 0.12 0.09 0.05 0.08 0.18 -0.08 -0.24 -0.25 -0.07 -0.28 -0.33 -0.63 -0.65 - -0.42 Keterangan : X 1 : Jumlah daun induk; X 2 : Panjang tangkai; X 3 : Panjang daun; X 4 : Lebar daun; X 5 : Tebal daun; X 6 : Diameter tangkai; X 7 : Jumlah sulur primer; X 8 : Jumlah sulur sekunder; X 9 : Panjang sulur; X 10 : Jumlah bunga induk; X 11 : Jumlah buku; X 12 : Jumlah daun total; X 13 : Jumlah bunga total r; X 14 : Jumlah bunga sulu; X 15 : Jumlah daun sulur; r xy : Produksi terna kering. Efek residusisa 0.39pengaruh sisa 74 77 Gambar 5 Diagram analisis lintas antara komponen pertumbuhan terhadap produksi asiatikosida melalui produksi terna kering tanaman pegagan pada aplikasi pupuk K r xy Produksi Asiatikosida 0,25 0,22 0,09 0,05 0,16 0,09 -0,10 -0,03 -0,06 0,33 -0,01 1,64 P 6 : -0.33 P 7 : 0.04 P 14 : -7.23 P 12 : 0.86 P 8 : 0.48 P 9 : -0.76 P 10 : -1.13 P 11 : 0.93 P 13 : 6.96 P 15 : -0.19 P 4 : -0.14 P 3 : 0.81 P 2 : -0.85 P 1 : -0.10 P 5 : -0.32 Jumlah daun induk Panjang tangkai Panjang daun Lebar daun Tebal daun Diameter tangkai Jumlah sulur primer Jumlah sulur sekunder Panjang sulur Jumlah bunga induk Jumlah buku Jumlah daun total Jumlah bunga total Jumlah bunga sulur Jumlah daun sulur 0.18 0.08 0.18 0.14 -0.14 -0.12 0.04 0.35 0.03 0.39 0.18 0.33 0.20 0.33 -0.42 0.39 Residu R Bobot Terna kering r xy p xy 0.39 Residu R 75 Rekomendasi Pemupukan dan Batas Kritis pada Tanaman Pegagan Hasil uji kontras polimomial menunjukkan bahwa untuk aplikasi pupuk N, P, dan K terhadap produksi senyawa bioaktif asiatikosida pada tanaman pegagan adalah model regresi kuadratik yang merupakan model terbaik. Melalui model regresi ini dapat diketahui batas kritis hara, kisaran kecukupan hara dan dosis maksimum. Untuk analisis selanjutnya model regresi kuadratik digunakan dalam penentuan kebutuhan pupuk N, P dan K tanaman pegagan. Uji kalibrasi dilakukan dengan mengkalibrasikan nilai indeks analisis daun sampel dengan hasil yang dapat dipasarkan. Merlalui penelitian uji kalibrasi diperoleh makna nilai analisis jaringan daun dari laboratorium menjadi data interpretasi, dimana jumlah kandungan hara N, P, dan K dalam sampel daun tersebut statusnya tergolong kategori rendah dan tinggi. Hanya tanaman yang kandungan haranya tergolong rendah saja yang perlu aplikasi pemupukan. Oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam menyusun rekomendasi pemupukan. Filosofi pemupukan yaitu pupuk merupakan tambahan hara kedalam tanah bila tanah tidak mampu menyediakannya bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara maksimum Danhke dan Olson 1990. Rekomendasi pemupukan berdasarkan status hara N, P, dan K tidak hanya memenuhi kebutuhan untuk tumbuh dan berproduksi secara maksimum tetapi juga menghindari kelebihan pupuk diluar kebutuhan tanaman. Guna penyusunan rekomendasi pemupukan dan penentuan batas kritis hara pada tanaman pegagan dilakukan penelitian tentang respon tanaman pegagan terhadap pemupukan N, P, K dan konsentrasinya pada jaringan pegagan akibat pemberian pupuk N, P, dan K . Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk nitrogen, fosfor dan kalium memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi bobot segar, bobot kering dan senyawa bioaktif asiatikosida baik pada tanaman sampel maupun pada sistim panen ubinan 1m 2 seperti tertera pada Tabel 18, 19, 20, 21, 22, dan 23. Pemupukan Nitrogen Pemberian berbagai dosis N selain memberikan pengaruhnyata terhadap komponen produksi pegagan dan konsentrasi N daun. Produksi tertinggi 5.93 t terna keringha terjadi pada perlakuan N 4 dengan dosis pemupukan 3.24 g Ntan adalah lebih tinggi dari produksi rata-rata yang dicapai pekebun pegagan 1.50 t terna kering ha, maupun hasil penelitian tertinggi sebelumnya untuk aksesi Boyolali di Indonesia yakni sebesar 3.16 t terna keringha Tabel 18 dan 19. Tabel 18 Pengaruh pemberian Nitrogen terhadap produksi bobot segar dan kering terna, senyawa asiatikosida, konsentrasi N daun tanaman sampel, dan status hara N tanah Dosis Pupuk N g Ntan Produksi Bobot segar gtan Produksi Bobot Terna Kering gtan Produksi Senyawa asiatikosida gtan Konsentrasi N-daun Status Hara N-total Tanah 106.88b 14.97b 0.138b 2.85 c 0.28 c 0.81 119.31 b 21.30 ab 0.245 ab 2.95 bc 0.32 b 1.62 102.71 b 19.45 ab 0.253 ab 3.09 bc 0.33 b 2.44 100.63 b 19.06 ab 0.290 ab 3.13 b 0.34 b 3.24 127.32 a 22.26 a 0.347 a 3.54 a 0.37 a CV 18.41 16.93 19.51 5.36 10.12 Uji F R 2 0.45 0.38 0.55 0.87 0.78 Pola respon L L Q L Q L L Model terpilih L Q Q L L Keterangan: = nyata = sangat nyata L = regresi linier; Q = regresi kuadratik Tabel 19 Pengaruh pemberian Nitrogen terhadap produksi bobot segar dan kering terna, senyawa asiatikosida, dan konsentrasi N daun ubinan 1mx1m. Dosis Pupuk N g Ntan Produksi Bobot segar kgm 2 Produksi Bobot Kering gm 2 Produksi Asiatikosida gm 2 0 21.80b 294.20b 2.707 c 0.81 37.07a 537.70a 6.522b 1.62 26.90a 510.52a 6.637b 2.44 28.70a 543.54a 8.262 b 3.24 33.90a 592.89a 8.764a CV 15.96 16.20 13.71 Uji F Keterangan: = nyata = sangat nyata Hasil uji orthogonal pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk N atau Konsentrasi Ndaun terhadap produksi menunjukkan respon yang bersifat kuadratik nyata sampai sangat nyata, tetapi pemberian pupuk N yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan produksi bobot segar dan kering terna serta asiatikosida. Hal ini sejalan dengan pernyataan Agustin 1990 menyatakan bahwa hubungan dosis pupuk dengan hasil tanaman mengikuti pola kuadratik, artinya pemberian pupuk tertentu dapat meningkatkan hasil tanaman sebaliknya dosis yang berlebihan akan mengakibatkan menurunnya hasil tanaman. Namun untuk status hara N-total tanah, pengaruh berbagai dosis N memperlihatkan respon yang bersifat linier sangat nyata. Hal ini berarti bahwa peningkatan taraf dosis yang diuji dalam penelitian ini masih akan diikuti oleh peningkatan status hara N-total tanah Tabel 19. Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk N terhadap hasil relatif tanaman pegagan adalah bersifat kuadratik Gambar 6 dan 7, diketahui bahwa dosis pemupukan N yang maksimal guna menghasilkan produksi bobot kering terna adalah 2.57 g Ntan atau setara 5.71 g ureatan. Untuk menghasilkan senyawa bioaktif asiatikosida pegagan maksimum adalah 2.04 g Ntan atau setara 4.53 g ureatan. Gambar 6 Korelasi antara dosis N daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman Gambar 7 Korelasi antara dosis N daun terhadap hasil relatif senyawa asiatikosida per tanaman Gambar 8 Korelasi antara konsentrasi N daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman serta batas kritis hara N tanaman pegagan Gambar 9 Korelasi antara konsentrasi N daun terhadap hasil relatif senyawa asiatikosida per tanaman serta batas kritis hara N tanaman pegagan 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 2.50 3.00 3.50 4.00 P ro d u k si rel a ti f b o b o t k eri n g t ern a ta na m a n s a m p el Konsentrasi N daun T R Batas Kritis 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 2.50 3.00 3.50 4.00 P rod uk si r el a ti f se nyaw a as ia ti k o si da ta na m a n s a m p el Konsentrasi N daun Batas Kritis T R Rekomendasi Pemupukan dan Batas Kritis Hara N Tanaman Pegagan Untuk mengetahui batas kritis hara N tanaman pegagan, dilakukan analisis regresi antara kadar N daun sampel dengan persen hasil relatif tanaman pegagan. Batas kritis ditetapkan pada titik kadar N daun sampel yang menjadi pemisah antara status N kategori rendah dengan tinggi Gambar 8 dan 9. Batas kritis untuk produksi bobot kering terna adalah pada kadar hara N daun 2.97 dengan produksi 100.95 g terna keringtan setara 8.35 t terna keringha . Selanjutnya batas kritis dari hasil relatif asiatikosida yakni pada kadar hara N daun 2.98 dengan produksi 2.13 g senyawa asiatikosidatan setara 177,05 kg senyawa asiatikosidaha. Nilai status hara di bawah nilai kritis ini diklasifikasikan rendah yang akan memberikan respon tinggi pada pemupukan. Sebaliknya, pada tanaman pegagan yang kandungan hara N daunnya di atas batas kritis hanya sedikit atau tidak respon terhadap pemupukan. Pemupukan Fosfor Pemberian berbagai dosis P selain memberikan pengaruh yang nyata terhadap komponen produksi pegagan juga meningkatkan konsentrasi P-daun dan status hara P tanah. Produksi semakin meningkat dengan semakin tinggi dosis P yang diberikan hingga pada perlakuan P 2 0.72 g P 2 O 5 tan, tetapi kemudian terjadi penurunan produksi meskipun dosis pemupukan ditambahkan Tabel 20 dan 21. Produksi tertinggi terjadi pada dosis pemupukan 0.72 g P 2 O 5 tan yakni sebesar 9.46 t terna keringhath yang lebih tinggi dari produksi rata-rata pekebun pegagan 1.5 t terna keringhath maupun penelitian pemupukan pegagan aksesi Boyolali sebelumnya di Indonesia 3.16 t terna keringhath. Tabel 20 Pengaruh pemberian Fosfor terhadap produksi bobot segar dan kering, senyawa asiatikosida, konsentrasi P daun tanaman sampel, dan status hara P-total tanah Dosis Pupuk P g P 2 O 5 tan Produksi Bobot segar gtan Produksi Bobot Kering gtan Produksi Asiatikosida gtan Konsentrasi P-daun Status Hara P-total Tanah 255.46c 48.11 c 0.099c 0.22 b 0.07 b 0.36 382.98b 72.26 b 0.169 b 0.26 a 0.09 a 0.72 473.64a 89.03 a 0.217 a 0.26 a 0.09 a 1.08 346.92b 65.21 b 0.149 b 0.23 ab 0.09 a 1.44 282.33c 53.07 c 0.111 c 0.22 b 0.09 a CV 21.15 22.70 22.57 12.26 22.49 Uji F R 2 0.50 0.46 0.52 0.50 0.53 Pola Respon Q Q Kt Q Q L Model Terpilih Q Q Q Q L Keterangan: = nyata = sangat nyata L = regresi linier; Q = regresi kuadratik; K = regresi Kubik Tabel 21 Pengaruh pemberian Fosfor terhadap produksi bobot segar dan kering terna, senyawa asiatikosida, konsentrasi P daun ubinan 1mx1m. Dosis Pupuk P g P 2 O 5 tan Produksi Bobot segar kgm 2 Produksi Bobot Kering gm 2 Produksi Asiatikosida gm 2 0 4.00b 755.50c 1.413 b 0.36 4.98a 937.10b 2.340 a 0.72 5.03a 946.10 b 2.811 a 1.08 4.70ab 883.70 ab 1.822 b 1.44 4.61ab 867.60 ab 1.797 b CV 21.15 22.70 22.57 Uji F Keterangan: = nyata = sangat nyata Hasil uji orthogonal pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk P atau Konsentrasi P-daun terhadap produksi menunjukkan respon yang bersifat kuadratik nyata sampai sangat nyata, tetapi pemberian pupuk P yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan produksi bobot segar dan kering terna serta asiatikosida. Namun untuk status hara P-total tanah, pengaruh berbagai dosis P mempelihatkan respon yang bersifat linier sangat nyata. Hal ini berarti bahwa peningkatan taraf dosis yang diuji dalam penelitian ini masih akan diikuti oleh peningkatan status hara P-total tanah Tabel 20. Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk P terhadap hasil relatif tanaman pegagan adalah bersifat kuadratik Gambar 10 dan 11, diketahui bahwa dosis pemupukan P yang maksimal guna menghasilkan produksi bobot kering terna pegagan maksimal adalah 0.72 g P 2 O 5 tan atau setara 2.00 g SP-36tan. Sedang untuk menghasilkan bobot bioaktif asiatikosida maksimal adalah 0.42 g P 2 O 5 tan atau setara 1.17 g SP-36tan. Gambar 10 Korelasi antara dosis P daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman y = -63.885x 2 + 91.668x + 48.091 R² = 0.5065 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 Produksi relatif bobot keri ng terna ta na man sa mpel Dosis P g P 2 O 5 tan Gambar 11 Korelasi antara dosis P daun terhadap hasil relatif senyawa asiatikosida per tanaman Gambar 12 Korelasi antara konsentrasi P daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman serta batas kritis P tanaman pegagan y = -52.03x 2 + 44.21x + 53.29 R² = 0.456 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 Produks i relatif senyawa asitikosida ta na ma n sampel Dosis P g P 2 O 5 tan 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 0.20 0.25 0.30 0.35 P rod u k si rel at if b o b o t k eri n g t ern a ta n a ma n sa mp el Konsentrasi P daun Batas Kritis R T Gambar 13 Korelasi antara konsentrasi P daun terhadap hasil relatif bobot senyawa asiatikosida per tanaman serta batas kritis P tanaman pegagan Rekomendasi Pemupukan dan Batas Kritis Hara P Tanaman Pegagan Seperti pada hara N, penetapan batas kritis kadar hara P kritis tanaman pegagan ditetapkan dengan menggunakan metode Cate dan Nelson. Berdasarkan hasil analisis regresi Gambar 12, diketahui batas kritis untuk produksi bobot kering terna adalah pada kadar hara Pdaun 0.23 dengan produksi 62.09 g terna keringtan setara 5.15 t terna keringha. Selanjutnya batas kritis dari hasil relatif asiatikosida yakni pada kadar hara P daun 0.23 dengan produksi 0.157 g asiatikosidatan setara 13 kg senyawa asiatikosidaha Gambar 13. Pemupukan Kalium Aplikasi berbagai dosis K memberikan pengaruh yang nyata terhadap komponen produksi pegagan dan meningkatkan konsentrasi K-daun serta status hara K tanah. Produksi semakin meningkat dengan semakin tinggi dosis K yang R 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 0.20 0.25 0.30 0.35 P ro duks i r el a ti f se ny a w a a si a ti ko si da ta na m a n s a m pe l Konsentrasi P daun Batas Kritis T R diberikan hingga pada perlakuan K 2 2.64 g P 2 O 5 tan, tetapi kemudian produksi menurun meskipun dosis pemupukan ditambahkan Tabel 22dan 23. Produksi tertinggi terjadi pada dosis pemupukan 2.64 g P 2 O 5 tan yakni sebesar 19.16 t terna keringhath yang lebih tinggi dari produksi rata-rata pekebun pegagan 1.50 t terna keringhath maupun penelitian pemupukan pegagan aksesi Boyolali sebelumnya di Indonesia 3.16 t terna keringhath. Tabel 22 Pengaruh pemberian Kalium terhadap produksi bobot segar dan kering, senyawa asiatikosida, konsentrasi K daun tanaman sampel, dan status hara K tanah Dosis Pupuk K g K 2 Otan Produksi Bobot Terna segar gtan Produksi Bobot Terna Kering gtan Produksi Senyawa Asiatikosida gtan Konsentrasi K-daun Status Hara K-total Tanah 141.30b 26.56 b 0.032c 4.31 b 0.40 b 1.32 173.86a 32.70 a 0.036cb 5.07 a 0.46 a 2.64 186.18a 35.03 a 0.098a 5.15 a 0.46 a 3.96 182.00a 34.21 a 0.041b 4.90 ab 0.44 a 5.28 141.51b 26.60 b 0.024c 4.72 ab 0.49 a CV 21.15 22.70 22.57 12.26 22.49 Uji F 25.26 27.10 25.57 8.20 7.23 R 2 Pola Respon 0.16 0.15 0.80 0.89 0.63 Model Terpilih Q Q Q QL L Keterangan: = nyata = sangat nyata L = regresi linier; Q = regresi kuadratik; K = regresi Kubik Tabel 23 Pengaruh pemberian Kalium terhadap produksi bobot segar dan kering terna, asiatikosida, konsentrasi K daun ubinan 1mx1m Dosis Pupuk g K 2 O tan Produksi Bobot segar kgm 2 Produksi Bobot Kering gm 2 Produksi Asiatikosida gm 2 7.87b 1480 b 1.776 c 1.32 9.68a 1820 a 2.108 b 2.64 10.19a 1916 a 5.096 a 3.96 7.93b 1493 b 1.792 c 5.28 7.35b 1381 b 1.243 c CV 15.59 22.04 28.14 Uji F Keterangan: = nyata = sangat nyata Hasil uji orthogonal pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk K atau Konsentrasi K-daun terhadap produksi menunjukkan respon yang bersifat kuadratik nyata sampai sangat nyata, tetapi pemberian pupuk K yang lebih tinggi akan menyebabkan penurunan produksi bobot segar dan kering terna serta asiatikosida. Untuk status hara K-total tanah, pengaruh berbagai dosis K mempelihatkan respon yang bersifat linier. Hal ini berarti bahwa peningkatan taraf dosis yang diuji dalam penelitian ini masih akan diikuti oleh peningkatan status hara K-total tanah Tabel 22. Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk K terhadap hasil relatif tanaman pegagan adalah bersifat kuadratik Gambar 14 dan 15, diketahui bahwa dosis pemupukan K yang maksimal guna menghasilkan produksi bobot kering terna pegagan adalah 2.69 g K 2 Otan atau setara 4.48 g KCltan. Untuk menghasilkan bobot bioaktif asiatikosida maksimal adalah 2.93 g K 2 Otan atau setara 4.88 g KCltan. Gambar 14 Korelasi antara dosis K daun terhadap hasil relatif bobot kering terna per tanaman Gamb Gamb ar 15 Kor asia ar 16 Kor ker 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 P roduks i r el a ti f bobot ke ri ng t er n a ta nam a n s a m p el relasi antara atikosida per relasi antara ing terna per 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 00.0 2.5 3 a dosis K da r tanaman a konsentras r tanaman se 3.0 3.5 Konsen Batas K R aun terhadap si K daun erta batas kri 4.0 4.5 ntrasi K dau Kritis p hasil relati terhadap ha itis hara K ta 5.0 5. un T if bobot seny asil relatif b anaman pega 5 6.0 yawa bobot agan Gambar 17 Korelasi antara konsentrasi K daun terhadap hasil relatif bobot senyawa asiatikosida per tanaman serta batas kritis hara K tanaman pegagan Rekomendasi Pemupukan dan Batas Kritis Hara K Tanaman Pegagan Batas kritis hara K dilakukan dengan analisis regresi antara kadar K daun sampel dengan persen hasil relatif tanaman pegagan. Berdasarkan hasil analisis regresi Gambar 16 dan 17, diketahui batas kritis untuk produksi bobot kering terna adalah pada kadar hara K daun 3.98 dengan produksi 195.87 g terna keringtan setara 16.27 t terna keringha. Selanjutnya batas kritis dari hasil relatif asiatikosida yakni pada kadar hara K daun 3.85 dengan produksi 0.98 g asiatikosidatan setara 81.77 kg senyawa asitikosidaha. 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 P rodu k si r el at if s enya w a as ia ti kos ida ta n a ma n sa mp el Konsentrasi K daun Batas Kritis T R SIMPULAN 1. Karakter pertumbuhan vegetatif yang dapat digunakan sebagai penciri produksi asiatikosida pada aplikasi pupuk N, P, dan K adalah jumlah daun total, panjang daun, lebar daun, jumlah sulur primer, dan jumlah buku. 2. Model regresi yang terbaik antara dosis pupuk N, P, K daun sampel dengan hasil relatif pada tanaman pegagan berat kering terna maupun bobot senyawa asiatikosida adalah kuadratik. 3. Batas kritis hara N, P, dan K daun pegagan untuk produksi berat kering terna terletak pada titik 2.97 N; 0.23 P; dan 3.98 K. Untuk produksi asiatikosida titik kritisnya terletak pada 2.98 N; 0.23 P; dan 3.85 K. 4. Berdasarkan model regresi kuadratik dosis pupuk N, P dan K untuk menghasilkan terna kering maksimum yakni 2.57 g Ntan, 0.72 g P 2 O 5 tan dan 2.69 g K 2 Otan. 5. Rekomendasi dosis pupuk N, P dan K untuk menghasilkan asiatikosida maksimum yakni 2.04 g Ntan, 0.42 g P 2 O 5 tan dan 2.93 g K 2 Otan. VALIDASI PEMUPUKAN DENGAN KISARAN PEMUPUKAN N, P, K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SENYAWA BIOAKTIF ASIATIKOSIDA MAKSIMUM PADA TANAMAN PEGAGAN ABSTRAK Penelitian ini merupakan validasi dari hasil penyusunan rekomendasi pemupukan yang rasional untuk produksi terna kering maupun senyawa bioaktif asiatikosida maksimum yang memenuhi standar MMI. Perlakuan percobaan terdiri atas lima taraf dosis pupuk NPK yang diatur dalam rancangan acak kelompok RAK, setiap perlakuan terdiri atas lima ulangan dengan jumlah tanaman 50 tanaman pegagan per unit percobaan. Perlakuan percobaan adalah sebagai berikut: 1 K0 = tanpa pupuk NPK kontrol, 2 K1 = Kisaran Dosis NPK rendah 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g Ktan, 3 K2 = Kisaran Dosis NPK cukup 1.23 g N + 0.05 g P + 0.91 g Ktan, 4 K3 = Kisaran Dosis NPK maksimum 2.04 g N + 0.42 g P + 2.93 g Ktan, 5 K4 = Kisaran Dosis NPK tinggi 2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g Ktan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pengaruh yang nyata antar dosis pupuk NPK yang diberikan. Dosis maksimum pemupukan secara multi nutrient untuk tanaman pegagan sebesar 2.04 g N + 0.72 g P +2.93 g K tanamanmusim tanam menghasilkan produksi pegagan tertinggi yakni sebesar 15 ton terna keringha dengan kandungan bioaktif asiatikosida sekitar 28.872 kg asiatikosidaha. Kata kunci: Centella asiatica, validasi, rekomendasi pupuk VALIDATION OF FERTILIZATION WITH RANGE OF N,P,K NUTRIENTS REACH MAXIMUM GROWTH AND PRODUCTION OF ASIATICOSIDE BIOACTIVE ON ASIATIC PENNYWORT ABSTRACT The research is a validation of the disposition of fertilizer recommendation to produce maximum dry weight asiatiocide bioactive which meets the MMI standards. The experimental treatment consists of five NPK fertilizer dosage degree arranged in randomized group design RAK, every treatment consists of five repetition with total 50 asiatic pennyworts per experimental unit. The experimental treatments are: 1 K0 = without NPK fertilizer control, 2 K1 = low dosage range of NPK 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g Ktan, 3 K2 = moderate dosage range of NPK 1.23 g N + 0.05 g P + 0.91 g Ktan, 4 K3 = maximum dosage range of NPK 2.04 g N + 0.42 g P + 2.93 g Ktan, 5 K4 = high dosage range of NPK 2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g Ktan. The research’s outcome shows that there is a significant effect between given dosage of NPK fertilizer. Maximum dosage of multi nutrient fertilization for asiatic pennywort 2.04 g N + 0.42 g P + 2.93 g K plantsgrowing season produces the highest amount of asiatic pennywort, that is 15 ton dry weightha with asiaticoside bioactive approximately 28.872 kg asiaticosideha. Key words: Centella asiatica, validation, fertilizer recommendation PENDAHULUAN Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan hara yang cukup di dalam tanah. Jika tanah tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemupukan perlu dilakukan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Setiap jenis tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang berbeda. Ketidak tepatan pemberian hara dalam bentuk pupuk selain akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal juga merupakan pemborosan tenaga dan biaya. Agar pemupukan menjadi efisien maka, pemberian pupuk tidak cukup hanya melihat keadaan tanah dan lingkungan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kebutuhan pokok unsur hara tanaman. Dengan diketahui kebutuhan pokok unsur hara tanaman pegagan, maka dosis pupuk dapat ditentukan lebih tepat. Menurut Soepartini 1990 untuk mengetahui suatu unsur hara berada dalam keadaan kurang, optimal atau kelebihan dapat ditentukan dengan cara menghubungkan antara jumlah unsur hara yang tersedia dalam jaringan tanaman dengan respon baik pertumbuhan maupun produksi tanaman secara grafikal. Metode diagnosis analisis tanaman adalah batas kritis dan kisaran kecukupan hara. Penggunaan metode ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis contoh jaringan tanaman dengan standar referensi baku yang sudah ditetapkan. Kisaran kecukupan hara adalah pengembangan dari batas kritis untuk menganalisis status hara tanaman. Disamping itu kisaran kecukupan hara juga merupakan interpretasi yang diperoleh dari hubungan antara produksi dengan kadar hara jaringan sampel tanaman. Pemupukkan dianjurkan hanya dilakukan pada status sangat rendah hingga rendah. Kelemahan dari pendekatan ‘batas kritis’ hara adalah adanya variasi kadar hara dengan umur. Oleh karena itu Sumner 1979 menyarankan untuk dilakukan a membuat batas kritis dari berbagai umur tanaman, atau b akumulasi berat kering dengan umur agar dimonitor guna mengoreksi kadar hara dengan pertambahan berat kering, atau c membuat batas kritis menjadi suatu ’Kisaran’, seperti kisaran kecukupan hara, batas terendah mendekati batas kritis, batas tertinggi memakai kadar yang tak umum, atau konsentrasi toksik. Oleh karena itu dilakukan penelitian studi kisaran kecukupan hara pada tanaman pegagan yang merupakan validasi dari hasil-hasil peneltian 1 dan 2 sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status hara N, P, K jaringan tanaman sampel dengan produksi terna maupun bioaktif asiatikosida berdasarkan model regresi yang tepat untuk pegagan, serta validasi dari hasil penyusun paket teknologi budidaya tanaman pegagan terutama rekomendasi pemupukan yang rasional untuk produksi senyawa bioaktif asiatikosida maksimum yang memenuhi standar MMI. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO pada bulan Pebuari sampai juni 2010 pada jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1500 mdpl. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Bibit pegagan aksesi Boyolali, polibag, pupuk Urea, SP 36, dan KCL, serta bahan-bahan untuk analisis kandungan hara dan senyawa bioaktif asiatikosida. Peralatan yang digunakan terdiri dari leaf area meter, peralatan tanam cangkul, tugal, traktor, timbangan, jangka sorong, meteran dan alat tulis menulis. Metodologi Penelitian Perlakuan percobaan terdiri atas lima taraf dosis pupuk NPK yang diatur dalam rancangan acak kelompok RAK, setiap perlakuan terdiri atas lima ulangan dengan jumlah tanaman 50 tanaman pegagan per unit percobaan. Sehingga jumlah bibit yang digunakan adalah 1250 bibit tanaman pegagan yang relatif seragam. Perlakuan dosis pupuk P diberikan sekaligus saat tanam. Aplikasi sepertiga dosis pupuk N dan setengah dosis pupuk K pertama dilakukan seminggu setelah tanam. Pada saat tanaman berumur 40 HST dan 80 HST dilakukan pemupukan urea kembali masing-masing sepertiga dosis perlakuan, sedangkan pada 60 HST dilakukan pemupukan K kembali dengan menggunakan setengah dosis K yang belum diaplikasikan. Perlakuan percobaan adalah sebagai berikut: K0 = tanpa pupuk NPK kontrol, K1 = Kisaran Dosis NPK rendah, umumnya dosis NPK untuk mencapai status hara jaringan tanaman mendekati atau sama dengan Status hara NPK pada batas kritis, K2 = Kisaran Dosis NPK cukup, yakni dosis NPK untuk mencapai status hara jaringan tanaman antara Status hara NPK pada kisaran rendah dan optimum dipakai titik belok 10 dari pertumbuhan atau produksi maksimum, K3 = Kisaran Dosis NPK maksimum, yakni dosis NPK untuk mencapai status hara jaringan tanaman mendekati atau sama dengan Status hara NPK maksimum, K4 = Kisaran Dosis NPK tinggi, yakni dosis NPK untuk mencapai status hara jaringan tanaman diatas status hara NPK maksimumdipakai titik belok 10 mulai menurunnya pertumbuhan atau produksi maksimum. Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bibit Bibit yang akan digunakan diperoleh dengan cara perbanyakan tanaman dengan stek stolon berakar. Pembibitan dilakukan di polibag di tempat yang ternaungi selama 4 minggu. Persiapan Lahan Sebelum dilakukan penelitian ini, lahan yang akan ditanami dianalisis tanahnya terlebih dahulu untuk mengetahui kadar hara N, P, dan K pada tanah tersebut. Pengolahan tanah dilakukan satu hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan dari gulma lalu dicangkul dan dibagi ke dalam 25 petakan, setiap petakan tersebut masing-masing berukuran 2 m x 3 m, jarak antar petakan 50 cm. Penanaman Penanaman akan dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sesuai dengan ukuran polibag yang digunakan dalam kegiatan pembibitan. Jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm x 40 cm. Tanaman dibuat seragam dengan jumlah daun maksimal 3 daun. Pemupukan Dosis pupuk N , P, dan K diberikan sesuai perlakuan untuk setiap satuan percobaan petak. Aplikasi pupuk N dibagi menjadi tiga kali aplikasi yaitu pada saat tanam, 40 HST, dan 80 HST. Pemupukan P 2 O 5 dilakukan pada saat tanam, sedangkan pupuk K 2 O dibagi menjadi dua kali aplikasi yaitu pada saat tanam dan pada umur tanaman 60 HST. Hasil penelitian 2 terdahulu menjadi dasar penentuan komposisi dan dosis pemupukan pegagan dalam penelitian ini, sehingga perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut: 1 K = tanpa pemupukan, K 1 = 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g Ktan, 2 K 2 = 1.23 g N + 0.05 g P + 0.91 g Ktan, K 3 = 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g Ktan, dan K 4 = 2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g Ktan. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, dan penyiraman yang dilakukan sesuai kondisi lapang. Panen Panen dilakukan pada umur 5 bulan, untuk pengambilan contoh destruktif yaitu dengan menggunakan kuadran berukuran 1 m x 1 m untuk setiap unit percobaan. Pengamatan Produksi Produksi tanaman pegagan berupa bobot terna basah kg pada setiap sampel tanaman, dilakukan pada akhir percobaan. Selanjutnya bobot terna kering kg didapat dengan mengeringkan terna basah ke dalam oven terlebih dahulu. Sedang kandungan bioaktif asiaticosida dihitung secara kuantitatif berdasarkan analisa sampel yang diambil dari produksi terna. Tabel 24 Karakter agronomi dan kandungan fitokimia yang diamati No. Karakter Agronomi dan Kandungan Fitokimia Deskripsi 1 Bobot basah biomassa Bobot basah biomasa diperoleh dengan cara menimbang bobot basah panen ubinan ukuran 1 m x 1 m. 2. Bobot kering biomassa Bobot kering biomassa diperoleh dengan cara menimbang hasil panen ubinan yang telah mengalami proses pengeringan dalam oven dengan suhu 105ºC selama 24 jam. 3. Kandungan Asiatikosida Dihitung secara kuantitatif yang dilakukan di Laboratorium. Pengamatan faktor lingkungan tumbuh dilakukan seperti pada Penelitian 1. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, apabila hasil analisis menunjukan pengaruh nyata pada taraf nyata 0.05 dilakukan uji DMRT untuk mengetahui pola respon tanaman terhadap pemberian beberapa taraf dosis pupuk NPK. Studi kecukupan hara N P K melalui diagnose analisis jaringan tanaman menggunakan metoda kisaran kecukupan hara terhadap produksi terna dan bioaktif asiatikosida maksimum pada tanaman pegagan dilakukan dengan menggunakan dosis pupuk N, P dan K maksimum, batas kritis status hara jaringan tanaman serta perbedaan pengaruhnya dengan batasan a kisaran terendah, yakni status hara yang mendekati atau sama dengan batas kritis, b kisaran sedang, yakni status hara diantara kisaran rendah dengan kisaran tinggi, c kisaran tinggi, yakni status hara jaringan tanaman di atas normal atau konsentrasi toksik. HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Pemupukan NPK terhadap Produksi Pegagan Hasil sidik ragam menunjukkan telah terjadi perbedaan pengaruh perlakuan yang nyata antar dosis pupuk perlakuan kisaran kecukupan hara yang diuji. Tingkat produksi tananaman pegagan yang dipupuk tampak lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yang tanpa pemupukan Tabel 25. Tabel 25 Pengaruh pemupukan NPK terhadap produksi bobot segar dan kering serta bioaktif asiatikosida tanaman pegagan Perlakuan Pemupukan NPK per tanaman Bobot segar terna kgm 2 Bobot kering terna gm 2 Produksi Asiatikosida gm 2 3.078 c 637.44 c 4.266 d 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g K 5.088 bc 954 bc 7.824 c 1.23 g N + 0.05 g P + 0.91g K 5.934 b 1165.98 b 17.022 b 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g K 6.90a 1500.42 a 28.872 a 2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g K 6.852 a 1272 ab 11.574 bc KK 7.48 10.45 11.13 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5. Produksi tertinggi untuk produksi bobot segar dan kering terna secara umum terjadi pada perlakuan K 3 2.04 g N + 0.42 g P + 2.93 g Ktan dengan produksi 15 ton terna keringha yang merupakan kisaran dosis NPK maksimum, sedang untuk bobot asiatikosida tertinggi juga terjadi pada perlakuan kisaran dosis pemupukan NPK maksimum K 3 yakni 28.872 kg senyawa asiatikosida per ha. Produksi bobot segar dan kering terna maupun bobot senyawa asiatikosida pegagan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemupukan hingga perlakuan K 3 . Produksi tersebut menurun pada perlakuan kisaran hara K 4 yang merupakan kisaran tinggitoksik meskipun diberikan dosis pemupukan yang lebih tinggi dibandingkan K 3 . Hal ini menunjukkan bahwa respon tanaman pegagan terhadap pemupukan sejalan dengan penelitian 2 terdahulu yakni pola kuadratik. Tabel 26 Pengaruh pemupukan NPK terhadap kehilangan hara yang terangkut produksi tanaman pegagan serta senyawa asiatikosida Perlakuan Pemupukan NPK per tanaman Kehilangan hara kgha Kadar senyawa asiatikosida N P K 186.36 21 220.08 0.67 0.74 g N + 0.30 g P +1.07 g K 299.52 25.74 284.28 0.82 1.23 g N + 0.05 g P + 0.91 g K 426 32.52 413.22 1.46 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g K 487.14 38.64 484.38 1.77 2.88 g N + 0.77 g P + 5.06 g K 455.40 38.16 446.46 0.91 Berdasarkan produksi terna kering tertinggi yang diperoleh, maka kehilangan hara NPK yang terangkut panen terna pegagan cukup besar. Kehilangan hara ini perlu diperhitungkan dalam penentuan dosis pemupukan berikutnya bila penanaman pegagan dilakukan secara berulang di tempat yang sama Tabel 26. Harapan pekebun pegagan adalah berupaya untuk mendapatkan produksi terna pegagan sebanyak - banyaknya dengan kandungan bioaktif asiatikosida yang tertinggi, karena industri pengguna mensyaratkan standar terna pegagan dengan kadar bioaktif yang tinggi. Sehingga dimasa datang pembelian terna pegagan ditetapkan dengan memperhitungkan kadar bahan senyawa aktif yang dikandungnya. Produksi bioaktif yang dihasilkan merupakan hasil perkalian berat kering terna dengan kadar bioaktif asiatikosida yang dikandungnya. Pemupukan NPK pada tanaman pegagan memberikan respon yang positif baik terhadap pertumbuhan maupun produksi terna dan bioaktif asiatikosida. Namun dalam penyusunan rekomendasi pemupukan tetap harus memperhitungkan aspek ekonomi, terutama harga pupuk dan hasil berat kering terna atau bobot asiatikosida pegagan. Berdasarkan dosis pemupukan dari beberapa kisaran kecukupan hara pegagan yang telah di uji, diperoleh beberapa alternatif rekomendasi pemupukan tanaman pegagan guna mendapatkan produktivitas terna kering pegagan yang tinggi dengan kandungan senyawa bioaktif asiatikosida terstandar yang tinggi. Rekomendasi pemupukan terbaik berdasarkan kurva regresi pola kuadratik N, P, dan K hasil uji kalibrasi didapatkan standar status hara N, P, dan K daun masing-masing secara berurutan 3.58 N, 0.39 P, dan 4.84 K. Sedangkan dosis maksimum pemupukan secara multi nutrient untuk tanaman pegagan sebesar 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g K0 tanamanmusim tanam. Perkiraan produksi pegagan dengan menggunakan rekomendasi pemupukan ini sekitar 15 ton terna keringha dengan kandungan bioaktif asiatikosida sekitar 28.872 kg asiatikosidaha. Kehilangan hara yang terbawa panen sebesar 487.14 kgN + 28.64 kgP + 484.38 kg K. SIMPULAN Dosis maksimum pemupukan secara multi nutrient untuk tanaman pegagan sebesar 2.04 g N + 0.42 g P +2.93 g K0 tanamanmusim tanam. Perkiraan produksi pegagan dengan menggunakan rekomendasi pemupukan ini sekitar 15 ton terna keringha dengan kandungan bioaktif asiatikosida sekitar 28.872 kg asiatikosidaha. Kehilangan hara yang terbawa panen sebesar 487.14 kgN + 28.64 kgP + 484.38 kg K. STUDI FREKUENSI DAN CARA PANEN PEGAGAN PADA SISTEM RATOON UNTUK PRODUKSI MAKSIMUM SENYAWA BIOAKTIF ASIATIKOSIDA ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui frekuensi sistem panen ratoon yang tepat untuk tanaman pegagan agar dapat diperoleh produksi maksimum dengan kandungan senyawa bioaktif asiatikosida yang memenuhi persyaratan MMI. Penelitian dilaksanakan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO tahun 2009 pada jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1200 mdpl. Perlakuan percobaan diatur dalam rancangan penelitian Petak Terbagi Split plot. Sebagai Petak utama Main Plot adalah aksesi V yang terdiri dari 2 aksesi yakni V 1 = aksesi Boyolali dan V 2 = aksesi Lokal Gn. Putri. Anak petak Sub Plot adalah umur system panen Ratoon R, yang terdiri dari 3 macam, yakni R 1 = panen setiap 1 bulan, R 2 = panen setiap 2 ½ bulan, dan R 3 = panen setiap 5 bulan. Setiap perlakuan terdiri atas empat ulangan dengan jumlah tanaman 40 tan pegaganunit percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan pengaruh yang nyata antar aksesi Boyolali dan aksesi lokal pada pertumbuhan vegetatif seperti panjang daun, lebar daun dan tebal daun maupun produksi. Perlakuan frekwensi sistem panen ratoon yang dilakukan setiap 5 bulan R3 merupakan perlakuan yang cenderung menghasilkan produksi bobot segar 29.88 tha, bobot kering 18 tha atau bobot asiatikosida 25.80 kgha adalah tertinggi dari sistem panen lain yang diuji. Secara statistik ketiga sistem panen ratoon yang diuji tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap produksi pegagan. Kata kunci: Centella asiatica, frekuensi sistem panen ratoon, produksi STUDY OF PRECUENCY AND RATOON HARVEST SYSTEM ON ASIATIC PENNYWORT TO PRODUCE MAXIMUM ASIATICOSIDE BIOACTIVE ABSTRACT The research’s aim is to acknowledge the right frequency of ratoon system for harvesting asiatic pennywort to gain maximum production of asiaticoside bioactive which meets MMI standards. The research was conducted at KP Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO in year 2009 on andisol soil at the height of 1200m above sea level. The experimental treatment was set up in split plot study design. As the main plot is the variety V, which consists of 2 varieties, V 1 = Boyolali variety and V 2 = local variety Gn.Putri. The sub plot is ratoon harvest system age R, which consist of 3 types, R 1 = harvested every 1 month, R 2 = harvested every 2 ½ month, and R 3 = harvested every 5 month. Every treatment consists of 4 repetition with total plants of 40 asiatic pennywortsexperimental unit. The results show no significant difference of effect between Boyolali variety and local variety on vegetative growth, such as leaf length, leaf width, leaf thick and production. Frequency of ratoon harvest system which tends to produce the highest results among another harvest system tested is the treatment of harvest conducted every 5 month R 3 , with the production of fresh weight 29.88 tha, dry weight 18 tha, or asiaticoside weight 25.8 kgha. Statistically, all ratoon harvest system tested did not show significant effect to the production of asiatic pennywort. Key words: Centella asiatica, ratoon harvest system frequency, production PENDAHULUAN Tinggi rendahnya kualitas dan kuantitas produksi terna terstandar tanaman pegagan sangat ditentukan oleh frekuensi dan penentuan waktu panen yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan pernyataaan Wibowo 1990 bahwa penentuan tingkat kemasakan yang tepat pada saat umur panen merupakan salah satu aspek agronomi penting untuk memperoleh produk yang berkualitas tinggi.Interaksi perlakuan waktu panen dan pemberian pupuk N, P, dan K diduga dapat berpengaruh terhadap produksi bobot biomas segar dan kering serta produksi senyawa asiatikosidanya akibat perubahan kandungan fitokimia daun pegagan tersebut. Perlakuan waktu panen dan pemberian pupuk P 2 O 5 diduga dapat berpengaruh terhadap perubahan kandungan fitokimia alkaloid, saponin, tanin, fenolik dan glikosida positif kuat sampai positif sangat kuat sekali. Produksi bobot biomas segar tertinggi pada interaksi perlakuan waktu panen 4 bulan dosis pupuk 108 kg P 2 O 5 ha dan produksi terendah waktu panen 2 bulan dosis pupuk 72 kg P 2 O 5 ha Sutardi 2008. Panen pegagan biasanya dilakukan petani setelah tanaman berumur 3 - 4 bulan setelah tanam dengan cara dipangkas bagian daun dan sulurnya. Untuk mendapatkan sistem panen yang tepat, maka cara panen petani tersebut perlu dikaji lebih jauh, terutama dalam penentuan waktu dan frekwensi panen yang tepat agar diperoleh kuantitas dan kualitas produksi terna pegagan tinggi yang memenuhi persyaratan MMI. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui frekwensi, sistem dan cara panen pegagan yang tepat untuk produksi maksimum senyawa bioaktif asiatikosida. BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di KP. Gunung Putri, Cipanas, BALITTRO pada bulan Juni sampai Desember 2009 pada jenis tanah Andisol yang berada pada ketinggian tempat 1500 mdpl. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Bibit pegagan aksesi Boyolali, polibag, pupuk Urea, SP 36, dan KCL serta bahan- bahan untuk analisis kandungan hara dan senyawa bioaktif asiatikosida. Peralatan yang digunakan terdiri dari leaf area meter, peralatan tanam cangkul, tugal, traktor, timbangan, jangka sorong, meteran dan alat tulis menulis. Metodologi Penelitian Perlakuan percobaan diatur dalam rancangan penelitian Petak Terbagi Split plot. Sebagai Petak utama Main Plot adalah aksesi V yang terdiri dari 2 aksesi yakni V 1 = aksesi Boyolali dan V 2 = aksesi Lokal Gn. Putri. Anak petak Sub Plot adalah umur system panen Ratoon R, yang terdiri dari 3 macam, yakni R 1 = panen setiap 1 bulan, R 2 = panen setiap 2 ½ bulan, dan R 3 = panen setiap 5 bulan. Setiap perlakuan terdiri atas empat ulangan dengan jumlah tanaman 40 tan pegaganunit percobaan, sehingga jumlah tanaman yang digunakan 560 bibit tanaman pegagan yang relatif seragam. Jarak tanam pegagan adalah 50 cm x 50 cm. Sebagai perlakuan dasar diberikan pupuk N, P, dan K dengan dosis pupuk 239.04 kg Nha setara dengan 6.4 g ureatan; 63.91 kg Pha setara 2.13 g SP36tan; dan 419 kg Kha setara 8.43 g KCltan. . Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bibit Bibit yang akan digunakan diperoleh dengan cara perbanyakan tanaman dengan stek stolon berakar. Pembibitan dilakukan di polibag di tempat yang ternaungi selama 4 minggu. Persiapan Lahan Sebelum dilakukan penelitian ini, lahan yang akan ditanami dianalisis tanahnya terlebih dahulu untuk mengetahui kadar hara N, P, dan K pada tanah tersebut. Pengolahan tanah dilakukan satu hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan dari gulma lalu dicangkul dan dibagi ke dalam 25 petakan, setiap petakan tersebut masing-masing berukuran 2 m x 3 m, dengan jarak antar petakan 50 cm. Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam sesuai dengan ukuran polibag yang digunakan dalam kegiatan pembibitan. Jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm x 40 cm. Tanaman dibuat seragam dengan jumlah daun maksimal 3 daun. Pemupukan Dosis pupuk N , P, dan K diberikan sebagai perlakuan dasar untuk setiap satuan percobaan petak. Aplikasi pupuk N dibagi menjadi tiga kali aplikasi yaitu pada saat tanam, 40 HST, dan 80 HST. Pemupukan P 2 O 5 dilakukan pada saat tanam, sedangkan pupuk K 2 O dibagi menjadi dua kali aplikasi yaitu saat tanam dan pada umur tanaman 60 HST. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman yang akan dilakukan meliputi kegiatan penyulaman, penyiangan, dan penyiraman yang dilakukan sesuai kondisi lapang. Panen Panen dilakukan untuk pengambilan contoh destruktif yaitu dengan menggunakan kuadran berukuran 1 m x 1 m untuk setiap unit percobaan yang dilakukan seperti tertera pada Tabel 27. Tabel 27 Perlakuan Frekwensi Panen Sistem Ratoon Perlakuan Panen Bulan Jumlah panen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R1 = Panen setiap bulan Panen awal Panen setiap bulan 6 R2 = Panen setiap 2.5 bulan Panen awal Panen setiap 2.5 bulan 3 R3 = Panen setiap 5 bulan Panen awal Panen setiap 5 bulan 2 Keterangan: = saat panen Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap panen sesuai dengan perlakuan. Peubah yang diamati adalah karakter agronomi dan kandungan fitokimia tanaman pegagan seperti tertera pada Tabel 28. Tabel 28 Karakter agronomi dan kandungan fitokimia yang diamati No. Karakter Agronomi dan Kandungan Fitokimia Deskripsi

A. Hasil Ternaprodukisi

1. Bobot basah biomassa Bobot basah biomasa diperoleh dengan cara menimbang bobot basah panen ubinan ukuran 1 m x 1 m, yang dilakukan pada setiap panen sesuai dengan perlakuan. B.Kandungan fitokimiaAsiatikosida 2 Analisa kandungan asiatikosida pada jaringan tanaman Sampel daun yang dianalisa kandungan asiatikosidanya diambil dari daun dewasa yang masing-masing berasal dari daun pada setiap petakan perlakuan disetiap panen sesuai dengan perlakuan.. Pengamatan faktor lingkungan tumbuh dilakukan seperti Percobaan 1. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, apabila hasil analisis menunjukan pengaruh nyata pada taraf nyata 0.05 dilakukan uji DMRT untuk mengetahui pengaruh aksesi pegagan, sistem dan umur panen terhadap produksi bobot terna segar, terna kering, dan senyawa bioaktif asiatikosida pegagan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis sidik ragam membuktikan bahwa tidak terjadi perbedaan pengaruh yang nyata antar aksesi Boyolali dan aksesi lokal pada pertumbuhan vegetatif panjang daun dan tebal daun. Perlakuan frekwensi sistem panen ratoon hanya memberikan perbedaan pengaruh yang nyata antar perlakuan diuji. Daun pada perlakuan R3 tampak lebih lebar dari pada perlakuan lain Tabel 29. Tabel 29 Pertumbuhan vegetatif panjang daun, lebar daun, dan tebal daun pada dua aksesi pegagan dan tiga macam umur panen sitem ratoon Perlakuan Pertumbuahn vegetatif Panjang Daun cm Lebar Daun cm Tebal Daun mm A.Petak Utama aksesi V1 = Boyolali V2 = Lokal B.Anak Petak Frekwensi sistem panen ratoon R1 = panen setiap bulan R2 = panen setiap 2.5 bulan R3= panen setiap 5 bulan 4.99 a 4.93 a 3.74 a 5.17 a 5.97 a 1.65 a 1.50 a 0.92 b 1.64 ab 2.16 a 0.24 a 0.21 a 0.21 a 0.20 a

0.26 a

KK 6.20 4.72 4.42 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 Hasil analisisis sidik ragam membuktikan bahwa tidak terjadi perbedaan pengaruh yang nyata antara kombinasi perlakuan aksesi petak utama dengan frekwensi sistem panen ratoon anak petak terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi pegagan Tabel 30. Pada perlakuan frekwensi sistem panen ratoon, terjadi perbedaan pengaruh perlakuan yang nyata pada produksi bobot segar dan kering terna serta senyawa bioaktif asiatikosida, dimana perlakuan frekwensi sistem panen ratoon setiap 5 bulan R3 cenderung menghasilkan produksi pegagan terbanyak. Hal ini disebabkan karena pada umur 5 bulan tersedia cukup waktu bagi pertumbuhan daun tanaman pegagan, sehingga bobot biomas daun yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan tanaman pegagan yang dipanen lebih cepat cepat. Bila panen dilakukan setiap 2.50 bulan, maka biomas daun yang dihasilkan belum mencapai maksimal karena pertumbuhan lebar daun maksimal rata-rata 2.46 cm untuk pegagan aksesi Boyolali terjadi pada umur 3 bulan setelah tanam Bermawie et al. 2008. Harga senyawa asiatikosida yang saat ini mencapai Rp 1.10 juta per gram senyawa asiatikosida murni dan efisiensi biaya panen, maka perbedaan produktivitas akibat perlakuan panen yang diuji dalam penelitian ini layak untuk dipertimbangkan. Sehingga perlakuan frekwensi sistem panen ratoon yang dilakukan setiap 5 bulan R3 merupakan perlakuan yang di anjurkan karena produksi yang dihasilkan 29.88 t terna keringha dengan kandungan senyawa bioaktif asiatikosida 25.80 kgha adalah jauh lebih tinggi dari produksi yang dihasilkan pada penelitian pegagan yang menggunakan aksesi Boyolali sebelumnya di Indonesia 13.30 t terna keringha. Tabel 30 Produksi bobot segar, bobot kering, dan bobot senyawa asiatikosida pada dua aksesi pegagan dan tiga macam umur panen sistem ratoon Perlakuan Produksi Bobot segar terna kgm 2 Bobot kering terna kgm 2 Bobot asiatikosida gm 2 A.Petak Utama aksesi V1 = Boyolali V2 = Lokal B.Anak Petak Frekwensi sistem panen ratoon R1 = panen setiap bulan R2 = panen setiap 2.5 bulan R3= panen setiap 5 bulan 3.042 a 2.754 a 2.892 b 2.808 b 2.988 a 1.710 a 1.620 a 1.560 b 1.614 ab 1.824 a 2.46 a 2.40 a 2.28 b 2.40 ab

2.58 a

KK 11.81 11.02 14.62 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5