12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum
Berdasarkan buku Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Banten 2009, wilayah mangrove desa Jayamukti Kecamatan Blanakan secara administrasi
kehutanan termasuk dalam Bagian Kesatuan Pemangku Hutan BKPH Ciasem Pamanukan yang dikelola oleh Kesatuan Pemangku Hutan KPH Pamanukan,
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Pengelolaan hutan mangrove di wilayah Desa Jayamukti dan Desa Langensari
dikelola dengan melibatkan masyarakat secara aktif melalui sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM yang dimulai sejak tahun 1986 melalui sistem
tambak tumpangsari, dimana sebagian besar dengan menggunakan pola empang parit dan sebagian kecil dengan pola komplangan serta pola jalur.
Seharusnya sistem tambak tumpangsari atau silvofishery terdiri atas 80 hutan mangrove dan 20 empang atau tambak namun kenyataannya mangrove tidak
berkembang secara baik terutama pada areal tambak hal ini dikarekan untuk perluasan tambak. Kondisi tersebut menyebabkan bervariasinya tingkat kerapatan
dan luas penutupan vegetasi mangrove di dalam tambak tumpang sari Lampiran 2. Dari hasil wawancara umumnya masyarakat desa Jayamukti membudidayakan
ikan bandeng, mujaer, dan udang windu dengan sistem tradisional karena tanpa pemberian pakan buatan, umumnya masyarakat setempat menanam udang terlebih
dahulu kemudian ikan bandeng, namun terkadang secara bersamaan tergantung keinginan petambak dan saat panen dengan menggunakan sistem arad atau sistem
panen habis, sedangkan untuk masa pemeliharaan selama empat bulan sehingga dalam satu tahun terdapat tiga kali panen. Pengambilan air untuk tambak pada saat
pasang sesuai kebutuhan masing-masing tambak, umumnya masyarakat mengganti air pada saat malam hari.
Menurut KUD Mina Karya Bukti Sejati, Desa Jayamukti yang berada di kecamatan Subang memiliki luas total tambak sekitar 840.50 ha, yang dibatasi oleh
Sungai kecil Gangga di Cilamaya dan Sungai Blanakan di Ciasem. Pada kawasan tambak desa Jayamukti terdapat tiga saluran besar yang memanjang dari sungai
Gangga menuju sungai Blanakan yang biasa disebut oleh masyarakat sekitar adalah
13
Kalimalang, selain itu terdapat kurang lebih dua puluh satu saluran-saluran kecil yang memanjang dari hulu menuju ke arah laut yang biasa disebut Kalen dengan
kedalaman kurang lebih setengah meter.
4.2. Pasang Surut