ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.
4. Faktor pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat, kerja lembur, dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan
efisiensi tenaga kerja, sehingga diperlukan pola pengaturan waktu kerja di perusahaan
2.4. Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Muskuloskeletal 2.4.1. Sistem Muskuler sistem otot
1. Otot a. Definisi Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Terdapat lebih dari
600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskulerotot antara lain yaitu untuk pergerakan, penopang tubuh, mempertahankan postur
saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk, dan memproduksi panas.
b. Cara Kerja Otot
Cara kerja otot pada gerak tubuh manusia melibatkan otot, tulang, dan sendi. Gerakan pada tulang dapat terjadi karena adanya otot yang
bekerja dengan cara berkontraksi. Otot ini akan berkontraksi bila mendapat rangsangan dari saraf. Bila otot berkontraksi, maka otot akan
menggerakkan tulang di dekatnya sehingga menyebabkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
gerakan pada sendi. Otot bekerja dengan dua cara yaitu kontraksi dan relaksasi.
c. Otot Ekstremitas Bagian Bawah
Otot ekstremitas bagian bawah atau otot anggota gerak bawah adalah salah satu golongan otot tubuh yang terletak pada anggota gerak
bawah. Otot ini dibagi menjadi otot tungkai atas dan otot tungkai bawah. Otot tungkai atas otot pada paha dan otot tungkai bawah otot
tulang kering, otot tulang betis, otot telapak kaki, otot kedang jari bersama yang terletak di punggung kaki, otot penengah empu kaki
terletak di telapak kaki, dan otot penepsi terletak di sebelah punggung
kaki Syaifuddin, 2006. 2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel yang terbuat dari fibrous protein kolagen. Tendon berfungsi melekatkan tulang
dengan otot atau otot dengan otot.
3. Ligamen
Ligamen adalah pembalutselubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen
membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
2.4.2. Skeletal 1. Tulangrangka
Skeletal disebut juga sistem rangka yang tersusun atas tulang-tulang. Tubuh memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Fungsi sistem skeletal
Universitas Sumatera Utara
antara lain memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis, membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot- otot yang.
melekat pada tulang, melindungi sumsum tulang merah yang merupakan salah satu jaringan pembentuk darah, dan tempat penyimpanan bagi mineral seperti
calcium dari dalam darah.
2. Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sehingga memudahkan terjadinya pergerakan.
2.5. Keluhan Muskuloskeletal 2.5.1. Definisi Keluhan Muskuloskeletal
Menurut OHSCO 2007 keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot muskuloskeletal seperti tendon,
pembuluh darah, sendi, tulang, saraf, dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Dan berdasarkan pendapat Tarwaka dkk, 2004 yang mengutip hasil
penelitian Grandjean dan Lemasters menjelaskan keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada
sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Keluhan sementara reversible
Universitas Sumatera Utara
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan. 2.
Keluhan menetap persistent Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Menurut Tarwaka dkk, 2004 studi MSDs pada berbagai industri telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka skeletal yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya
terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
2.5.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Peter Vi dalam Tarwaka dkk 2004 menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu:
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti
aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang
diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal tersebut sering
Universitas Sumatera Utara
dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat
– angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin
tinggi pula rsesiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. 4.
Faktor penyebab sekunder yaitu : a.
Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Contohnya
pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila
hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
Universitas Sumatera Utara
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot
Suma’mur, 1982. c.
Mikroklimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang diserti dengan menurunnya kekuatan otot.
Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan
sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah
kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri otot. d.
Penyebab kombinasi Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila
dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko pada waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan
aktivitas mengangkat beban dibawah tekanan panas matahari.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor penyebab keluhan otot-otot skeletal Tarwaka, 2004. 1.
Faktor Internal a.
Umur Guo et al 1995 dan Chaffin, 1979 menyatakan bahwa pada umumnya
keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Tingkat kekuatan dan ketahanan otot akan terus menurun seiring dengan
bertambahnya umur, sehingga resiko terjadinya keluhan otot terus meningkat.
b. Jenis kelamin
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara
fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria. Astrand, dkk 1997 menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya
sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Dari uraian tersebut maka perlu
dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas. c.
Kebiasaan Merokok Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatkan keluhan otot
sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula
tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen, et. al 1993 menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasan merokok dengan keluhan otot
pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran jasmani seseorang. Kebutuhan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-
paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila pekerja
melakukan pekerjaan yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran
karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
d. Kesegaran jasmani
Pada umumnya kelelahan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk
istirahat. Sebaliknya bagi pekerja yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, disisi lain
tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat maka dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi
oleh tingkat kelelahan tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady, dkk 1979 menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran
tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1 , tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 dan tingkat kesegaran tubuh tinggi
adalah 0,8 . e.
Kekuatan fisik Chaffin and Park 1973 yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya
peningkatan keluhan punggung pada pekerja yang melakukan tugas yang
Universitas Sumatera Utara
menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Secara fisiologis ada yang dilahirkan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih
kuat dibandingkan dengan yang lainnnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan
pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih rentan terhadap cedera otot.
f. Ukuran tubuh
Vessy et al 1990 menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko 2x lipat dibandingkan wanita kurus. Hal ini diperkuat oleh Wrner,
et al 1994 yang menyatakan bahwa pasien yang obesitas mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus. Keluhan sistem
musculoskeletal terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik berat
tubuh maupun beban tambahan lainnya. 2. Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal yaitu Tarwaka, 2010
a. Lama kerjawaktu kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Lamanya seseorang bekerja sehari dengan baik pada umumnya 6-8 jam.
Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu kecenderungan menimbulkan hal-hal yang negatif.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja dari 8 ¼ ke 8 jam disertai meningkatnya efisiensi kerja dengan kenaikan
produktivitas sampai 10 . Kecenderungan ini lebih terlihat pada pekerjaan yang dilakukan dengan tangan.
Universitas Sumatera Utara
b. Tekanan melalui fisik beban kerja
Beban kerja dalam waktu yang lama dapat menyebabkan berkurangnya kinerja otot. Tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada
waktu yang panjang dapat mengakibatkan gangguan keluhan pada otot skeletal. Gejala yang ditunjukkan berupa makin rendahnya gerakan.
2.6 . Body Nordic Map
Nordic Body Map adalah kuesioner yang menunjukkan keluhan rasa sakitnyeri yang dirasakan tubuh pekerja. Metode Nordic Body Map meliputi 28
bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot
pada kaki. Pengukuran otot skeleletal dengan menggunakan kuesioner ini digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot individu.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Nordic Body Map
Santoso, 2004
Keterangan:
0. Leher atas 1. Leher bawah
2. Bahu kiri 3. Bahu kanan
4. Lengan atas kiri 5. Punggung
6. Lengan atas kanan 7. Pinggang
8. Bawah pinggang 9. Pantat
10. Siku kiri 11. Siku kanan
12. Lengan bawah kiri 13. Lengan bawah kanan
14. Pergelangan tangan kiri 15. Pergelangan tangan kanan
16. Tangan kiri 17. Tangan kanan
18. Paha kiri 19. Paha kanan
20. Lutut kiri 21. Lutut kanan
22. Betis kiri 23. Betis kanan
24. Pergelangan kaki kiri 25. Pergelangan kaki kanan
26. Telapak kaki kiri 27.Telapak kaki
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Keterangan:
Karakteristik pekerja terdiri dari variabel umur dan Indeks Massa Tubuh IMT. Penggunaan sepatu hak tinggi terdiri dari variabel lama pemakaian sepatu
dan tinggi hak sepatu. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang berperan atas terjadinya keluhan musculoskeletal disorders MSDs pada
pekerja.
1. Karakteristik Pekerja
a. Umur
b. IMT
2. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi
a. Lama Pemakaian Sepatu
tahun b.
Tinggi Hak Sepatu cm
Keluhan MSDs
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini
bersifat deskriptif
untuk mengetahui
keluhan musculoskeletal disorders MSDs pada Sales Promotion Girl SPG pengguna
sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza Tahun 2015.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Suzuya Medan Plaza. Adapun alasan pemilihan dari lokasi penelitian ini adalah:
1. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai musculoskeletal disorders
MSDs khususnya bagi Sales Promotion Girl SPG di Suzuya Medan Plaza.
2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak Suzuya Medan Plaza untuk
dapat melakukan penelitian.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2015.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SPG pusat perbelanjaan Suzuya Medan Plaza yaitu sebanyak 177 orang.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2. Sampel
Tehnik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling Notoatmodjo, 2010. Jumlah sampel diperoleh menggunakan Rumus Slovin
sebagai berikut: n= NN. d
2
+1 Keterangan
n= jumlah sampel N= jumalah populasi
d
2 =
presisi yang ditetapkan 0,1 Dari rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
n = 177177 0.1
2
+ 1 = 1771,77 +1
= 1772,77 = 63,8
≈ 64
Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel adalah 64 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
1. Karakteristik Data umur diperoleh dengan wawancara kepada para Sales Promotion
Girl SPG menggunakan kuesioner. Data berat badan diperoleh dengan menimbang berat badan Sales Promotion Girl SPG menggunakan timbangan
merek Camry dan data tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan Sales Promotion Girl SPG menggunakan meteran merek Stanley Power Lock
8m26’.
Universitas Sumatera Utara
2. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi
Data lama penggunaan sepatu diperoleh dengan wawancara kepada para
Sales Promotion Girl SPG menggunakan kuesioner. Dan data tinggi hak sepatu diperoleh dengan mengukur tinggi hak sepatu menggunakan meteran
merek Stanley Power Lock 8m26’.
3. Keluhan musculoskeletal disorders MSDs
Melakukan wawancara dan pemetaan keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari bagian personalia terdiri atas: 1.
Profil perusahaan mencakup sejarah, visi misi perusahaan dan struktur organisasi.
2. Data kepegawaian.
3.5. Definisi Operasional
1.
Sales Promotion Girl SPG adalah tenaga kerja yang bekerja di Suzuya
Medan Plaza yang pekerjaannya adalah melayani pembelikonsumen dengan memberi informasi mengenai barang-barang yang dijual.
2. Umur adalah usia tenaga kerja sampai dengan waktu dilakukan
penelitian. Penggolongan umur pada responden berdasarkan data yang didadapat pada saat penelitian. Pembagian interval atau panjang kelas
pada golongan umur menggunakan rumus yaitu: Intervalpanjang kelas = data umur terbesar
– data umur terkecil pada data penelitianbanyak kelas.
Universitas Sumatera Utara
3. Indeks Massa Tubuh IMT adalah BBTB
2
dikategorikan berdasarkan kriteria WHO yaitu underweight, normal, overweight, dan obesitas.
4. Sepatu Hak Tinggi adalah sepatu yang memiliki tinggi hak minimal 5
cm. Lama pemakaian sepatu hak tinggi adalah waktu responden selama
bekerja sebagai Sales Promotion Girl SPG dengan menggunakan sepatu hak tinggi. Penggolongan lama pemakaian sepatu hak tinggi responden
berdasarkan data yang didadapat pada saat penelitian. Pembagian interval atau panjang kelas pada golongan lama pemakaian sepatu hak tinggi
menggunakan rumus yaitu: 5.
Intervalpanjang kelas = data lama pemakaian sepatu hak tinggi terbesar – data lama pemakaian sepatu hak tinggi terkecil pada data
penelitianbanyak kelas. 6.
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal pada otot ekstremitas bagian bawah mulai dari bagian paha sampai kaki. Data
keluhan muskuloskeletal didapat dari kuesioner Nordic Body Map. Jika responden mengalami keluhan muskuloskeletal berupa sakit atau nyeri
pada otot ekstremitas bagian bawah diberi kode = 1. Dan jika responden tidak mengalami keluhan muskuloskeletal berupa sakit atau nyeri pada
otot ekstremitas bagian bawah diberi kode = 2.
3.6. Teknik Analisis Data