pH Fosfat Parameter Kimia .1 Oksigen terlarut

Gambar 16 Grafik Perubahan Nilai COD mgl tahun 2005-2009 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 nilai rata-rata COD masih berada dalam baku mutu air 25 mgl untuk kelas II, kecuali tahun 2006 dan 2009. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai di DAS Ciliwung Segmen II Kota Bogor masih dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya.

5.2.2.4 pH

Nilai pH digunakan sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air. Air murni memiliki pH yang berkisar 7, sedangkan nilai pH untuk air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan adalah berkisar antara 6.5-7.5 Wardhana, 2001. Hasil pengamatan nilai pH selama kurun waktu 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 21 sebagai berikut : Tabel 21 Hasil Pengamatan Nilai pH tahun 2005-2009 Waktu Pengukuran Baku Mutu Air Lokasi Pemantauan Katulampa Sempur Kedung Halang 2005 6-9 7.37 7.33 7.33 2006 6-9 6.79 6.33 6.58 2007 6-9 7.73 7.33 7.37 2008 6-9 7.73 7.53 7.57 2009 6-9 7.15 6.85 7.05 Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Provinsi Jawa Barat 5 10 15 20 25 30 35 40 2005 2006 2007 2008 2009 C O D m g l ∑ Pengukuran Kat ulam pa Sem pur Kedunghalang Hasil pengukuran pH setiap tahunnya menunjukkan bahwa nilai pH mengalami fluktuasi yang tidak jauh berbeda setiap tahunnya. Kecenderungan nilai pH yang senantiasa mengalami penurunan baik dari Katulampa sampai Sempur dan dari Sempur sampai Kedunghalang masih berada dalam baku mutu air normal untuk kehidupan berdasarkan PP No.82 tahun 2001. Jika dilihat berdasarkan kisaran nilai pH untuk syarat kehidupan, nilai pH dari bebrapa tahun seperti tahun 2006, 2007 dan 2008 melebihi kisaran pH yang seharusnya. Namun hal ini belum bias diindikasikan bahwa perairan tersebut sudah dalam keadaan tercemar tetapi dapat diasumsikan bahwa air tidak memenuhi syarat untuk kehidupan dan perlu pertimbangan dalam penggunaannya. Grafik perubahan nilai pH dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar 17 sebagai berikut: Gambar 17 Grafik Perubahan Nilai pH tahun 2005-2009

5.2.2.5 Fosfat

Hasil pengamatan nilai fosfat selama kurun waktu 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 22 sebagai berikut : Tabel 22 Hasil Pengamatan Nilai Fosfat mgl tahun 2005-2009 Waktu Pengukuran Baku Mutu Air Lokasi Pemantauan Katulampa Sempur Kedung Halang 2005 0.2 0.049 0.08 0.104 2006 0.2 0.053 0.17 0.158 2007 0.2 0.017 0.123 0.093 2008 0.2 0.086 0.086 0.094 2009 0.2 0.498 0.22 0.186 Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Provinsi Jawa Barat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2005 2006 2007 2008 2009 p H ∑ Pengukuran Kat ulam pa Sem pur Kedunghalang Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air tahun 2005-2009 dari titik pantau Katulampa sampai titik pantau Kedunghalang nilai parameter Fosfat mengalami fluktuatif yang cukup signifikan. Nilai Fosfat dari Katulampa sampai Kedunghalang seharusnya senantiasa mengalami peningkatan karena berbagai masukan pencemaran yang diterima badan air dan luas daerah cakupannya. Peningkatan nilai Fosfat dari Katulampa sampai Sempur dan dari Sempur sampai Kedunghalang dapat dijumpai pada tahun 2005, 2006 dan 2008. Hal ini karena adanya masukan beban pencemaran yang diterima akibat aktivitas antropogenik, industri dan peternakan. Penggunaan detergen, shampo dan sabun dari aktivitas antropogenik serta buangan industri yang tidak dinetralkan menyebabkan kondisi perairan berbusa dan menurunkan absorbs oksigen di perairan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 150 responden yang berada di sekitar Sungai Ciliwung sebanyak 46 orang memanfaatkan sungai untuk mandi, cuci dan kakus MCK. Nilai fosfat yang lebih besar di Kedunghalang jika dibandingkan dengan di Sempur dan Katulampa disebabkan oleh adanya akumulasi beban pencemaran yang diterima seperti yang disebutkan sebelumnya. Nilai fosfat yang mengalami penurunan baik dari Katulampa sampai Sempur pada tahun 2009 dan dari Sempur sampai Kedunghalang pada tahun 2007 dan 2009 diduga disebabkan oleh adanya pengendapan sesuai dengan sifatnya. Menurut Effendi 2003 karakteristik fosfor fosfat merupakan penyusun biosfer yang tidak terdapat di atmosfer karena keberadaan fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap. Hal ini sesuai dengan waktu pengukuran yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus-September Lampiran 11 dimana debit aliran air sangat kecil paling rendah 0.0019 m³detik dimana kondisi ini menyebabkan arus air menjadi tenang. Grafik perubahan nilai Fosfat dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18 Grafik Perubahan Nilai Fosfat mgl tahun 2005-2009 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 nilai rata-rata Fosfat masih berada dalam baku mutu air 0.2 mgl untuk kelas II. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai di DAS Ciliwung Segmen II Kota Bogor masih dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. 5.3 Status Mutu Air 5.3.1 Status Mutu Air Berdasarkan Nilai Indeks Kualitas Air Perhitungan dengan metode Indeks Kualitas Air berdasarkan National Sanitation Foundation WQI diperoleh hasil bahwa DAS Ciliwung Segmen Kota Bogor pada tahun 2005-2009 tingkat kualitas air termasuk dalam kisaran sedang sampai buruk. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 23 sebagai berikut : Tabel 23 Nilai IKA-NSF WQI tahun 2005-2009 Tahun Pengukuran Katulampa Sempur Kedung Halang Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori 2005 67.36 Sedang 66.12 Sedang 66.22 Sedang 2006 66.14 Sedang 61.34 Sedang 63.08 Sedang 2007 59.92 Sedang 61.55 Sedang 61.14 Sedang 2008 68.15 Sedang 61 Sedang 60.32 Sedang 2009 53.15 Sedang 49.41 Buruk 47.47 Buruk Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Provinsi Jawa Barat 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 2005 2006 2007 2008 2009 F o sf a t m g l ∑ Pengukuran Kat ulam pa Sem pur Kedunghalang