aktivitas industri dan peternakan yang ada di sepanjang aliran Sungai Cilliwung. Grafik perubahan suhu dari tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar 11
sebagai berikut :
Gambar 11 Grafik Perubahan Nilai Suhu °C Tahun 2005-2009 Peningkatan suhu air akibat adanya pencemaran atau kandungan limbah
yang masuk ke sungai akibat aktivitas rumah tangga, pertanian, peternakan dan industri dapat menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik
oleh mikroba. Menurut Tjiptadi et al. 1994 semakin meningkatnya jumlah industri dan aktivitas manusia dapat mengakibatkan kenaikan suhu air dan waktu
pengukuran juga dapat mempengaruhi nilai suhu air karena adanya kemampuan air menyerap panas dari lingkungannya.
5.2.1.2 Padatan Terlarut Total Total Dissolved solidTDS
Hasil pengamatan nilai TDS dapat dilihat pada Tabel 15 sebagai berikut: Tabel 15 Hasil Pengamatan Nilai TDS mgl tahun 2005-2009
Waktu Pengukuran Baku Mutu Air
Lokasi Pemantauan Katulampa
Sempur Kedung Halang
2005 1000
54.33 69
71.67 2006
1000 128
205 204.33
2007 1000
148.33 188.33
170 2008
1000 84
108.67 113
2009 1000
104.5 150
137.75 Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Provinsi Jawa Barat
5 10
15 20
25 30
2005 2006
2007 2008
2009 S
u h
u
°C
∑ Pengukuran
Kat ulam pa Sem pur
Kedunghalang
Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air pada tahun 2005-2009 dari titik pantau Katulampa sampai titik pantau Kedunghalang cenderung fluktuatif. Nilai
TDS dari Katulampa sampai Kedunghalang seharusnya senantiasa mengalami peningkatan karena berbagai masukan pencemaran yang diterima badan air.
Namun berdasarkan data sekunder, nilai TDS tidak senantiasa mengalami peningkatan di setiap titik pantau sehingga nilai TDS di titik pantau Sempur
bahkan lebih tinggi dibandingkan nilai TDS di Kedunghalang. Sebagai contoh, fenomena nilai TDS yang lebih tinggi di hulu daripada di
hilir dapat dilihat pada tahun 2009 karena pada tahun tersebut lebih relevan dengan waktu penelitian. Pada tahun 2009 nilai TDS di titik pantau Sempur
sebesar 150 mgl dimana mengalami peningkatan sebesar 45.5 mgl dari Katulampa. Tingginya nilai TDS di titik pantau Sempur diduga disebabkan oleh
pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan hasil kegiatan antropogenik berupa limbah domestik dan industri. Jumlah penduduk yang berada di sepanjang aliran
air sungai dari Katulampa sampai Sempur sebanyak 108895 orang, dan jumlah
industri tahu, tempe dan tapioka masing-masing sebanyak 26, 21 dan 20.
Gambar 12 Grafik Perubahan Nilai TDS mgl Tahun 2005-2009 Penurunan nilai TDS dari titik pantau Sempur 150 mgl sampai
Kedunghalang 137.75 mgl diduga disebabkan oleh penguraian yang terjadi di dalam badan air akibat curah hujan yang tinggi dan jarak yang jauh serta debit air
yang besar karena pertemuan antara Sungai Cipakancilan dan Sungai Ciliwung di
50 100
150 200
250
2005 2006
2007 2008
2009 T
D S
m g
l
∑ Pengukuran
Kat ulam pa Sem pur
Kedunghalang
daerah Kebon Pedes. Berdasarkan data dari BPSDA Ciliwung-Cisadane bahwa pada bulan November 2009 curah hujan mencapai 395 mm yang menandakan
musim penghujan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 nilai rata-rata TDS
masih di bawah baku mutu air 1000 mgl untuk kelas I-III. Hal ini menunjukkan bahwa air sungai di DAS Ciliwung Segmen II Kota Bogor dapat
digunakan sesuai dengan peruntukannya.
5.2.1.3 Padatan Tersuspensi Total Total Suspended solidTSS