2.4.2.3 Derajat Keasaman pH
Menurut Sutamihardja 1978 derajat keasaman merupakan kekuatan antara asam dan basa dalam air dan suatu kadar konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan. Nilai pH menggambarkan kekuatan bahan pelarut dari air, karena itu penunjukkannya mungkin dari reaksi kimia pada batu-batuan dan tanah-tanah.
Pertumbuhan organisme perairan dapat berlangsung dengan baik pada kisaran pH 6,5-8,5.
Menurut Brook et al. 1989 dalam Fakhri 2000 menyebutkan bahwa perairan sudah dianggap tercemar jika memiliki nilai pH 4,8 dan 9,8. Derajat
keasaman atau pH air biasanya digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji. Mackereth et al.
dalam Effendi 2003 berpendapat bahwa pH berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam akan bersifat korosif. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia
perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika kadar pH rendah. Keberadaan karbonat, hidroksida dan bikarbonat bertambah pada dasar
perairan, sementara keberadaan mineral bebas asam dan asam karbonik bertambah dalam keasaman. Perairan asam tidak lebih umum dari pada perairan alkali.
Sumber pembuangan air asam dan sampah-sampah industri yang sudah tidak dinetralkan akan bersamaan dengan pengurangan pH dari air.
2.4.2.4 Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan Dugan, 1972. Menurut Moriber dalam Anggraeni 2002, senyawa fosfat dalam
perairan dapat berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan lapukan tumbuhan. Dalam perairan senyawa fosfat berada dalam bentuk
anorganik ortofosfat, metafosfat dan polifosfat dan organik dalam tubuh organisme melayang, asam nukleat, fosfolipid, gula fosfat, dan senyawa organik
lainnya. Menurut Effendi 2003, semua polifosfat mengalami hidrolisis
membentuk ortofosfat. Perubahan ini bergantung pada suhu. Pada suhu yang
mendekati titik didih, perubahan polifosfat menjadi ortofosfat berlangsung cepat. Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai pH.
Secara umum kandungan fosfat meningkat terhadap kedalaman. Kandungan fosfat yang rendah dijumpai di permukaan dan kandungan fosfat yang
lebih tinggi dijumpai pada perairan yang lebih dalam Hutagalung dan Rozak, 1977. Senyawa ortofosfat merupakan faktor pembatas bila kadarnya di bawah
0,009 mgl, sementara pada kadar lebih dari satu mgl PO
4
-P dapt menimbulkan blooming Mackentum dalam Abdurochman, 2005.
Menurut Effendi 2003 bahwa sumber alami fosfor di perairan adalah pelapukan batuan mineral. Sumber antropogenik fosfor adalah limbah industri dan
domestik, yakni fosfor yang berasal dari detergen. Limpasan dari derah pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
keberadaan fosfor.
2.4.2.5 Kebutuhan Oksigen Kimiawi Chemical Oxygen DemandCOD