PENGARUH BERMAIN SOSIAL PURA-PURA TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK PRA SEKOLAH

PENGARUH BERMAIN SOSIAL PURA-PURA TERHADAP
PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK PRA SEKOLAH

SKRIPSI

Oleh :
Indah Yunita Sari
06810125

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

PENGARUH BERMAIN SOSIAL PURA-PURA TERHADAP
PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK PRA SEKOLAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah
satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi


Oleh :
Indah Yunita Sari
06810125

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melipahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Bermain Sosial Pura-pura terhadap
Kecenderungan Berperilaku Prososial pada Anak Pra Sekolah”, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah
Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M. Si selaku dekan fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si dan Ni’matuzahroh, M.Si selaku dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. M. Salis Yuniardi, S.Psi., M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung
dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya
skripsi ini.
4. Dra. Iswinarti, M. Si yang sudah banyak memberi arahan dan masukan
kepada penulis dari judul, outline sampai Alat tes hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Kepala Sekolah TK. Dharma Wanita Persatuan Landungsari Malang yang
telah memberikan ijin dan fasilitas bagi penulis untuk melakukan
penelitian.

6. Guru-guru TK. Dharma Wanita Persatuan Landungsari Malang yang
bersedia membantu selama penelitian, serta murid-murid TK. Dharma
Wanita Persatuan Landungsari Malang yang telah bersedia menjadi
subyek penelitian.

7. Ayah dan ibuk yang senantiasa selalu memberi dukungan, do’a, kasih
sayang serta motivasi sehingga penulis memiliki motivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
8. Mas Kiki dan Mas Fery yang telah memberikan dukungan secara materil
maupun spiritual kepada penulis.
9. Linda, Mega, dan Mbak Umbar yang telah membantu dalam pelaksanaan
pengumpulan data.
10. Mbak Zhiro dan Hayu yang selalu memberikan semangat, dukungan dan
selalu sabar mendengarkan keluhan penulis setiap penulis menemui
kesulitan selama proses menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman kost Anisa Warladupan yang sering memberikan hiburan
disaat penulis sedang penat.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga
kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan pembaca pada umumnya.


Malang, 21 April 2011
Penulis

Indah Yunita sari

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………..………………………....
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………..………….…...…....
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………..…….
SURAT PERNYATAAN ……………………..……………………….....
KATA PENGANTAR ……………………………….…………….……..
INTISARI ………………………………………………..........………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………….…
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
DAFTAR GRAFIK ………………………..……………………………..
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...............
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………….………
B. Rumusan Masalah ………………………………………..……….
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………..

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Prasekolah
A.1 Pengertian Anak Prasekolah ………………………………....
A.2 Ciri-ciri Sosial Anak Prasekolah ……………………………..
A.3 Tugas Perkembangan Anak Prasekolah ……………………….
B. Perilaku Prososial
B.1 Pengertian Perilaku Prososial …………………………………
B.2 Cara Meningkatkan Perilaku Prososial ……………………....
B.3 Faktor-faktor yang Mendasari Perilaku Prososial ……………
C. Bermain Sosial Pura-pura
C.1 Pengertian Bermain Pura-pura ……………………………….
C.2 Manfaat Bermain Pura-pura ………………………………….
C.3 Tahapan Permainan Pura-pura ……………………………….
D. Pengaruh Bermain Sosial Pura-pura terhadap Perilaku
Prososial Anak ……………………………………………………....
E. Kerangka Pemikiran ………………………………………………..
F. Hipotesis …………………………………………………………....
BAB III


i
ii
iii
iv
v
vii
viii
xi
xii
xiii
1
7
7
7

9
10
10
11
12

13
13
15
16
18
21
22

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ………………………………………………
B. Variabel Penelitian ………………………………………………....
C. Definisi Operasional ………………………………………………..

23
23
24

D. Sumber Data ………………………………………………………..
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………….

F. Subyek Penelitian …………………………………………………..
G. Instrumen Penelitian …………………………………………….......
H. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan …………………………………...…….……….
2. Tahap pengambilan data ………………………………….……...
3. Tahap Penelitian (pelaksanaan bermain pura-pura) ……………….
I. Teknik Analisa Data …………………………………………………

25
25
25
26
29
29
30
31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
A.1 Deskripsi Data Subyek Penelitian Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol TK Dharma Wanita Persatuan
Landungsari Malang …………………………………………
A.2 Deskripsi Hasil Pretest dan Posttest Perilaku Prososial
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
a. Deskripsi Hasil Pretest Perilaku Prososial Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen ……………………………………
b. Deskripsi Hasil Posttest Perilaku Prososial Kelompok Kontrol
dan Kelompok Eksperimen ……..……..……………………...
c. Deskripsi Hasil Pretest dan Posttest Perilaku Prososial
Kelompok Kontrol ……….………………………….……….
d. Deskripsi Hasil Pretest dan Posttest Perilaku Prososial
Kelompok Eksperimen ………………..……………….….......
B. Analisa data ………………………………………………………..
C. Pembahasan ………………………………………………………..

33

33
34
36

38
40
42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………....................
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….…
LAMPIRAN ……………………………………………………………….

48
48
50
52

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tindakan-tindakan Perilaku Prososial …………………….…….….
Tabel 2 : Rentang Skala Perilaku Prososial ...…….……………………..……


26
28

Tabel 3 : Data Subyek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol TK Dharma Wanita Persatuan Landungsari Malang ………

33

Tabel 4 : Hasil Pretest Perilaku Prososial
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ………..…………..

34

Tabel 5 : Hasil Posttest Perilaku Prososial
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ……..……………..

35

Tabel 6 : Hasil Pretest dan Posttest Perilaku Prososial
Kelompok Kontrol ………………………………………..............…

36

Table 7 : Hasil Pretest dan Posttest Perilaku Prososial
Kelompok Eksperimen ……………………………………….……..

38

Tabel 8 : Perbandingan Perubahan Skor Perilaku Prososial Hasil Pretest
dan Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ………...

40

Tabel 9 : Uji Beda Antar Kelompok
(Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen) ...………………....

41

Tabel 10 : Hasil T-test Antar Kelompok
(Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen) ...…………...…....

42

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Perkembangan Hasil Pretest dan Posttest
Perilaku Prososial Kelompok Kontrol ………...................................…. 37
Grafik 2 : Perkembangan Hasil Pretest dan Posttest
Perilaku Prososial Kelompok Eksperimen ………………………….… 39

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat tes (pretest) Perilaku Prososial ...........................................

53

Lampiran 2 : Alat tes (posttest) Perilaku Prososial ………………..………..

65

Lampiran 3 : Hasil Pretest “Perilaku Prososial” Kelompok Eksperimen …….

77

Lampiran 4 : Hasil Pretest “Perilaku Prososial” Kelompok Kontrol ………....

82

Lampiran 5 : Hasil Posttest “Perilaku Prososial” Kelompok Eksperimen ……

87

Lampiran 6 : Hasil Posttest “Perilaku Prososial” Kelompok Kontrol ………..

92

Lampiran 7 : Skenario Bermain Pura-pura …...…………………………......

97

Lampiran 8 : Hasil Observasi ……..…………………………………….……

102

Lampiran 9 : Hasil Perhitungan Analisa Data …...……………………..….…

108

Lampiran10: Surat Penelitian ………………………………………………...

111

Lampiran11 : Foto Penelitian ………………………………..………….……

112

DAFTAR PUSTAKA

Anas, Z. (2009). Pendidikan dalam budaya. Diakses 25 Juni 2010 dari
http://fikrieanas.wordpress.com/budaya-dan-pendidikan/
Astrilia, A. (2009). Peranan orang tua dalam membentuk perilaku prososial remaja
(Studi tentang kontribusi perilaku prososial remaja terhadap kesejahteraan
sosial di kelurahan Surabaya kecamatan Kedaton Bandar Lampung).
Skripsi. Lampung: Universitas Lampung.
Azwar, S. (2005). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Brigham, J. C (1991). Social psychology second edition. Florida : Harper Collins
Publisher.
Brodkin, A. M. (2005). The power of pretend play. Diakses 01 Juli 2010 dari
http://place.scholastic.com/earlylearner/expert/behavior/3_5dramaticplay.ht
ml
Dayakisni, T., & Hudaniah (2001). Psikologi sosial. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Djaali. (2000). Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta : Program Pasca
Sarjana.
Hughes, F. P. (1991). Children play and development. Allyn and Bacon A Devision
of simon & Schuster inc massachusetts.
Hurlock. E. B. (1978). Perkembangan anak jilid 1. Jakarta : Erlangga.
___________. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Indranegara, S. (2010). Anak-anak kita seringkali menghabiskan waktu dengan
bermain.
Diakses
02
Januari
2011
dari
http://budikolonjono.blogspot.com, edisi 6 Desember 2010.
Kalliala. (2010). PKM - pretend play. Diakses 02 Januari 2011 dari
http://ndaikuawan.student.umm.ac.id/2010/01 /22/pkm-pretend-play/
Kedaulatan Rakyat. 12 Juli 2007. Kasus kenakalan anak meningkat: Masih banyak
pelanggaran
hak
anak.
Diakses
28
Mei
2010
dari
http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=144962&actmenu=36/
Kerlinger, F. (2002). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Latipun. (2004). Psikologi eksperimen. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press.
Natanael, Y & Sufren. (2010). Peran media televisi terhadap perilaku prososial
anak-anak TK (kajian non-empiris). Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Tarumanegara.
Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan anak prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Rohmah, D. A. (2007). Efektivitas jigsaw learning terhadap pembentukan perilaku
pro-sosial santri PP Nurul Huda Mergosono Malang. Skripsi. Malang:
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri.
Santrock. J. W. (2002). Life span development. Jakarta : Erlangga.
Sears, D. O., Freedman, J. L., Peplau, L. N. (2001). Psikologi sosial. Jakarta :
Erlangga.
Sulaiman. W. (2003). Statistik non parametric : Contoh kasus dan pemecahannya.
Yogyakarta: Andi.
Virdhani, M. H. (2009). 5 ribu anak Indonesia tersangkut kasus hukum. Diakses 11
Januari 2011 dari http://news.okezone.com/ edisi 21 Juli 2009.
Winarsunu, T. (2002). Statistik dalam penelitian psikologi pendidikan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kasus anak yang terlibat dalam pelanggaran hukum, dari tahun ke tahun
secara kuantitas mengalami peningkatan. Berbagai pelanggaran dari yang berskala
ringan hingga berat tentu saja membutuhkan perhatian dari pihak-pihak yang
memiliki kompetensi dalam hal penegakan hukum (Kedaulatan Rakyat, 12 Juli
2007).

Bahkan

Kementerian

Negara

Pemberdayaan

Perempuan

dan

Anak

menyebutkan sebanyak 5 ribu anak di Indonesia saat ini tersangkut hukum pidana,
dan tengah menjalani proses persidangan (Virdhani, 2009). Kondisi seperti ini
menunjukkan lunturnya perilaku prososial pada anak sekarang ini. Oleh karena itu
sangatlah penting pembelajaran dan pengarahan prososial harus ditanamkan sejak
sedini mungkin atau sebelum anak memasuki bangku sekolah (pra sekolah) karena
pada masa ini adalah masa emas untuk penanaman perilaku prososial pada anak.
Dunia anak-anak memang serba ingin tahu, apa yang dilihatnya pasti akan
segera ditirunya (Inderanegara, 2010). Masa anak merupakan fase meniru dan fase
berkelompok dengan teman sebayanya. Pada masa ini anak akan mengembangkan
perilaku sosialnya berdasarkan hal-hal yang dilihatnya sehari-hari baik secara
langsung maupun tidak langsung seperti melalui media masa serta pengaruh sosial
dari lingkungan sekitar dan teman sebayanya.
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membentuk agar manusia dapat
menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu
bersosialisasi dalam masyarakat dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam
upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun
masyarakat secara keseluruhan (Anas, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa dengan
membentuk suatu perilaku yang baik dan bersifat prososial, maka anak mampu
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dan berguna bagi kehidupan anak
nantinya. Dengan memberikan dan melakukan perilaku prososial, anak dengan suka
rela akan memberikan pertolongan pada orang lain yang dapat membuatnya menjadi
lebih peduli dengan orang-orang dan lingkungan di sekitarnya.

1

2

Brigham (1991) menyimpulkan beberapa cara untuk meningkatkan perilaku
prososial antara lain melalui penanyangan model perilaku proses melalui media
komunikasi dengan cara modeling dan memiliki efek bersosialisasi dengan anggapan
positif tentang sifat-sifat manusia dalam diri setiap individu, dengan menciptakan
suatu pandangan bahwa setiap orang adalah bagian dari keluarga besar manusia
didunia sehingga dapat meningkatkan empati, menekankan perhatian pada normanorma sosial seperti tanggung jawab sosial yang dapat ditanamkan orang tua dan
guru atau pendidik baik tokoh masyarakat ataupun pemerintah juga memberi
motivasi masyarakat untuk bertindak prososial seperti mengadakan perancangan
program-program sosial.
Rohmah (2007) melakukan penelitian tentang Efektivitas Jigsaw Learning
Terhadap Pembentukan Perilaku Prososial Santri PP Nurul Huda Mergosono
Malang. Hasil penelitiannya menunjukkan, pada kelompok eksperimen diketahui
mayoritas subjek memiliki tingkat perubahan perilaku prososial, dengan kategori
tinggi pada saat pretest dan posttest. Dari hasil tersebut, diketahui mean pada saat
sebelum dan sesudah perlakuan mengalami kenaikan atau perbaikan cukup tinggi.
Pada kelompok kontrol juga sama, mayoritas subjek memiliki tingkat perubahan
perilaku prososial pada kategori tinggi. Namun perbedaannya tidak begitu tampak.
Dari datanya, diketahui mean pada saat sebelum dan sesudah perlakuan pada
kelompok ini mengalami kenaikan, namun kenaikannya tidak begitu tinggi. Uji t
terhadap variabel pembelajaran jigsaw learning (X) didapatkan thitung sebesar -3,276
dengan signifikansi t sebesar 0,004. Karena thitung lebih besar ttabel (-3,276>1,993)
atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,004>0,05), maka secara parsial variabel
pembelajaran jigsaw learning (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel perilaku
prososial (Y). Dengan kata lain, pembelajaran jigsaw learning sangat efektif dalam
menumbuhkan perilaku prososial santri PP. Salafiyah Syafi’iyah Nurul Huda
Mergosono Malang.
Hasil penelitian Astrilia (2009) mengenai peranan orang tua dalam
membentuk perilaku prososial remaja, diperoleh suatu kesimpulan bahwa
pembentukan perilaku prososial remaja sangat dipengaruhi oleh responden dalam hal
ini orang tua, dimana ada tiga peran orang tua atau keluarga yang sangat berpengaruh
dalam pembentukan perilaku prososial remaja yaitu peran Sosialisi, Edukasi dan

3

Religi. Adapun bentuk-bentuk perilaku prososial tersebut antara lain: berbagi,
bekerjasama, menolong, jujur, menyumbang dan merawat. Perilaku prososial
mempunyai konsekuensi sosial positif yang ditujukan bagi kesejahteraan sosial
(social welfare). Bentuk-bentuk dari kesejahteraan sosial yang merupakan hasil dari
perilaku prososial remaja tersebut antara lain terciptanya kerukunan, interaksi yang
baik antar warga, erat persaudaraan, dan tidak adanya diskriminasi dalam
masyarakat.
Hasil penelitian Nathanael & Sufren (2010) tentang peran media televisi
terhadap perilaku prososial anak-anak TK (kajian non empiris) menunjukkan bahwa
televisi sebagai salah satu media massa yang paling kuat dalam memberikan
pengaruh kepada masyarakat, terutama dalam hal respons perilaku. Respons perilaku
tersebut dapat berupa perilaku positif atau negatif tergantung dari informasi yang
disajikan oleh tayangan televisi tersebut. Kasus Prita merupakan salah satu contoh
tayangan yang memberikan respons perilaku positif kepada anak-anak pra sekolah.
Perilaku positif yang muncul adalah perilaku prososial, yaitu mengumpulkan koin.
Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan dan
pendidikan anak untuk ke depannya. Pada masa anak-anak ini, anak belajar untuk
menjalin hubungan pertemanan dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
Anak akan menirukan pembicaraan yang di dengarnya dan menirukan perilaku atau
perbuatan yang dilihatnya. Hasil pembelajaran dan pengalaman yang diperoleh anak
nantinya akan menentukan bagaimana penyesuaian dirinya dengan orang lain. Untuk
dapat menyesuaikan diri dengan baik, anak perlu banyak mendapatkan pembelajaran
dan contoh-contoh yang baik dimana semua itu harus diberikan sejak anak berusia
empat sampai lima tahun, karena pada saat itu anak mulai berinteraksi dan bermain
dengan teman sebayanya.
Banyak orang berpendapat bahwa masa anak-anak adalah masa yang
terpenting dalam memberikan pendidikan karena pada masa-masa ini akan dapat
menentukan masa depan dan pola pikir anak di kemudian hari. Pembelajaran yang
benar akan menciptakan perilaku yang benar pula saat anak mulai beranjak remaja
dan dewasa. Hal ini ditegaskan oleh Santrock (2002) bahwa pendidikan masa awal
anak-anak umumnya memiliki pengaruh positif yang tampak pada arah

4

perkembangan kedewasaan. Dalam arti, mereka meningkat sesuai usia mereka
melalui tahun-tahun pra sekolah.
Menurut Hurlock (1980) masa kanak-kanak dimulai setelah masa bayi yang
penuh dengan ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak
mengalami kematangan secara seksual, yaitu untuk wanita 13 tahun dan 14 tahun
untuk laki-laki. Hurlock (1980) mengatakan bahwa awal masa kanak-kanak berada
pada usia 2-6 tahun dimana pada masa itu menyebutnya sebagai usia prasekolah atau
“prakelompok”. Anak prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun. Mereka
biasanya mengikuti program prasekolah. Umumnya pada usia 3 tahun anak
mengikuti program Play Group dan setelah itu biasanya mereka mengikuti program
Taman Kanak-kanak pada usia 4-6 tahun.
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang beru dilihatnya, juga
mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain (Hurlock, 1980). Anak selalu ingin
mencoba sesuatu atau hal baru yang belum pernah dia kerjakan dan terus bertanya
apabila dia belum mendapatkan jawaban yang memuaskan baginya. Tidak jarang
anak memperhatikan, membicarakan, dan bertanya tentang berbagai hal yang pernah
dilihat dan didengarnya.
Menurut Hughes (1991) anak usia 3-6 tahun pada umumnya melakukan
permainan pura-pura sebagai suatu refleksi dari kematangan sosialnya. Pada usia ini
anak mulai bertanya pada orang lain jika hendak melakukan sesuatu, hal ini diikuti
oleh interaksi sosialnya dengan melakukan kerjasama pada teman sebayanya serta
terlibat pada nilai-nilai keanggotaan kelompok bermainnya. Perilaku anak yang
muncul sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya karena pada masa ini merupakan
masa dimana anak suka berkelompok dan mengutamakan penerimaan pada
kelompoknya.
Anak mulai menunjukkan hubungan dan kemampuannya untuk bekerja
sama dengan teman-temannya. Anak mulai tertarik dengan mendengarkan cerita,
melihat gambar, bernyanyi, dan bermain. Bermain merupakan sarana komunikasi
bagi anak pada saat dia berinteraksi dan bermain dengan temannya. Bermain dapat
juga mempengaruhi perkembangan intelektual anak, saat anak melakukan kegiatankegiatan yang menggunakan otaknya untuk berpikir. Dengan bermain anak dapat
belajar bagaimana ia dapat bermain dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam

5

memberikan pengetahuan dan permainan tentunya orang tua dan guru dapat memilih
metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai pada anak usia dini.
Bermain merupakan dunianya anak-anak. Melalui bermain mereka akan
mengenal sekaligus belajar tentang berbagai hal akan kehidupannya. Bruner (dalam
Hurlock, 1980) mengatakan bahwa bermain dalam masa kanak-kanak adalah
“kegiatan yang serius” yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahuntahun pertama masa kanak-kanak.
Permainan yang paling sering digunakan pada awal masa kanak-kanak di
Taman Kanak-kanak dan Play Group adalah permainan pura-pura yang bersifat
simbolis. Bermain pura-pura merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
pada anak pra sekolah di taman kanak-kanak. Bermain pura-pura merupakan
permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di sekitar anak sehingga
dapat mengembangkan daya khayal atau imajinasi mereka untuk menggantikan objek
atau situasi sesungguhnya. Menurut Santrock (2002) permainan pura-pura atau
simbolis terjadi ketika anak mentransformasikan lingkungan fisik ke dalam suatu
simbol. bermanfaat bagi anak dalam meningkatkan penggunaan benda-benda di
dalam permainan simbolis mereka. Mereka belajar mentransformasikan benda-benda
dengan menggantikan benda itu dengan benda lain dan memperlakukan benda
tersebut seperti benda yang digantikannya.
Mengingat permainan pura-pura bermanfaat dalam peningkatan perilaku
prososial anak, maka peneliti mencoba menggabungkan kedua jenis permainan
tersebut, yakni permainan pura-pura dan permainan sosial yang disebut bermain
sosial pura-pura. Bermain sosial pura-pura adalah upaya menggabungkan permainan
pura-pura dan permainan sosial. Dengan metode bermain sosial pura-pura tersebut
dapat bermanfaat pada anak dalam merangsang kepekaan sosial, mengembangkan
kemampuan bekerjasama, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan dapat memahami
hubungan antar sesama. Dengan bermain sosial pura-pura ini anak bisa lebih
berempati terhadap lingkungan dan orang lain. Dalam bermain sosial pura-pura, anak
diberikan permainan pura-pura yang berkenaan dengan kegiatan sosial dengan teman
sebayanya agar anak juga bisa berperan dan berbagi kepada sesama.
Dari uraian di atas diketahui bahwa bermain sosial pura-pura dan
memberikan sosialisasi pada anak itu dapat merangsang peningkatan perilaku

6

prososial anak. Dengan demikian anak dapat mengetahui bahwa orang lain memiliki
pikiran dan kebutuhan yang berbeda-beda, dengan ini anak lebih bisa berempati
terhadap lingkungan dan orang lain. Hal ini disebabkan karena perilaku prososial
dapat meningkatkan empati dimana empati menurut Staub merupakan salah satu
dasar terbentuknya prososial (dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2001).
Permasalahan pada kemampuan prososial anak dapat mempengaruhi tugas
perkembangan anak dan beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya pada masa
kanak-kanak. Apabila anak mengalami hambatan dalam bersosialisasi akibatnya
anak akan lebih senang menyendiri dan kurang pandai dalam berteman serta tidak
jarang anak merasa terkucilkan dari lingkungannya dan ini sangat berpengaruh pada
penyesuaian sosial dan pribadi anak nantinya. Oleh karena itu, perilaku prososial
sebaiknya ditanamkan sejak anak usia pra sekolah melalui salah satu tugas
perkembangan anak yaitu dengan metode bermain.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di salah satu Taman Kanak-kanak di
wilayah Kota Malang, selama ini guru dalam menyajikan kegiatan pembelajaran
melalui metode bermain masih belum membedakan antara mana anak yang
mempunyai perilaku sosial serta mana yang kurang memiliki perilaku sosial. Metode
pembelajaran yang digunakan juga jarang sekali menggunakan metode bermain
sosial pura-pura karena adanya alasan masih susahnya untuk mengatur anak-anak
dan permainan pura-pura ini sangat menyita waktu untuk memainkannya serta masih
kurangnya sarana yang ada. Padahal metode bermain sosial pura-pura ini dapat
melatih keterampilan dan kemampuan sosial pada anak serta aspek-aspek
perkembangan lainnya.
Bermain pada intinya dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang sifatnya
melekat langsung pada kodrat anak, karena melalui bermain anak dapat
mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya. Bermain juga merupakan proses
belajar yang menyenangkan yang dapat membantu anak untuk mengenal dunia,
mengembangkan konsep-konsep baru, mengambil resiko, serta meningkatkan
keterampilan sosial dan membentuk perilaku anak. Menurut Santrock (2002),
permainan esensial bagi anak-anak kecil. Dampaknya akan meningkatkan afiliasi
dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif,

7

meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku
yang secara potensial berbahaya.
Dari latar belakang permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang pengaruh bermain sosial pura-pura terhadap perilaku prososial pada anak pra
sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah bermain sosial pura-pura dapat mempengaruhi perilaku prososial
pada anak pra sekolah?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bermain sosial
pura-pura terhadap perilaku prososial pada anak pra sekolah.

D. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah

sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya yang
berkaitan dengan psikologi pendidikan dan perkembangan.
2.

Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan suasana
baru dalam proses pembelajaran yang menyenangkan, karena dalam
penelitian ini disajikan langsung dengan melibatkan siswa-siswi secara
penuh melalui bermain sosial pura-pura.
b. Bagi guru dan sekolah
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
yang dapat digunakan guru dan sekolah sebagai perbaikan pembelajaran
dikelas dan dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk kemajuan
pendidikan di sekolah serta dapat memberikan informasi mengenai

8

pengaruh bermain sosial pura-pura terhadap perilaku prososial pada anak
pra sekolah.
c. Bagi peneliti
Peneliti memperoleh informasi terpercaya mengenai pengaruh
bermain sosial pura-pura terhadap perilaku prososial pada anak pra
sekolah

serta

dapat

dijadikan

bekal

untuk

meningkatkan

dan

mengembangkan kreativitas, inovasi, keterampilan dalam menyusun,
menyajikan pembelajaran yang menarik.
d. Bagi orang tua
Dengan adanya hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan
gambaran kepada para orang tua bahwa banyak hal yang dapat dilakukan
terhadap perilaku prososial pada anak terutama melalui metode bermain,
salah satunya dengan bermain sosial pura-pura.