Pembuatan Film LiTaO Karakterisasi Sifat Listrik

Gambar 3.4 Film LiTaO 3 tampak samping

3.3.5 Perhitungan ketebalan film LiTaO

3 Film LiTaO 3 setelah proses annealing dihitung ketebalannya dengan metode volumetrik menggunakan persamaan 2.1. Substrat silikon yang telah dicuci kemudian ditimbang sebagai massa awal m 1 . Substrat silikon yang telah ditumbuhkan film LiTaO 3 di permukaannya setelah proses annealing kemudian ditimbang sebagai massa akhir m 2 . Luas film LiTaO 3 di permukaan silikon diukur menggunakan penggaris. Perhitungan lengkap ketebalan film LiTaO 3 dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3.6 Pembuatan

kontak pada film LiTaO 3 Proses selanjutnya adalah pembuatan kontak. Diawali dengan cara membuat pola kontak pada film yang berukuran 1 mm x 1 mm menggunakan aluminium foil. Setelah itu dilakukan proses metalisasi di Lab MOCVD Fisika ITB menggunakan bahan kontak aluminium 99,99 . Selanjutnya pemasangan kawat tembaga halus menggunakan pasta perak pada kontak. Film LiTaO 3 tampak samping yang telah ditumbuhkan pada substrat Si tipe-p dan telah dipasang kontak dapat dilihat pada Gambar 3.4.

3.3.7 Karakterisasi film LiTaO

3

3.3.7.1 Karakterisasi sifat listrik

Karakterisasi sifat listrik yang dilakukan adalah karakterisasi arus-tegangan. Pengukuran hubungan arus-tegangan film menggunakan I-V meter Keithleys SourceMeter family model 2400. Data keluaran dari I-V meter merupakan nilai arus dan tegangan. Dari data tersebut kemudian dibuat grafik hubungan arus dan tegangan menggunakan microsoft excel. Pada grafik terlihat adanya pergeseran antara kurva yang diperoleh pada kondisi gelap dan kondisi terang serta yang menggunakan filter. Hal ini menunjukkan besar sensitivitas film tersebut.

3.3.7.2 Karakterisasi sifat optik

Karakterisasi sifat optik dilakukan untuk mempelajari tingkat absorbansi dan reflektansi film LiTaO 3 menggunakan Spectrophotometer UV-VIS ocean optics USB 1000 oceanoptic. Data yang diperoleh berupa kurva absorbansi terhadap panjang gelombang dan reflektansi terhadap panjang gelombang. Dari data tersebut dapat dianalisa dan dihitung nilai energi bandgap.

3.3.7.3 Karakterisasi XRD

Karakterisasi XRD merupakan metode untuk mengidentifikasi struktur kristal film LiTaO 3 .Karakterisasi XRD menggunakan Shimadzu XRD-7000. Sifat-sifat material film LiTaO 3 dapat ditentukan jika telah diketahui struktur kristalnya. Data hasil karakterisasi XRD diolah menggunakan sofware sigmaplot. Data tersebut digunakan untuk menentukan indeks Miller dari pola difraksi sinar-x dan menghitung parameter kisi film LiTaO 3 .

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Film LiTaO

3 Pembuatan film LiTaO 3 dimulai dengan persiapan substrat Si 100 tipe-p yang dipotong membentuk segiempat berukuran 1 cm x 1 cm. Kemudian substrat dicuci menggunakan proses pencucian seperti yang telah dijelaskan pada hlm 4. Bahan dasar pembuatan film LiTaO 3 adalah litium asetat LiO 2 C 2 H 3 ditambah tantalum oksida Ta 2 O 5 . Berikut ini persamaan reaksi untuk menghasilkan LiTaO 3 murni: 2 LiO 2 C 2 H 3 + Ta 2 O 5 + 4O 2  2 LiTaO 3 + 3 H 2 O + 4 CO 2 . Komposisi massa masing-masing bahan ditentukan dengan perhitungan stoikiometri. Bahan-bahan tersebut direaksikan dalam tabung reaksi dengan menambahkan pelarut 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml. Film LiTaO 3 ditumbuhkan pada permukaan substrat Si 100 tipe-p menggunakan metode CSD dengan teknik spin coating. Reaktor spin coater diatur pada kecepatan 3000 rpm selama 30 detik setiap penetesan larutan LiTaO 3 . Setelah film LiTaO 3 ditumbuhkan di permukaan substrat Si tipe-p, kemudian dilakukan proses annealing dengan variasi suhu dan waktu annealing. Suhu annealing yang digunakan adalah 800 o C, 850 o C dan 900 o C. Sedangkan waktu annealing yang digunakan adalah 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Hubungan suhu dan waktu selama proses annealing dapat dilihat pada Gambar 3.3. Film LiTaO 3 setelah proses annealing dihitung ketebalannya dengan metode volumetrik menggunakan persamaan 2.1. Perhitungan lengkap ketebalan film dapat dilihat pada Lampiran 1. Ketebalan film LiTaO 3 berkisar antara 1,07- 3,80 m. Proses selanjutnya adalah pembuatan kontak. Film LiTaO 3 tampak samping yang ditumbuhkan pada permukaan substrat Si tipe-p dan telah dipasang kontak dapat dilihat pada Gambar 3.4.

4.2 Karakterisasi Sifat Listrik

Karakterisasi sifat listrik yang dilakukan adalah karakterisasi arus-tegangan. Karakterisasi ini untuk melihat sifat dominan dari film LiTaO 3 , apakah bersifat dioda, fotodioda, resistor atau fotoresistor. Pengukuran arus-tegangan dilakukan pada kondisi gelap dan kondisi terang serta pada kondisi terang yang memakai filter warna merah, kuning dan hijau yang disinari lampu dengan intensitas cahaya 3000 lux pada semua kombinasi kontak setiap film. Tegangan catu yang diberikan adalah -15 volt sampai 15 volt dengan kenaikan 0,05 volt. Gambar 4.1 menunjukkan hubungan arus-tegangan pada kondisi gelap-terang pada suhu annealing 800 o C selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Gambar 4.2 menunjukkan hubungan arus-tegangan pada kondisi gelap- terang pada suhu annealing 850 o C selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Gambar 4.3 menunjukkan hubungan arus-tegangan pada kondisi gelap-terang pada suhu annealing 900 o C selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Pada suhu annealing 800 o C, nilai arus kondisi terang yang tertinggi terdapat pada waktu annealing 8 jam dan 15 jam sebesar 2 mA. Pada suhu annealing 850 o C, nilai arus yang tertinggi pada waktu annealing 1 jam dan 8 jam sebesar 1,4 mA. Pada suhu annealing 900 o C, nilai arus tertingginya hanya pada waktu annealing 8 jam sebesar 0,8 mA. Gambar 4.1 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO 3 pada suhu dan waktu annealing a 800 o C, 1 jam b 800 o C, 8 jam c 800 o C, 15 jam d 800 o C, 22 jam Gambar 4.2 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO 3 pada suhu dan waktu annealing a 850 o C, 1 jam b 850 o C, 8 jam c 850 o C, 15 jam d 850 o C, 22 jam Berdasarkan data tersebut, suhu dan waktu annealing telah mempengaruhi nilai arus maksimum dari film LiTaO 3 yang diberi tegangan sampai 15 volt. Hubungan arus- tegangan menunjukkan film LiTaO 3 yang ditumbuhkan pada substrat Si 100 tipe-p memiliki sifat yang mirip dengan dioda. Adanya perbedaan antara nilai arus pada kondisi gelap dan terang juga menunjukkan bahwa film yang dibuat mempunyai sifat sebagai fotodioda. Film LiTaO 3 mempunyai sifat sebagai fotodioda karena menghasilkan arus ketika dikenai cahaya. Film LiTaO 3 yang merupakan semikonduktor tipe-n dan substrat silikon tipe-p membentuk sambungan p-n. Elektron bebas pada bahan tipe-n berdifusi melalui sambungan, masuk ke dalam bahan tipe-p dan terjadi rekombinasi dengan hole. Sebaliknya juga terjadi, yaitu hole bahan p berdifusi masuk ke dalam bahan n dan berekombinasi dengan elektron serta saling meniadakan muatan. Akibatnya, tepat pada sambungan p-n terjadi daerah tanpa muatan bebas yang disebut depletion region. Oleh karena itu, muatan positif terpisah dari muatan negatif, maka di dalam depletion region terjadi medan listrik yang melawan proses difusi selanjutnya. Dengan adanya medan listrik ini terjadi beda potensial listrik antara bagian p dan bagian n dalam depletion region. 14 Agar elektron dalam film LiTaO 3 dapat berdifusi masuk ke dalam bahan p, maka elektron tersebut harus memiliki energi yang lebih besar daripada beda potensial antara bagian p dan bagian n dalam depletion region. Dalam hal ini, energi foton dapat memberikan energi yang cukup untuk difusi elektron. Pemberian cahaya menyebabkan film LiTaO 3 menjadi lebih konduktif. Hal inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan nilai arus pada kondisi gelap dan terang pada pengukuran karakterisasi arus-tegangan. Arus pada kondisi terang lebih tinggi daripada arus pada kondisi gelap. Film LiTaO 3 setelah proses annealing pada suhu 800 o C selama 8 jam memberikan respon yang paling baik terhadap intensitas cahaya yang mengenainya. Hal ini ditunjukkan oleh selisih nilai arus pada kondisi terang dan gelap saat dikenai tegangan 15 volt yaitu sebesar 0,5 mA. Selisih nilai arus kondisi gelap dan terang untuk seluruh film LiTaO 3 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Selisih nilai arus kondisi gelap dan terang film LiTaO 3 setelah proses annealing Gambar 4.3 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang film LiTaO 3 pada suhu dan waktu annealing a 900 o C, 1 jam b 900 o C, 8 jam c 900 o C, 15 jam d 900 o C, 22 jam Tabel 4.2 Tegangan knee film LiTaO 3 setelah proses annealing Gambar 4.4 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan filter merah, hijau, kuning film LiTaO 3 pada suhu dan waktu annealing a 800 o C, 1 jam b 800 o C, 8 jam c 800 o C, 15 jam d 800 o C, 22 jam biru : gelap, pink : terang, merah : filter merah, hijau : filter hijau, kuning : filter kuning Gambar 4.5 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan filter merah, hijau, kuning film LiTaO 3 pada suhu dan waktu annealing a 850 o C, 1 jam b 850 o C, 8 jam c 850 o C, 15 jam d 850 o C, 22 jam biru : gelap, pink : terang, merah : filter merah, hijau : filter hijau, kuning : filter kuning. Gambar 4.6 Hubungan arus-tegangan kondisi gelap-terang dan filter merah, hijau, kuning film LiTaO 3 pada suhu dan waktu annealing a 900 o C, 1 jam b 900 o C, 8 jam c 900 o C, 15 jam d 900 o C, 22 jam biru : gelap, pink : terang, merah : filter merah, hijau : filter hijau, kuning : filter kuning. Tegangan yang menyebabkan arus mulai naik saat pengukuran karakterisasi arus-tegangan disebut tegangan knee. Nilai tegangan knee film LiTaO 3 setelah proses annealing ditunjukkan pada Tabel 4.2. Berdasarkan data yang diperoleh, suhu dan waktu annealing mempengaruhi nilai tegangan knee. Pada film LiTaO 3 setelah proses annealing pada suhu 800 o C selama 15 jam menunjukkan nilai tegangan knee yang paling rendah yaitu sebesar 1 volt. Karakterisasi sifat listrik dan material mikrostruktur banyak dipengaruhi oleh metode pembuatan film, suhu annealing dan ukuran grain . 22 Perubahan suhu mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk lengkung ciri dioda pada tegangan knee dan arus breakdown. Jika suhu dinaikkan maka tegangan knee berkurang, tetapi arus breakdown bertambah dan kemiringan lengkung ciri pada tegangan mundur pun bertambah. 13 Namun berdasarkan Tabel 4.2, terjadi fluktuasi nilai tegangan knee. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh waktu annealing . Film LiTaO 3 ini dapat diaplikasikan sebagai sensor warna. Terlihat dari Gambar 4.4 yang menunjukkan hubungan arus-tegangan pada kondisi yang diberi filter untuk film LiTaO 3 setelah proses annealing pada suhu 800 o C. Semakin meningkatnya suhu dan waktu annealing, sensitivitasnya semakin berkurang ditunjukkan oleh grafik yang berimpit seperti pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 untuk film LiTaO 3 setelah proses annealing pada suhu 850 o C dan 900 o C.

4.3 Karakterisasi Sifat Optik