Hambatan Kegiatan-Kegiatan yang dilakukan Kepolisian Resort Kota Kediri dalam

c Tidak adanya kerjasama sinergis dengan instansi lain, Aiptu Deny Puspita beralasan bahwa Kepolisian Resort Kota Kediri ingin berusaha mandiri untuk menekan angka kejahatan, khususnya kejahatan jalanan dengan melaksanakan Program Zero Street Crime. Program ini tidak hanya melaksanakan fungsi pangamanan saja, yaitu sebagai penanggulangan kejahatan namun juga melaksanakan fungsi pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat Wawancara, 3 April 2009.

f. Hambatan

Usaha-usaha kepolisian dalam melakukan penanggulangan kejahatan di Kota Kediri, tidak selamanya berlangsung mulus. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mempersulit pelaksanaan program Zero Street Crime ini, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Fasilitas Ketersediaan sarana dan fasilitas yang mendukung tugas-tugas polisi sangatlah terbatas. Hal ini menyebabkan polisi tidak dapat bekerja secara maksimal untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Sarana dan fasilitas tersebut diantaranya yaitu meliputi alat komunikasi, berbagai kendaraan bermotor untuk operasional, ruang tahanan yang memadai dan lain sebagainya. Berdasarkan pernyataan dari Kasat Lantas AKP Mukalan, S.H. yang menyatakan bahwa minimnya sarana dan prasarana sangatlah mempengaruhi kinerja kepolisian dalam melaksanakan tugasnya Wawancara, 16 April 2008. ci Keadaan itu menyebabkan pelaksanaan penanggulangan kejahatan menjadi tersendat dan tidak dapat berjalan lancar. Kelangkapan sarana dan fasilitas sangatlah penting, karena sekarang ini kejahatan semakin canggih dan beragam. Apabila kepolisian tidak mengimbangi perkembangan kejahatan tersebut dengan melengkapi sarana dan prasarana fasilitas yang memadai, maka kejahatan khususnya kejahatan jalanan tidak akan mungkin dapat ditekan. b. Keterbatasan Personil Menurut Aiptu Deny Puspita dijelaskan bahwa Kekuatan Personil yang dilibatkan dalam pelaksanaan Program Zero Street Crime di Kota Kediri ini berjumlah 249 orang dengan rincian : 1 Polresta Kediri : 115 orang 2 Polsek Mojoroto : 50 orang 3 Polsekta Kediri : 45 orang 4 Polsekta Pesantren : 39 orang Jumlah personil yang tidak memadai merupakan salah satu hambatan dalam penanggulangan kejahatan. Namun demikian Kasat Reskrim AKP Slamet Pujiono menyatakan bahwa dengan keterbatasan personil yang dimiliki, tidak akan mengurangi kegigihan polisi dalam mengungkap kejahatan. Karena personil yang ada tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya agar dapat berfungsi dengan baik Wawancara, 3 April 2009. cii c. Kurangrendahnya kualitas pendidikan Kualitas pendidikan yang kurangrendah, baik dalam bidang pendidikan secara umum maupun khusus sangat mempengaruhi tingkat profesionalisme kepolisian dalam menjalankan tugasnya. Seorang polisi dituntut harus bisa memenuhi harapan dari berbagai pihak yang beragam. Oleh karena itu diperlukan kualitas sumber daya manusia yang baik dan terampil. d. TerlambatTidak Melapor Salah satu penyebab kegagalan pengungkapan suatu tindak kejahatan adalah keterlambatan korban melaporkan peristiwa pidana yang dialaminya. Secara umum didapati gambaran keterlambatan itu sebagai berikut : Tabel 9 Kuantitas Prosentase Korban Melapor No. Korban Melapor Prosentase 1 Langsung 45 2 Terlambat 50 3 Lain-lain 5 Sumber : Data Polresta Kediri data sekunder Tabel diatas menunjukkan bahwa korban kejahatan jalanan yang melapor secara langsung 45 sedangkan yang terlambat melapor 50 dan lain-lain 5. Kuantitas prosentase korban yang terlambat melapor sangatlah tinggi dan hal inilah yang menyebabkan ciii sulitnya penanganan kasus kejahatan jalanan. Padahal dengan adanya laporan dari masyarakat sangat membantu kepolisian dalam melakukan pengungkapan terhadap kasus-kasus kejahatan. Seperti yang diungkapkan oleh Kasat Reskrim AKP Slamet Pujiono yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai peran yang sangat besar dalam pengungkapan kasus-kasus kejahatan jalanan dengan cara melapor bila mengetahui terjadi kejahatan jalanan Wawancara 23 Maret 2009. Salah satu kejahatan jalanan yang sering terjadi di Kepolisian wilayah Kota Kediri adalah pencurian kendaraan bermotor atau curanmor. Pelaku kejahatan ini mempunyai modus yang teratur dan rapi. Jenis kejahatan jalanan ini mengalami perkembangan yang pesat jika dibandingkan dengan jenis kejahatan jalanan lainnya. Masih menurut Kasat Reskrim AKP Slamet Pujiono yang menyatakan bahwa pencurian kendaraan bermotor merupakan kelompok yang terorganisir rapi. Sehingga menyulitkan dalam penangkapannya Wawancara, 13 April 2009. civ

B. PEMBAHASAN

1. Alasan Kepolisian Resort Kota Kediri Menetapkan Program Zero Street

Crime untuk Menanggulangi Kejahatan Jalanan di Kota Kediri Zero Street Crime merupakan suatu program kreatif yang dicanangkan oleh Kepolisian Wilayah Kota Kediri yang dimaksudkan untuk menanggulangi kejahatan, khususnya mengenai kejahatan jalanan di wilayah hukum Kepolisian Resort Kota Kediri. Sebagai suatu program yang ditujukan untuk melindungi kepentingan masyarakat, maka program ini telah sesuai jika dikaitkan dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia keempat yang menyatakan bahwa tujuan dari Negara adalah “melindungi” segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan “kesejahteraan” umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan ketentuan di atas dapat diartikan bahwa Pemerintah diwajibkan banyak berbuat secara kreatif dan inovatif menemukan langkah dan strategi demi terwujudnya tanggung jawab “melindungi” segenap bangsa Indonesia dari segala ancaman. Program Zero Street Crime yang dilaksanakan di kota Kediri adalah salah satu bentuk usaha Pemerintah dalam hal ini Kepolisian Republik Indonesia khususnya Kepolisian Resort Kota Kediri dalam mewujudkan tujuan Negara di atas. Program Zero Street Crime ini dilaksanakan dalam rangka memberikan perlindungan, pengayoman, pengamanan dan pelayanan kepada masyarakat agar bebas dari perasaan tidak nyaman atau kurang nyaman dalam melakukan aktifitas di jalan. Adapun tujuan dari Zero Street Crime ini adalah upaya meniadakan rasa bebas dari gangguan dan ancaman fisik maupun psikis,