cxii jalanan yang bertujuan untuk menekan angka kejahatan sampai pada tingkat
minimal atau “zero”. Secara terperinci bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Program Zero Street Crime di Wilayah Hukum Kepolisian
Resort Kota Kediri adalah sebagai berikut.
Bentuk Program Kerja Pelaksanaan Zero Street Crime di Kota Kediri, antara lain menempatkan pos-pos Zero Street Crime di tempat-tempat yang
strategis, melaksanakan kegiatan patroli, mengadakan operasi, melakukan penghimbauan, melakukan penangkapan dan melakukan tembak di tempat,
yaitu sebagai berikut :
a. Penempatan Pos-Pos Zero Street Crime di tempat-tempat yang
Strategis
Penempatan pos-pos Zero Street Crime tersebut sangat sesuai, apabila dikaitkan dengan teori Prof. E.H. Sutherland yang mengemukakan
bahwa manfaat praktis dari kriminologi adalah untuk menekan dan mengurangi jumlah kejahatan E.H. Sutherland dalam Soedjono, 1983:39.
Sehingga untuk menekan angka kejahatan, khususnya kejahatan jalanan, dilakukan dengan melakukan pencegahan terhadap penyebab
terjadinya tindak kejahatan. Salah satunya dilakukan dengan menempatkan pos-pos Zero Street Crime di tempat-tempat yang dianggap rawan terjadi
kejahatan jalanan. Pos-pos ini dimaksudkan agar polisi dapat segera bertindak apabila terjadi kejatan, khususnya kejahatan jalanan. Sehingga
dengan adanya hal ini, perlindungan terhadap nyawa maupun harta benda masyarakat lebih terjamin. Dalam kenyataannya, penempatan pos-pos di
sejumlah tempat-tempat strategis tersebut dirasa kurang bermanfaat bagi penekanan angka kejahatan. Banyaknya kejahatan yang masih sering
terjadi menunjukkan bahwa penanggulangan kejahatan tidak cukup hanya dengan penempatan pos-pos, namun juga harus diikuti dengan kegiatan
cxiii lainnya yang melibatkan partisipasi masyarakat. Dengan asumsi bahwa
kepolisian tanpa dibantu oleh pihak lain tidak akan mampu mananggulangi kejahatan,
khususnya kejahatan
jalanan secara
tuntas dan
berkesinambungan. Oleh karena itu partisipasi masyarakat di dalam kegiatan di atas, harus selalu digalang dan ditingkatkan.
cxiv
b. Pelaksanaan kegiatan patroli
Menurut Soerjono Soekanto, Upaya ini meliputi kegiatan penjagaan,
perondaan, pengawalan
dan pengembangan
sistem penginderaan dan peringatan secara dini early detection and early
warning pada lingkungan pemukiman dan lingkungan kerja. Sedangkan usaha lain yang bersifat represif. Polri dengan aparat penegak hukum lain
mengadakan usaha secara tuntas terhadap setiap kejahatan yang pada hakekatnya bertujuan menimbulkan “deferent effect” yang efektif
tindakan represif untuk preventif , sehingga dengan adanya patroli, maka kesiagaan polisi untuk menangkap para pelaku kejahatan khususnya
kejahatan jalanan menjadi lebih efektif. Selain itu para korban kejahatan dapat langsung meminta pertolongan atau melapor kepada polisi yang
sedang berpatroli tersebut.
Kemudian apabila dikaitkan dengan Pasal 14 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, hal ini sangat tepat. Salah satu
tugas pokok polisi adalah melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah
sesuai dengan kebutuhan.
Kegiatan patroli ini telah sesuai dengan pencegahan kejahatan, karena pencegahan kejahatan tersebut menekankan pada perhatian utama
yaitu mengurangi kesempatan seseorang atau kelompok untuk melakukan pelanggaran. Sehingga kejahatan, khususnya kejahatan jalanan menjadi
berkurang.
cxv
c. Mengadakan Operasi