0.43b.k pada range 0.07-2.81 b.k dan standar deviasi sebesar 0.30 b.k. Penurunan kadar air pada Layer 40 memiliki nilai korelasi sebesar 0.84.
Perbedaan antara kadar air hasil pengukuran dan hasil simulasi pada Percobaan 1 dan 2 yang telah divalidasi diduga karena tidak tepatnya penerapan
kelembaban udara pengering pada tumpukan. Seperti asumsi yang digunakan bahwa pengeringan tumpukan atau lapisan tebal ini merupakan kumpulan dari
banyak lapisan-lapisan tipis. Namun bila pada pengeringan lapisan tipis pengeringan terjadi pada kelembaban yang relatif sama dengan udara pengering,
asumsi ini akan membuat penyimpangan pada kasus lapisan tebal. Hal ini dikarenakan pada lapisan tebal uap air yang keluar dari bijian tidak semuanya
langsung terbawa oleh udara pengering, sehingga lapis batas bijian boundary layer lebih tebal. Kondisi ini akan menambah kesalahan error yang cukup
berarti apa lagi ketika kadar air bijian masih tinggi. Namun ketika kadar air telah berkurang, maka penerapan nilai RH pada simulasi lebih mendekati kondisi yang
sebenarnya. Hal ini secara umum terlihat setelah 12 jam waktu pengeringan, pada kedua percobaan model simulasi telah dapat mengikuti data pengukuran.
Menurut Brooker et al. 1974, perbedaan antara hasil simulasi dan percobaan dipengaruhi oleh kurang akuratnya model pengeringan lapisan tipis,
kurang tepatnya persamaan kadar air isotermis biji pada RH tinggi dan tidak tepatnya nilai parameter input model. Asumsi bahwa tidak terjadinya penyusutan
volume shrinkage juga turut menyumbangkan kesalahan dalam perhitungan. Perbedaan lainnya yang cukup berarti adalah bahwa penyusunan model lapisan
tipis adalah berdasarkan pada kondisi suhu dan RH tetap, sedangkan kenyataannya pada percobaan sangat berfluktuasi.
4.6 Analisis Mutu Jagung Hasil Pengeringan dan Penyimpanan
4.6.1 Mutu Perdagangan
Proses pengeringan selama 40 jam dalam In-Store Dryer ISD menggunakan udara lingkungan, telah mampu mengurangi kadar air jagung dari
rata-rata 16.40 b.b range 16.02-16.77 b.b pada awal proses pengeringan menjadi 13.40 b.b range 11.88-13.14 b.b pada akhir proses pengeringan.
Selama masa penyimpanan kadar air pada jagung terus turun menuju kadar air keseimbangannya sesuai dengan suhu dan RH lingkungan, setelah 30 hari
penyimpanan kadar air rata-rata jagung dalam ISD menjadi 12.33 b.b range 11.0-14.0 b.b. Perbandingan parameter mutu hasil percobaan dengan
persyaratan mutu SNI 01-03920-1995 standar mutu jagung untuk perdagangan disajikan pada Gambar 38 sementara data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 28.
Gambar 38 Perbandingan parameter mutu hasil percobaan dengan SNI jagung untuk perdagangan
Perbandingan antara parameter mutu hasil percobaan dengan persyaratan mutu SNI 01-03920-1995 menunjukkan bahwa mutu jagung selama proses
pengeringan dan penyimpanan berada pada tingkat mutu IV. Perubahan yang signifikan terjadi pada kadar air, sementara parameter yang sangat mempengaruhi
tingkat mutu pada jagung hasil percobaan adalah butir rusak sebesar 7.03 sehingga mutu jagung hasil percobaan berada pada tingkat mutu IV. Kerusakan
ini terjadi pada saat pemindahan jagung oleh Bucket Elevator setelah proses pengeringan tahap awal pada ERK-Hybrid, disamping itu kerusakan juga dapat
terjadi akibat benturan-benturan saat loading dan unloading serta proses perputaran silinder ketika berlangsungnya pengeringan pada ERK-Hybrid.
Sementara selama proses pengeringan dan penyimpanan pada ISD butir rusak mengalami peningkatan sebesar 0.01, sementara parameter lain yang meningkat
adalah butir warna lain sebesar 0.08, dan kotoran sebesar 0.04. Peningkatan persentase pada parameter-parameter tersebut terjadi karena adanya fluktuasi suhu
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Persy a
ratan mu
tu max
Parameter mutu
Syarat Mutu I Syarat Mutu II
Syarat Mutu III Syarat Mutu IV
Sebelum Pengeringan Setelah Pengeringan
Setelah Penyimpanan
dan RH dalam ISD, perbedaan suhu dan kelembaban yang terjadi terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan keretakan pada bijian dan juga perubahan
warna bijian. Bijian yang retak ataupun pecah menjadi bagian-bagian yang halus selama penyimpanan akan menjadi kotoran dari bijian itu sendiri, namun secara
umum peningkatan nilai parameter-parameter tersebut tidak terlalu signifikan, sehingga tidak memberikan pengaruh besar pada tingkat mutu dari hasil proses
pengeringan dan penyimpanan di dalam ISD.
4.6.2 Mutu Benih