k Analisis distribusi suhu, aliran udara, Rh dan kadar air dalam In store dryer (ISD) untuk biji jagung

Pada Simulasi 1 dengan suhu 31 o C dan RH 73 didapatkan Me sebesar 16.6 b.k. Dengan kondisi ini, maka dibutuhkan waktu selama 150 jam pengeringan untuk mengurangi kadar air dari 18 b.k menuju kadar air keseimbangan. Pada akhir Simulasi 1 jam ke-150 didapat kadar air rata-rata sebesar 16.6 b.k, nilai tersebut telah mencapai kadar air keseimbangannya.

4.3.2 Kadar Air Jagung Simulasi 2

Simulasi 2 merupakan simulasi dengan kondisi proses pengeringan pada musim kemarau. Kondisi yang diberikan adalah ; ketebalan tumpukan jagung 2.50 m dengan kadar air awal 18 b.k, laju massa udara 12.7 kgmnt-m 2 , suhu udara pengering yang digunakan adalah 33 o C dengan RH 59.8. Hasil simulasi Simulasi 2 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21, sementara penyajian grafisnya pada Gambar 29. Gambar 29 Perubahan kadar air pada Simulasi 2 Pada Simulasi 2 terlihat bahwa pada semua lapisan tetap mengalami peningkatan kadar air akibat kondensasi uap air dari lapisan sebelumnya. Pada Layer 1 terjadi peningkatan kadar air sebesar 0.11 b.k pada jam ke-1 proses pengeringan. Setelah jam ke-2 kadar air pada Layer 1 terus menurun secara drastis hingga jam ke-30, selanjutnya penurunan berlangsung lambat. Pada Layer 10 terjadi peningkatan sebesar 1.12 b.k pada jam ke-1, sementara pada Layer 40 12.5 13.5 14.5 15.5 16.5 17.5 18.5 19.5 20.5 21.5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 K a da r a ir

b.k

Waktu jam ke- Suhu udara = 33 o C, RH=59.8 , Laju massa udara=12.7 kgmnt-m 2 , Me=13.5 b.k Layer 1 Layer 10 Layer 40 Layer 50 Layer 100 Layer 150 Layer 200 Layer 250 dan 50 juga terjadi peningkatan kadar air pada jam ke-1 masing-masing sebesar 1.40 b.k dan 0.49 b.k. Sementara pada Layer 100 peningkatan kadar air terjadi hingga jam ke-2 sebesar 0.48 b.k. Memasuki jam ke-3 hingga jam ke-30 penurunan kadar air pada Layer 10, 40 dan 50 berlangsung secara drastis hingga melawati jam ke-30 penurunan kadar air mulai berlangsung secara perlahan. Pada Layer 100 laju penurunan yang tinggi terjadi antara jam ke-3 hingga jam ke-50 dan selanjutnya berlangsung lambat. Pada Layer 150 dan 200 kadar air meningkat hingga jam ke-3 sebesar masing-masing 1.49 b.k dan 1.5 b.k dan selanjutnya penurunan kadar air berlangsung dengan laju yang tinggi setelah jam ke-3 hingga jam ke-60. Untuk Layer 250 peningkatan kadar air hingga jam ke-6 pengeringan berlangsung dengan nilai 1.54 b.k. Selanjutnya perubahan kadar air berlangsung cepat pada jam ke-20 hingga jam ke-80 untuk Layer 200 dan jam ke- 30 hingga jam ke-90 untuk Layer 250. Selanjutnya penurunan terus berlangsung secara perlahan-lahan menuju kadar air keseimbangan. Perubahan RH dari 73.2 pada Simulasi 1 menjadi 59.8 pada Simulasi 2 ternyata memberikan pengaruh yang cukup besar pada proses pengeringan. Terjadinya peningkatan kadar air yang lebih kecil pada layer-layer yang ada merupakan pengaruh RH udara yang kering, karena semakin kering RH udara, maka uap air yang diserap oleh udara akan semakin banyak. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan kondensasi pada layer-layer bagian atas menjadi lebih kecil karena kapasitas tampung uap air dalam udara yang kering menjadi lebih besar. Sehingga kalaupun terjadi kondensasi maka pengaruhnya sangat kecil bila dibandingkan kenaikan kadar air yang terjadi pada Simulasi 1. Kondensasi uap air dari RH kering pada Simulasi 2 juga mengakibatkan perlambatan laju penurunan kadar air pada awal-awal proses pengeringan, namun demikian penurunan kadar air terus berlangsung menuju kadar air keseimbangan. Pada Simulasi 2 dengan suhu 33 o C dan RH 59.8 didapatkan kadar air keseimbangan sebesar 13.5 b.k. Dengan kondisi ini, dibutuhkan waktu selama 120 jam pengeringan untuk mengurangi kadar air dari 18 b.k menuju kadar air keseimbangan tersebut. Pada akhir proses Simulasi 2 didapatkan kadar air rata- rata sebesar 13.5 b.k, nilai tersebut memperlihatkan bahwa proses pengeringan pada simulasi ini telah mencapai kadar air keseimbangannya. Bila dilihat dari segi waktu pengeringan dan perubahan kadar air bijian, maka udara lingkungan dengan RH 59.8 memiliki potensi yang sangat baik untuk proses pengeringan.

4.4 Perubahan Kadar Air Jagung Percobaan