5. Kinetika Pembentukan Biogas 6. Faktor yang Berpengaruh pada Proses Fermentasi

2. 5. Kinetika Pembentukan Biogas

Kinetika produksi biogas menurut Budiyono et al 2010 serta Nopharatana et al 2007 dengan asumsi laju produksi biogas dalam kondisi batch modifikasi dari model Gompertz memiliki persamaan sebagai berikut: …………………..2 Sedangkan menurut Zweitering et al 1990 selain modifikasi model Gompertz, bisa juga digunakan persamaan modifikasi model Logistic, dengan rumus sebagai berikut : …………………..3 Dimana P adalah produksi biogas spesifik kumulatif mlg VS; A adalah produksi biogas potensial ml; R max adalah laju produksi biogas maksimum mlg VS.day;  adalah periode phase lag waktu minimum untuk produksi biogas, hari; t adalah kumulatif waktu untuk produksi biogas. A,  dan R max konstanta. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa dalam kondisi batch, peningkatan nilai P sangat lambat pada masa kultivasi dari waktu 0 ke , dan peningkatan sangat tajam pada saat R max dan terakhir akan mengalami kondisi stabil pada nilai A. Gambar 6. Kurva modifikasi model Gompertz Wang Wan, 2009  R max A Ku m u latif N il ai P Menurut Lei et al 2010 bahwa produksi biogas dari persamaan model ordo satu dapat di bandingkan dengan hasil eksperimen, dan akurasi dihitung dengan menggunakan rumus ARD average relative difference sebagai berikut : …………………………… 4 Dimana X pi adalah nilai prediksi dari model sedangkan X ei adalah nilai hasil eksperimen dan n adalah jumlah sampel.

2. 6. Faktor yang Berpengaruh pada Proses Fermentasi

Proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia dan sampah organik rumah tangga. Proses anaerobik dapat berlangsung di bawah kondisi lingkungan yang luas walaupun proses yang optimal hanya terjadi pada kondisi yang terbatas Haryati, 2006. Kondisi pengoperasian pada proses anaerobik dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kondisi pengoperasian pada proses anaerobik Parameter Nilai Suhu Mesofilik 35 o C Termofilik 54 o C pH 7 – 8 Waktu retensi 10 – 30 hari Laju pembebanan 0.07 – 0.16 kg.VSm 3 hari Hasil Biogas 0.28 – 0.69 m 3 kg.VS Kandungan Metana 60 – 70 Sumber : Engler et al 2000 Bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik yaitu bakteri hidrolitik yang memecah bahan organik menjadi gula dan asam amino, bakteri fermentatif yang mengubah gula dan asam amino menjadi asam organik, bakteri asidogenik mengubah asam organik menjadi hidrogen, karbondioksida dan asam asetat dan bakteri metanogenik yang menghasilkan metan dari asam asetat, hidrogen dan karbondioksida. Di dalam reaktor biogas, terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan, yakni bakteri asidogenik dan bakteri metanogenik. Kedua jenis bakteri ini perlu eksis dalam jumlah yang berimbang. Bakteri-bakteri ini memanfaatkan bahan organik dan memproduksi metan dan gas lainnya dalam siklus hidupnya pada kondisi anaerob. Mereka memerlukan kondisi tertentu dan sensitif terhadap lingkungan mikro dalam reaktor seperti temperatur, keasaman dan jumlah material organik yang akan dicerna. Terdapat beberapa spesies metanogenik dengan berbagai karateristik Haryati, 2006. Aktivitas metabolisme mikroorganisme penghasil metana tergantung pada faktor: 1. Temperatur Gas metana dapat diproduksi pada tiga kisaran temperatur sesuai dengan bakteri yang hadir. Bakteri psyhrofilik 0 –7 o C, bakteri mesofilik pada temperatur 13 –40 o C sedangkan termofilik pada temperatur 55 – 60 o C. Temperatur yang optimal untuk reaktor adalah temperatur 32 –35 o C, kisaran temperatur ini mengkombinasikan kondisi terbaik untuk pertumbuhan bakteri dan produksi metana di dalam reaktor dengan lama proses yang pendek Haryati, 2006. Bakteri metanogenik tidak aktif pada temperatur sangat tinggi atau rendah. Temperatur optimumnya yaitu sekitar 35°C. Jika temperatur turun menjadi 10°C, produksi biogas akan terhenti. Pengaruh kondisi temperatur terhadap laju proses anaerobik digestion disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Representatif grafik suhu anaerobic digestion Juanga, 2005 Produksi biogas yang memuaskan berada pada daerah mesofilik yaitu antara 25 –30°C. Biogas yang dihasilkan pada kondisi di luar temperatur tersebut mempunyai kandungan karbondioksida yang lebih tinggi. Pemilihan temperatur yang digunakan juga dipengaruhi oleh pertimbangan iklim. Untuk kestabilan proses, dipilih kisaran temperatur yang tidak terlalu lebar. Pengaruh perbedaan kondisi suhu terhadap produksi biogas dan metana disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Perbedaan kondisi suhu terhadap produksi biogas dan metana Kondisi Anaerobic Digestion AD Suhu Total Biogas Total metana Laju Biogas Laju Metana o C l L lkg TS lkg VS lkg TS lkg VS AD basah Termofilik Mesofilik Ambien 48.19 41.55 31.52 23.28 20.53 15.64 225.8 194.7 147.7 282.1 243.3 184.5 109.1 96.2 73.3 136.3 120.2 91.6 AD kering Termofilik Mesofilik Ambien 40.96 51.74 39.56 16.29 26.36 19.74 153.9 194.0 148.3 191.9 123.5 185.3 61.1 98.8 74 76.3 123.5 92.5 Sumber : Lianhua et al 2010. 2. Lama Proses Lama proses atau jumlah hari bahan terproses didalam bioreaktor. Pada reaktor tipe aliran kontinyu, bahan akan bergerak dari inlet menuju outlet selama waktu tertentu akibat terdorong bahan segar yang dimasukkan, setelah itu bahan akan keluar dengan sendirinya. Misalnya apabila lama proses atau pengisian bahan ditetapkan selama 30 hari, maka bahan akan berada didalam bioreaktor atau menuju outlet selama 30 hari. Setiap bahan mempunyai karakteristik lama proses tertentu, sebagai contoh untuk kotoran sapi diperlukan waktu 20 –30 hari. Sebagian biogas diproduksi pada 10 sampai dengan 20 hari pertama Wahyuni, 2010 Apabila terlalu banyak volume bahan yang dimasukkan overload maka akibatnya lama pengisian menjadi terlalu singkat. Bahan akan terdorong keluar sedangkan biogas masih diproduksi dalam jumlah yang cukup banyak. 3. Derajat Keasaman pH Kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam reaktor biogas bisa dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenik terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam pH kurang dari 7 yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri metanogenik. Kondisi keasaman yang optimal pada pencernaan anaerobik yaitu sekitar pH 6.8 sampai 8, laju pencernaan akan menurun pada kondisi pH yang lebih tinggi atau rendah Wahyuni, 2010, sedang menurut Nguyen 2004, kondisi optimum pH pada rentang 7.2 sampai 8.2. 4. Penghambat Nitrogen dan Ratio Carbon Nitrogen Menurut Wahyuni 2010 dan Haryati 2006, bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik membutuhkan beberapa elemen sesuai dengan kebutuhan organisme hidup seperti sumber makanan dan kondisi lingkungan yang optimum. Bakteri anaerob mengkonsumsi karbon sekitar 30 kali lebih cepat dibanding nitrogen. Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen dinyatakan dengan rasio karbonnitrogen CN, rasio optimum untuk reaktor anaerobik berkisar 20 - 30. Jika CN terlalu tinggi, nitrogen akan dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya biogas yang dihasilnya menjadi rendah. Sebaliknya jika CN rendah, nitrogen akan dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amonia NH 4 yang dapat meningkatkan pH. Jika pH lebih tinggi dari 8.5 akan menunjukkan pengaruh negatif pada populasi bakteri metanogen.

2. 7. Tinjauan Penelitian Terdahulu