Tabel 12 Sebaran pengetahuan responden yang menjawab benar tentang kewajiban konsumen
No. Butir Kewajiban Konsumen Laki-
laki n=157
Perempuan n=243
Total n=400
Uji Beda
L-P P
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi
dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan
keselamatan. 31.2
36.6 34.5
0.267
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi
pembelian barang danatau jasa. 4.5
11.5 8.8 0.015
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang
disepakati. 31.2
32.5 32.0
0.786 4.
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
14.0 17.7
16.2 0.330
Ket: nyata pada p0.05
Sebagian besar responden laki-laki dan responden perempuan dalam penelitian ini berpendapat bahwa konsumen di Indonesia belum sepenuhnya
dianggap raja oleh pelaku usaha. Secara keseluruhan, lebih dari setengah responden laki-laki 65.6 dan responden perempuan 58.8 mengetahui
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI sebagai pihak yang terkait dengan perlindungan konsumen. Namun, hanya satu dari 14 responden secara
keseluruhan mengetahui bahwa Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK merupakan salah satu pihak yang terkait dengan perlindungan konsumen Tabel
13.
Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan mengenai perlindungan konsumen
No. Lembaga dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen Laki-laki
n=157 Perempuan
n=243 Total
n=400 Uji
Beda L-P
P 1
BPSK Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
6.4 8.2
7.5 0.491
2 YLKI Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia 65.6
58.8 61.3
0.220 3
LPKSM Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
17.8 23.5
21.2 0.180
4 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen 30.7
35.5 33.5
0.319
21
Pengetahuan tentang Label Halal
Secara keseluruhan lebih dari setengah 56.7 responden laki-laki dan hampir setengah 44.4 responden perempuan memiliki pengetahuan mengenai
label halal produk pangan pada kategori baik. Pada responden perempuan tidak terdapat responden yang memiliki pengetahuan mengenai label halal produk
pangan pada kategori sangat kurang. Hal tersebut dapat terlihat dari jawaban responden yang menjawab dengan benar pernyataan terkait pengetahuan tentang
label halal, antara lain pernyataan mengenai pengertian label halal, pencantuman label halal dalam kemasan, dan label halal yang digunakan di Indonesia
Lampiran 5. Rata-rata skor nilai laki-laki mengenai pengetahuan rata- rata=69.11; sd=13.65 lebih rendah dari rata-rata skor nilai perempuan mengenai
pengetahuan rata-rata=72.10; sd=12.86. Dengan demikian, hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara skor pengetahuan antara laki-laki
dan perempuan p0.05 Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengetahuan tentang label halal
Kategori Pengtahuan tentang Label Halal
Laki-laki n=157
Perempuan n=243
Total n=400
Sangat kurang skor ≤ 25 0.6
0.0 0.2
Kurang 25 skor ≤ 50 11.5
9.5 10.2
Baik 50 skor ≤ 75
56.7 44.4
49.3
Sangat baik 75 skor ≤ 100 31.2
46.1 40.3
Rata-rata ± Sd 69.11 ± 13.65
72.10 ± 12.86 70.93 ± 13.24
Min-Max 20-100
30-100 20-100
Uji beda jenis kelamin p-value
0.027
Ket: nyata pada p0.05
Nilai Religiusitas
Hampir dari setengah 46.5 responden laki-laki memiliki nilai religiusitas pada kategori baik dan sangat baik. Lebih dari setengah 55.6
responden perempuan memiliki nilai religiusitas pada kategori sangat baik. Namun, pada responden laki-laki tidak terdapat responden yang memiliki nilai
religiusitas pada kategori sangat kurang. Hal ini dikarenakan mayoritas responden memeluk agama Islam dan memahami bahwa agama Islam melarang untuk
mengonsumsi makanan yang tidak halal. Selain itu, hal tersebut dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan sangat setuju dalam menjawab pernyataan
terkait nilai religiusitas terhadap label halal, antara lain kepedulian terhadap kehalalan pangan, keyakinan dalam mengonsumsi pangan yang halal, dan
kepercayaan terhadap pangan yang halal Lampiran 6. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara skor pengetahuan antara laki-laki
dan perempuan p0.01 Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran dan statistik responden berdasarkan nilai religiusitas terkait label halal
Kategori Nilai Religiusitas terkait Label Halal
Laki-laki n=157
Perempuan n=243
Total n=400
Sangat kurang skor ≤ 25 0.0
0.4 0.2
Kurang 25 skor ≤ 50 7.0
4.1 5.2
Baik 50 skor ≤ 75
46.5 39.9
42.3 Sangat baik 75 skor ≤ 100
46.5 55.6
52.3
Rata-rata ± Sd 72.82 ± 14.24
76.53 ± 13.24 75.07 ± 13.75
Min-Max 28.33-96.67
25-98.33 25-98.33
Uji beda jenis kelamin p-value 0.009
Ket: nyata pada p0.01
Sikap terhadap Label Halal
Secara keseluruhan lebih dari setengah responden laki-laki 58.6 dan perempuan 54.4 memiliki sikap mengenai label halal produk pangan pada
kategori baik. Pada responden baik laki-laki dan perempuan tidak terdapat responden yang memiliki sikap pada kategori sangat kurang. Hal ini terlihat
bahwa enam dari sepuluh responden teliti dalam membaca komposisi bahan terkait kehalalannya. Selain itu, hal tersebut dapat terlihat dari jawaban responden
yang menyatakan sangat setuju dalam menjawab pernyataan terkait sikap terhadap label halal, antara lain perasaan kecewa ketika menemukan produk pangan yang
tidak memiliki label halal, teliti dalam membaca komposisi bahan terkait kehalalannya, dan tetap mementingkan kehalalan produk pangan Lampiran 7.
Rata-rata skor laki-laki mengenai sikap rata-rata=69.46; sd=13.18 lebih rendah dari rata-rata skor perempuan mengenai sikap rata-rata=73.36; sd=12.91. Hasil
uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata p0.01 skor sikap antara laki- laki dan perempuan Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran dan statistik responden berdasarkan tingkat sikap terhadap label halal
Kategori Sikap terhadap Label Halal Laki-laki
n=157 Perempuan
n=243 Total n=400
Sangat kurang skor ≤ 25 0.0
0.0 0.0
Kurang 25 skor ≤ 50 8.3
5.3 6.5
Baik 50 skor ≤ 75
58.6 54.4
56.0
Sangat baik 75 skor ≤ 100 33.1
40.3 37.5
Rata-rata ± Sd 69.46 ± 13.18
73.36 ± 12.91 71.83 ± 13.14
Min-Max 40-100
33.33-100 33.33-100
Uji beda jenis kelamin p-value 0.004
Ket: nyata pada p0.01
Perilaku Membaca Label Halal Lebih dari setengah 53.5 responden laki-laki memiliki perilaku
membaca label halal pada kategori kurang baik. Hal senada juga terjadi pada kelompok responden perempuan, hampir dari setengah responden perempuan
48.1 memiliki perilaku membaca label halal pada kategori kurang baik. Hal tersebut dapat terlihat dari jawaban responden yang menyatakan jarang
23 memerhatikan nomor sertifikasi halal dan jarang melakukan keluhan terhadap
produk pangan yang tidak memiliki label halal Lampiran 8. Bila dibandingkan skor perilaku membaca label halal antara laki-laki dan perempuan, tidak terdapat
perbedaan nyata p0.05 diantara keduanya Tabel 17.
Tabel 17 Sebaran dan statistik responden berdasarkan perilaku membaca label halal
Kategori perilaku membaca label halal Laki-laki
n=157 Perempuan
n=243 Total n=400
Sangat kurang skor ≤ 25 2.5
3.7 3.2
Kurang 25 skor ≤ 50
53.5 48.1
50.2
Baik 50 skor ≤ 75 42.0
46.5 44.8
Sangat baik 75 sko r ≤ 100
2.0 1.7
1.8 Rata-rata ± Sd
48.66 ± 12.10 48.93 ± 11.78
48.82 ± 11.89 Min
15-90 11.67-78.33
11.67-90 Uji beda jenis k
elamin p-value 0.826
Peringkat Prioritas Mengenai Label Produk Pangan. Tiga dari lima
61.2 responden memilih nama produk pada peringkat satu sebagai item label yang paling prioritas dilihat ol eh responden. Pada peringkat kedua, hampir dari
dua perlima 39.8 responden memilih jenis produk. Selanjutnya, lebih dari satu per empat 33.2 responden memilih waktu kadaluarsa di peringkat ketiga dan
seperempat 25.5 dari responden memilih keterangan halal di peringkat keempat. Satu per empat dari responden memilih komposisi 24.5 dan cara
pemakaian 19.5 di peringkat keenam. Besarnya jumlah responden yang memilih komposisi dan cara pemakaian di peringkat keenam menyebabkan
peringkat kelima tidak ditempati oleh item label apapun. Selanjutnya, lebih dari dua dari lima 22.2 responden memilih item label informasi gizi di peringkat
ketujuh dan lebih dari seperempat 26.6 responden memilih berat bersih di peringkat kedelapan. Pada peringkat terakhir atau peringkat kesembilan, setengah
dari responden memilih alamat produsen 50.8 sebagai item label yang paling terakhir dilihat. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa keterangan halal berada
pada posisi keempat setelah nama produk, jenis produk, dan wakru kadaluarsa. Secara statistik pada item label nama produk dan alamat produsen antara
responden laki-laki dan perempuan berbeda nyata p0.01. Begitu juga pada item label waktu kadaluarsa dan informasi gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda
nyata p0.05 Tabel 18.
Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk pangan
No. Item label
Peringkat prioritas label produk responden Uji
Beda L-P
P 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1. Nama produk
61.2
18.5 7.2
3.0 2.5
2.5 1.0
1.2 2.8
0.001
2. Jenis Produk
18.5 39.8
14.5 11.0
3.8 3.2
3.0 4.6
1.8 0.459
3. Waktu
kadaluarsa 8.8
21.7
33.2
21.0 3.5
4.2 3.8
2.8 1.1
0.038
No. Item label
Peringkat prioritas label produk responden Uji
Beda L-P
P 1
2 3
4 5
6 7
8 9
4. Keterangan
Halal 8.2
11.0 19.8
25.5 9.1
6.2 8.0
5.8 6.5
0.804 5.
Berat bersih 0.5
3.5 6.0
7.5 14.1
12.2 14.8
26.6
15.0 0.455
6. Alamat
produsen 1.5
0.8 1.5
3.0 7.5
6.2 8.2
20.6 50.8
0.002
7. Komposisi
0.2 2.2
7.8 21.5
21.5 24.5
20.2 11.0
2.8 0.709
8. Informasi gizi
0.8 2.0
4.2 20.2
20.2 21.5
22.2 10.8
6.2 0.048
9. Cara
pemakaian 0.3
1.0 5.8
17.8 17.8
19.5 18.8
16.6 13.0
0.114 Ket: nyata pada p0.05; nyata pada p0.01
Hubungan Antarvariabel Penelitian. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan positif
dan nyata dengan pengetahuan r=10.070; α0,05 mengenai label halal produk
pangan. Selain itu, agama juga berhubungan positif dan nyata dengan pengetahuan r=28.889; α0,01, nilai religiusitas r=191.298; α0,01, sikap
r=142.954; α0,01, dan perilaku membaca r=127.754; α0,01 label halal produk pangan. Pengeluaran pangan berhubungan negatif dan nyata dengan sikap
r=0.122; α0,05 dan nilai religiusitas r=0.136; α0,01. Selain itu, hasil korelasi juga menunjukkan bahwa pekerjaan ibu berhubungan positif dengan pengetahuan,
sikap, dan perilaku membaca label halal. Hal yang berbeda dapat dilihat dari pendapatan keluarga responden yang berpengaruh negatif dengan nilai religiusitas
r=0.120; α0,01. Pengeluaran pangan responden juga berhubungan negatif dengan nilai religiusitas. Mendapatkan sumber informasi juga berhubungan positif
dan nyata dengan perilaku membaca r=0.108; α0,05 Lampiran 4.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan dan Nilai religiusitas Religiusitas
Sebelum melakukan uji regresi, data penelitian harus memenuhi syarat- syarat uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui data penelitian tidak terdistribusi normal Lampiran 3. Cara
untuk mengatasi ketidaknormalan dilakukan transformasi data menggunakan
“Ln”. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa variabel penelitian bebas dari multikolinearitas dengan nilai religiusitas tolerance lebih dari 0.1 dan nilai
religiusitas Variance Inflation Factors VIF kurang dari 10. Pada penelitian ini variabel telah bebas dari heterokedastisitas, hal ini dapat dilihat dari titik-titik
pada scatterplot yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y Lampiran 10. Variabel penelitian telah bebas dari autokorelasi, terlihat dari nilai religiusitas
Durbin-Watson pada model regresi variabel pengetahuan, nilai religiusitas, sikap, dan perilaku membaca label halal model satu dan dua masing-masing sebesar
1.110, 0.577, 2.021, dan 1.771. Model regresi ini dikatakan terbebas dari autokorelasi karena nilai religiusitas Durbin-Watson mendekati +2.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan dan nilai religiusitas mengenai label halal produk
Lanjutan Tabel 18