Theory of Planned Behavior (TPB): Pengetahuan, persepsi, dan niat membaca label komposisi produk pangan pada mahasiswa

(1)

THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB):PENGETAHUAN, PERSEPSI, DAN NIAT MEMBACA LABEL KOMPOSISI

PRODUK PANGAN PADA MAHASISWA

NITA NEZA PUSPITA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Theory of Planned Behavior (TPB): Pengetahuan, Persepsi, dan Niat Membaca Label Komposisi Produk Pangan pada Mahasiswa” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014 Nita Neza Puspita NIM I24100019

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait


(4)

ABSTRAK

NITA NEZA PUSPITA. Theory of Planned Behavior (TPB): Pengetahuan, Persepsi, dan Niat Membaca Label Komposisi Produk Pangan pada Mahasiswa. Dibimbing oleh MEGAWATI SIMANJUNTAK.

Salah satu komponen label yang wajib dicantumkan pada produk pangan adalah komposisi. Label komposisi memberikan informasi mengenai daftar lengkap penyusun bahan pangan. Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross sectional study yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, pengetahuan dan persepsi mahasiswa terhadap niat membaca label komposisi produk pangan dengan menggunakan pendekatan Theory of Planned Behavior. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif dengan melibatkan 400 mahasiswa IPB yang dipilih menggunakan teknik multistage random sampling berdasarkan lapis jenis kelamin. Terdapat pengaruh persepsi, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap niat membaca label komposisi. Tidak terdapat perbedaan nyata niat membaca label komposisi antara laki-laki dan perempuan.

Kata-kata kunci: label komposisi, niat, pengetahuan, persepsi, theory of planned behavior

ABSTRACT

NITA NEZA PUSPITA. Theory of Planned Behavior (TPB): Knowledge, Perception, and Intention of Undergraduate Student to Read the Label Composition of Food Products. Supervised by MEGAWATI SIMANJUNTAK.

One of the important components that must be included on the label of food products is composition. The composition label provides complete information on the the list of food ingredient. This research used a design of cross sectional study to analyze the influence of individual characteristics, family characteristics, knowledge and perception students on intentions to read the label composition of food products using Theory of Planned Behavior approach. The research location was chosen purposively by involving 400 students who have been selected using multistage random sampling technique with gender as layers. The results showed perceptions, subjective norms, and behavioral control influenced significantly on reading intention of composition label. There was no significant differences of intention reading label composition between men and women.

Keywords: composition label, intention, knowledge, perception, theory of planned behavior


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

(TPB): PENGETAHUAN,

PERSEPSI, DAN NIAT MEMBACA LABEL KOMPOSISI

PRODUK PANGAN PADA MAHASISWA

NITA NEZA PUSPITA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

Judul Skripsi : Theory of Planned Behavior (TPB): Pengetahuan, Persepsi, dan Niat Membaca Label Komposisi Produk Pangan pada Mahasiswa Nama : Nita Neza Puspita

NIM : I24100019

Disetujui oleh

Megawati Simanjuntak, SP MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen


(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini adalah label pangan, dengan judul Theory of Planned Behavior: Pengetahuan, Persepsi, dan Niat Membaca Label Komposisi Produk Pangan pada Mahasiswa. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Megawati Simanjuntak, SP MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dr Ir Istiqlaliyah Muflikhati MSi selaku dosen pemandu seminar serta Ibu Ir Retnaningsih MSi dan Prof Dr Ir Euis Sunarti MSi selaku dosen penguji skripsi atas masukan untuk penyempurnaan skripsi.

3. Ibu Dr Ir Herien Puspitawati, MSc MSc selaku dosen pembimbing akademik, ketua departemen beserta seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen yang telah mendidik, mengajar serta membagi pengalaman berharga kepada penulis terkait keilmuan di bidang keluarga dan konsumen. 4. Kedua orang tua Bapak Hariantoro, ST dan Ibu Novarina Majid, SKM serta

kedua adik penulis Desy Nezia Paramitha dan Haris Reza Kurniawan, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya.

5. Teman-teman satu bimbingan Rola Nanda Widuri, Nenny Vini Mediani, dan M. Mardi Dewantara atas segala dukungan dan semangat selama masa penelitian ini dilakukan.

6. Sahabat-sahabat Wista Putri Rahayu, Mitha Puspita, Putri Wiwiek Handayani, Vera Rosdiani, dan Lola Jaman Sentosa yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

7. Teman-teman Lia, Jasun, Kinan, Mitha, dan Novi serta serta teman-teman IKK 47 lainnya atas bantuan, semangat dan dukungannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

8. Responden yang telah berpartisipasi dan meluangkan waktunya untuk mengisi kueisoner penelitian ini serta pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014 Nita Neza Puspita


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 5

METODE PENELITIAN 6

Disain, Tempat, dan Waktu 6

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 9

Pengolahan dan Analisis Data 11

Definisi Operasional 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 16

Hasil 17

Pembahasan 32

SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38


(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori data

penelitian 9

2 Sebaran responden berdasarkan urutan kelahiran 17

3 Sebaran responden berdasarkan usia 18

4 Sebaran responden berdasarkan uang saku 18

5 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran untuk pangan 18

6 Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga 19

7 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan orang tua 19

8 Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tua 20

9 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua 20

10 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai

label pada produk pangan 21

11 Sebaran responden berdasarkan peringkat label produk pangan 22

12 Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan hak

konsumen 23

13 Sebaran responden yang menjawab benar kewajiban konsumen 23

14 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan mengenai lembaga

dan Undang-Undang (UU) Perindungan Konsumen 24

15 Sebaran responden berdasarkan kategori skor tingkat

pengetahuan 25

16 Sebaran responden berdasarkan kategori skor tingkat persepsi 25

17 Sebaran responden berdasarkan kategori skor tingkat sikap

terhadap perilaku 26

18 Sebaran responden berdasarkan kategori skor tingkat norma

subjektif 27

19 Sebaran responden berdasarkan kategori skor tingkat kontrol

perilaku 27

20 Rata-rata skor pengetahuan, persepsi, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap label komposisi berdasarkan ada

tidaknya niat untuk membaca label komposisi 28

21 Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan, persepsi, sikap

terhadap perilaku, kontrol perilaku, dan norma subjektif 31

22 Hasil regresi logistik niat membaca label komposisi 32

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 6

2 Skema proses penarikan contoh penelitian 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Definisi operasional, pengukuran, dan pengolahan data


(11)

2 Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas dan validitas variabel

penelitian 49

3 Kontrol kualitas data mencakup normalitas dan bentuk distribusi

data penelitian 49

4 Hubungan karakteristik individu, karakteristik keluarga, pengetahuan persepsi, sikap terhadap perilaku, kontrol perilaku,

norma subjektif, dan niat membaca label komposisi 50

5 Scatterplot uji heterokedastisitas variabel-variabel penelitian 51

6 Sebaran responden yang menjawab benar pernyataan

pengetahuan tentang label komposisi 54

7 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan persepsi 55

8 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan sikap terhadap

label komposisi 56

9 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan norma subjektif 57

10 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan kontrol perilaku 58

11 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan niat membaca

label komposisi 59


(12)

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Label memiliki peran yang sangat penting pada produk pangan. Pengetahuan konsumen mengenai produk pangan bersumber dari label produk tersebut. Konsumen dapat menggunakan label produk pangan sebagai sumber informasi utama mengenai produk pangan, sehingga konsumen memiliki sarana untuk memberikan penilaian dan menjatuhkan sanksi bagi produk-produk yang tidak memenuhi syarat. Menurut Susanto (2008) label pangan merupakan sumber informasi mengenai pangan yang akan dibeli konsumen karena tidak dapat bertemu secara langsung dengan produsennya. Oleh karena itu, konsumen harus mencari pengetahuan yang lebih banyak mengenai kebenaran informasi yang tertera pada label pangan agar dapat mengetahui dan memahami kebenaran informasi yang tersedia sehingga konsumen dapat terhindar dari kecurangan yang dilakukan oleh produsen (Hamonangan 2006).

Salah satu komponen label yang wajib dicantumkan pada produk pangan menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah komposisi. Komposisi makanan memberikan daftar informasi lengkap mengenai ingredient penyusun pangan termasuk bahan tambahan pangan dengan urutan menurun mulai dari bagian yang terbanyak, kecuali vitamin dan mineral (BPOM 2006).

Salah satu manipulasi informasi komposisi yang sering dilakukan oleh produsen adalah pencantuman MSG (Monosodium Glutamate) (Hamonangan 2006). MSG merupakan salah satu jenis penyedap rasa yang digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Konsumsi MSG dalam jumlah sedikit tidak berbahaya bagi kesehatan, akan tetapi jika dikonsumsi dalam dosis tinggi dan secara terus menerus MSG dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan. Meningkatnya risiko dan kecepatan pertumbuhan sel kanker merupakan salah satu dampak penggunaan MSG bagi kesehatan tubuh. Penggunaan MSG pada produk pangan kadang-kadang “tersembunyi” di balik label pangan dengan nama yang berbeda. Pencantuman penyedap rasa alami, protein hidrosilat, dan rempah-rempah pada label komposisi tidak menjamin bahwa di dalamnya tidak ada MSG (Anonim 2010). Hal tersebut sangat bertentangan dengan hak konsumen. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur, serta hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan jasa.

Salah satu tujuan pencantuman label komposisi pangan adalah memberikan kesempatan untuk mendidik konsumen agar lebih memerhatikan bagaimana komposisi serta proses penyiapan makanan (Grunert, Wills, dan Celemin 2010). Pada pertengahan tahun 2013, BPOM menemukan setidaknya sebanyak 3 037 item produk pangan Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK) di seluruh Indonesia. Sebanyak 429 item yang ditemukan pada 11 608 kemasan merupakan pangan dengan label yang tidak memenuhi ketentuan. Produk pangan TMK ini harus diwaspadai oleh konsumen karena dikhawatirkan akan berdampak negatif jika dikonsumsi oleh tubuh (Widiyani 2013). Oleh karena itu, hal ini seharusnya bisa dihindari jika konsumen menjalankan kewajibannya untuk membaca pentujuk


(14)

informasi demi kemanan dan keselamatanya (Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999).

Penelitian mengenai label pangan sudah banyak dilakukan sebelumnya. Akan tetapi penelitian khusus mengenai label komposisi pada produk pangan masih sangat jarang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian Susanto (2008) disebutkan bahwa label kemasan pangan yang paling diperhatikan konsumen adalah label halal (36.5%), waktu kadaluarsa (34.9%), nama produk (20.6%), dan komposisi makanan (7.9%). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Zahara (2009) hanya sebagian kecil mahasiswa (38.9%) yang patuh untuk membaca label komposisi. Selain itu, Osei, Lawer, dan Aidoo (2012) menyebutkan bahwa hanya 37.2 persen konsumen yang menggunakan informasi pada label pangan sebagai pertimbangan dalam melakukan produk pangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa label komposisi pada produk pangan kemasan masih terabaikan oleh konsumen, padahal komposisi makanan itu sangat penting untuk diketahui konsumen. Konsumen perlu mencermati daftar bahan yang digunakan jika ada bahan yang menimbulkan alergi pribadi atau yang dihindari dirinya (Kartika 2013).

Salah satu faktor yang mendorong pencarian informasi atau penggunaan label pangan oleh konsumen adalah pengetahuan (Al-Jannah 2010). Pengetahuan yang dimiliki seseorang cenderung akan menjadikan orang tersebut lebih memerhatikan informasi yang diperolehnya termasuk dalam hal produk yang digunakannya. Pengetahuan konsumen akan memengaruhi kemampuan mereka dalam menggunakan dan menginterpretasikan label pangan (Prinsloo et al. 2012). Hasil penelitian Ginting (2006) menunjukkan adanya hubungan yang positif nyata antara pengetahuan dan persepsi konsumen mengenai label produk pangan yang artinya semakin baik pengetahuan yang dimiliki mengenai label produk pangan maka semakin baik pula persepsi tentang label produk pangan.

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan salah satu model sikap yang menjelaskan bahwa faktor utama yang memengaruhi perilaku seseorang adalah intensi atau niat untuk berperilaku. Niat individu untuk menampilkan suatu perilaku merupakan kombinasi dari sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Azjen 1991). Selain untuk memprediksi niat dan perilaku, Azjen dan Klobas (2013) menyatakan bahwa TPB juga berkaitan dengan karakteristik pribadi dan faktor kontekstual yang memengaruhi seseorang.

Perumusan Masalah

Secara umum, minat masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi produk pangan kemasan semakin meningkat. Meskipun demikian, peningkatan jumlah konsumsi produk pangan tidak didukung oleh pelaku usaha yang justru melakukan kecurangan-kecurangan agar mampu bersaing dengan produk sejenisnya. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) (2004) mengungkapkan bahwa banyaknya kejadian yang merugikan konsumen di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah manipulasi informasi label pangan termasuk label komposisi. Kementerian Perdagangan mencatat sebanyak 621 kasus produk tidak layak edar yang terjadi sepanjang tahun 2012. Sebesar 43 persen kasus tersebut adalah pelanggaran ketentuan label dalam bahasa Indonesia (Prihtiyani 2013). Maradika (2012) juga menyatakan bahwa salah satu penyimpangan label pangan terhadap Peraturan Pemerintah (PP)


(15)

Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan adalah tidak mencantumkan keterangan komposisi dan berat bersih.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di salah satu supermarket di Kota Bogor, 98.0 persen dari 307 item produk pangan yang diobservasi telah mencantumkan label komposisi pangan. Meskipun hampir semua produk pangan yang diobservasi telah mencantumkan label komposisi, hal tersebut tidak mengindikasikan bahwa pelaku usaha telah melakukan kewajibannya untuk menyampaikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai produk pangan yang diproduksinya. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan beberapa pelanggaran ketentuan pelabelan label komposisi yang diantaranya adalah pencantuman label dengan menggunakan bahasa asing, penggunaan bahasa yang tidak lazim, letak label yang tersembunyi, ukuran huruf pada label yang sangat kecil dan kondisi label yang kurang jelas sehingga menyulitkan konsumen untuk membaca label komposisi pangan tersebut.

Salah satu kewajiban konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah membaca atau mengikuti petunjuk informasi yang tercantum pada sebuah produk. Meskipun demikian, tidak semua konsumen bersedia meluangkan waktunya untuk membaca label informasi yang tercantum pada kemasan produk. Mayoritas konsumen tidak memiliki tuntutan khusus mengenai label pangan, akan tetapi konsumen mengharapkan informasi yang tertera pada label dapat menjadi pertimbangan mereka dalam memilih produk pangan (Blanchfield 2000). Beberapa alasan konsumen tidak membaca label pangan antara lain label yang kurang menarik perhatian, tidak ada waktu untuk membaca, dan keterbatasan kemampuan konsumen untuk memahami informasi yang tertera pada label pangan, serta tidak adanya rasa tanggung jawab konsumen terhadap pangan yang dikonsumsi (Signal et al. 2008).

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia yang aktif melakukan penelitian dan penyebaran informasi mengenai produk pangan. Mahasiwa IPB yang memiliki kemudahan akses dalam pencarian informasi produk pangan diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih baik menangani produk pangan. Seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi akan terus mencari informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dirinya termasuk informasi mengenai label komposisi produk pangan. Meskipun demikian, hal tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2008 yang menunjukkan bahwa label komposisi produk pangan hanya menjadi perhatian konsumen sebesar 7.9 persen dari total 88.9 persen perhatian konsumen terhadap label pangan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Zahara (2009) bahwa kesadaran mahasiswa pada label komposisi masih rendah. Pada dasarnya komposisi produk pangan penting bagi konsumen untuk mengetahui daftar lengkap ingredient penyusun produk pangan termasuk bahan tambahan yang terdapat dalam produk pangan. Dengan adanya label komposisi, konsumen dapat mengetahui apakah bahan penyusun pangan yang dikonsumsinya aman atau tidak untuk dikonsumsi oleh tubuh. Berdasarkan uraian tersebut, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan, persepsi, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat membaca label komposisi produk pangan responden?

2. Bagaimana perbedaan faktor internal (karakteristik individu dan keluarga), faktor eksternal (sumber informasi, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan


(16)

mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label), pengetahuan, persepsi, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat membaca label komposisi produk pangan responden berdasarkan jenis kelamin ?

3. Bagaimana pengaruh faktor internal (karakteristik individu dan keluarga), faktor eksternal (sumber informasi, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label), pengetahuan, persepsi, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap niat membaca label komposisi pada produk pangan ?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi niat mahasiswa dalam membaca label komposisi produk pangan dengan menggunakan pendekatan Theory of Planned Behavior.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan, persepsi, sikap, kontrol perilaku, dan niat membaca label komposisi produk pangan dengan menggunakan pendekatan Theory of Planned Behavior.

2. Menganalisis perbedaan faktor internal (karakteristik individu dan keluarga), faktor eksternal (sumber informasi, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label) pengetahuan, persepsi, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat membaca label komposisi produk pangan responden berdasarkan jenis kelamin.

3. Menganalisis pengaruh faktor internal (karakteristik individu dan keluarga), faktor eksternal (sumber informasi, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label), pengetahuan, persepsi, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku responden terhadap niat membaca label komposisi produk pangan dengan menggunakan pendekatan Theory of Planned Behavior.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi sebagai salah satu rujukan untuk menambah daftar pustaka khususnya di bidang pendidikan dan perlindungan konsumen mengenai pengetahuan dan persepsi terhadap label komposisi produk pangan. Bagi masyarakat sebagai konsumen, penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi agar menjadi lebih cermat dan teliti sebelum melakukan pembelian produk pangan. Selain sebagai sumber informasi, penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan pelajaran bagi konsumen untuk mengetahui hak-hak dan kewajiban konsumen terhadap produk pangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah untuk dijadikan sebagai acuan penetapan kebijakan label dan klaim pangan di Indonesia.


(17)

KERANGKA PEMIKIRAN

Daftar bahan yang digunakan atau komposisi merupakan salah satu keterangan yang wajib dicantumkan pada label produk pangan sebagaimana yang tertulis pada Undang-Undang nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan. Membaca label komposisi selain untuk mengetahui daftar bahan yang digunakan juga untuk menghindari konsumsi bahan-bahan kimia berbahaya yang terdapat pada produk pangan. Label merupakan alat yang sangat penting dalam memberikan informasi mengenai karakteristik produk kepada konsumen (Annunziata dan Vecchio 2012). Pada tahap selanjutnya, label dapat digunakan oleh konsumen untuk membuat keputusan termasuk membaca dan memahami informasi yang terdapat pada label (Grunert dan Wills 2007).

Kerangka pemikiran penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) sebagai dasar acuan. Sesuai dengan model TPB, niat merupakan indikator yang digunakan untuk memprediksi perilaku seseorang (Azjen 2011). Namun demikian, perilaku membaca label komposisi pangan tidak menjadi fokus dalam penelitian ini. Berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) niat seseorang diukur melalui tiga komponen, yaitu sikap terhadap perilaku, norma subjektif yang berkaitan dengan persepsi seseorang apakah orang lain yang dianggap penting akan memengaruhi perilakunya, dan kontrol perilaku bagaimana persepsi seseorang terhadap pengendalian perilaku (Ajzen 1991). Putri (2012) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku dengan niat.

Selain komponen TPB, hal lain yang diduga memengaruhi niat mahasiswa dalam membaca label komposisi adalah pengetahuan dan persepsi. Penambahan variabel ini mengacu pada hasil penelitian Putri (2012) yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara pengetahuan dengan komponen TPB, yaitu sikap dan kontrol perilaku. Sementara itu, hasil penelitian Izdihar (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dengan komponen TPB, yaitu niat atau intensi. Penelitian Xiaoli Chen et al. (2011) juga menunjukkan bahwa penggunaan label pangan bervariasi berdasarkan beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik sosiodemografi dan gizi, dan faktor psikososial yang berhubungan dengan kesehatan termasuk pengetahuan, persepsi, dan keyakinan.

Selain pengetahuan dan persepsi, hal lain yang diduga memengaruhi sikap mahasiswa terhadap label komposisi pangan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden. Beberapa karakteristik inidividu yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, dan uang saku. Hal ini mengacu pada Izdihar (2012) yang mengatakan bahwa karakteristik individu (jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pendapatan) memiliki korelasi dengan komponen-komponen TPB. Sementara itu, lingkungan keluarga terutama orang tua merupakan lingkungan yang paling dekat dengan individu. Oleh karena itu, karakteristik keluarga seperti lama pendidikan dan pekerjaan orang tua, pendapatan dan besar keluarga diduga memiliki pengaruh terhadap pengetahuan, persepsi, dan sikap mahasiswa terhadap label komposisi pangan. Bagan kerangka pemikiran hubungan antara karakteristik


(18)

Theory of Planned Behavior:

individu, karakteristik keluarga responden, pengetahuan, persepsi, dan sikap mahasiswa terhadap label komposisi pangan disajikan pada Gambar 2.

Keterangan :

= variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

METODE PENELITIAN

Disain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu penelitian dilakukan dalam kurun waktu tertentu dan tidak berkelanjutan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten

Faktor eksternal:

 Sumber informasi  Mengikuti kuliah terkait

konsumen

 Mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label

Pengetahuan tentang label komposisi

Persepsi terhadap label komposisi

Sikap Norma subjektif

Kontrol perilaku

Niat membaca label komposisi

Perilaku membaca label komposisi pangan Faktor internal:

 Karakteristik individu:  Usia

 Jenis kelamin  Urutan kelahiran  Uang saku

 Pengeluaran untuk pangan  Karakteristik keluarga:

 Pendidikan terakhir orang tua  Pekerjaan orang tua

 Pendapatan keluarga


(19)

ni =

Bogor tepatnya di Kampus Dramaga, Institut Pertanian Bogor (IPB). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif berdasarkan pertimbangan bahwa IPB merupakan salah satu institusi di Indonesia yang berperan aktif dalam perkembangan pertanian dan pangan baik melalui penelitian dan penyebaran informasi. Pemilihan contoh penelitian adalah mahasiswa dikarenakan mahasiswa sebagai konsumen dengan tingkat pendidikan dan intelektual tinggi yang lebih mudah mengakses informasi, serta lebih terpapar informasi. Selain itu, mahasiswa IPB banyak yang mengonsumsi produk pangan khususnya produk dalam bentuk kemasan karena dianggap lebih praktis. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai sejak bulan Maret 2014, yang meliputi kegiatan penyusunan proposal, pengambilan data, pengolahan data, analisis data, dan pelaporan hasil penelitian.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa strata-1 (S1) IPB yang masih aktif di semester tiga, lima, dan tujuh pada tahun ajaran 2013-2014. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 10 540 mahasiswa. Teknik penarikan contoh menggunakan teknik probability sampling, yaitu multistage random sampling dengan lapis jenis kelamin. Kesembilan fakultas tersebut, yakni Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Jumlah contoh ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar 2005), yaitu:

Keterangan :

n = jumlah responden yang diambil

N = jumlah populasi mahasiswa semester tiga, lima, dan tujuh e = batas kesalahan pengambilan responden (5%)

Berdasarkan rumus Slovin diperoleh jumlah responden adalah 385 mahasiswa sebagai jumlah contoh minimal untuk digunakan dalam penelitian. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 400 mahasiswa untuk memperkecil terjadinya kesalahan saat penarikan contoh. Selanjutnya untuk menentukan jumlah responden setiap fakultas dilakukan dengan cara proporsional.

Keterangan:

ni = jumlah responden tiap subpopulasi Ni = total subpopulasi

N = total populasi

n = jumlah responden yang diambil n =

=

=

385 400 orang


(20)

Penentuan proporsi responden untuk setiap fakultas ditentukan berdasarkan jumlah populasi mahasiswa dari masing-masing fakultas tersebut. Sebaran responden berdasarkan fakultas dapat dilihat pada Gambar 3.

Lapis berdasarkan jenis kelamin

n

Gambar 2 Skema proses penarikan contoh penelitian

Pengacakan responden dilakukan dengan menggunakan metode pengacakan pada Statistical Package for Social Science (SPSS) 16 for windows. Pada saat pengambilan data, terdapat delapan responden yang dikeluarkan dari daftar responden. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain responden yang telah drop out, responden tidak bersedia untuk mengisi kuesioner, responden yang sedang berada di luar kota karena sedang melakukan praktik lapang dan penelitian, responden yang sulit ditemui dan sebagainya.

Faperta (1272 mahasiswa) FKH (534 mahasiswa) FPIK (1145 mahasiswa)

L = 508 P = 764

L = 215 P = 319

L = 469 P = 676

n L = 19 P = 29

n L = 8 P = 12

n L = 18 P = 26

L = 781 P = 1228

L = 526 P = 1055

L = 184 P = 850

n L = 30 P = 46

n L = 20 P = 40

n L = 7 P = 33

Fahutan (1151 mahasiswa) Fema (1034 mahasiswa) FEM (1581 mahasiswa) FMIPA (2009 mahasiswa) Fateta (1290 mahasiswa)

L = 510 P = 641

L = 725 P = 565

n L = 19 P = 25

n L = 27 P = 21 Fapet

(524 mahasiswa)

L = 236 P = 288

n L = 9 P = 11

IPB (10540 mahasiswa)


(21)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil self report responden. Alat bantu yang digunakan yaitu kuesioner yang berisi variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian. Kuesioner dalam penelitian ini dibuat dengan memodifikasi kuesioner pada penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan topik penelitian yang diantaranya, Simanjuntak (2014), Awwaliyah (2013), Ardiansyah (2011), dan Zahara (2009). Kuesioner terdiri atas 51 pernyataan terkait variabel inti penelitian, yang meliputi: 15 pernyataan variabel pengetahuan tentang label komposisi, 15 pernyataan variabel persepsi terhadap label komposisi, 6 pernyataan variabel sikap terhadap label komposisi, 8 pernyataan variabel norma subjektif terhadap label komposisi, 6 pernyataan variabel kontrol perilaku terhadap label komposisi, dan 1 pernyataan variabel niat membaca label komposisi. Selanjutnya, instrumen penelitian diuji coba dengan melibatkan 40 mahasiswa IPB yang bukan responden. Penentuan jumlah responden yang dilibatkan pada uji coba didasarkan pada syarat melakukan uji coba, yaitu 10.0 persen dari jumlah responden secara keseluruhan.

Selain data primer, informasi yang juga digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder meliputi jumlah mahasiswa yang berstatus aktif di IPB pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014 dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB dan informasi-informasi lainnya seperti dari buku, jurnal, atau literatur yang terkait dengan topik penelitian. Adapun jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori data penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori data penelitian

Variabel Skala data Keterangan/ kategori

Faktor internal :

Karakteristik individu

 Usia Rasio Tahun

 Jenis kelamin Nominal [1] Laki-laki

[2] Perempuan

 Urutan kelahiran Nominal [1] Anak sulung

[2] Anak antara [3] Anak bungsu [4] Anak tunggal

 Uang saku Rasio Rupiah/ bulan

 Pengeluaran untuk pangan Rasio Rupiah/ bulan Karakteristik keluarga

 Pendidikan terakhir orang tua Ordinal [1] Tidak tamat SD [2] Tamat SD [3] Tamat SMP [4] Tamat SMA/SMK [5] Diploma (D1/D2/D3) [6] Sarjana (S1/S2/S3)  Pekerjaan orang tua Nominal [1] Tidak bekerja

[2] Petani [3] Buruh

[4] PNS/ ABRI/ Polisi [5] Pegawai swasta [6] Wiraswasta [7] Pensiunan


(22)

Variabel Skala data Keterangan/ kategori

[8] Guru

 Pendapatan keluarga Rasio Rupiah/ bulan

 Jumlah tanggungan orang tua Rasio Orang Faktor eksternal

Sumber informasi Nominal [1] Internet

[2] Media cetak (koran, majalah, tabloid) [3] Media elektronik (televisi dan radio) [4] Teman, keluarga, dan kerabat [5] Penyuluhan, seminar, dan ceramah Mengikuti kuliah terkait konsumen Nominal [1] Ya

[2] Tidak Mengikuti kuliah terkait

pengetahuan tentang label

Nominal [1] Ya [2] Tidak Pengetahuan tentang hak konsumen Ordinal [0] Salah

[1] Benar Pengetahuan tentang kewajiban

konsumen

Ordinal [0] Salah [1] Benar

Pengetahuan tentang label komposisi Ordinal Skala Guttman dengan 2 penilaian 0 = Salah

1 = Benar

Persepsi terhadap label komposisi Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian 1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju

Sikap terhadap label komposisi Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian 1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju Norma subjektif terhadap label

komposisi

Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian 1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju Kontrol perilaku terhadap label

komposisi

Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian 1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju

Niat membaca label komposisi Ordinal Skala Likert dengan 4 penilaian 1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju 3 = Setuju 4 = Sangat setuju


(23)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner diolah melalui proses proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia menggunakan Microsoft Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS) 16 for windows.

Analisis data terdiri atas analisis data deskriptif dan inferensia. Analisis statistik deskriptif yang digunakan, yaitu frekuensi, rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dan tabulasi silang. Analisis data deskriptif digunakan untuk menggambarkan sebaran responden berdasarkan faktor internal (karakteristik individu dan keluarga), faktor eksternal (sumber informasi, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label), serta untuk menjelaskan tingkat pengetahuan, persepsi, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat membaca label komposisi. Untuk menguji keabsahan instrumen penelitian dilakukan analisis validitas, sedangkan untuk menguji konsistensi instrumen penelitian dilakukan uji reliabilitas. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi lebih dari 0.30 dan dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien alpha lebih dari 0.60 (Babbie 1989). Sementara itu, analisis inferensia yang digunakan dalam penelitian adalah uji beda, uji korelasi, dan uji regresi.

Pengetahuan tentang label komposisi diukur dengan 15 pernyataan menggunakan skala Guttman. Skor satu (1) diberikan pada setiap pernyataan yang dijawab dengan benar dan skor nol (0) diberikan pada setiap pernyataan yang dijawab salah. Skor dari masing-masing pernyataan kemudian dijumlahkan menjadi skor total. Nilai reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan mengenai label komposisi tergolong reliabel dengan koefisien alpha sebesar 0.674. Nilai reliabilitas tersebut diperoleh dengan menghapus dua item pernyataan yang tidak valid dan tiga item pernyataan dengan nilai signifikansi yang kecil. Sementara itu, nilai validitas untuk instrumen pengetahuan berkisar antara 0.287 hingga 0.500.

Persepsi, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat membaca label komposisi diukur dengan menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban yang lebih tegas. Skor

satu (1) diberikan untuk jawaban “sangat tidak setuju”, skor dua (2) untuk jawaban “tidak setuju”, skor tiga (3) untuk jawaban “setuju”, dan skor empat (4) untuk jawaban “sangat setuju”. Untuk skor pernyataan negatif diinvers terlebih dahulu sebelum diolah.

Persepsi diukur dengan menggunakan lima belas pernyataan. Nilai reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur persepsi terhadap label komposisi tergolong reliabel dengan koefisien alpha sebesar 0.810. Nilai validitas untuk instrumen persepsi berkisar antara 0.164 hingga 0.628. Variabel sikap terhadap label komposisi, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat membaca label komposisi diukur menggunakan instrumen yang tergolong reliabel dengan koefisien alpha sebesar 0.812. Nilai validitas untuk variabel-variabel tersebut berkisar antara 0.237 hingga 0.571.

Variabel sikap diukur dengan menggunakan enam pernyataan yang terdiri atas tiga pernyataan kepercayaan terhadap perilaku (behavioral beliefs) dan tiga pernyataan evaluasi konsekuensi (outcome evaluation). Total skor sikap dihitung


(24)

dengan cara menjumlahkan hasil dari perkalian setiap pernyataan kepercayaan terhadap perilaku dan evaluasi konsekuensi. Secara sederhana, perhitungan ini dijelaskan oleh rumus berikut:

Keterangan: Ab= sikap terhadap perilaku tertentu

bi = kepercayaan terhadap perilaku (behavioral beliefs)

xi = evaluasi konsekuensi (outcome evaluation)

Variabel norma subjektif diukur dengan menggunakan enam pernyataan yang terdiri atas tiga pernyataan keyakinan normatif (normative beliefs) dan tiga pernyataan motivasi mematuhi (motivation to comply). Total skor norma subjektif dihitung dengan cara menjumlahkan hasil perkalian dari setiap pernyataan keyakinan normatif dan motivasi mematuhi. Secara sederhana hal ini dijelaskan oleh rumus berikut:

Keterangan: SN= norma subjektif

bi = keyakinan normatif (normative beliefs)

mi = motivasi mematuhi (motivation to comply)

Jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel kontrol perilaku sebanyak enam pernyataan yang terdiri atas tiga pernyataan keyakinan kontrol (control beliefs) dan tiga pernyataan kekuatan faktor kontrol (power of control factor). Sama halnya dengan variabel sikap dan norma subjektif, total skor kontrol perilaku dihitung dengan menjumlahkan hasil perkalian dari setiap pernyataan keyakinan kontrol dan kekuatan faktor kontrol. Secara sederhana hal ini dijelaskan oleh rumus berikut:

Keterangan: PCB = kontrol perilaku

ci = keyakinan kontrol (control beliefs)

pi = kekuatan faktor kontrol (power of control factor)

Variabel niat membaca label komposisi diukur dengan menggunakan satu pernyataan. Responden yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju terhadap pernyataan tersebut dikategorikan sebagai responden yang tidak memiliki niat membaca label komposisi, sedangkan respoden yang menjawab setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan tersebut dikategorikan sebagai responden yang memiliki niat membaca label komposisi.

Skor pernyataan pada masing-masing variabel dijumlahkan dan diperoleh skor total. Total skor masing-masing variabel (pengetahuan, persepsi, sikap,

AB = ∑

SN = ∑


(25)

norma perilaku, dan kontrol perilaku) ditansformasikan ke dalam bentuk indeks dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Indeks = skala nilai 0-100

Nilai aktual = nilai yang didapatkan responden

Nilai maksimum = nilai tertinggi yang seharusnya dapat diperoleh responden Nilai minimum = nilai terendah yang seharusnya dapat diperoleh responden

Setelah mendapatkan indeks setiap variabel, selanjutnya indeks dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu sangat kurang, kurang, baik, dan sangat baik. Penentuan cut off pengetahuan, persepsi, sikap terhadap label komposisi, norma subjektif, dan kontrol perilaku ditentukan berdasarkan sebaran data.

Uji beda digunakan untuk menganalisis perbedaan karakteristik individu dan keluarga responden, pengetahuan, persepsi, sikap terhadap label komposisi, norma subjektif, kontrol perilaku, dan niat membaca label komposisi berdasarkan jenis kelamin. Uji beda yang digunakan berupa uji beda Independent Sample T-test dan uji Two Independent Samples Test (Mann-Whitney). Uji beda Independent Sample T-test digunakan untuk menganalisis variabel dengan skala data interval dan rasio, sementara untuk menganalisis variabel dengan skala data nominal dan ordinal digunakan uji Two Independent Samples Test (Mann-Whitney).

Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel berikut: (1) karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden dengan pengetahuan, persepsi, dan komponen TPB; (2) pengetahuan dengan persepsi dan komponen TPB; serta (3) komponen TPB dengan niat membaca label komposisi. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode pengujian Chi Square, uji korelasi Spearman, dan uji korelasi Pearson. Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis hubungan antarvariabel dengan skala data nominal, uji korelasi Spearman untuk menganalisis hubungan antarvariabel dengan skala data ordinal, dan uji korelasi Pearson untuk menganalisis hubungan antarvariabel dengan skala data rasio.

Uji regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan, persepsi, sikap terhadap label komposisi, norma subjektif dan kontrol perilaku. Uji regresi linear berganda digunakan karena variabel yang dianalisis terhadap variabel terikat berjumlah lebih dari satu variabel bebas. Persamaan regresi linear yang digunakan, yaitu:

Indeks (i) =

x 100


(26)

Keterangan:

Y1 = variabel dependen x1 = variabel independen ke-1 (skor)

a = konstanta xn = variabel independen ke-n (skor)

b = unstandardized coeficient β ε = galat

Variabel-variabel yang dimasukkan dalam model regresi linear berganda pada penelitian ini merupakan variabel dengan skala ordinal dan rasio. Untuk variabel yang menggunakan skala data nominal, maka akan dilakukan dummy terlebih dahulu. Variabel-variabel dummy dalam penelitian ini antara lain jenis kelamin, urutan kelahiran, pernah tidaknya mengikuti kuliah terkait konsumen, pendidikan ibu, dan status pekerjaan ibu. Sementara itu, variabel dengan skala data interval tidak terdapat dalam penelitian ini.

Uji regresi logistik merupakan uji analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan satu atau beberapa variabel dengan sebuah variabel dependen yang bersifat dikotomi/ binary (Puspitawati dan Herawati 2013). Dalam penelitian, uji regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi niat membaca label komposisi (memiliki atau tidak memiliki niat membaca label komposisi). Faktor-faktor tersebut adalah pengetahuan, persepsi, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Persamaan regresi logistik yang digunakan, yaitu:

Keterangan:

Y1 = niat membaca label komposisi x2 = persepsi (skor)

(0= tidak memiliki niat; x3 = sikap terhadap perilaku (skor)

1= memiliki niat) x4 = norma subjektif (skor)

a = konstanta x5 = kontrol perilaku (skor)

b1-5 = unstandardized coeficient β ε = galat

x1 = pengetahuan (skor)

Sebelum melakukan uji regresi linear, data penelitian harus memenuhi syarat-syarat terlebih dahulu. Pemeriksaan pemenuhan syarat-syarat tersebut yaitu dengan melakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik antara lain meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi (Ghozali 2011). Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas non parametrik Kolmogorof-Smirnov (K-S). Jika hasil Kolmogorof-Smirnov menunjukkan nilai signifikansi di atas 0.05, maka data residual dalam penelitian terdistribusi dengan normal untuk dilakukan uji regresi. Data pada penelitian yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 0.05 menunjukkan bahwa data penelitian tidak menyebar normal. Oleh karena itu, perlu dilakukan treatment penormalan

data dengan mentransformasikan data menjadi “Ln” pada variabel yang menyebar

tidak normal. Selain hasil Kolmogorof-Smirnov, uji kenormalan juga ditentukan oleh nilai Skewness dan Kurtosis atau disebut juga sebagai kemenjuluran data residual. Semakin jauh nilai Skewness dan Kurtosis dengan nilai 0, maka semakin tidak terdistribusi normal pula data residual dalam penelitian.


(27)

Uji multikolinearitas adalah uji untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas yang diteliti. Variabel yang baik dan memenuhi syarat uji regresi adalah variabel yang tidak terjadi multikolinearitas. Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan melakukan uji korelasi antar variabel bebas yang diteliti. Jika terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi diatas 0.6, maka terdapat multikolinearitas antar dua variabel tersebut. Uji regresi dilakukan dengan memilih salah satu antar dua variabel yang memiliki multikolineritas. Variabel yang dipilih dalam uji regresi adalah varibel dengan nilai signifikansi lebih kecil. Selain itu, cara lain untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan melihat tolerance value dan Variance Inflation Factors (VIF). Variabel dikatakan terdapat multikolinearitas apabila memiliki tolerance value di bawah 0.1 dan nilai VIF di atas 10. Penentuan model uji regresi terbaik juga ditentukan menggunakan Backward pada SPSS. Backward merupakan salah satu metode pada uji regresi yang secara otomatis akan menghapus variabel-variabel yang tidak terlalu berpengaruh terhadap model analisis regresi yang akan dilakukan sehingga menghasilkan model terbaik (Ghozali 2011).

Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi dikatakan terjadi heterokedastisitas apabila memiliki nilai signifikansi di bawah 0.05 dan pada grafik scatterplot titik-titik tidak menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Apabila model regresi tidak terjadi heterokedastisitas, maka dapat dilakukan uji regresi. Selain itu, dilakukan pula uji autokorelasi untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi antar variabel yang diiteliti. Jika nilai Durbin Watson mendekati nilai 2, maka tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan (Ghozali 2011).

Definisi Operasional

Pengetahuan adalah semua informasi yang dimiliki responden mengenai label komposisi produk pangan.

Persepsi adalah penilaian atau sudut pandang responden mengenai label komposisi produk pangan berdasarkan rangsangan yang telah diperoleh sebelumnya.

Sikapterhadap label komposisi adalah respon dan penilaian responden terhadap label komposisi yang dinyatakan dalam tingkat kesetujuan.

Norma subjektif adalah persepsi individu atas keinginan dan harapan orang-orang disekitarnya untuk membaca atau tidak membaca label komposisi.

Kontrol perilaku adalah tingkat kepercayaan individu mengenai adanya kesempatan dan sumber daya yang dimilikinya untuk membaca label komposisi.

Niat adalah kecenderungan seseorang untuk menampilkan suatu perilaku yang akan mengarahkannya pada suatu hasil yang spesifik.

Niat membaca label komposisi adalah seberapa besar niat seseorang untuk mewujudkan rencananya membaca label komposisi produk pangan tertentu.


(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan pada awal abad ke-20 di Bogor. Pada tanggal 1 September 1963 IPB resmi melepaskan diri dari Unversitas Indonesia (UI) dan diresmikan melalui Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 92 tahun 1963 serta Keputusan Presiden Nomor 279 tahun 1965. IPB terletak di Jalan Raya Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Program sarjana IPB memiliki sembilan fakultas, yaitu Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi Manusia (Fema).

Jumlah mahasiswa program sarjana IPB selalu meningkat setiap tahunnya. Pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2014 melonjak mencapai 26 173 orang. Hal ini disebabkan bertambahnya peminat yang ingin meneruskan pendidikan ke IPB melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan sumberdaya manusia. Hal ini sesuai dengan visi

Institut Pertanian Bogor, yaitu “Menjadikan IPB sebagai Perguruan Tinggi

bertaraf Internasional dalam pengembangan sumber daya manusia dan IPTEK dengan kompetensi utama bidang pertanian”. Pada saat ini jumlah mahasiswa aktif IPB pada tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 15 499 orang.

Produk pangan adalah produk yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman Saparianto dan Hidayati (2009). Rata-rata mahasiswa mengonsumsi produk pangan yang siap saji dengan alasan kepraktisan. Salah satu tempat membeli produk pangan oleh mahasiswa IPB adalah minimarket yang terletak di sekitar Kampus IPB Dramaga. Terdapat beberapa minimarket di sekitar Kampus IPB Dramaga diantaranya Alfamidi, Ceria Mart, Indomaret, Alfamart, Al-Amin, dan sebagainya,

Berdasarkan hasil observasi di salah satu minimarket yang berada di sekitar Kampus IPB Dramaga ditemukan bahwa masih terdapat produk pangan yang tidak mencantumkan label komposisi maupun pencantuman label komposisi yang tidak sesuai ketentuan. Sebanyak 4.8 persen dari 124 item produk pangan yang diperiksa merupakan produk yang tidak memenuhi ketentuan pencantuman label komposisi. Sebesar 2.4 persen produk pangan yang ditemukan tidak mencantumkan label komposisi, sementara itu 2.4 persen lainnya merupakan produk pangan yang tidak memenuhi ketentuan, yaitu produk pangan dengan label komposisi yang menggunakan bahasa asing (Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69 tahun 1999). Produk-produk tersebut antara lain gula kemasan, mie instan, dan minuman kaleng.

Selain minimarket sekitar kampus, observasi juga dilakukan di salah satu supermarket terbesar di kota Bogor. Hasil observasi menunjukkan bahwa dari 307 item produk pangan yang diobservasi, masih terdapat 2.0 persen produk pangan


(29)

yang tidak memenuhi ketentuan pencantuman label komposisi. Pelanggaran ketentuan tersebut antara lain tidak dicantumkannya label komposisi, pencantuman label komposisi dengan menggunakan bahasa asing, penggunaan bahasa yang tidak lazim atau tidak umum digunakan (seperti MSG), letak label yang tersembunyi di balik kemasan, ukuran huruf pada label yang sangat kecil, dan kondisi label yang kurang jelas. Hal tersebut dilakukan agar setiap orang yang mengonsumsi pangan secara jelas dapat mengetahui jenis-jenis bahan tambahan pangan yang dipergunakan (Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69 tahun 1999). Produk pangan yang melanggar ketentuan label komposisi tersebut adalah bumbu dapur, mie instan, dan makanan ringan.

Hasil Faktor internal Karakteristik Individu

Jenis Kelamin. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 400 orang yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Proporsi responden perempuan (60.8%) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (39.2%).

Urutan Kelahiran. Empat dari sepuluh (40.5%) responden baik laki-laki (40.2%) maupun perempuan (40.7%) merupakan anak sulung. Tabel 2 menunjukkan hanya 3.1 persen responden yang merupakan anak tunggal, sedangkan sisanya merupakan anak tengah (29.2%) dan anak bungsu (27.2%).

Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan urutan kelahiran

Urutan Kelahiran Laki-laki (n=147)

Perempuan (n=253)

Total (n=400)

Anak sulung 40.2 40.7 40.5

Anak tengah 24.2 32.5 29.2

Anak bungsu 33.1 23.5 27.2

Anak tunggal 2.5 3.3 3.1

Usia. Usia responden dalam penelitian ini berkisar antara 18-24 tahun dengan rata-rata adalah 20.26 tahun (sd=1.02). Proporsi responden terbanyak baik pada laki-laki (43.3%) dan perempuan (39.5%) berada pada usia lebih dari 20 tahun. Proporsi responden terkecil berdasarkan usia dalam penelitian ini adalah responden berusia 18 tahun, yaitu 3.2 persen pada responden laki-laki dan 2.9 persen pada responden perempuan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) usia antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 3).


(30)

Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan usia

Usia (tahun) Laki-laki (n=147)

Perempuan (n=253)

Total (n=400)

18 3.2 2.9 3.0

19 16.6 23.0 20.5

20 36.9 34.6 35.5

>20 43.3 39.5 41.0

Rata-rata±SD 20.34 ± 1.04 20.20 ± 1.00 20.26±1.02

Minimum-maksimum 18-24 18-23 18-24

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.194

Uang Saku. Hampir separuh (41.0%) responden memiliki uang saku lebih dari Rp1 500 000 per bulan. Proporsi responden laki-laki terbesar berdasarkan uang saku terdapat pada selang Rp500 000-Rp1 000 000 per bulan, sedangkan pada responden perempuan berada pada selang Rp1 000 000-Rp1 500 000 per bulan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) uang saku antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 4).

Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan uang saku

Uang saku (rupiah/ bulan) Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253) Total (n=400)

<500 000 5.1 2.9 3.0

500 000 – 1 000 000 73.9 23.0 20.5

1 000 000 – 1 500 000 17.2 34.6 35.5

>1 500 000 3.8 39.5 41.0

Rata-rata±SD 930 477.71 ± 328 115.14

1 009 053.50 ± 444 549.55

978 212.50 ±404 265.62 Min-maks 350 000 – 2 500 000 200 000 – 3 500 000 200 000-3 500 000

Uji beda (p-value) 0.221

Pengeluaran untuk Pangan. Pengeluaran untuk pangan responden berada pada rentang Rp50 000-Rp2 000 000 per bulan dengan rata-rata sebesar Rp598 902.50 (sd=Rp235 505.21 per bulan). Tabel 5 menunjukkan proporsi terbesar (72.0%) responden berdasarkan pengeluaran untuk pangan berada pada rentang Rp500 000-Rp1 000 000 per bulan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) pengeluaran untuk pangan antara responden laki-laki dan perempuan .

Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran untuk pangan

Pengeluaran untuk pangan (rupiah/ bulan) Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253) Total (n=400)

<500 000 24.8 26.7 26.0

500 000 – 1 000 000 73.9 70.8 72.0

>1 000 000 1.3 2.5 2.0

Rata-rata±SD 600 127.39±213

262.17

589 111.11±249 248.74

598 902.50±235 505.21

Min-maks 60 000-1 500 000 50 000-2 000 000 50 000-2 000 000


(31)

Karakteristik Keluarga

Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga responden pada penelitian ini berada pada rentang Rp250 000-Rp35 000 000 dengan rata-rata sebesar Rp4 945 439 per bulan (sd=Rp4 874 469.42 per bulan). Pendapatan keluarga lebih dari separuh (64.0%) responden berada pada rentang Rp1 000 000-Rp5 000 000 per bulan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) pendapatan keluarga antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 6).

Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga (rupiah/ bulan) Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253) Total (n=400)

<1 000 000 4.5 6.2 5.5

1 000 000 – 5 000 000 71.3 59.3 64.0

5 000 001 – 10 000 000 19.1 25.4 23.0

>10 000 000 5.1 9.1 7.5

Rata-rata±SD 4 421 182.80 ± 4 516 158.27

5 284 156.61 ± 5 072 867.66

4 945 439.39 ± 4 874 469.42 Min-maks 300 000-35 000 000 250 000-30 000 000 250 000-35 000 000

Uji beda (p-value) 0.071

Jumlah Tanggungan Orang Tua. Rata-rata jumlah tanggungan orang tua responden sebanyak 3 orang (sd=1.69). Jumlah tanggungan orang tua responden dalam penelitian ini berkisar antara 1-14 orang. Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan jumlah tanggungan orang tua hampir separuh (46.5%) responden berada pada rentang 3-5 orang. Terdapat perbedaan nyata (p<0.01) jumlah tanggungan orang tua antara responden laki-laki dan perempuan. Rata-rata jumlah tanggungan orang tua pada responden laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan. Lebih dari separuh (53.5%) responden laki-laki memiliki jumlah tanggungan orang tua kurang dari sama dengan 2 orang, sementara itu lebih dari separuh (50.2%) responden perempuan memiliki jumlah tanggungan orang tua antara 3-5 orang.

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan orang tua

Jumlah tanggungan orang tua (orang) Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253) Total (n=400)

≤ 2 53.5 41.2 46.0

3 – 5 40.8 50.2 46.5

6 – 8 5.7 7.4 6.7

> 8 0.0 1.2 0.8

Rata-rata±SD 2.71 ± 1.43 3.22 ± 1.81 3.02 ±1.69

Min-maks 1-7 1-14 1-14

Uji beda jenis kelamin (p-value) 0.004**

Ket: **nyata pada p<0.01

Pendidikan Terakhir Orang Tua. Tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) pendidikan terakhir orang tua antara responden laki-laki dan perempuan. Sebanyak 43.3 persen ayah responden laki-laki dan 38.4 persen ayah responden perempuan berpendidikan terakhir sarjana (S1/S2/S3). Tabel 8 menunjukkan


(32)

hampir separuh ibu responden baik laki-laki (33.1%) maupun perempuan (34.8%) memiliki pendidikan terakhir adalah tamat SMA/SMK.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir orang tua

Pendidikan terakhir

Ayah Ibu

Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253) Total (n=400) Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253) Total (n=400)

Tidak tamat SD 5.1 1.6 3.0 6.4 2.5 4.0

Tamat SD 7.6 7.8 7.8 9.6 11.1 10.5

Tamat SMP 5.7 4.9 5.2 9.6 10.7 10.2

Tamat SMA/SMK 30.6 38.3 35.2 33.1 35.8 34.8

Diploma(D1/D2/D3) 7.6 9.1 8.5 14.0 9.9 11.5

Sarjana (S1/S2/S3) 43.3 38.3 40.2 27.4 30.0 29.0

Uji beda (p-value) 0.774 0.729

Pekerjaan Orang Tua. Hasil penelitian menunjukkan jenis pekerjaan orang tua responden cukup beragam. Proporsi terbanyak pekerjaan ayah adalah PNS (25.9%) disusul dengan wiraswasta (24.0%) dan pegawai swasta (23.2%). Lebih dari separuh ibu (54.3%) responden merupakan ibu tidak bekerja. Rata-rata ibu tidak bekerja pada responden laki-laki (46.2%) lebih kecil dibandingkan ibu tidak bekerja pada responden perempuan (59.5%) (Tabel 9).

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua

Jenis pekerjaan

Ayah Ibu

Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253) Total1 (n=400) Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253) Total2 (n=400)

Tidak bekerja 4.8 1.3 2.6 46.2 59.5 54.3

Petani 6.8 6.5 6.6 5.1 2.5 3.5

Buruh 7.5 4.3 5.5 1.3 2.1 1.8

PNS/ABRI/Polisi 29.3 23.7 25.9 21.2 21.1 21.1

Pegawai swasta 15.6 28.0 23.2 5.1 3.7 4.3

Wiraswasta 21.8 25.4 24.0 16.7 9.1 12.1

Pensiunan 12.2 9.5 10.6 1.9 1.7 1.8

Guru 2.0 1.3 1.6 2.6 0.4 1.3

Ket: 1meninggal sebanyak 21 orang; 2meniggal sebanyak 2 orang

Faktor Eksternal

Sumber Informasi Mengenai Label Produk Pangan. Lebih dari separuh (67.8%) responden pernah mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal pernah tidaknya mendapat informasi mengenai label produk pangan. Sumber informasi responden untuk mendapatkan informasi mengenai label produk pangan terdiri dari lima sumber, yaitu internet, media cetak (koran, majalah, dan tabloid), media elektronik (televisi dan radio), teman, keluarga, atau kerabat, dan penyuluhan, serta seminar dan ceramah. Tabel 10 menunjukkan proporsi terbanyak responden (37.0%) mendapatkan informasi mengenai pangan dari satu sumber. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan hanya 2.8 persen


(33)

responden yang mendapatkan informasi mengenai label pangan dari berbagai sumber.

Proporsi terbanyak (34.7%) responden baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan informasi mengenai label dari internet. Selain itu, sumber informasi yang banyak diakses oleh responden untuk mendapatkan informasi mengenai label adalah media elektronik seperti televisi dan radio. Sementara itu, hanya 16.0 persen responden yang mendapatkan informasi mengenai label dari media cetak seperti koran, majalah, dan tabloid (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label pada produk pangan

No Variabel Laki-laki (n=147)

Perempuan (n=253)

Total (n=400)

1 Mendapatkan informasi label mengenai label

produk pangan 62.4 71.2 67.8

2 Sumber informasi

a. Internet 35.6 34.2 34.7

b. Media cetak (koran, majalah, tabloid) 15.9 16.0 16.0

c. Media elektronik (televisi dan radio) 26.1 30.0 28.5

d. Teman, keluarga, atau kerabat 15.2 24.2 21.0

e. Penyuluhan, seminar, ceramah 18.4 25.9 23.0

3 Jumlah sumber informasi

a. Mendapatkan informasi dari 1 sumber 36.9 37.0 37.0

b. Mendapatkan informasi dari 2 sumber 10.8 16.9 14.5

c. Mendapatkan informasi dari 3 sumber 7.6 9.5 8.8

d. Mendapatkan informasi dari 4 sumber 3.8 5.8 5.0

e. Mendapatkan informasi dari 5 sumber 3.8 2.1 2.8

Ket: dapat memilih lebih dari satu

Mengikuti Kuliah terkait Konsumen. Hanya tiga dari sepuluh (30.2%) responden yang pernah mengikuti kuliah terkait konsumen. Tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) pernah tidaknya mengikuti kuliah terkait konsumen antara responden laki-laki dan perempuan.

Mengikuti Kuliah terkait Pengetahuan tentang Label. Lebih dari separuh (67.5%) responden tidak pernah mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label. Hanya tiga dari sepuluh (32.5%) responden yang pernah mendapat materi tentang label. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan nyata (p<0.05) mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label antara responden laki-laki dan perempuan. Persentase responden laki-laki (24.8%) yang mengikuti kuliah terkait pengetahuan tentang label lebih kecil dibandingkan dengan responden perempuan (37.4%) .

Peringkat Membaca Label Produk Pangan

Peringkat Membaca Label Produk Pangan. Item label produk pangan yang paling sering diperhatikan oleh responden adalah nama produk. Setelah nama produk, item label produk pangan lain yang sering diperhatikan oleh responden saat membeli produk pangan adalah jenis produk, waktu kadaluarsa, dan keterangan halal. Hasil penelitian juga menunjukkan hanya 0.2 persen


(34)

responden yang memerhatikan label komposisi dibandingkan item label produk pangan lainnya. Hampir satu perempat (24.5%) responden memberikan peringkat enam pada label komposisi sebagai perioritas item label yang diperhatikan saat melakukan pembelian produk pangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa label komposisi masih belum menjadi pertimbangan responden dalam melakukan pembelian produk pangan. Selain itu, berdasarkan sebaran responden yang disajikan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa item label yang paling jarang diperhatikan oleh responden adalah berat bersih dan alamat produsen.

Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan peringkat label produk pangan

No Item label

Perioritas item label yang diperhatikan responden (n=400) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Nama produk 61.2 18.5 7.2 3.0 2.5 2.5 1.0 1.2 2.8

2 Jenis produk 18.5 39.8 14.5 11.0 3.8 3.0 3.2 4.5 1.8 3 Waktu kadaluarsa 8.8 21.8 33.2 21.0 3.5 4.2 3.8 2.8 1.0 4 Keterangan halal 8.2 11.0 19.8 25.5 9.0 6.2 8.0 5.8 6.5 5 Berat bersih 0.5 3.5 6.0 7.5 14.0 12.2 14.8 26.5 15.0 6 Alamat produksi 1.5 0.8 1.5 3.0 7.5 6.2 8.2 20.5 50.8

7 Komposisi 0.2 2.2 7.8 9.8 21.5 24.5 20.2 11.0 2.8

8 Informasi gizi 0.8 2.0 4.2 12.0 20.2 21.5 22.2 10.8 6.2 9 Cara pemakaian 0.2 1.0 5.8 7.5 17.8 19.5 18.8 16.5 13.0 Pengetahuan tentang Hak dan Kewajiban Konsumen

Pengetahuan tentang Hak Konsumen. Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 12 menggambarkan sebaran pengetahuan responden mengenai hak-hak konsumen seperti yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Pendidikan dan Perlindungan konsumen. Pengetahuan responden mengenai butir-butir hak konsumen cukup beragam. Dari sembilan hak konsumen yang tercantum pada UU No 8 Tahun 1999, pengetahuan konsumen mengenai hak-hak konsumen yang terkandung dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya dan hak mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen merupakan hak yang paling sedikit diketahui oleh responden. Hanya satu dari sepuluh responden yang mengetahui haknya untuk mendapat pembinaan dan perlindungan konsumen. Selain itu, hanya 2.5 persen responden yang mengetahui hak-hak konsumen yang terkandung dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Terdapat perbedaan nyata (p>0.05) pada beberapa pengetahuan responden mengenai butir hak konsumen antara responden laki-laki dan perempuan, diantaranya hak atas kenyamanan, keamanan serta keselamatan, hak untuk memilih serta mendapatkan barang dan jasa sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan, dan hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. Rata-rata pengetahuan responden perempuan mengenai butir-butir hak konsumen tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan responden laki-laki.


(35)

Tabel 12 Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan hak konsumen

No Butir hak konsumen Laki-laki

(n=147) Perempuan (n=253) Total (n=400) Uji beda (p-value)

1 Hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan 50.3 61.7 57.2 0.024*

2

Hak untuk memilih serta mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

15.9 24.7 21.2 0.037*

3 Hak atas informasi yang benar, jelas, dan

jujur 45.2 48.6 47.2 0.514

4 Hak untuk didengar pendapat dan

keluhannya 12.1 21.4 17.8 0.018*

5

Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen

9.6 9.5 9.5 0.976

6 Hak untuk mendapat pembinaan dan

pendidikan konsumen 2.5 7.8 8.5 0.027*

7

Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

19.1 19.3 19.2 0.954

8 Hak untuk mendapatkan kompensasi,

ganti rugi dan/atau penggantian 11.5 18.1 15.2 0.073

9 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan lainnya 2.5 2.5 2.5 0.961

Ket: *nyata pada p<0.05

Pengetahuan tentang Kewajiban Konsumen. Selain pengetahuan

mengenai hak konsumen, penelitian ini juga menganalisis pengetahuan responden mengenai kewajibannya sebagai konsumen. Tabel 13 menunjukkan kewajiban konsumen yang paling sedikit diketahui oleh responden adalah kewajibannya untuk beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa (8.8%). Terdapat perbedaan nyata (p<0.05) pengetahuan responden mengenai kewajiban tersebut antara responden laki-laki dan perempuan. Rata-rata pengetahuan responden perempuan (11.5%) mengenai kewajiban untuk beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/ atau jasa lebih baik dibandingkan dengan laki-laki (4.5%).

Tabel 13 Sebaran responden yang menjawab benar kewajiban konsumen

No Butir kewajiban konsumen Laki-laki

(n=147) Perempuan (n=253) Total (n=400) Uji beda (p-value)

1 Membaca atau mengikuti petunjuk

informasi dan prosedur pemakaian 31.2 36.6 34.5 0.267

2 Beritikad baik dalam melakukan

transaksi pembelian barang dan/atau jasa 4.5 11.5 8.8 0.015* 3 Membayar sesuai dengan nilai tukar

yang disepakati 31.2 32.5 32.0 0.786

4 Mengikuti upaya penyelesaian hukum

sengketa perlindungan konsumen 14.0 17.7 16.2 0.330


(36)

Lembaga dan Undang-Undang (UU) Perlindungan Konsumen. Hampir sebagian besar responden belum mengetahui lembaga dan UU perlindungan konsumen. Hanya 33.5 persen responden yang mengetahui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999. Selain itu, hanya 7.5 persen responden yang mengetahui BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) sebagai salah satu lembaga perlindungan konsumen. Tidak terdapat perbedaan nyata (p>0.05) pengetahuan responden mengenai lembaga dan UU Perlindungan Konsumen antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 14).

Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan pengetahuan mengenai lembaga dan Undang-Undang (UU) Perindungan Konsumen

Pihak-pihak terkait perlindungan konsumen

Laki-laki (n=147)

Perempuan (n=253)

Total (n=400)

Uji beda (p-value)

BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen) 6.4 8.2 7.5 0.491

YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia) 65.0 58.8 61.2 0.220

LKPSM (Lembaga Perlindungan

Konsumen Swadaya Masyarakat) 17.8 23.5 21.2 0.180

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen 30.6 35.4 33.5 0.319

Ket: dapat menjawab lebih dari satu

Pelayanan Pelaku Usaha kepada Konsumen. Mayoritas responden

(90.8%) baik laki-laki maupun perempuan setuju bahwa konsumen Indonesia belum sepenuhnya dianggap raja oleh pelaku usaha. Hanya 3.7 persen responden yang menganggap bahwa konsumen Indonesia sudah dianggap raja oleh pelaku usaha.

Pengetahuan tentang Label Komposisi

Pengetahuan tentang label komposisi adalah informasi yang dimiliki responden mengenai label komposisi produk pangan. Tingkat pengetahuan diukur berdasarkan seberapa banyak pernyataan pengetahuan yang dijawab benar oleh responden. Terdapat perbedaan nyata (p<0.05) pengetahuan mengenai label komposisi antara responden laki-laki dan perempuan. Perbedaan nyata pengetahuan mengenai label komposisi antara responden laki-laki dan perempuan tersebut terdapat dalam pengetahuan mengenai tujuan pencantuman label komposisi, aturan penulisan pada label komposisi, aturan penggunaan nama bahan pangan pada label komposisi, dan pengetahuan mengenai jenis bahan tambahan pangan yang dilarang penggunaannya oleh pemerintah.

Perbedaan tingkat pengetahuan antara responden laki-laki dan perempuan juga terlihat dari beberapa pernyataan yang dijawab benar oleh responden laki-laki dan perempuan. Seluruh (100.0%) responden laki-laki-laki-laki memiliki pengetahuan yang sangat tinggi mengenai komponen yang harus tercantum pada label pangan. Sementara itu, responden perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang sangat tinggi mengenai ketentuan penulisan label komposisi. Tingkat pengetahuan paling rendah responden laki-laki maupun perempuan adalah pengetahuan mengenai ketentuan pencantuman urutan bahan-bahan pada label komposisi (Lampiran 6).


(1)

No Butir pernyataan Laki-laki (n=147) Perempuan (n=243) Rata-rata Uji beda (p-value)

STS TS S SS STS TS S SS Laki-laki Perempuan

12

Membandingkan produk pangan berdasarkan bahan

penyusun pangan yang tertera pada label komposisi. 9.6 38.9 47.1 4.5 7.0 40.3 49.0 3.7 2.46 2.49 0.741

13

Tetap mengonsumsi produk pangan yang tidak

mencantumkan label komposisi. 1.9 33.8 48.4 15.9 0.0 25.9 60.1 14.0 2.78 2.88 0.160

14

Jika telah membeli produk pangan yang tidak mencantumkan label komposisi, maka saya akan membuangnya.

29.9 47.8 19.8 2.5 30.0 55.6 10.3 4.1 1.95 1.88 0.347

15

Jika telah membeli produk pangan yang tidak mencantumkan label komposisi, maka saya akan memberikan produk tersebut kepada orang lain.

52.2 31.3 14.6 1.9 63.4 32.1 4.1 0.4 1.66 1.42 0.004** Ket: STS: sangat tidak setuju; TS: tidak setuju; S: setuju; SS: sangat setuju; **nyata pada p<0.01

Lampiran 8 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan sikap terhadap label komposisi

No Butir pernyataan Laki-laki (n=147) Perempuan (n=243) Rata-rata Uji beda

(p-value)

STS TS S SS STS TS S SS Laki-laki Perempuan

1

Saya tidak akan mengonsumsi produk pangan yang dapat menyebabkan alergi bagi tubuh saya, jika membaca label komposisi.

0.0 3.2 60.5 36.3 0.4 2.5 59.7 37.4 3.33 3.34 0.800 2

Saya mendapatkan produk pangan yang bebas dari bahan-bahan kimia berbahaya jika membaca label komposisi terlebih dahulu.

0.6 10.9 68.8 19.7 0.8 9.9 72.0 17.3 3.08 3.06 0.737

3 Saya akan mendapatkan makanan yang aman bagi

kesehatan, jika membaca label komposisi. 0.0 5.7 77.1 17.2 0.0 7.0 72.4 20.6 3.11 3.14 0.636

4 Penting bagi saya untuk mengonsumsi produk pangan

yang tidak menyebabkan alergi bagi tubuh. 0.0 4.5 60.5 35.0 0.0 1.6 57.6 40.8 3.31 3.39 0.153


(2)

No Butir pernyataan Laki-laki (n=147) Perempuan (n=243) Rata-rata Uji beda (p-value)

STS TS S SS STS TS S SS Laki-laki Perempuan

5 Tidak penting bagi saya untuk mendapatkan produk

pangan yang bebas dari bahan-bahan kimia. 0.6 17.8 57.4 24.2 0.8 3.7 67.9 27.6 3.05 3.22 0.009**

6 Bagi saya, mendapatkan makanan yang aman bagi

kesehatan adalah hal yang penting. 0.0 5.7 58.6 35.7 0.4 1.2 50.6 47.8 3.30 3.46 0.007**

Ket: STS: sangat tidak setuju; TS: tidak setuju; S: setuju; SS: sangat setuju; **nyata pada p<0.01

Lampiran 9 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan norma subjektif

No Butir pernyataan

Laki-laki (n=147) Perempuan (n=243) Rata-rata Uji beda (p-value)

STS TS S SS STS TS S SS Laki-laki Perempuan

1

Kebanyakan orang tidak menginginkan saya untuk membaca label komposisi sebelum melakukan pembelian produk pangan.

3.2 21.7 65.5 9.6 0.4 17.7 70.4 11.5 2.82 2.93 0.097

2

Orang tua saya menganjurkan saya untuk membaca label komposisi sebelum melakukan pembelian produk pangan.

1.3 24.8 65.0 8.9 1.2 20.2 63.4 15.2 2.82 2.93 0.077

3

Teman saya menganjurkan saya untuk membaca label komposisi sebelum melakukan pembelian produk pangan.

3.2 31.2 59.2 6.4 0.4 28.8 63.4 7.4 2.69 2.78 0.214

4

Dosen saya menganjurkan saya untuk membaca label komposisi sebelum melakukan pembelian produk pangan.

1.3 19.1 65.0 14.6 0.0 18.1 65.0 16.9 2.93 2.99 0.431

5

Saya ingin melakukan apa yang dikatakan kebanyakan orang agar saya membaca label komposisi sebelum melakukan pembelian produk pangan.

1.3 20.4 68.8 9.5 0.0 12.3 80.2 7.3 2.87 2.95 0.120

6 Saya tidak akan mengikuti anjuran orang tua saya untuk

membaca label komposisi sebelum melakukan 2.5 10.8 65.0 21.7 0.0 4.9 70.4 24.7 3.06 3.20 0.053

Lanjutan Lampiran 8


(3)

No Butir pernyataan Laki-laki (n=147) Perempuan (n=243) Rata-rata Uji beda (p-value)

STS TS S SS STS TS S SS Laki-laki Perempuan

pembelian produk pangan. 7

Saya akan mengikuti anjuran teman saya untuk membaca label komposisi sebelum melakukan pembelian produk pangan.

0.6 18.5 75.2 5.7 1.6 7.5 86.0 4.9 2.86 2.94 0.031*

8

Saya tidak akan mengikuti anjuran dosen saya untuk membaca label komposisi sebelum melakukan pembelian produk pangan.

0.0 14.6 66.9 18.5 1.2 6.6 69.2 23.0 3.04 3.14 0.055

Ket: STS: sangat tidak setuju; TS: tidak setuju; S: setuju; SS: sangat setuju; *nyata pada p<0.05

Lampiran 10 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan kontrol perilaku

No Butir pernyataan Laki-laki (n=147) Perempuan (n=243) Rata-rata Uji beda

(p-value)

STS TS S SS STS TS S SS Laki-laki Perempuan

1 Saya akan membaca label komposisi jika memiliki

waktu yang cukup untuk membacanya. 9.6 63.1 26.1 1.2 9.1 63.0 26.7 24.2 2.19 2.20 0.861

2 Saya akan membaca label komposisi jika informasi

yang terdapat didalamnya menarik untuk dibaca. 8.3 52.9 37.5 1.3 7.8 50.7 39.9 1.6 2.32 2.35 0.588

3 Saya mengetahui risiko yang timbul akibat tidak

membaca label komposisi. 1.3 17.2 73.9 7.6 0.0 16.1 76.1 7.8 2.88 2.92 0.563

4 Saya memiliki waktu yang cukup untuk membaca label

komposisi. 0.6 23.6 69.4 6.4 0.0 27.2 70.0 2.8 2.82 2.76 0.270

5 Informasi yang terdapat pada label komposisi tidak

menarik untuk dibaca. 5.1 33.2 59.2 2.5 1.6 21.4 72.4 4.4 2.59 2.80 0.001**

6 Risiko yang timbul akibat tidak membaca label

mendorong saya untuk membaca label komposisi. 0.0 12.1 77.7 10.2 0.4 12.8 79.4 7.4 2.98 2.94 0.413

Ket: STS: sangat tidak setuju; TS: tidak setuju; S: setuju; SS: sangat setuju; **nyata pada p<0.01

Lanjutan Lampiran 9


(4)

Lampiran 11 Sebaran responden berdasarkan butir pernyataan niat membaca label komposisi

No Butir pernyataan Laki-laki Perempuan Rata-rata Uji beda

(p-value)

STS TS S SS STS TS S SS Laki-laki Perempuan

1 Saya akan membaca label komposisi pangan setiap

kali membeli produk pangan. 0.6 71.3 15.9 12.2 0.4 76.1 13.6 9.9 1.95 1.95 0.926

Ket: STS: sangat tidak setuju; TS: tidak setuju; S: setuju; SS: sangat setuju

Lampiran 12 Sebaran peringkat label produk pangan berdasarkan jenis kelamin

Item label

Perioritas item label yang diperhatikan contoh

Uji beda (p-value)

Laki-laki (n=147) Perempuan (n=253)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nama produk 52.2 21.0 7.6 5.1 2.5 3.8 1.3 2.5 3.8 67.1 16.9 7.0 1.6 2.5 1.6 0.8 0.4 2.1 0.001**

Jenis produk 21.0 29.9 20.4 13.4 3.8 2.5 3.8 2.5 2.5 16.9 46.1 10.7 9.5 3.7 3.3 2.9 5.8 1.2 0.459

Waktu kadaluarsa 10.2 26.8 32.5 16.6 2.5 3.2 3.8 2.5 1.9 7.8 18.5 33.7 23.9 4.1 4.9 3.7 2.9 0.4 0.038*

Keterangan halal 12.7 12.1 16.6 19.1 9.6 5.1 10.2 8.9 5.7 5.3 10.3 21.8 29.6 8.6 7.0 6.6 3.7 7.0 0.804

Berat bersih 0.6 2.5 5.1 8.9 12.7 12.1 17.2 21.7 19.1 0.4 4.1 6.6 6.6. 14.8 12.3 13.2 29.6 12.3 0.455

Alamat produksi 0.6 0.6 2.5 5.1 9.6 6.4 10.8 23.6 40.8 2.1 0.8 0.8 1.6 6.2 6.2 6.6 18.5 57.2 0.002**

Komposisi 0.6 1.3 8.3 11.5 19.7 27.4 16.6 11.5 3.2 0.0 2.9 7.4 8.6 22.6 22.6 22.6 10.7 2.5 0.709

Informasi gizi 1.3 3.8 4.5 13.4 21.0 21.7 20.4 8.3 5.7 0.4 0.8 4.1 11.1 19.8 21.4 23.5 12.3 6.6 0.048

Cara pemakaian 0.6 1.9 3.2 7.0 17.8 17.8 16.6 17.8 17.2 0.0 0.4 7.4 7.8 17.7 20.6 20.2 15.6 10.3 0.114

Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 28 Maret 1993. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Hariantoro, ST dan

Novarina Majid, SKM. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bogor dan

pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen

Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Penulis menempuh

pendidikan mayor-minor, dan mengambil minor Manajemen Fungsional sebagai

minor studi.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) dalam bidang

Komunikasi, Informasi, dan Relasi (Kominforel) pada tahun 2011-2012. Penulis

juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen

(HIMAIKO) dalam bidang

Public Relation

pada tahun kepengurusan 2012-2013.

Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Penerapan Komputer

pada tahun 2014.