c. Membentuk perseroan terbatas, merupakan alternatif risiko karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas
pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai pada kekayaan pribadi. Risiko perusahaan secara efektif dapat
dialihkan sebagai ke pihak lain, dalam hal ini biasanya pemegang hutang kreditur.
4. Diversifikasi Risiko
Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah, tidak akan
menghabiskan semua asset yang dimiliki Kountur, 2008. Diversifikasi merupakan salah satu cara mitigasi yang efektif dalam mengurangi
dampak risiko. 5.
Pengendalian Risiko Pengendalian risiko perlu dilakukan untuk risiko yang tidak bisa
dihindari oleh organisasi. Pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat dampak, atau
keduanya dengan menggunakan dimensi probabilitas dan dampak. Pengendalian risiko yang efektif bisa dilakukan dengan
menghilangkan tindakan yang berbahaya, menghilangkan kondisi fisik yang rentan terhadap risiko. Menurut Sofyan 2005, risiko yang muncul
bisa dipecah kedalam beberapa komponen : 1. Kondisi yang mendorong tejadinya risiko.
2. Lingkungan dimana risiko itu berada. 3. Interaksi antara risiko dengan lingkungan.
4. Hasil dari interaksi. 5. Konsekuensi dari hasil tersebut.
Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan munculnya risiko tersebut. Pengendalian risiko jika dilihat dari sisi
waktu, bisa dilakukansebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi juga bisa dilakukan saat terjadinya risiko.
2.6. Penelitian Terdahulu
Trangjiwani 2008 melakukan penelitian dengan judul ”Manajemen
Risiko Operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”. Penelitian ini menganalisis risiko-risiko yang terdapat pada
perusahaan dan melakukan tindakan penanganan untuk meminimalisasi kerugian dari berbagai aktivitas perusahaan. Analisis penelitian ini menggunakan metode
aproksimasi, matrik frekuensi dan signifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokan menjadi risiko sistem,
proses, SDM dan Risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan untuk komoditi tomat dari empat komoditi lainnya. Alternatif
penanganan risko dengan mitigasi atau detect and monitor yang dilakukan untuk : a. risiko sistem, SDM, Proses dan eksternal tomat, b. risiko sistem dan eksternal
pada kol, c. risiko sistem, proses dan eksternal pada lettuce head dan d. risiko sistem proses dan eksternal pada cabe merah. Penanganan risiko secara low
control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan
dampak risiko yang rendah antara lain : a. risiko sistem dan SDM pada kentang, b. risiko proses dan SDM pada kol, c. risiko SDM pada lettuce head dan c.
risiko SDM pada cabai merah. Hayati 2006 melakukan penelitian deng
an judul “Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro studi kasus
KBMT Wihdatil Ummah”. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui faktor- faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan oleh KBMT
Wihdatul Ummah, 2. Mengetahui risiko-risiko operasional yang timbul dari pemberian pembiayan oleh KBMT Wihdatul Ummah, 3. Mengetahui
pengelolaan risiko operasional terhadap pembiayaan yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah. Analisis penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh KBMT Wihdatul Ummah memperhatikan Character, Capital, Capacity,
Collateral dan Condition . Risiko pembiayaan berasal dari tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah kondisi makro Indonesia secara global yang menyangkut keadaan ekonomi maupun politik. Kelompok risiko yang kedua
berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah. Sedangkan kelompok risiko yang ketiga berkaitan dengan aktivitas KBMT Wihadatul Ummah. Identifikasi terhadap
risiko operasional pada pembiayaan yang timbul mencakup manajemen risiko pembiayaan, proses dan pengajuan pembiayaan serta pada saat tindak lanjut
setelah pembiayaan diberikan. Risiko yang muncul dinilai dampak dan kemungkinan terjadinya untuk menunjukan tingkatan risiko. Risiko yang dinilai
sangat tinggi diantaranya : perhitungan pencadangan penghapusan piutang yang tidak dilakukan setiap bulan, kurangnya sumber daya manusia yang menangani
pembiayaan, analisis data mitra yang kurang tepat dalam menilai kelayakan usaha serta nilai taksasi jaminan, tidak memungkinkan pemantauan kondisi finansial
dari mitra. KBMT Wihdatul Ummah melakukan beberapa upaya pengelolaan terhadap risiko operasional yang muncul tersebut dengan beberapa cara yaitu :
adanya monitoring tiap satu minggu sekali untuk menilai prestasi angsuran mitra dan mengawasi prestasi angsuran mitra tersebut untuk membuat tindakan yang
tepat untuk penanganan pembiayaan bermasalah. Evaluasi bulanan dan semesteran juga dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas pembiayaan selama satu
bulan dan membuat perencanaan untuk bulan berikutnya seta menyusun rencana penanganan pembiayaan yang bermasalah.
Tarigan 2009 melakukan penelitian ber judul “Analisis Risiko Produksi
Sayuran Organik Pada Permata H ati Organic Farm Di Bogor, Jawa Barat”.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis risiko produksi dalam pengelolaan sayuran organic pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan
permata hati organic farm. 2. Menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi permata hati organik farm dalam menjalankan
usahanya. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis risiko dengan menggunakan variance, standar deviation, coefficient variant pada kegiatan
spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau,
tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dar keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0,225 yang artinya setiap satu satuan yang
dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sngat
rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas
adalah cabai keriting yaitu 0,80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,80. Sedangkan yang paling rendah
adalah brokoli yakni 0,16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima
lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi
dapat meminimalkan risiko. Lubis 2009 melakukan penelitian
dengan judul “Manajemen Risiko Produksi dan Penerimaan Padi Semi Organik Studi : Petani Gabungan
Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong , Kab. Bogor ”.
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi dan risiko penerimaan padi semi organik yang terjadi pada petani, 2.
Menganalisis dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan produksi padi semi organik terhadap petani, 3. Menganalisis strategi
penanganan risiko pada petani yang tergabung dalam gapoktan silih asih. Proses manajemen risiko produksi dan penerimaan petani silih asih dimulai dengan
melakukan proses identifikasi risiko. Proses ini dilakukan untuk mengetahui risiko yang dapat terjadi pada usahatani padi semi organik identifikasi memiliki tujuan
untuk membantu petani mengenali setiap faktor-faktor yang menyebabkan ancaman ketidakpastian. Setiap risiko yang akan terjadi pada petani selanjutnya di
evaluasi. Hasil evaluasi ditujukan untuk memberikan penanganan terhadap risiko ataupun ketidakpastian yang dihadapi oleh kelompok tani pada masa yang akan
datang. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Sekuen, dan identifikasi sumber-sumber risiko.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur dan perdagangan kimia yang dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen terutama industri
otomotif. PT. Karisma Teknika di dalam kegiatan usahanya, membagi menjadi tiga bagian yaitu pengadaan bahan baku, proses produksi, dan distribusi. Bagian
produksi merupakan salah satu bagian dari kegiatan PT. Karisma Teknika yang terkait secara langsung dengan proses pembuatan produk-produk kimia.
PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatannya banyak menghadapi permasalahan, yaitu kurangnya ketersediaan bahan baku, peralatan rusak dan
sebagainya. Ketidakpastian dalam kegiatan penanganan juga dapat memunculkan risiko dari kegiatan yang diusahakan yaitu kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam produk yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Kebutuhan akan sistem pengelolaan risiko operasional sangat diperlukan
di PT. Karisma Teknika untuk dapat mengatasi segala kemungkinan kejadian yang merugikan di unit penanganan produksi. Hal ini disebabkan perusahaan
tersebut belum memiliki sistem pengelolaan risiko. Apabila memiliki sistem pengelolaan risiko, maka perusahaan diharapkan dapat mengantisipasi dan
mengelola risiko, khususnya risiko operasional. Proses pengelolaan manajemen risiko operasional di PT. Karisma Teknika
dimulai dengan melakukan proses identifikasi risiko. Proses identifikasi risiko ini dilakukan untuk mengetahui risiko yang terdapat didalam kegiatan perusahaan.
Identifikasi risiko bertujuan untuk mengenal ancaman ketidakpastian yang dihadapi perusahaan. Tanpa identifikasi, maka risiko yang mungkin terjadi tidak
akan dapat dievaluasi, sehingga pada akhirnya terhadap risiko-risiko yang akan muncul di kemudian hari dalam aktivitas usaha tidak dapat dikontrol. Kerangka
pemikiran penelitian di PT. Karisma Teknika dapat dilihat pada Gambar 5.