Analisis risiko operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor

(1)

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA

PT. KARISMA TEKNIKA CITEUREUP - BOGOR

Oleh

ADHELIA OKTI BAWYNDA

H 24076001

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

ADHELIA OKTI BAWYNDA. H24076001. Analisis Risiko Operasional Pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor. Di bawah bimbingan HETI MULYATI

PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur perdagangan kimia yang memasok ke perusahaan otomotif. PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatan usahanya dihadapkan pada risiko operasional. Identifikasi risiko operasional dalam perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan seluruh jenis risiko yang berpotensi mempengaruhi kerugian perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi dan memetakan risiko operasional yang terjadi pada perusahaan PT. Karisma Teknika, 2). Menganalisa alternatif penanganan risiko di PT.Karisma Teknika. Ruang lingkup yang diamati adalah risiko operasional yang disebabkan oleh SDM, proses dan teknologi.

Data penelitian berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan langsung di lokasi perusahaan wawancara dan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan PO tahun 2010, jurnal dan buku. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 4 ( empat ) orang yaitu Direktur, Manager operasional, staf administrasi dan kepala bagian operasional. Sampel ini berdasarkan pertimbangan orang yang ahli dalam bidang operasional. Analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif rata-rata Geometrik dan dibantu dengan pengolahan data memakai software Excel 2007.

Pemetaan risiko terdiri dari 4 (empat) kuadran yang dapat mengidentifikasi risiko operasional pada PT. Karisma Teknika. Risiko SDM yang timbul karena keselamatan dan kesehatan kerja berada pada kuadran II dampak yang ditimbulkan sedang (2,41) dan frekuensi yang ditimbulkan sedang (2,20). Sedangkan risiko yang diakibatkan pelatihan yang tidak memadai berada pada kuadran III dampak yang ditimbulkan tinggi (2,75) dan frekuensi sedang (2,20). Risiko yang diakibatkan karena kurangnya aktivitas organisasi berada pada kuadran I yang artinya dampak yang ditimbulkan tinggi (2,71) dan frekuensi tinggi (2,75). Risiko proses yang diakibatkan karena kurangnya perencanaan produksi dampak yang ditmbulkan sedang (2,05) dan frekuensi sedang (1,86), proses produksi dampak sedang (2,27) dan frekuensi sedang (2,21) dan pengendalian produksi dampak sedang (2,27) dan frekuensi sedang (2,05) terdapat pada kuadran II dimana dampak dan frekuensi yang ditimbulkan sedang. Risiko teknologi yang diakibatkan karena masih sederhananya hardware terdapat pada kuadran II, artinya dampak sedang (2,44) dan frekuensi sedang (2,21). Sedangkan risiko yang ditimbulkan karena penggunaan software tidak memadai terdapat pada kuadran I, artinya dampak tinggi (2,90) dan frekuensi yang ditimbulkan tinggi (2,71). Strategi penanganan pada risiko SDM adalah dengan memakai alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan dan masker. Selain itu dilakukan pelatihan khusus tentang pengenalan bahan baku kimia yang berbahaya. Sedangkan pada risiko proses penanganan yang dapat dilakukan dengan menerapkan pencatatan barang produksi yang masuk dan keluar sesuai dengan pesanan. Pengendalian bahan baku dapat dilakukan dengan menyusun tata


(3)

letak di gudang penanganan. Penanganan risiko teknologi dengan cara mengelola sistem informasi secara on-line dan menerapkan sistem pemeliharaan alat-alat produksi.


(4)

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL PADA

PT. KARISMA TEKNIKA CITEUREUP-BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ADHELIA OKTI BAWYNDA

H 24076001

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor

Nama : Adhelia Okti Bawynda

NIM : H 24076001

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Heti Mulyati, STP, MT) NIP : 19770812 200501 2 001

Mengetahui Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 1961012 3198601 1 002


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Oktober 1986. Penulis merupakan puteri pertama dari pasangan Achmad Wydia Septiono dan Sri Banun.

Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 3 Sembawa, Palembang. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Palembang, lalu pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 10 Palembang.

Pada tahun 2004 penulis diterima di IPB Program Diploma III Teknisi Usaha Ternak Pedaging Fakultas Peternakan. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada masa perkuliahan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen IPB atau Extension Of Management (EXOM) divisi kewirausahaan periode 2008 - 2009.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya berupa kekuatan dan kesehatan lahir batin,

sehingga laporan skripsi berjudul ”Analisis Risiko Operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor ” dapat diselesaikan. Penelitian ini

disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis melakukan analisa risiko operasional pada PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor dikarenakan perusahaan tersebut dapat mengidentifikasi dan memetakan suatu kejadian risiko pada perusahaan sebagai acuan untuk melihat dampak dan frekuensi yang dapat mempengaruhi kerugian perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan risiko operasional terutama di bagian produksi harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Risiko operasional dapat dikurangi dengan identifikasi, pemetaan dan análisis risiko operasional. Dengan demikian, keputusan untuk menghindari atau mengurangi risiko dapat dilakukan secara tepat

Bogor, Maret 2011


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang memberikan bantuan baik material dan motivasi, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

motivasi, masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat selama menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl., Ing., DEA dan Bapak Nurhadi Wijaya, SPT, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan berharga.

3. Bapak Dr.Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen yang selalu memotivasi untuk menyelesaikan perkuliahan.

4. Bapak Moh. Bima Aprilrianto selaku pemilik perusahaan bahan kimia dan seluruh pekerja yang telah memberikan bimbingan serta informasi dalam skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu pelaksanaan tugas akhir penulis.

6. Keluarga tercinta Papa, Mama, Adhestia Augusti Bawynda, yang selalu memberikan doa, dukungan, serta perhatiannya.

7. Hendra Bacheramsyah yang telah memberikan dorongan semangat dan motivasinya selama ini.

8. Sahabat-sahabatku terbaik di ahli jenis manajemen Thia Tastanny, Ledyana Gultom, Dewi Kashita, Damayana, Rahma Dona, Fitriani, Dwi Larasati, Yusi Saragi, Anita Yulianti, Leni Juliani, Ayu, Vonny, Khory, Dwi, Yanita Kartika Dewi dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Semoga selamanya kebersamaan dan persahabatan kita tetap terjalin.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai saran dan masukan yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Risiko dan Manajemen Risiko ... 6

2.2. Risiko Operasional ... 9

2.3. Klasifikasi Risiko Operasional ... 10

2.3.1 Sumber Daya Manusia ... 13

2.3.2 Risiko Teknologi ... 15

2.3.3 Risiko Proses ... 15

2.3.4 Risiko Eksternal ... 15

2.4. Tahapan dalam Manajemen Risiko Operasional ... 15

2.4.1 Pemetaan Risiko Operasional ... 18

2.5. Konsep Penanganan Risiko... 22

2.6. Penelitian Terdahulu ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3. Tahapan Penelitian ... 30

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ... 33

3.5. Metode Analisis Data ... 33

2.5.1 Statistik Deskriptif ... 33


(10)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 35

4.2. Produk - produk PT. Karisma Teknika ... 39

4.3. Pemetaan Risiko operasional ... 39

4.3.1 Risiko Operasional yang Disebabkan Sumber Daya Manusia ... 40

4.3.2 Risiko Operasional yang Disebabkan Proses ... 42

4.3.3 Risiko Operasional yang Disebabkan Teknologi ... 43

4.4. Penanganan Risiko Operasional ... 44

4.4.1 Penanganan Risiko SDM ... 44

4.4.2 Penanganan Risiko Proses ... 45

4.4.3 Penanganan Risiko Teknologi ... 46

4.5. Implikasi Manajerial ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

1. Kesimpulan ... 50

2. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Tahun 2004-2009 ... 1 2. Klasifikasi risiko operasional ... 12 3. Kategori dan indikator risiko operasional pada PT. Karisma Teknika ... 32 4. Jumlah tenaga kerja PT. Karisma Teknika berdasarkan posisi

dan jenis kelamin Tahun 2010 ... 38


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Siklus manajemen risiko ... 8

2. Kunci identifikasi risiko ... 16

3. Tingkatan 3 ( tiga ) dimensi ... 17

4. Pemetaan risiko operasional ... 19

5. Pemetaan risiko operasional ... 22

6. Kerangka pemikiran ... 29

7. Tahapan penelitian ... 30

8. Cause and Effect Diagram ... 34

9. Struktur organisasi PT. Karisma Teknika ... 36

10. Peta risiko SDM ... 41

11. Peta risiko proses ... 43

12. Peta risiko teknologi ... 44


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Kuesioner penelitian... 55 2. Produk otomotif ... 64 3. Produk non otomotif ... 65


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, meningkatkan lapangan kerja dan devisa serta menunjang daya saing nasional. Salah satu industri yang mengalami pertumbuhan setiap tahunnya adalah industri pupuk, kimia dan bahan dari karet. Hal ini ditunjukkan dari persentase pertumbuhan industri tersebut pada periode 2004 - 2009 mengalami pertumbuhan rata-rata 32,43 persen. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB pada tahun 2004-2009 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB Tahun 2004-2009 No Jenis - Jenis Industri

Persen (%)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2004-2009

1

Makanan, Minuman dan

Tembakau 1,4 2,7 7,2 5,05 -1,26 16,3 19,32

2

Tekstil, Barang Kulit dan Alas

Kaki 4,1 1,3 1,2 -3,68 -7,1 9,8 8,96

3 Barang Kayu dan Hasil Hutan -2,1 -1 -1 -1,74 -0,53 1,4 0,13 4 Kertas dan Barang Cetakan 7,6 2,4 2,1 5,79 0,1 0,8 4,4

5

Pupuk, Kimia dan Barang dari

Karet 9 8,8 4,5 5,69 3,17 26,2 32,43

6

Semen dan Barang, Galian

Non-Logam 9,5 3,8 0,5 3,4 -1,01 10.0 13,24 7 Logam Dasar, Besi dan Baja -2,6 -3,7 4,7 1,69 2,77 13,3 13,87

8

Alat Angkut, Mesin dan

Peralatan 17,7 12,4 7,5 9,73 17,38 6,3 19,2 9 Barang Lainnya 12,8 2,6 3,6 -2,82 -6,88 7,0 8,86 Total Industri 7,5 5,9 5,3 5,15 4,61 9,11 120,41 Sumber : BPS (2009)


(15)

PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur bahan kimia yang menghasilkan produk yaitu chemical maintenance, agent chemical, chemical trading,dan chemical cleaning. Selain itu, perusahaan juga memasok produk kimia untuk perusahaan otomotif seperti PT. TVS Motor Company Indonesia, PT. Astra Honda Motor, PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan PT. Yamaha Manufacturing West Java.

Setiap perusahaan akan mengalami berbagai risiko, diantaranya risiko operasional. PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatan usahanya dihadapkan pada risiko operasional. Hal tersebut dapat dilihat dari proses untuk menghasilkan bahan kimia dapat menimbulkan risiko operasional. Indikatornya adalah bahan kimia yang digunakan berbahaya, kerusakan kemasan, kegagalan dalam komposisi barang yang akan dikirim dan keterlambatan bahan baku karena susah diperoleh. Risiko-risiko tersebut biasanya dialami oleh PT. Karisma Teknika sehingga kegiatan operasionalnya menjadi terhambat. Dampaknya secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha perusahaan tersebut.

Identifikasi risiko operasional dalam perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan seluruh jenis risiko yang berpotensi memengaruhi kerugian perusahaan. Hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan sehingga perusahaan harus memperhatikan faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang harus diperhatikan adalah kompleksitas struktur organisasi perusahaan, lingkup aktivitas bisnis, kualitas sumber daya manusia, dan perubahan organisasi. Sedangkan faktor eksternal yang diperhatikan adalah fluktuasi keadaan ekonomi perubahan dalam industri dan kemajuan teknologi, keadaan politik sosial dan kemungkinan bencana alam. Dampak yang terjadi dari adanya kegagalan operasional adalah invoice dibatalkan karena adanya keterlambatan bahan baku, ketidaksesuaian komposisi bahan karena bahan tersebut tidak sesuai dengan pesanan.

Oleh karena itu, pengelolaan risiko operasional terutama di bagian produksi harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar tidak menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Risiko operasional pembuatan produk kimia dapat berbahaya bila terjadi kesalahan dalam komposisi bahan tersebut yang


(16)

mengakibatkan kegagalan produk yang akan diberikan kepada client perusahaan otomotif. Risiko operasional dapat dikurangi dengan identifikasi, pemetaan dan análisis risiko operasional. Dengan demikian, keputusan untuk menghindari atau mengurangi risiko dapat dilakukan secara tepat.

1.2.Perumusan Masalah

PT. Karisma Teknika merupakan salah satu perusahaan manufaktur dan distributor produk bahan kimia untuk industri besar khususnya industri otomotif yang berlokasi di daerah Citeureup, Bogor. Kegiatan utama perusahaan ini adalah memasok dan mendistribusikan produk bahan kimia ke perusahaan otomotif, yaitu PT. TVS Motor Company Indonesia, PT. Astra Honda Motor, PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan PT. Yamaha Manufacturing West Java. Risiko sering diartikan sebagai ketidakpastian. Risiko terkadang dianalisis dan dikelola secara sadar, tetapi ada kalanya risiko diabaikan, karena tidak menyadari akibat yang terjadi. Nilai kemungkinan dan dampak yang dapat menimbulkan kerugian juga berkaitan dengan risiko. Kegiatan usaha di PT. Karisma Teknika tak lepas dari permasalahan yang dapat menimbulkan risiko operasional seperti gagal dalam pembuatan produk, kualitas barang tidak memenuhi standar, bahan baku yang susah didapat dan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pekerja. Masalah tersebut jika diabaikan terlalu lama dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut PT. Karisma perlu mengidentifikasi risiko operasional yang terdapat di perusahaan dan melakukan tindakan penanganan untuk mempertahankan keberlangsungan usaha dan meminimalisasi kerugian yang disebabkan kerugian operasional. Identifikasi risiko operasional tersebut dilakukan dalam rangka memberikan gambaran tentang status dan peta risiko. Kountur (2008) berpendapat bahwa unit di dalam perusahaan yang belum memiliki status dan peta risiko, belum bisa dikatakan telah menjalankan sistem manajemen risiko dengan baik. Oleh karena itu, identifikasi risiko operasional di PT. Karisma Teknika dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan perspektif bagi pengambilan keputusan dalam mengelola risiko, khususnya risiko operasional. Selain itu dilakukan pengembangan strategi untuk mengurangi probabilitas kejadian negatif dan mengurangi terjadinya kegagalan bisnis.


(17)

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Risiko operasional apa saja yang dihadapi oleh PT. Karisma Teknika yang berkaitan dengan kegiatan proses pembuatan produk ?

2. Bagaimana strategi penanganan risiko operasional yang dapat diterapkan pada PT. Karisma Teknika ?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi dan memetakan risiko operasional yang terjadi pada perusahaan PT. Karisma Teknika

2. Menganalisa alternatif penanganan risiko operasional di PT.Karisma Teknika

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat untuk mengurangi risiko operasional yang timbul pada kegagalan produksi. 2. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi pembaca serta peneliti lainnya yang ingin mengembangkan penelitian mengenai tema manajemen risiko operasional.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang luas dalam menganalisis identifikasi risiko operasional pada perusahaan kimia.


(18)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian di PT. Karisma Teknika di Citeureup, Bogor difokuskan untuk mengidentifikasi risiko operasional di bagian produksi bahan kimia untuk otomotif. Pengamatan dan identifikasi mengenai risiko perusahaan dilakukan di unit proses produksi. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa pada kegiatan tersebut berlangsung proses penanganan pasca pembuatan produk cat dan berhubungan dengan tingkat standar (komposisi bahan) yang berbahaya.

Analisis risiko operasional difokuskan pada risiko operasional yang diakibatkan oleh Sumber daya manusia (SDM), proses dan Teknologi. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu risiko yang timbul dari inefisiensi atau kesalahan dalam proses produksi akibatnya kurangnya sumber daya manusia yang memadai, program pelatihan dan turn-over pegawai yang tinggi. Situasi yang sering timbul dalam kasus ini disebabkan oleh perbedaan signifikan dalam program pelatihan bagi satuan kerja unit bisnis. Hal tersebut merupakan salah satu faktor signifikan yang mengakibatkan tingginya risiko operasional perusahaan. Sedangkan risiko proses terdapat pada penanganan proses produk dalam membuat produk kimia. Risiko teknologi yang menyebabkan kerugian operasional disebabkan oleh gangguan dalam melaksanakan proses aktivasi kerja, kebocoran dalam sistem teknologi informasi dan gangguan lainnya yang ditimbulkan dari tidak berfungsinya sistem informasi hardware atau software.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Risiko dan Manajemen Risiko

Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko dapat dikategorikan kedalam risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tapi tidak ada kemungkinan menguntungkan. Pada perusahaan dalam mengahadapi suatu risiko, misalnya kekayaan berupa mesin menanggung risiko murni, adanya kemungkinan mesin mengalami kerusakan, mulai dari kerusakan kecil sampai besar. Tetapi, tidak mungkin keadaan sebaliknya bisa terjadi, berupa kekayaan gedung yang menyebabkan kehancuran karena bencana alam. Sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang dapat mengakibatkan dua kemungkinan, merugikan atau menguntungkan perusahaan, misalnya perusahaan yang menyimpan valuta asing seperti US$ dan JPY dapat mengalami keuntungan dan kerugian. Simpanan tersebut menguntungkan bila nilai tukar mata uang tersebut menguat (Djohanputro, 2008).

Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan juga mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat serta kaitannya dengan risiko. Risiko dalam kegiatan bisnis juga dikaitkan dengan besarnya pengembalian yang akan diterima oleh pengambil risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi umumnya dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar. Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yang berbeda terhadap pengambilan risiko. Risiko adalah ketidakpastian dan dapat menimbulkan terjadinya peluang kerugian terhadap pengambilan keputusan. Ketidakpastian merupakan situasi yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, mendefinisikan risiko sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tadi ( Muslich, 2007 ).

Manajemen risiko diartikan sebagai kemampuan seorang manajer untuk menata kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin


(20)

tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap situasi yang tidak pasti. Konsep dasar manajemen risiko menurut Djohanputro (2008) yang dapat dipahami oleh pihak manajemen perusahaan adalah : manajemen risiko hanya sebuah pendekatan, tetapi manajemen risiko merupakan strategi fleksibel yang dapat diterapkan untuk berbagai skala industri.

1. Sistem manajemen risiko haruslah sistematis dan diikuti secara konsisten tetapi tidak kaku dan fleksibel.

2. Manajemen risiko bukan merupakan alat „sulap‟ yang secara ajaib akan meningkatkan penerimaan sekaligus mengurangi risiko.

3. Lingkungan usaha saat ini telah menyebabkan kompleksitas manajemen risiko menjadi sangat tinggi dan merupakan proses yang sulit.

4. Kecenderungan meningkatnya persaingan, konsumen yang semakin menuntut dan perkembangan baru dalam teknologi semakin mempersulit pengelolaan risiko.

Program manajemen risiko akan lebih efektif jika menjalankan empat langkah di dalam proses manajemen risiko :

1. Mengenal pasti potensi kerugian. 2. Mengevaluasi potensi kerugian.

3. Memilih teknik tepat, atau mengkombinasikan beberapa teknik manangani ancaman kerugian.

4. Menerapkan program penanganan kerugian yang mengancam.

Siklus manajemen risiko menurut Djohanputro (2008) terdiri dari lima tahap seperti


(21)

Gambar 1. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2008) Tahap 1. Identifikasi Risiko

Tahap ini mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholders). Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie yaitu : shared value, strategy, structure, staff, skill, sistem, dan style. Tahap 2. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mangacu pada dua faktor yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemugkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya.

Tahap 3. Pemetaan risiko

Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan memiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang sehingga perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu mana yang dinomor duakan, dan mana yang perlu diabaikan. Selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan.

Identifikasi Risiko

Pengukuran Risiko

Pemetaan Risiko Model

Pengelolaan Risiko Pengawasan dan Pengendalian Risiko


(22)

Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko

Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain.

Tahap 5. Monitor dan Pengendalian

Monitor dan pengendalian penting karena :

1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana.

2. Manajemen juga perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif.

3. Risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecendrungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

2.2. Risiko Operasional

Risiko operasional disebabkan oleh kegagalan atau ketidakcukupan (tidak memadainya) proses internal, manusia dan sistem atau dari kejadian eksternal. Risiko ini akan memberikan dampak kepada seluruh bisnis usaha karena risiko operasional sehari-hari. Risiko operasional dapat timbul antara lain karena adanya ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal. Risiko ini juga dapat timbul karena adanya kesalahan atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan faktor eksternal. Dalam menghadapi risiko tersebut, cara yang dilakukan perusahaan, yaitu pemahaman tentang risiko, pengukuran, pemantauan dan pengendaliannya. Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko juga dapat memperkirakan skenario terburuk yang potensial terjadi terhadap perusahaan dan dampaknya. Perusahaan juga dapat mengalokasikan dana dan modal yang sengaja dicadangkan untuk menanggung potensi kerugian yang tidak dialihkan kepada pihak lain (Kountur, 2008).

Risiko operasional menurut Muslich (2007) mempunyai dimensi yang luas dan kompleks dengan sumber risiko yang merupakan gabungan dari berbagai


(23)

sumber yang ada dalam organisasi, proses kebijakan, sistem dan teknologi, orang dan faktor-faktor lainnya. Perusahaan mulai memikirkan untuk melakukan proses manajemen risiko operasional karena risiko operasional tidak hanya terjadi di bank komersil tetapi juga terjadi di semua industri. Banyaknya perusahaan yang bangkrut atau likuidasi karena menderita kerugian operasional yang besar memberikan pelajaran bahwa risiko operasional tidak mungkin diabaikan atau dihilangkan. Menurut Djohanputro (2008) risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, sumber daya manusia (SDM), teknologi atau faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada dua tingkatan yaitu teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi, risiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan idak berjalan sebagaimana seharusnya. Risiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu manusia (SDM), sistem dan prosedur, kebijakan dan struktur organisasi.

2.3. Klasifikasi Risiko Operasional

Klasifikasi risiko operasional secara umum dibagi menjadi 4 (empat) kategori menurut Aung (2008), yaitu sumber daya manusia (SDM), teknologi, proses dan faktor eksternal. Aung (2008) memerinci klasifikasi risiko operasional sebagai berikut :

1. Sumber Daya Manusia yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko operasional karena sumber daya manusia

2. Teknologi informasi dan komunikasi yaitu faktor yang menyebabkan risiko operasional sistem informasi yang mencakup Software dan Hardware.

3. Faktor eksternal yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh bencana alam atau buatan manusia, lingkungan bisnis dan persaingan.

4. Strategi atau Kebijakan yaitu faktor yang dapat menimbulkan risiko operasional disebabkan oleh perubahan strategis baik yang berasal dari pihak manajemen atau pihak lain.


(24)

5. Tata Kelola Perusahaan yaitu faktor yang menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh struktur dari tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan pedoman kinerja, monitoring sebagai alat untuk pencapaian kerja dan mendorong untuk menggunakan sumber daya efisien. Kurangnya tata kelola dalam perusahaan dan perubahan lingkungan akan menyebabkan risiko operasional.

6. Budaya organisasi yaitu faktor yang menyebabkan risiko opersional disebabkan oleh suatu kepercayaan organisasi, pengetahuan, sikap dan kebiasaan. Budaya merupakan bagian dari keyakinan manajer senior dan juga karyawan terhadap perusahaan. Hal tersebut dapat mendukung atau tidak mendukung maupun berpengaruh positif atau negatif. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan karyawan atau kemauan untuk beradaptasi atau melakukan dengan baik.

7. Manajemen yaitu faktor yang dapat menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh kurangnya manajemen yang efektif, pembinaan, pemberdayaan, fasilitasi, motivasi dan kepemimpinan.

8. Proses bisnis dalam kondisi normal yaitu faktor yang menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh Pelaporan, Kontrol dan audit.

9. Bisnis dalam kondisi abnormal atau terjadi kegagalan bisnis yaitu faktor yang menyebabkan risiko operasional disebabkan oleh kegagalan ialah tekanan biaya, gagal proyek atau produk dan pemutusan kerja. Manajemen dapat dengan cepat mereferensi profil risiko dan memahami dengan jelas bagian mana dari organisasi yang perlu diperbaiki. Klasifikasi risiko operasional berdasarkan kejadian risiko dapat dilihat pada Tabel 2.


(25)

Tabel 2. Klasifikasi risiko operasional Faktor

Risiko Jenis Kejadian Contoh

Risiko Eksternal

Kerusakan asset Gempa bumi, kebakaran dan banjir

External fraud

- Penipuan pelanggaran daerah, - eksploitasi pesaing rahasia dagang, - eksternal outsource

Lokasi terkait dan lingkungan bisnis

Risiko negara, risiko politik, risiko mata uang, pembatasan visa perjalanan sistemik kerentanan (eksternal), risiko pandemi, tak terduga perubahan dalam lingkungan yang kompetitif, penyedia layanan, perubahan bisnis (M & A, Struktur, Strategi, dll)

Conduct Risiko

klien, produk, dan praktek bisnis

- Standar etika pembeli layanan - Ketidakpatuhan terhadap hukum - Penyalahgunaan kepercayaan

- Penyalahgunaan informasi langganan - Penjualan produk tidak sah.

Internal fraud - Kebocoran data, pencurian oleh karyawan, dan perdagangan ilegal.

Risiko Kerja Praktek dan keselamatan

- Keamanan pekerja, kompensasi pekerja dan diskriminasi klaim

- Pelanggaran kesehatan karyawan dan

peraturan keselamatan. Risiko

Proses

Gangguan Bisnis dan Kegagalan Sistem

- Keamanan dan kerentanan sistem, kegagalan Hardware/Software

- Masalah proses telekomunikasi dan padamnya kebutuhan.

Pelaksanaan,

Pengiriman dan Proses Manajemen

Kegagalan proses dan kualitas kontrol, non standar pengukuran, kesalahan pelaporan


(26)

Menurut Trangjiwani (2008) pemahaman mengenai kejadian operasional yang menyebabkan kerugian dilakukan dengan mengelompokkan risiko operasional ke dalam sejumlah kategori kejadian risiko dan didasarkan kepada penyebab utama risiko. Risiko operasional selanjutnya dapat dibagi dalam beberapa sub-kategori seperti risiko yang melekat pada :

1. Risiko sumber daya manusia,

Karyawan merupakan asset penting tetapi juga merupakan sumber risiko operasional bagi perusahaan. Transaksi dari bagian proses ketika salah menjumlah berat barang atau komposisi bahan yang masuk merupakan kesalahan yang tidak sengaja. Kesalahan yang disengaja yaitu, kasus pencurian beberapa barang yang dilakukan oleh karyawan.

2. Risiko teknologi

Sistem teknologi dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi perusahaan di lain pihak sistem tersebut juga dapat meminimalkan risiko baru bagi perusahaan.

3. Risiko proses

Kegiatan penanganan proses atau barang terkait dengan adanya proses untuk menangani barang datang, proses penanganan barang dan proses pembagian tiap-tiap jenis dan jumlah produk ke beberapa pemasok sesuai dengan pesanan. Risiko kegagalan proses merupakan risiko yang terkait dengan kegagalan proses untuk menangani produk lebih lanjut di dalam perusahaan selama proses penanganan barang berlangsung (Trangjiwani, 2008).

4. Risiko eksternal

Risiko eksternal berkaitan dengan kejadian yang bersumber dari luar perusahaan dan di luar pengendalian perusahaan. Kejadian semacam itu biasanya jarang terjadi, tetapi mempunyai dampak yang cukup besar (frekuensi rendah, dampak tinggi). Beberapa risiko eksternal yaitu : bencana alam, dan risiko akibat kondisi alam. Kategori sumber risiko eksternal lainnya adalah sebagai berikut gangguan sistem transportasi yang dapoat menyebabkan karyawan tidak masuk dan terjadi pemadaman air, dan pemadaman listrik.


(27)

2.3.1 Risiko Sumber Daya Manusia

Menurut Napitupulu (2009) risiko sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan pekerja. Sumber daya manusia dalam hal ini karyawan merupakan aset yang paling berharga di perusahaan. Namun demikian karyawan yang sering kali menjadi penyebab kejadian risiko operasional. Kejadian risiko manusia dapat terjadi pada fungsi manajemen risiko, dimana kualifikasi dan keahlian karyawan pada fungsi tersebut merupakan hal penting yang diutamakan. Bagian-bagian yang umumnya terkait dengan risiko sumber daya manusia adalah

1. Permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja. Hal tersebut berkaitan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan kerja. Sasaran tempat kerja, mencakup proses produksi dan distribusi (barang dan jasa). Peranan keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja. Faktor penyebab kejadian kecelakan di industri antara lain :

a. Kegagalan komponen, misalnya alat yang tidak memadai dan tidak mampu menahan tekanan, suhu atau bahan kimia.

b. Penyimpangan dari kondisi operasi normal, seperti kegagalan dalam pemantauan proses, kesalahan prosedur, terbentuknya produk samping. c. Kesalahan manusia (human error), seperti mencampur bahan kimia tanpa mengetahui jenis dan sifatnya, kurang terampil, dan salah komunikasi

Faktor lain, misalnya sarana yang kurang memadai, bencana alam, sabotase, dan kerusuhan massa.

2. Pelatihan karyawan tidak memadai yaitu terdapat beberapa fenomena organisasional yang dapat dikategorikan sebagai gejala pemicu munculnya kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Tidak tercapainya standar pencapaian kerja, karyawan tidak mampu melaksanakan tugasnya, karyawan tidak produktif, tingkat penjualan menurun, tingkat keuntungan menurun. Gelaja-gejala yang umum terjadi pada organisasi antara lain gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut, menimbulkan gejala utama


(28)

dalam organisasi yang membutuhkan penanganan kerja yaitu : rendahnya produktivitas, tingginya kelalaian, tingginya perputaran, rendahnya moral pekerja, penyimpangan dan rendahnya keuntungan.

3. Aktivasi dimaksudkan untuk memanfaatkan dan mendayagunakan dengan sebaik-baiknya sumberdaya manusia yang ada. Saat ini banyak sumberdaya manusia yang tidur, setengah bekerja atau tidak bekerja sama sekali tetapi masih tetap mendapat upah atau gaji. Peran serta manusia sebagai tenaga kerja merupakan unsur dominan dalam proses industri perlu mendapat perhatian khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. (Napitupulu, 2009).

2.3.2 Risiko Teknologi

Risiko teknologi adalah risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi dan sistem. Saat ini perusahaan sangat bergantung pada sistem dan teknologi yang mendukung kegiatan proses produksi, penggunaan teknologi seperti ini banyak menimbulkan risiko operasional.

Kejadian risiko teknologi disebabkan oleh :

1. Pengendalian perubahan data yang tidak memadai yaitu adanya sistem yang kurang dikendalikan. Kesalahan input data yaitu suatu data permintaan barang dari supplier tidak sesuai dengan data yang ada, karena ada keterbatasan material.

2. Data yang tidak lengkap yaitu catatan material yang kurang perhitungan dengan barang yang ada.

Kegagalan teknologi yang digunakan perusahaan adalah terjadinya kerusakan dalam sistem teknologi yang dapat menyebabkan gagalnya produk yang akan di produksi untuk menyuplai ke pemasok (Napitupulu, 2009).

2.3.3 Risiko Proses

Risiko proses adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumber data (SDM, keahlian, metode peralatan teknologi dan material) dan karena perubahan lingkungan.


(29)

Kesalahan prosedur merupakan salah bentuk perwujudan risiko proses (Djohanputro, 2008).

2.3.4. Risiko Eksternalitas

Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal yang termasuk faktor eksternal antar alain, reputasi, lingkungan sosial dan hukum. (Djohanputro, 2008).

2.4. Tahapan dalam Manajemen Risiko Operasional

Tahapan dalam identifikasi manajemen risiko operasional menurut Aung (2008) adalah proses pengembangan lima tahap sebagai berikut :

Tahap 1 : Identifikasi dan justifikasi risiko operasional Tahap 2 : Penilaian dan pemetaan risiko operasional Tahap 3 : Pengembangan Key Risk Indicator (KRI) Tahap 4 : Analisis dan Penyesuaian KRI

Tahap 5 : Monitoring dan Pelaporan

Tahap 1 : Identifikasi dan Justifikasi Risiko Operasional

Manajemen risiko operasional dimulai dengan identifikasi risiko perusahaan. Hal tersebut didukung oleh Rockart dalam Aung (2008) yang menyatakan bahwa dalam mengidentifikasi risiko operasional perlu diketahui Critical Success Factor (CSF) untuk mencapai keunggulan perusahaan yang didukung sistem teknlogi informasi dan komunikasi. Pimpinan dapat memantau berbagai kejadian yang menimbulkan risiko operasional dari sistem informasi yang memadai. Selain itu, Critical Success Factor (CSF) tersebut juga berguna untuk memfokuskan pada risiko yang dapat menimbulkan dampak negatif pada jangka pendek maupun jangka panjang. Kunci identifikasi risiko operasional dapat dilihat pada Gambar 2.


(30)

Lingkungan yang kompetitif, konsep nilai, pernyataan misi, strategi bisnis

Key Performance Indicator (KPI)

Critical Success Factor (CSF)

Kegiatan kritis

Pengukuran Kinerja Dampak negatif terhadap

pengukuran kinerja

Kunci Risiko

Tujuan Unit Bisnis

Membatasi aktivitas kinerja Key Risk Indicator

(KRI)

Gambar 2. Kunci identifikasi risiko operasional (Aung, 2008)

Gambar 2 menunjukkan aliran logis dari kunci identifikasi risiko operasional. Proses ini dimulai dengan memerinci Critical Success Factor (CSF) dan Critical Activity (CA) yang diperoleh dari kemampuan organisasi yang kompetitif, pemahaman lingkungan yang kompetitif, nilai konsep dan strategi bisnis. Suatu kegiatan kritis dapat berdampak pada Critical Success Factor (CSF). CSF mempengaruhi oleh suatu kegiatan yang dapat digunakan sebagai ukuran kinerja Key Performance Indicator (KPI) untuk menentukan tingkat kepentingan kegiatan. Risiko utama harus dilihat dalam tiga aspek yaitu : 1). bagaimana dampak risiko operasional terhadap keseluruhan ukuran kinerja organisasi, 2). bagaimana batas tingkat kinerja kegiatan kritis dan 3). bagaimana mereka mencegah unit bisnis pendek dan tujuan jangka panjang. Oleh karena itu, pada tahap ini sangat penting untuk mengidentifikasi Key Risk Indicator (KRI).

Tahap 2 : Penilaian dan Pemetaan Risiko

Risiko yang diidentifikasi dalam tahap 1 dinilai dan dipetakan pada peringkat peta risiko tiga-dimensi. Umumnya secara tradisional, risiko dinilai dari peringkat dua dimensi yaitu berdasarkan pada probabilitas dan dampak risiko. Aung (2008) menambahkan satu dimensi yaitu kompleksitas. Ketiga hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi KRI. Penilaian risiko operasional berdasarkan tingkatan 3 (tiga) dimensi dapat dilihat Gambar 3.


(31)

Gambar 3. Penilaian risiko operasional berdasarkan 3 ( tiga ) dimensi (Aung, 2008)

Tahap 3 : Pengembangan Jaringan Key Risk Indicator (KRI)

Setelah mengidentifikasi dan memeringkat poin kritis risiko selanjutnya membangun jaringan pemantauan risiko berdasarkan indikator risiko, misalnya dengan menggunakan metodologi Bayesian Network. Setiap jaringan harus dihubungkan dengan risiko titik kritis atau dihubungkan dengan critical success factor (CSF). Beberapa jaringan menggunakan sejumlah KRI komposit perusahaan untuk menelusuri risiko. Misalnya, kualitas staf indeks, keamanan informasi indeks untuk seluruh perusahaan digunakan dengan melacak beberapa titik risiko bisnis-unit. Namun, beberapa indeks bervariasi tergantung pada sifat dari unit usaha. Pengembangan Key Risk Indicator (KRI) berdasarkan pada Triple-E yaitu Effectivity (efektifitas), Effeciency (efesiensi), dan Exposure (eksposur). Aung (2005), mendefinisikan ketiga hal tersebut yaitu :

1. Efektivitas, dilihat dari produk baru 2. Efisiensi, dilihat dari :

- Tingkat memperkenalkan produk baru

- Rata-rata jumlah konflik dalam hubungan pemasok - Frekuensi survei pelanggan

- Persentase biaya iklan pada produk baru Probabilitas

 Kemungkinan risiko

Dampak

 Jumlah durasi  Pemulihan waktu

Kompleksitas  Interpendensi

 Tingkat kesulitan untuk mendeteksi, mengukur dan mencegah.

 Waktu yang terbatas penyisihan tindakan reaktif


(32)

3. Eksposur dilihat dari :

- Staf dalam manajemen produk - Pengaduan pada produk baru. Tahap 4 : Analisis dan Penyesuaian KRI

Dalam prakteknya, pengembangan dan penyesuaian KRI membuat satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan jelas. Analisis dan penyesuaian KRI mencakup dua aspek yaitu Konsistensi logis dari jaringan dan, risiko sensitivitas. Tahap 5 : Monitoring dan Pelaporan

Monitoring dan pelaporan tidak hanya sekedar memantau eksposur risiko, tetapi juga dapat membantu manajer risiko dalam melakukan peramalan. Analisis kausal sebagai bukti dari risiko operasional dapat digunakan untuk menghitung diperbarui probabilitas (juga disebut sebagai posterior probabilitas) dari semua faktor penyebab.

2.4.1 Pemetaan Risiko Operasional

Pemetaan risiko merupakan suatu proses di mana berbagai unit usaha, fungsional organisasi, atau arus proses transaksi yang dipetakan berdasarkan tipe risiko (Muslich, 2007). Pemetaan risiko dapat menggambarkan berbagai pendekatan manajemen risiko operasional untuk mengontrol penilaian terhadap aktivitas dan operasi perusahaan sebagai proses identifikasi untuk memberikan penjelasan tentang cara mendapatkan produk, sumber daya yang dibutuhkan dan biaya yang terlibat. Menurut Scandizzo (2005), pemetaan risiko merupakan tahapan dalam menggambarkan risiko operasional, atau suatu rumusan untuk mengidentifikasi risiko operasional dan berbagai dimensi. Berbagai dimensi untuk memetakan risiko operasional menurut Scandizzo (2005) terdiri dari :

1. Sumber daya manusia (SDM) : Proses yang dipengaruhi oleh SDM, dimana proses tersebut dibuat formal, terjadi adaptasi, diinterpretasikan dan menanggapi keadaan. yang tidak peduli dalam mengadaptasi, menafsirkan dan berimprovisasi untuk menanggapi keadaan.

2. Spesialisasi , maksudnya sangat sedikit orang yang benar-benar memahami suatu proses bisnis yang spesifik dan interaksi dengan orang lain dalam industri. Hal tersebut dapat menimbulkan potensi kegagalan operasional.


(33)

3. Proses, maksudnya terjadi proses perubahan sepanjang waktu dan pemetaan menjadi hal yang tidak digunakan lagi setelah proses selesai.

Scandizzo (2005) memberikan gambaran metodologi untuk pemetaan risiko operasional dengan memilih key risk indicator (KRI) dan merancang kegiatan pengendalian yang sesuai. Metode yang umumnya digunakan untuk memetakan risiko operasional dilihat berdasarkan dampak dan frekuensi yang terjadi dari suatu kejadian yang dapat menimbulkan risiko operasional. Menurut Scandizzo (2005) pemetaan risiko operasional dapat dilihat pada Gambar 4. Frekuensi

Tinggi

Sedang

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Dampak

Gambar 4. Pemetaan risiko operasional (Scandizzo, 2005)

Pemetaan risiko tersebut dapat membedakan antara frekuensi tinggi dan rendah dengan dampak yang ditimbulkan ( tinggi atau rendah). Cara lainnya adalah dengan memetakan risiko berdasarkan tahapan kegiatan usaha yang dapat menimbulkan risiko operasional menghasilkan output yang lebih komplek, informasi bersifat kualitatif tersebut dan memberikan indikasi yang jelas bagian mana dari proses harus diubah. Hal ini juga memungkinkan untuk identifikasi yang lebih relevan untuk setiap eksposur risiko.

Menurut Djohanputro (2008) pemetaan risiko pada prinsipnya merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan

Tidak Ancaman Frekuensi Tinggi / Dampak Rendah

Sumber Bahaya Frekuensi Rendah / Dampak Tinggi Merugikan

Frekuensi Rendah / Dampak Rendah

Penuh Bencana Frekuensi Tinggi / Dampak Tinggi


(34)

yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Sejalan dengan prinsip ekonomi yaitu terbatasnya sumber daya perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan pemetaan risiko selalu dikaitkan dengan penyusunan prioritas. Dengan demikian penetapan risiko berarti proses penetapan prioritas dalam penanganan risiko dari keseluruhan risiko yang berhasil diidentifikasi. Karena risiko selalu terkait dengan dua dimensi pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.

Dimensi pertama, probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi ke dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah.

Dimensi kedua berupa dampak yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi ke dalam tiga tingkat yaitu tinggi, sedang, rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri dari risiko-risiko yang masuk kedalam prioritas I atau prioritas utama.

Kuadran II merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Ciri dari risiko dalam kuadran II adalah mereka yang memiliki tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang namun dampaknya bila risiko tersebut menjadi kenyataan tinggi. Ini artinya risiko-risiko dalam kuadran II cukup jarang terjadi. Mungkin hanya setahun sekali atau bahkan bisa kurang. Tetapi kalau sampai terjadi tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai. Dalam kondisi terburuk perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut.


(35)

Frekuensi Tinggi

Sedang

Rendah

Rendah Sedang Tinggi

Kuadran III dihuni oleh risiko-risiko dengan skala prioritas III. Risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang tinggi namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul menjadi kenyataan. Namun, biasanya perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak yang muncul.

Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas IV. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun terjadi dampaknya kecil bagi pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko yang masuk dalam kuadran IV cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko tersebut. Diagram pemetaan risiko operasional dapat dilihat secara rinci Gambar 5.

Gambar 5. Diagram pemetaan risiko (Djohanputro, 2008) 2.5. Konsep Penanganan Risiko

Menurut Hanafi (2006), organisasi dalam perusahaan dapat memilih alternatif untuk menangani risiko. Alternatif yang dapat dipilih untuk menangani risiko adalah

1. Penghindaran risiko

Penghindaran risiko adalah tindakan perusahaan untuk tidak melakukan bisnis atau kegiatan yang tertentu yang tidak diinginkan. Risiko yang tidak perlu jika memungkinkan bila dihilangkan tanpa ada

Risiko II Risiko I

Risiko berbahaya yang jarang terjadi

Mengancam

pencapaian tujuan perusahaan

Risiko IV Risiko III

Risiko tidak berbahaya Risiko yang terjadi secara rutin


(36)

pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Risiko yang dihindari dapat karena tidak sesuai dengan visi perusahaan dampak sosialnya terlalu besar, atau peraturan yang tidak kondusif. Hal terpenting dalam menerapkan penghindaran risiko adalah kemampuan perusahaan melakukan studi dan identifikasi jenis risiko tertentu dari suatu bisnis atau kegiatan yang ingin dihindari.

2. Penahan risiko

Alternatif lain dari manajemen risiko adalah perusahaan menanggung risiko yang muncul (menahan risiko). Penahanan risiko bisa terjadi secara terencana dan tidak terencana. Jika suatu perusahaan mengevaluasi risiko-risiko yang ada, kemudian memutuskan untuk menahan sebagian atau seluruh risiko maka perusahaan tersebut menahan risiko dengan terencana. Perusahaan dapat menjadi tidak sadar akan adanya risiko yang dihadapinya pada situasi lain dan tidak melakukan apa-apa. Perusahaan menahan risiko dengan tidak terencana dalam situasi tersebut.

3. Pengalihan risiko

Menurut Kountur (2008) manajemen risiko memiliki alternatif lain untuk memindahkan risiko kepihak lain. Pihak lain tersebut biasanya memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen risiko lebih baik.

Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan berbagai arah.

a. Asuransi, metode pengalihan risiko yang paling umum khususnya untuk risiko murni. Asuransi ini merupakan dimana yang diasuransikan perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan. Pihak pengasuransi memperoleh premi asuransi sebagai balasannya.

b. Hedging, atau lindung nilai pada dasarnya mengalihkan risiko kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrument keuangan.


(37)

c. Membentuk perseroan terbatas, merupakan alternatif risiko karena kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai pada kekayaan pribadi. Risiko perusahaan secara efektif dapat dialihkan sebagai ke pihak lain, dalam hal ini biasanya pemegang hutang (kreditur).

4. Diversifikasi Risiko

Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah, tidak akan menghabiskan semua asset yang dimiliki (Kountur, 2008). Diversifikasi merupakan salah satu cara mitigasi yang efektif dalam mengurangi dampak risiko.

5. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko perlu dilakukan untuk risiko yang tidak bisa dihindari oleh organisasi. Pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat dampak, atau keduanya dengan menggunakan dimensi probabilitas dan dampak.

Pengendalian risiko yang efektif bisa dilakukan dengan menghilangkan tindakan yang berbahaya, menghilangkan kondisi fisik yang rentan terhadap risiko. Menurut Sofyan (2005), risiko yang muncul bisa dipecah kedalam beberapa komponen :

1. Kondisi yang mendorong tejadinya risiko. 2. Lingkungan dimana risiko itu berada. 3. Interaksi antara risiko dengan lingkungan. 4. Hasil dari interaksi.

5. Konsekuensi dari hasil tersebut.

Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan munculnya risiko tersebut. Pengendalian risiko jika dilihat dari sisi waktu, bisa dilakukansebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi juga bisa dilakukan saat terjadinya risiko.


(38)

Trangjiwani (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Manajemen Risiko Operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat”. Penelitian ini menganalisis risiko-risiko yang terdapat pada perusahaan dan melakukan tindakan penanganan untuk meminimalisasi kerugian dari berbagai aktivitas perusahaan. Analisis penelitian ini menggunakan metode aproksimasi, matrik frekuensi dan signifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko operasional yang teridentifikasi dapat dikelompokan menjadi risiko sistem, proses, SDM dan Risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan untuk komoditi tomat dari empat komoditi lainnya. Alternatif penanganan risko dengan mitigasi atau detect and monitor yang dilakukan untuk : a). risiko sistem, SDM, Proses dan eksternal tomat, b). risiko sistem dan eksternal pada kol, c). risiko sistem, proses dan eksternal pada lettuce head dan d). risiko sistem proses dan eksternal pada cabe merah. Penanganan risiko secara low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah antara lain : a). risiko sistem dan SDM pada kentang, b). risiko proses dan SDM pada kol, c). risiko SDM pada lettuce head dan c). risiko SDM pada cabai merah.

Hayati (2006) melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi Risiko Operasional Bidang Pembiayaan pada Lembaga Keuangan Mikro (studi kasus KBMT Wihdatil Ummah)”. Penelitian ini bertujuan untuk (1). Mengetahui faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (2). Mengetahui risiko-risiko operasional yang timbul dari pemberian pembiayan oleh KBMT Wihdatul Ummah, (3). Mengetahui pengelolaan risiko operasional terhadap pembiayaan yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah. Analisis penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pembiayaan yang dilakukan oleh KBMT Wihdatul Ummah memperhatikan Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition. Risiko pembiayaan berasal dari tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kondisi makro Indonesia secara global yang menyangkut keadaan ekonomi maupun politik. Kelompok risiko yang kedua berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah. Sedangkan kelompok risiko yang ketiga berkaitan dengan aktivitas KBMT Wihadatul Ummah. Identifikasi terhadap


(39)

risiko operasional pada pembiayaan yang timbul mencakup manajemen risiko pembiayaan, proses dan pengajuan pembiayaan serta pada saat tindak lanjut setelah pembiayaan diberikan. Risiko yang muncul dinilai dampak dan kemungkinan terjadinya untuk menunjukan tingkatan risiko. Risiko yang dinilai sangat tinggi diantaranya : perhitungan pencadangan penghapusan piutang yang tidak dilakukan setiap bulan, kurangnya sumber daya manusia yang menangani pembiayaan, analisis data mitra yang kurang tepat dalam menilai kelayakan usaha serta nilai taksasi jaminan, tidak memungkinkan pemantauan kondisi finansial dari mitra. KBMT Wihdatul Ummah melakukan beberapa upaya pengelolaan terhadap risiko operasional yang muncul tersebut dengan beberapa cara yaitu : adanya monitoring tiap satu minggu sekali untuk menilai prestasi angsuran mitra dan mengawasi prestasi angsuran mitra tersebut untuk membuat tindakan yang tepat untuk penanganan pembiayaan bermasalah. Evaluasi bulanan dan semesteran juga dilakukan untuk mengevaluasi aktivitas pembiayaan selama satu bulan dan membuat perencanaan untuk bulan berikutnya seta menyusun rencana penanganan pembiayaan yang bermasalah.

Tarigan (2009) melakukan penelitian berjudul “Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata Hati Organic Farm Di Bogor, Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis risiko produksi dalam pengelolaan sayuran organic pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan permata hati organic farm. 2. Menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi permata hati organik farm dalam menjalankan usahanya. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis risiko dengan menggunakan variance, standar deviation, coefficient variant pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dar keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0,225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sngat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas


(40)

adalah cabai keriting yaitu 0,80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,80. Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0,16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi sebesar 0,16. Hal ini dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Lubis (2009) melakukan penelitian dengan judul “Manajemen Risiko Produksi dan Penerimaan Padi Semi Organik (Studi : Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor )”. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi dan risiko penerimaan padi semi organik yang terjadi pada petani, 2). Menganalisis dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan produksi padi semi organik terhadap petani, 3). Menganalisis strategi penanganan risiko pada petani yang tergabung dalam gapoktan silih asih. Proses manajemen risiko produksi dan penerimaan petani silih asih dimulai dengan melakukan proses identifikasi risiko. Proses ini dilakukan untuk mengetahui risiko yang dapat terjadi pada usahatani padi semi organik identifikasi memiliki tujuan untuk membantu petani mengenali setiap faktor-faktor yang menyebabkan ancaman ketidakpastian. Setiap risiko yang akan terjadi pada petani selanjutnya di evaluasi. Hasil evaluasi ditujukan untuk memberikan penanganan terhadap risiko ataupun ketidakpastian yang dihadapi oleh kelompok tani pada masa yang akan datang. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Sekuen, dan identifikasi sumber-sumber risiko.


(41)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan manufaktur dan perdagangan kimia yang dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen terutama industri otomotif. PT. Karisma Teknika di dalam kegiatan usahanya, membagi menjadi tiga bagian yaitu pengadaan bahan baku, proses produksi, dan distribusi. Bagian produksi merupakan salah satu bagian dari kegiatan PT. Karisma Teknika yang terkait secara langsung dengan proses pembuatan produk-produk kimia. PT. Karisma Teknika dalam menjalankan kegiatannya banyak menghadapi permasalahan, yaitu kurangnya ketersediaan bahan baku, peralatan rusak dan sebagainya. Ketidakpastian dalam kegiatan penanganan juga dapat memunculkan risiko dari kegiatan yang diusahakan yaitu kemungkinan terjadinya kegagalan dalam produk yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Kebutuhan akan sistem pengelolaan risiko operasional sangat diperlukan di PT. Karisma Teknika untuk dapat mengatasi segala kemungkinan kejadian yang merugikan di unit penanganan produksi. Hal ini disebabkan perusahaan tersebut belum memiliki sistem pengelolaan risiko. Apabila memiliki sistem pengelolaan risiko, maka perusahaan diharapkan dapat mengantisipasi dan mengelola risiko, khususnya risiko operasional.

Proses pengelolaan manajemen risiko operasional di PT. Karisma Teknika dimulai dengan melakukan proses identifikasi risiko. Proses identifikasi risiko ini dilakukan untuk mengetahui risiko yang terdapat didalam kegiatan perusahaan. Identifikasi risiko bertujuan untuk mengenal ancaman ketidakpastian yang dihadapi perusahaan. Tanpa identifikasi, maka risiko yang mungkin terjadi tidak akan dapat dievaluasi, sehingga pada akhirnya terhadap risiko-risiko yang akan muncul di kemudian hari dalam aktivitas usaha tidak dapat dikontrol. Kerangka pemikiran penelitian di PT. Karisma Teknika dapat dilihat pada Gambar 5.


(42)

Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian pada PT. Karisma Teknika Citeureup – Bogor

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Karisma Teknika yang beralamat di Jl. Raya Sirkuit Sentul No. 82 Desa Lewinutug Citeureup – Bogor 16810. Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011.

Identifikasi Risiko Operasional

Penanganan Risiko Operasional

Risiko SDM Risiko Teknologi Risiko Proses

Pemetaan Risiko Operasional

Analisis Risiko Operasional

Strategi Penanganan Risiko Operasional Masalah :

Risiko operasional apa saja yang dihadapi oleh PT. Karisma Teknika dan bagaimana penanganan risiko operasional ?

PT. Karisma Teknika

Keunggulan Bersaing PT. Karisma Teknika


(43)

3.3. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian yang akan digunakan sebagai alur pikir penelitian. Dapat dilihat Gambar 6.

Gambar 6. Tahapan penelitian Penentuan Topik

Rumusan Masalah :

1. Risiko operasional apa saja yang terjadi dihadapi oleh PT. Karisma Teknika? 2. Strategi penanganan apa yang dapat diterapkan untuk menangani risiko

Input Data Kajian Pustaka : 1. Buku

2. Jurnal

Kesimpulan dan Saran Analisis Data :

1. Analisis statistik deskriptif, pemetaan risiko operasional 2. Cause and Effect Diagram

Hasil dan Pembahasan Rancangan Pengumpulan Data

- Kuesioner dan panduan wawancara untuk risiko operasional : SDM, Proses dan Teknologi

Pengolahan Data dengan Excel Pengumpulan Data :

-Data Primer : Kuesioner dan Wawancara


(44)

Langkah pertama ialah menentukan topik skripsi dan kajian pustaka dari buku, jurnal dan penelitian terdahulu sebagai acuan untuk merumuskan tentang judul penelitian yang terkait selanjutnya diidentifikasi rumusan masalah yang akan dianalisis dalam perusahaan dengan identifikasi dan pemetaan risiko operasional pada perusahaan. Sebelum dilakukan pengumpulan data, hal yang penting adalah rancangan pengumpulan data berupa pembuatan kuesioner. Kuesioner dirancang berdasarkan dampak dan frekuensi dari risiko yang ditimbulkan oleh SDM, proses dan teknologi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu dengan wawancara dan memberikan kuesioner pada karyawan bagian produksi. Selain itu data yang diperoleh adalah data sekunder berupa laporan Purchase Order tahun 2010, internet, jurnal, dan BPS setelah data terkumpul data tersebut diinput ke dalam tabel yang siap diolah, pengolahan data menggunkan excel. Analisis data berupa analisis statistik deskriptif untuk memetakan dan mengidentifikasi risiko operasional. Pemetaan dibuat dengan mennggambarkan risiko operasional ke dalam empat kuadran. Selain itu dilakukan analisis cause and effect diagram untuk mengidentifikasi penyebab risiko operasional. Langkah terakhir yaitu dengan membahas pemetaan risiko dan identifikasi risiko operasional terhadap perusahaan yang banyak berdampak pada perusahaan tersebut. Setelah itu, dianalisis penanganan risiko operasional berdasarkan hasil pemetaan.


(45)

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder: Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, dan wawancara langsung dengan staf ahli produksi dan memberikan kuesioner ke Direktur, Manager Operasional, Staff Administrasi dan Kepala Bagian Operasional. Selain itu dilakukan in depth interview untuk mengetahui faktor penyebab risiko operasional dengan diagram sebab dan akibat. Data primer tersebut digunakan untuk menganalisis secara deskriptif konsep manajemen risiko yang dilaksanakan di PT. Karisma Teknika dan menganalisis indikator risiko seperti risiko SDM meliputi keselamatan dan kesehatan kerja, pelatihan yang tidak memadai dan aktifitas organisasi. Risiko proses meliputi perencanaan produksi, proses produksi dan pengendalian produksi sedangkan risiko teknologi meliputi Hardware dan Software. Kuesioner menanyakan tentang frekuensi dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko SDM, proses dan teknologi. Kategori dan indikator risiko operasional dapat dilihat pada Tabel 3. Responden diminta untuk menilai terhadap dampak dan frekuensi risiko operasional. Nilai yang diberikan oleh responden yaitu 1 berarti rendah, 2 berarti sedang dan 3 berati tinggi. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.


(46)

Tabel 3. Kategori dan Indikator Risiko Operasional pada PT. Karisma Teknika

NO Kategori Risiko Operasional

Indikator Kuesioner

No. 1.

2.

Risiko SDM

1.1 Keselamatan dan kesehatan kerja

1.2 Pelatihan yang tidak memadai 1.3 Aktifitas organisasi Risiko Proses 2.1Perencanaan produksi

2.2Proses produksi

2.3Pengendalian produksi

-Bahaya bahan kimia terhadap proses produksi.

-Karyawan mengabaikan keselamatn dan kesehatan kerja

-Pegawai tidak memakai peralatan produksi -Karyawan sakit

-Karyawan tidak adanya motivasi -Kelalaian pekerja

-Tidak melakukan pelatihan

-Terjadinya kesalahan dalam pembuatan produk

-Aktivitas kerja cenderung menurun -Tidak adanya kejujuran

-Tidak tepat waktu.

-Kegagalan perencanaan produksi -Kegagalan komposisi yang tidak sesuai -Bahan baku terlambat

-Persediaan bahan baku habis

-Pemasaran tidak berjalan dengan baik

-Salah mencampurkan bahan baku -Mutu perusahaan tidak baik -Pembuatan produk terlambat -Tidak seuai pesanan

-Pemeliharaan mesin tidak diperhatikan -Tidak adanya pelatihan memakai alat-alat

produksi

-Pengendalian tidak terlaksana -PO tidak jelas

-Pengawasan produksi diabaikan

1dan 5

2 dan 6 3 dan 7 4 dan 8 1 dan 5 2 dan 6 3 dan 7 4 dan 8 1 dan 4 2 dan 5 3 dan 6

1dan 6 2 dan 7 3dan 8 4 dan 9 5 dan 10 1 dan 5 2dan 6 3dan 7 4 dan 8 1dan 6 2 dan 7 3 dan 8 4 dan 9 5 dan 10


(47)

Lanjutan Tabel 3.

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia berupa laporan purchase order tahun 2010 yang diterbitkan oleh PT. Karisma Teknika serta bahan lainnya yang relevan dengan penelitian seperti data BPS, koran, laporan penelitian, jurnal.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode non probilitas (non probability sampling). Metode ini merupakan teknik yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik sampling yang digunakan dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 4 ( empat ) orang yaitu Direktur, Manager opeasional, Staff administrasi dan kepala bagian operasional. Sampel ini diambil berdasarkan pertimbangan bahwa sampel tersebut merupakan orang yang ahli dalam bidang operasional. No. 3. Kategori Risiko Operasional Risiko teknologi 3.1 Hardware 3.2 Software Indikator

- Alat-alat produksi yang digunakan usang - Komputer rusak

- Kekurangan alat produksi - Alat produksi hilang

- Transaksi biaya terlambat

- Sistem tidak berjalan dengan aturan - Sistem informasi tidak optimal

- Adanya penumpukan barang pada gudang penanganan

Kuesioner No. 1 dan 5 4dan 6 5dan 7 6dan 8

1 dan 5 2 dan 6 3 dan 7 4 dan 8


(48)

3.6.Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik Deskriptif dan cause and effect diagram. Statistik deskriptif yang juga disebut statistik deduktif, yaitu statistik yang hanya menggambarkan dan menganalisa data yang ada tanpa menarik kesimpulan atau tujuan lain lebih lanjut. Penyajian datanya dapat dalam bentuk tabel, grafik dan sebagainya. Rata-rata Geometrik (Geometric Mean) yaitu rata-rata geometrik digunakan untuk menghitung rata-rata laju pertumbuhan (growth rate), misalnya : pertumbuhan penduduk, penjualan, tingkat bunga.

G

n

x

x

x

  

x

n

1 2 3 ……….. (1)

Di mana G : rata-rata geometrik

xi : data ke-i

n : banyak data

Cause and effect diagram sering juga disebut diagram tulang ikan (fishbone diagram) adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaia dan kesejangan yang terjadi. Diagram ini dapat digunakan dalam situai dimana : (1). Terdapat pertemuan diskusi dengan menggunakan brainstorming untuk mengidentifikasi mengapa suatu masalah terjadi, (2). Diperlukan analisis lebih terperinci teradap suatu masalah dan (3). Terdapat kesulitan untuk memisalan penyebab dari akibat. (Nasution, 2004).


(49)

Sumber Daya Manusia Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan yang tidak memadai

Aktifitas organisasi

Perencanaan produksi Hardware

Proses Produksi Software

Pengendalian produksi

Risiko Proses Risiko Teknologi

Gambar 7. Sebab dan akibat Diagram (Nasution, 2004)

Terjadinya Risiko Operasional


(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Karisma Teknika merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kimia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 15 April 2004. Perusahaan ini dirintis oleh alumni Fakultas Kimia Universitas Sriwijaya, yaitu Moh. Bima Aprilrianto. Berawal dari ide untuk menjual produk-produk kimia yang digunakan dalam proses pengecatan maka keinginan yang kuat untuk mempunyai usaha sendiri serta tidak tergantung kepada orang lain menimbulkan tekad yang kuat dari beliau sendiri untuk berwiraswasta. Kegiatan awal yang dilakukan perusahaan tersebut adalah dengan melakukan uji coba produk ke berbagai perusahaan kimia khususnya perusahaan otomotif. Seiring berjalannya waktu, PT. Karisma Teknika mampu melakukan pengembangan produk.

Pada tahun 2005, PT. Karisma Teknika memasarkan beberapa produk unggulan yang dikhususkan untuk proses pengerjaan sampai dengan finishing dalam proses pengecatan. Beberapa perusahaan ternama dalam bidang otomotif dan non otomotif menjadi pelanggan tetap pemakai dari PT. Karisma Teknika hingga saat ini juga melayani jasa perontok cat, jasa pengolahan limbah dan jasa pengolahan air. PT. Karisma Teknika mengutamakan produk unggulan, pengemasan, serta komposisi agar mampu bersaing dengan perusahaan kimia lainnya. Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Karisma Teknika hingga tahun 2010 ini sebanyak 76 produk.

Visi PT. Karisma Teknika adalah untuk meningkatkan produk bahan kimia guna membantu terselenggaranya peningkatan produksi perusahaan otomotif dan non otomotif. Misi Perusahaan :

1. Mengadakan produk kimia yang berkualitas dan aman bagi lingkungan. 2. Meningkatkan kualitas produk, kualitas pelayanan untuk meningkatkan

kepuasan pelanggan dan konsumen.

Struktur organisasi di PT. Karisma Teknika disusun dalam rangka mendukung kegiatan operasional dan meningkatkan efisiensi serta ketahanan menghadapi persaingan perusahaan. Hal tersebut tidak terlepas dengan mutu yang selalu ingin ditingkatkan perusahaan. Setiap jabatan yang ada, terdiri dari


(51)

deskripsi kerja yang meliputi tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan. Bidang kerja pada PT. Karisma Teknika ini, secara garis besar dibagi menjadi tiga bidang, yaitu Manajer Operasional, Administrasi dan Keuangan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Struktur organisasi PT. Karisma Teknika Citeureup-Bogor

Struktur organisasi PT. Karisma Teknika sesuai dengan struktur organisasi secara umum. Fungsi utama dan tanggung jawab direktur :

a. Direktur, fungsi utamanya adalah melakukan kontrol atau pengawasan secara keseluruhan atau aktivitas perusahaan dalam memberikan arahan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kualitas PT. Karisma Teknika. Direktur bertanggung jawab dalam :

- Bertanggung jawab atas aktivitas PT. Karisma Teknika dan melaporkan perkembangan unit PT. Karisma Teknika kepada seluruh pekerja.

- Terjaganya kondisi kerja yang aman dan nyaman di PT. Karisma Teknika. - Terbukanya hubungan kerjasama dengan pihak-pihak luar dalam rangka

mengembangkan usaha PT. Karisma Teknika

- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia PT. Karisma Teknika

b. Manajer Operasional, fungsi utamanya adalah merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan yang meliputi penghimpunan dana dari pihak ketiga dan penyaluran dana yang

Direktur

Keuangan Administrasi

Kepala Bagian Marketing Manajer Operasional


(52)

merupakan kegiatan utama perusahan secara langsung yang berhubungan dengan aktivitas utama dalam upaya mencari target. Manajer operasional bertanggung jawab dalam :

- Tersusunnya sasaran, rencana jangka pendek, jangka panjang, serta proyeksi (finansial dan non finansial) tahunan.

- Tercapainya target yang telah ditetapkan secara keseluruhan . - Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan.

c. Staff Administrasi, fungsi utamanya adalah melakukan pengelolaan pengadministrasian segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas pekerja. Staff administrasi bertanggung jawab dalam :

- Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut dengan surat jalan. - Mengadministrasikan semua surat-surat masuk dan keluar khususnya yang

berkaitan dengan PO (purchase order).

d. Staff Keuangan, fungsi utamanya adalah melakukan pengelolaan keuangan pada

PT. Karisma Teknika secara keseluruhan. Staff keuangan bertanggung jawab dalam:

- Membuat laporan keuangan PT. Karisma Teknika kepada pihak yang berkepentingan.

- Pengarsipan laporan keuangan dan berkas-berkas yang berkaitan secara langsung dengan keuangan.

- Menyiapkan laporan-laporan untuk keperluan analisis keuangan perusahaan

e. Kepala Bagian Operasional, fungsi utamanya merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh rangkaian aktivasi di bidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun eksternal yang dapat meningkatan profesionalisme khususnya dalam pelayanan terhadap pemasok dan pelanggan. Kepala bagian operasional bertanggung jawab dalam - Terselenggaranya pelayanan yang memuaskan (service excellent) kepada

pemasok dan konsumen.

- Terevaluasinya dan terseleksinya seluruh produk-produk yang akan dikirim ke supplier.


(1)

Lanjutan Lampiran 1. IV. Risiko Teknologi

Berikut adalah sumber-sumber risiko teknologi terdiri dari hardware dan software Bapak/ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang terkait dengan penyebab risiko teknologi selama ini di PT. Karisma Teknika.

Dampak :

4.1. Teknologi yang sifatnya Hardware? Menurut Bapak/Ibu :

1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila alat-alat proses produksi yang digunakan usang?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

2. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila komputer rusak? a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila kekurangan alat- alat produksi?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila alat-alat produksi yang digunakan hilang?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

Frekuensi :

4.2. Teknologi yang sifatnya Hardware? Menurut Bapak/Ibu :

5. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila alat-alat proses produksi yang digunakan usang?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila komputer rusak?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

7. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila kekurangan alat- alat produksi?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila alat-alat produksi yang digunakan hilang?


(2)

Lanjutan Lampiran 1. Dampak :

4.3. Teknologi yang Sifatnya Software? Menurut Bapak/Ibu :

1. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila transaksi pembayaran terhambat?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

2. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila sistem informasi tidak berjalan sesuai dengan perarturannya?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

3. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila sistem informasi yang dipakai dalam produksi tidak optimal?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah 4. Bagaimana dampak yang mungkin terjadi bila adanya

penumpukan barang di gudang penanganan? a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

Frekuensi :

4.4. Teknologi yang Sifatnya Software? Menurut Bapak/Ibu :

5. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila transaksi pembayaran terhambat?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

6. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila sistem informasi tidak berjalan sesuai dengan perarturannya?

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

7. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila sistem informasi yang dipakai dalam produksi tidak optimal?

a.Tinggi b. Sedang c. Rendah

8. Seberapa besar frekuensi yang mungkin terjadi bila adanya penumpukan barang di gudang penanganan?


(3)

Lampiran 2. Produk Otomotif

No Nama Customer Nama Barang

1 PT Astra Honda Motor Alsurf 301 N-1

Surfleaner-53S

Paint Kill-102A

Paint Floc-220K

Adjuster-250P

2 PT TVS Motor Company Indonesia Deruster-350B

No Rust Oil-112S

Paint Remover-12S

Paint Kill-102F

Paint Floc-220K

3 PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Cleaner B-12

Ph Adjuster-205

Scale Cleaner 2520

4 PT Yamaha Motor Manufacturing West Java HNO3 68%

HCL 33%

NaOH 40%

Water Adjuster-105B


(4)

Lampiran 3. Produk non Otomotif

No Nama Customer Nama Barang

1 CV Karya Hidup Sentosa Paint Kill-120K

Paint Floc-320

Adjuster-89P

2 PT Chitra Prima Unggul Metalcleaner-220DS

Metaliphoz-125S

Activator-140

Surfconditioning-ZP

3 PT Fujisei Plastik Seitek Metalcleaner-120SS

Paint Remover-12S

Paint Kill-301

Caustic Soda

HCL

4 PT Gerak Mitra Tangguh Surfcleaner-53

Alsurf 301 N-1

Paint Remover-12S

5

PT Goodrich Pindad Aeronautical System

Indonesia Electro Polishing-120SS

6 PT Hanyung Fujisei Paint Remover-12H

Adjuster-89P

7 PT Indospray Perkasa Paint Kill-102P

Paint Floc-220K

Adjuster-250P

8 PT Indutrial Chemitomo

Nusantara Paint Remover-40

9 PT Karunia Chandra Lestari Metaliphoz-128 DM

Metaliphoz-128 DR


(5)

Hilube-115K

10 PT Kubota Indonesia Anti Rust Oil-102

Metalcleaner-311WM

11 PT Mada Wikri Tunggal Surfclener-53S

Asam Sulfat

Metaliphoz-125 MR

PT. Metec Semarang Paint Remover-12S

12 Adjuster-140

Activator-460

Lanjutan Lampiran 3

No Nama Customer Nama Barang

13 PT Multi Teknik Primainti Surfcleaner-53

Nox Rust-315

HCL

Blaken

14 PT Panacipta Seinan

Components Surfcleaner-53

Alsurf 301 N-1

Surtec*650

15 PT Panasonic Manufacturing

Indonesia Al Paint Remover-120

16 PT Pentamitra Usindo Metalcleaner

Metaliphoz


(6)

Netralizer

Activator

17 PT PNE Indonesia Paint Remover-12S

18 PT Prolaba Fuyinto Farma Alsurf 301 N-1

Surfcleaner-53

Paint Kill-102A

Paint Floc-220K

Adjuster-250P

19 PT Saneng Industrial PH Paper

Pasivator-K2

20 PT Sanly Industries Paint Kill-12C

Paint Floc-320

Adjuser-89P

21 PT Servvo Fire Indonesia Deruster-350B

Paint Remover-12S

22 PT Takagi Sari Multi Utama Paint Kill-102PT

Paint Floc-220K

Adjuster-250P

23 PT Tehnikal Utama Paint Remover-12S

24 PT Terang Dunia Internusa Flux-40SL