BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, serta tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus
dipenuhi dari luar esensial. Vitamin ini berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit Depkes RI,
2005. Sumber vitamin A bisa didapat dari produk hewani seperti susu, kuning
telur, hati, dan ikan. Sedangkan karoten yang berfungsi sebagai prekursor vitamin A terkandung di dalam buah-buahan dan sayur-sayuran seperti, daun singkong,
daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, dan jeruk. Aktivitas vitamin A
dinyatakan sebagai Retinol Equivalents RE. Satu RE sebanding dengan 3.33 International Unit IU Almatsier, 2004.
Menurut Tan KP 2008 dalam Eledrisi 2012 kadar vitamin A yang direkomendasikan per harinya adalah 5000 International units IU untuk orang
dewasa dan 8000 IU untuk wanita hamil atau menyusui. Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat
gizi yang esensial bagi manusia. Karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus
dipenuhi dari luar. Pada anak balita, KVA Kekurangan Vitamin A akan meningkatkan kesakitan dan kematian, serta mudah terkena penyakit infeksi
seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain
dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan Ilyas, 2008. Adapun alasan mengapa kekurangan vitamin A masih dianggap sebagai
suatu masalah ialah karena penyakit ini masih menjadi salah satu dari empat masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia saat ini. Keempat masalah gizi utama
tersebut antara lain kurang kalori protein dan obesitas masalah gizi ganda,
Universitas Sumatera Utara
kurang vitamin A, gangguan akibat kurang iodium GAKI, dan anemia zat besi. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2010. Di samping itu ada studi
lain yang mengatakan bahwa pengetahuan kebanyakan ibu rumah tangga masih kurang baik mengenai manfaat vitamin A. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh
Helen Keller International Nutrition Bulletin dikatakan bahwa lebih dari 90 ibu- ibu memang pernah mendengar tentang vitamin A. Namun, masih banyak ibu-ibu
yang masih kurang akan kesadaran terhadap target dari suplementasi vitamin A. Ditambah lagi hanya 55 dari ibu-ibu mengetahui bahwa vitamin A baik untuk
kesehatan mata dan 39 dari mereka mengetahui vitamin A mampu meningkatkan derajat kesehatan. Helen Keller International Nutrition Bulletin,
2001. Cakupan suplementasi vitamin A pada anak pra sekolah di Indonesia
sebesar 81,70 dengan jumlah anak pra sekolah yang memperoleh vitamin A sebanyak 15.068.779 anak. Cakupan ini secara nasional sudah memenuhi standar
yaitu 80 sesuai dengan indikator Indonesia Sehat 2010. Namun pada beberapa provinsi cakupan suplementasi vitamin A-nya masih tergolong rendah. Ditambah
lagi cakupan tahun 2010 merupakan yang paling rendah selama empat tahun terakhir untuk pemberian vitamin A pada anak pra sekolah Profil Kesehatan
Indonesia, 2010. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2010, persentase pemberian
kapsul vitamin A pada anak-anak pra sekolah di Sumatera Utara masih di bawah rata-rata persentase seluruh provinsi di Indonesia. Juga didapati bahwa persentase
pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas di Sumatera Utara merupakan persentase paling rendah di Indonesia Profil Kesehatan Indonesia, 2010.
Berdasarkan data ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa status pemberian kapsul vitamin A baik pada ibu nifas maupun anak pra sekolah di Sumatera Utara masih
tergolong kurang baik. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa pemberian dosis vitamin A yang
terlalu tinggi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan keracunan pada tubuh Kartasapoetra, 2008. Penyebab hipervitaminosis A umumnya dikategorikan
menjadi akut dan kronis. Hipervitaminosis akut terjadi dalam beberapa jam atau
Universitas Sumatera Utara
hari setelah asupan yang sangat besar akibat terapi yang tidak tepat. Dosis toksis diperkirakan adalah sekitar 25.000 IUkg. Hipervitaminosis A kronik muncul
setelah mengonsumsi lebih dari 25.000 IU setiap hari Eledrisi, 2012. Dalam penelitian ini, peneliti memilih Posyandu wilayah kerja Puskesmas
Padang Bulan sebagai lokasi penelitian. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena Puskesmas Padang Bulan merupakan puskesmas yang memiliki posyandu
terbanyak dibanding puskesmas lain yang ada di Dinas Kesehatan Kota Medan. Berdasarkan hasil survei awal peneliti didapati bahwa terdapat 25 posyandu di
wilayah kerja puskesmas ini. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti perlu melakukan
penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang manfaat vitamin A bagi kesehatan mata di posyandu wilayah kerja Puskesmas Padang
Bulan.
1.2. Rumusan Masalah