Sifat – Sifat Dasar Papan Comply Yang Menggunakan Perekat Poliuretan Dan Melamine Formaldehida
(2)
(3)
! "
#
! " !$%"
&
' # ()*+
,**-. $%
/ ( ,0
/ 1 ,0
$% / 1
,0
$% / 1
$ 2
/ 1 $% $ 3
$%
/ 1 .4
$% / 0
'5 $% / 1
6 & 7 /"
$% ' # ()*+ ,**- ,"
$%
-" 0"
(4)
&
$ %
5 ,**)
4 # .
(5)
4 8 . 9
:
. ' 5
;
(6)
,< $ /)+1 . &
4 5 ' .
'
4 .
!4." & = > 3> /))/ /)),
! " ' ,** > 3> /)), /))+
> 4
! >4 " ' 5 . > 3> /))+
,**/
$ ! $ " ' 5 . > 3>
,**/ ,**0 4 ,**0 &
4 6 6 % . ' 5
$ ' 5 ! $'" ,**1
6 6 ,**(
5
' 5
& ; 3 ' 6
$ & 6 6 !6'$# '>4# "
6 ! -6" ' . 6
5 4 5. 6 ? 5 . 6 5 5 5. 6
2 & 4 . 6 & 6 ?
# ,**< 4 ,**+ . > 4
$ ' ' $ &
.
% . ' 5
9 ! " # $ #% &#%%'# ( # &!&(
)* '!& # + # &* , #& )!, *+&- + . & ' $
(7)
/
7
/ ' $ 8 $ $
, ' # @ $ ' 5 $ $
- 4 A ' !$ 2 " $%
0 $ . . # . #
3 8 & . % .
( 7 /"
# !> 5 " ," . ' !> . . "
-" $ 3 . !> . " 0" # .
' !> 6 6 "
1 7 $ 2 & $
4 3 > A
< .
+ 4 466 %
) # ' 4 2 & &
/* . 2 //
(8)
6 #%4#2 ' '
#%4#2 4#53>
#%4#2 ?#$5#2 ;
#%4#2 >#$ '2# ;
' 3 #6 > #
# > /
5 4 ,
A $ ,
'' 4' # # 4#.#
# .
-5 > . 5 (
/ > . (
/ / > . (
/ , . . % 1
/ - . # $ <
, 5 +
, / 5 +
, ,
! 5 B 6 ; !5 " )
A /*
''' $34 > ?' 3 3>'4'#
# 4 @ /0
5 # 5 /0
/ # /0
, 5 /0
A . /1
/+ 'C 6# '> # 3$5#6# #
# % . ,0
(9)
, . # ,(
- # ,1
0 4 ,+
( > ,)
5 $ . -*
-* -/
. 4 !.4 " -,
. 4 > ! "
--A . -0
C .3 '$ ># # #2#
# . -<
5 -<
#%4#2 4#.# -+
(10)
6
/ /*
,
' # ()*+7,**- -(
- 2
(11)
PEREKAT BERBASIS KITOSAN
UNTUK PAPAN ISOLASI
PURRY ARTHA KENCANA SINAGA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
RINGKASAN
Purry Artha Kencana Sinaga (E24103070). Perekat Berbasis Kitosan untuk Papan Isolasi. Dibimbing oleh Nyoman Wistara.
Limbah cangkang udang sisa konsumsi masyarakat Indonesia sangat besar. Cangkang udang adalah salah satu sumber potensial kitosan. Kitosan dapat dimanfaatkan sebagai perekat berbagai produk komposit yang diperoleh dengan mengkonversi cangkang udang melalui tahap demineralisasi (M), deproteinasi (P), dan deasetilasi (A). Belum banyak yang meneliti pengaruh tahapan pembuatan kitosan terhadap mutu kitosan untuk bahan dasar perekat alami. Penelitian ini ditujukan untuk menentukan prosedur produksi yang dapat menghasilkan kitosan dengan sifat perekatan yang baik. Kitosan ini diterapkan pada pembuatan papan isolasi dari pulp jerami padi dengan tujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekaniknya.
Pembuatan kitosan melibatkan proses demineralisasi (M), deproteinasi (P), dan deasetilasi (A). Proses M, P, dan A berturut-turut menggunakan larutan kimia HCl 1N, NaOH 3.5% dan NaOH 50%. Nisbah larutan kimia dengan serbuk cangkang udang dalam proses M, P, dan A masing-masing adalah 10/1, 6/1, 20/1. Campuran serbuk cangkang udang dengan larutan kimia dalam proses M dan P dipanaskan dengan suhu 90º C selama 1 jam dan proses A pada suhu 120-140º C selama 90 menit, kemudian dilakukan penyaringan, pencucian dengan air, dan pengeringan dalam oven 80º C selama 24 jam. Pengujian derajat deasetilasi kitosan menggunakan FTIR spectroscopy. Pulp jerami dibuat dengan proses soda panas dengan L/W = 4, 12% NaOH, suhu 100 oC selama 14-18 menit. Papan isolasi berukuran 30x30x1 cm dengan kerapatan sasaran 0.35 g/cm3 dibuat dengan proses basah. Sifat-sifat papan isolasi diuji dengan standar JIS A 5905 2003. Modifikasi tahapan proses produksi kitosan adalah MPA, MAP, PAM, PMA, APM, dan AMP.
Kadar air kitosan hasil penelitian ini kurang dai 10% sehingga memenuhi persyaratan Protan Laboratories. Berbeda dengan derajat deasetilasi (DD) dan viskositas, kadar air tidak dipengaruhi oleh protokol produksinya. DD hasil penelitian ini sangat rendah (dibawah 50%), yang menunjukkan bahwa mutu kitosan yang dihasilkan sangat rendah. Perlakuan basa secara berurutan (PA atau AP) cenderung menurunkan nilai viskositas. Kecuali daya serap air, semua sifat papan isolasi dari jerami padi ini tidak dipengaruhi oleh protokol produksi dan konsentrasi kitosan yang dipergunakan. DD kitosan yang rendah kemungkinan menjadi sebab tidak nyatanya pengaruh konsentrasi kitosan terhadap sifat-sifat papan isolasi ini. Produksi kitosan yang diawali oleh prosedur M cenderung menyebabkan pengembangan tebal papan isolasi yang tinggi. Kadar air, kerapatan, dan konduktivitas panas papan isolasi telah memenuhi standar JIS A 5905 : 2003, tetapi pengembangan tebal dan MOR belum memenuhi standar ini.
(13)
PEREKAT BERBASIS KITOSAN
UNTUK PAPAN ISOLASI
Purry Artha Kencana Sinaga E24103070
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(14)
Judul Penelitian : Perekat Berbasis Kitosan untuk Papan Isolasi
Nama : Purry Artha Kencana Sinaga
NRP : E24103070
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Nyoman Wistara, Ph.D NIP. 131849387
Mengetahui:
Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131578788
(15)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perekat Berbasis Kitosan Untuk Papan Isolasi adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2009
Purry Artha Kencana Sinaga E24103070
(16)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Agustus 1985 di Bogor, Jawa Barat, sebagai anak kedua dari dua bersaudara keluarga Didin Sinaga dan Srie Wahyuni Kurniasih.
Pendidikan dasar penulis dimulai tahun 1991 di SD Negeri Taman Pagelaran Ciomas, Bogor. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Bogor dan lulus pada tahun 2000. kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan memilih Departemen Teknologi Hasil Hutan dengan Sub Program Studi Pengolahan Hasil Hutan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai anggota Departemen Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) pada tahun 2005. Penulis juga pernah aktif sebagai anggota tim voli Fakultas Kehutanan pada Olimpiade Mahasiswa IPB dan membawa Departemen Teknologi Hasil Hutan sebagai juara ke-2 cabang olahraga voli putri pada kejuaraan Forester Cup tahun 2005.
Penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Kamojang - Sancang, Garut dan KPH Kuningan, Jawa Barat pada tahun 2006 serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di CV. Karya Mina Putra, Rembang Jawa Tengah pada tahun 2007.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dengan judul PEREKAT BERBASIS KITOSAN UNTUK PAPAN ISOLASI dibimbing oleh Nyoman Wistara, PhD.
(17)
i
KATA PENGANTAR
Penelitian ini memberikan alternatif pemanfaatan limbah cangkang udang sisa konsumsi masyarakat Indonesia yang berjumlah sangat besar. Pemanfaatan limbah ini berlatarbelakang efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan pencarian bahan alternatif untuk kayu sebagai bahan baku papan komposit bermutu tinggi.
Penulis bersyukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada keluarga penulis atas dukungan moril, doa, dan curahan kasih sayang yang tiada berkesudahan. Rasa terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada Bapak Nyoman Wistara, Ph.D atas kesabaran dan keikhlasannya dalam membimbing penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Penulis tidak akan melupakan kontribusi yang sangat berharga dari staf laboratorium Kimia Hasil Hutan (Bapak Supriatin dan Bapak Gunawan), teman-teman (Ike, Tya, Welly, Eka, Cecep, Hotman, Gokma, Hanif, Edo, Meita, Adi dan Bayu Andika Pratama) dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam merealisasikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan limpahan rahmat-Nya dan membalas kebaikan mereka yang berjasa dalam penyelesaian studi penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, Penulis berharap semoga hasil yang tertuang dalam tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2009
(18)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan Penelitian 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Isolasi Limbah Udang 6
3.2. Pembuatan Papan Isolasi 7
3.3. Pengujian Kitosan 9
3.4. Pengujian Papan Isolasi. 10
3.5. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Kitosan 14
4.2. Sifat Papan Isolasi 17
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 24
5.2. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 28
(19)
iii
No. Teks Halaman
1. Struktur Kitin 3
2. Struktur Kitosan 4
3. Diagram Proses Pembuatan Kitosan 6
4. Diagram Proses Pembuatan Papan Isolasi 8
5. Skema Pembuatan Contoh Uji Papan Isolasi 11
6. Derajat Deasetilasi dan Kadar Air Kitosan dari Beragam Protokol Produksi
(20)
iv
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Viskositas Kitosan Hasil Beragam Protokol Proses Produksi 17
2. Hasil Rata-rata Pengujian Sifat-sifat Papan Isolasi dari Jerami Padi
(21)
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Kadar Air, Derajat Deasetilasi, Viskositas, dan Rendemen Kitosan
29
2. Kualitas Standar Kitosan menurut Protan Laboratories Inc 30
3. Hasil Pengujian Papan Isolasi dari Jerami Padi 31
4. FTIR Kitosan 32
5. Analisis Keragaman Kadar Air Kitosan 35
6. Analisis Keragaman Viskositas Kitosan 36
7. Analisis Keragaman Kadar Air Papan Isolasi 37
8. Analisis Keragaman Kerapatan Papan Isolasi 38
9. Analisis Keragaman Pengembangan Tebal Papan Isolasi 39
10. Analisis Keragaman dan Uji Lanjut Duncan Daya Serap Air Papan Isolasi
40
11. Analisis Keragaman MOE Papan Isolasi 41
12. Analisis Keragaman MOR Papan Isolasi 42
13. Analisis Keragaman Konduktivitas Panas Papan Isolasi 43
(22)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas dan potensial, tetapi belum semuanya dapat dimanfaatkan secara optimal. Udang merupakan contoh hasil perikanan yang pemanfaatannya masih bisa ditingkatkan. Produksi udang Indonesia tahun 2003 mencapai 191643 ton. Konsumsi udang tersebut menyisakan limbah dalam jumlah besar yaitu 40-60% (Wibowo 2006).
Udang termasuk ke dalam kelompok hewan invertebrata laut
Crustaceae. Cangkang Crustaceae mengandung kitin dengan kadar berkisar dari 20-60% (Rochima 2005). Kitin merupakan polimer alami tidak larut air kedua terbanyak setelah selulosa. Dalam bidang pertanian kitin telah pula dimanfaatkan untuk melindungi tanaman dari serangan cendawan.
Kitosan, yang merupakan polimer alam turunan kitin, memiliki manfaat lebih besar dari pada kitin. Kitosan merupakan polimer D-glukosamin hasil deasetilasi kitin yang bermuatan positif dan larut dalam asam lemah. Manfaat komersial kitosan banyak ditemui dalam industri pertanian, pangan, kosmetik, farmasi, perekat alami kualitas tinggi dan zat warna industri kertas, tekstil, dan pulp.
Proses produksi kitosan dapat dilakukan secara kimiawi maupun enzimatis. Tahapan yang dilalui dalam proses produksi kitosan meliputi demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Proses deasetilasi kitin menjadi kitosan menggunakan alkali kuat dengan suhu tinggi.
Beberapa prosedur telah dilakukan dalam pembuatan kitosan dari cangkang udang. Telah ditemukan bahwa karakteristik fisika-kimia kitosan bergantung pada jenis bahan baku dan metode persiapan produksi (Kim 2004). No et al.(2002) dalam Kim (2004) menyebutkan bahwa penghilangan tahap deproteinasi (P) menghasilkan kitosan berderajat deasetilasi rendah dengan viskositas yang tinggi. Derajat deasetilasi merupakan faktor yang menjadi dasar aplikasi kitin dan kitosan dalam industri. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian tentang efek dari protokol produksi kitosan terhadap
(23)
2
viskositas dan derajat deasetilasi kitosan. Sifat kitosan yang dihasilkan dari variasi prosedur pembuatan kitosan dapat dilihat dari mutu produk dimana kitosan diaplikasikan. Di dalam penelitian ini, sifat-sifat tersebut akan dilihat pada aplikasi kitosan dalam pembuatan papan isolasi berbahan dasar jerami padi.
1.2Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh variasi tahapan proses produksi kitosan (demineralisasi, deproteinasi, deasetilasi) terhadap sifat-sifat kitosan. Sifat perekatan kitosan dalam papan isolasi juga akan ditentukan dalam penelitian ini.
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kitin dapat diperoleh dari kerangka hewan invertebrata kelompok
Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, Crustaceae sp dan beberapa kelompok jamur. Sumber utama kitin dewasa ini adalah cangkang udang, lobster dan kepiting dari kelompok Crustaceae sp. Ketersediaan cangkang udang sebagai sumber kitosan cukup banyak dan tersebar di Indonesia.
Kitin merupakan polimer alami tidak larut air berstruktur 2-asetamida-2-dioksi-β-D-Glukosa dengan ikatan antar unit berupa ikatan β-glikosidik (1,4) seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. Perbedaan antara kitin dan selulosa hanya terletak pada gugus fungsional atom C-2, dimana gugus hidroksil (OH) pada selulosa digantikan oleh gugus asetamin (NHCOCH3) pada kitin (Setyadi 2006).
Gambar 1. Struktur kitin.
Deasetilasi kitin akan menghasilkan kitosan ((1-4)-2-amino-2-β -D-glukosa) dengan struktur seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Kitosan tidak beracun dan tidak larut air, basa pekat, alkohol dan aseton, tetapi larut dalam asam organik encer seperti asam asetat (Alamsyah 2006). Karena sifatnya yang tidak beracun maka kitosan dapat dimanfaatkan pada industri pangan yaitu sebagai bahan pengawet makanan, antioksidan, dan penjernih pada produk minuman. Selain itu kitosan banyak diaplikasikan sebagai pangan fungsional karena dapat berfungsi sebagai serat makanan, penurun kadar kolesterol (Suptijah 2006). Kitosan telah dimanfaatkan oleh industri untuk perekat kualitas tinggi, pemurnian
(25)
4
air minum (memiliki daya koagulasi), meningkatkan zat warna dalam industri kertas, tekstil dan pulp (Alamsyah 2001).
Gambar 2. Struktur kitosan.
Salah satu parameter penting kitosan adalah derajat deasetilasinya (DD). Nilai DD kitosan menunjukkan tingkat kehilangan gugus asetil dari kitin (Suhartono 1989). Kitosan yang baik adalah kitosan dengan DD yang tinggi. Nilai derajat deasetilasi kitosan ini dipengaruhi konsentrasi NaOH (Kim 2004) dan suhu proses (Odote et al. 2005).
Kitosan dapat dimanfaatkan untuk perekat kualitas tinggi bagi beragam jenis produk. Sifat perekatannya kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu papan isolasi dari jerami padi.
Padi termasuk jenis oryza dari keluarga rumput-rumputan (Gramineae). Pemanenan padi dapat dilakukan tiap tahun dan menghasilkan limbah berupa jerami. Jerami merupakan tanaman pertanian yang bersifat elastis, berbentuk seperti tabung dan tiap-tiap ruas dihubungkan dengan buku-buku. Meskipun kandungan selulosa padi tergolong rendah, tetapi holoselulosa totalnya setara dengan kandungan holoselulosa kayu (Baskoro 1986). Kadar hemiselulosa dan kadar abu jerami lebih tinggi dibandingkan dengan kayu daun jarum, tetapi kadar ligninnya lebih rendah (Rowell 1997 dalam Summers 2000). Dimensi serat jerami secara umum menyerupai dimensi serat kayu daun lebar. Rials dan Wolcott (1997) dalam Rowell et al. (1997) mengatakan bahwa serat jerami memiliki panjang 0.65-3.48 mm dan diameter 5-14 mm. Untuk keperluan produk biokomposit, jerami perlu ditangani secara hati-hati, terutama berhubungan dengan kadar airnya yang tinggi. Jerami segar berkadar air 150%-250% dan perlu diturunkan dibawah 17% agar terhindar dari proses pembusukan selama
(26)
5
penyimpanan (Summers 2000). Karena komposisi kimia dan strukturnya yang heterogen, maka jerami adalah bahan baku ideal untuk papan komposit. Penggunaan jerami sebagai campuran bambu untuk MDF telah terbukti menghasilkan sifat kekuatan sesuai dengan standar ANSI-1985 (Hiziroglu et al.
(27)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Pembuatan Kitosan
Proses isolasi kitosan dari kulit udang terdiri dari 3 tahap yaitu demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Secara umum prosedur pembuatan kitosan diperlihatkan oleh Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Proses Pembuatan Kitosan
(28)
7
Pembuatan kitosan diawali dengan pembuatan kitin. Dalam pembuatan kitin, demineralisasi dilakukan dengan cara mencampur serbuk kulit udang yang telah dikeringkan selama 2 hari dengan HCl 1N. Perbandingan antara pelarut dan kulit udang adalah 10:1. Campuran kemudian dipanaskan diatas penangas elektrik pada suhu 900 C selama 1 jam. Residu berupa padatan kemudian dicuci dengan air, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 800 C selama 24 jam.
Deproteinasi dilakukan dengan cara mencampur kulit udang yang telah didemineralisasi (residu berupa padatan yang telah kering) dengan NaOH 3,5 %. Perbandingan antara pelarut dan kulit udang adalah 6:1, selanjutnya dipanaskan pada suhu 900 C selama 1 jam. Kemudian larutan didinginkan dan disaring sehingga didapatkan residu berupa padatan. Residu ini selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan pada suhu 800 C selama 24 jam. Padatan tersebut kemudian dinamakan kitin.
Kitosan diperoleh dari deasetilasi kitin dengan NaOH pekat 50%. Perbandingan antara pelarut (NaOH 50%) dan kitin adalah 20:1 Campuran kemudian dipanaskan pada suhu 120-140 0C selama 90 menit dan selanjutnya disaring. Padatan yang diperoleh kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan dalam oven pada suhu 800 C selama 24 jam. Kitosan disimpan dalam kantong plastik pada suhu kamar.
Dalam penelitian ini dilakukan enam (6) jenis variasi tahapan demineralisasi (M), deproteinasi (P) dan Deasetilasi (A). Keenam variasi tahapan tersebut adalah MPA, MAP, PAM, PMA, APM, dan AMP.
3.2. Pembuatan Papan Isolasi
Pembuatan papan isolasi dari jerami padi diawali dengan membersihkan jerami dari kotoran, dan kemudian memotongnya dengan ukuran panjang sekitar 5 cm. Potongan jerami ini dibiarkan beberapa waktu hingga mencapai kadar air kering udara. Diagram alir prosedur pembuatan papan isolasi ditunjukkan oleh Gambar 4.
(29)
8
Gambar 4. Diagram Proses Pembuatan Papan Isolasi
Pulp jerami dibuat dengan menggunakan proses soda panas terbuka. Larutan pemasak yang digunakan ialah NaOH dengan kadar 12% (sebagai NaOH) dengan L/W = 4/1, waktu pemasakan selama 14-18 menit dan suhu 100 oC.
Pemasakan dilakukan dengan menggunakan ketel pemasak. Setelah selesai pemasakan, serpih yang telah lunak dicuci dengan air bersih hingga bebas bahan kimia. Kadar air pulp ditentukan berdasarkan berat kering tanur.
Papan isolasi dibuat dengan target kerapatan 0,35 g/cm3 dan ukuran papan 30 cm x 30 cm x 1 cm. Dalam pembuatan papan isolasi, keterbatasan jumlah kitosan menyebabkan kitosan dengan prosedur awal yang sama
Suhu 100°C 14-18 menit
(30)
9
digabungkan menjadi satu. Sehingga diperoleh kitosan DM (MPA + MAP), DP (PMA + PAM) dan DA (APM + AMP). Sebanyak 225 ml kitosan yang sebelumnya telah dilarutkan dalam asam asetat (CH3COOH) 2 %
ditambahkan sebagai perekat papan isolasi. Kadar kitosan yang digunakan adalah 2% dan 4% dari berat kering oven pulp.
Pembentukan lembaran dilakukan dengan proses basah menggunakan
deckle box, dilanjutkan dengan pengempaan dingin lalu pengempaan panas
pada suhu 1200 C selama 1 jam. Lembaran papan kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 500 C selama 24 jam. Sebelum sifat-sifat papan diuji, lembaran papan dikondisikan pada ruang bersuhu dan berkelembaban tertentu.
3.3. Pengujian Kitosan
Kadar air kitosan ditentukan dengan mengeringkan 2 gram kitosan di dalam oven pada suhu 1050 C. Pengeringan dilakukan sampai diperoleh berat kering yang konstan. Kemudian kadar air dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
a - b
Kadar air (%) = x 100% c
dimana : a = berat wadah dan sampel awal (gr)
b = berat wadah dan sampel setelah dikeringkan (gr) c = berat sampel (gr)
Metode KBr digunakan untuk analisis menggunakan FTIR (Fourier
Transformed Infrared Spectroscopy) yaitu dengan menggerus halus 2 mg
kitosan dicampur dengan 100 mg KBr. Campuran ini dibuat pelet, kemudian dibaca, Serapan sampel diukur pada panjang gelombang 4000 cm-1 sampai dengan 400 cm-1. Derajat deasetilasi kitosan ditentukan dengan metode base line menggunakan FTIR. Puncak serapan tertinggi dicatat dan diukur dari garis dasar yang dipilih. Nilai serapan dihitung dengan rumus :
(31)
10
P P Log
A 0
Dimana P0 adalah jarak antara garis dasar terpilih dan garis singgung.
Sedangkan P adalah jarak antara garis dasar terpilih dan lembah.
Derajat deasetilasi ditunjukkan oleh nilai N-deasetilasi yang dihitung berdasarkan serapan pada frekuensi 1655 cm-1 dan 3450 cm-1. Nilai N-deasetilasi sempurna (100%) memiliki nisbah antara serapan frekuensi 1655 cm-1dan 3450 cm-1 sebesar 1.33. Derajat N-deasetilasi dihitung menggunakan rumus berikut: % 100 33 . 1 1 1 3450
1655 x x
A A A
Viskositas larutan kitosan diukur dengan menggunakan viskosimeter
brookfield. Viskosimeter dikalibrasi terlebih dahulu sebelum melakukan
pengukuran. Untuk mengukur viskositas, 2 gram kitosan dilarutkan dalam asam asetat 2% dan suhu larutan diturunkan menjadi 25 oC. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan spindel 2 pada kecepatan 30 rpm. Pembacaan (skala 10-100) dilakukan setelah 6 kali putaran penuh. Untuk mendapatkan satuan centipoise (cps), hasil pembacaan dengan spindel 2 digandakan 40 kali.
3.4. Pengujian Papan Isolasi
Pengujian sifat papan isolasi dilakukan dengan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat yang diuji meliputi meliputi kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, daya serap air, modulus patah (MOR), modulus elastisitas (MOE), koefisien absorpsi suara, dan konduktivitas panas. Kerapatan, pengembangan tebal, daya serap air, MOE, dan MOR dari papan isolasi ditentukan dengan mengikuti prosedur standar JIS A 5905 : 2003. Gambar 5 menunjukkan skema pembuatan contoh uji menurut JIS A 5905 : 2003.
(32)
11
Gambar 5. Skema pembuatan contoh uji papan isolasi (JIS A 5905 : 2003)
Pengujian konduktivitas panas dilakukan dengan menggunakan alat
thermal conductivity meter merk Khemiterm. Nilai yang diukur adalah nilai
konduktivitas panas (k). Nilai resistensi panas kemudian dihitung menggunakan rumus :
k x W K m
Rf( 2. / )
Dimana : Rf = faktor R (resistensi dalam 1m2 luas bahan)
k = konduktivitas panas (W/m.K) ∆x = tebal sampel (mm)
Absorpsi suara ditentukan dengan mengukur intensitas gelombang suara dengan detektor suara pada frekuensi 1000 Hz. Intesitas yang dicatat adalah intensitas tanpa penghalang (I0) dan intensitas dengan penghalang
sampel papan isolasi (It). Nilai pengukuran berupa nilai amplitudo dalam
(33)
12
pengetahuan nilai pancaran (T) dan nilai serapan (A), yang dihitung menggunakan rumus:
0
I I
T t dan
T Log
A 101
Selanjutnya koefisien absorbsi suara dihitung menggunakan rumus
x A 3026 ,
2 , dimana , A dan x masing-masing adalah nilai koefisien
absorpsi suara, serapan dan ketebalan sampel (mm).
3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik
Penelitan ini menggunakan RAL faktorial dengan dua ulangan dan penggabungan dua faktor. Faktor pertama adalah protokol produksi kitosan dengan tiga perlakuan (MPA+MAP), (PAM+PMA), dan (APM+AMP) dan faktor kedua adalah konsentrasi kitosan (2% dan 4%). Sehingga disebut dengan percobaan faktorial 3 x 2 dengan dua kali ulangan. Model matematikanya adalah :
RAL :
Yij = µ + αi+ εij
Yij = nilai pengamatan ulangan ke-j dari perlakuan ke-i
µ = nilai tengah
αi = pengaruh protokol produksi kitosan dari perlakuan ke-i
εij = galat percobaan
RAL faktorial :
Yijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij + εijk
Yijk = nilai pengamatan ulangan ke-k dari perlakuan ke-i dan perlakuan
ke-j
µ = nilai tengah
αi = pengaruh protokol produksi kitosan dari perlakuan ke-i
βj = pengaruh konsentrasi kitosan dari perlakuan ke-j
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara protokol produksi kitosan perlakuan ke-i dan konsentraske-i kke-itosan perlakuan ke-j
(34)
13
Jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka perlakuan tidak berpengaruh nyata pada suatu tingkat kepercayaan tertentu. Sedangkan jika F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka perlakuan berpengaruh nyata dan menimbulkan perbedaan-perbedaan pada suatu tingkat kepercayaan tertentu. Perbedaan terhadap respon ditentukan dengan uji lanjut beda rata-rata Duncan.
(35)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Kitosan
Rendemen rata-rata kitosan yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar dari 13.27% hingga 26.33%, Lampiran 1 memuat informasi lebih lengkap tentang rendemen ini. Perlakuan PMA memiliki rendemen tertinggi yaitu 26.33% dan rendemen kitosan terendah diperoleh dengan perlakuan APM, yaitu sebesar 13.27%. Kim (2004) menemukan bahwa rendemen kitosan hasil penelitiannya berada di angka 0.34% hingga 18.8%. Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa proses produksi kitosan yang diawali dengan deasetilasi (A) menghasilkan kitosan dengan rendemen yang sangat rendah jika dibandingkan dengan kitosan lainnya.
Kadar air kitosan hasil penelitian ini berkisar dari 3.12% hingga 8.75%. Nilai ini sesuai dengan temuan Kim (2004) dan memenuhi standar mutu kitosan Protan Laboratorium yang mensyaratkan kadar air kurang dari 10%.
Hasil analisis keragaman (Lampiran 5) menunjukkan bahwa protokol produksi pada pembuatan kitosan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air. Dengan demikian, terdapat keseragaman kadar air kitosan yang dihasilkan. Sifat dwikutub kitosan kemungkinan menentukan kecenderungannya untuk mengikat air. Gugus karboksilat membuat kitosan berkutub negatif (Hardjito 2006), yang dapat menyebabkan kitosan memiliki afinitas tinggi terhadap air. Selain itu, derajat deasetilasi (DD) mempengaruhi kapasitas serapan air kitosan. Penyerapan air meningkat dengan meningkatnya derajat deasetilasi akibat meningkatnya gugus hidroksil kitosan (Robert 1992 dan Chandit et al.
1998 dalam Odote 2005). Tetapi Gambar 6 yang merupakan tabulasi hasil penelitian ini menunjukkan hal sebaliknya. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh derajat deasetilasi yang terlalu rendah untuk memberikan pengaruh perbedaan daya serap air.
(36)
15
Gambar 6. Derajat deasetilasi dan kadar air kitosan dari beragam protokol produksi.
Nilai derajat deasetilasi (DD) kitosan hasil penelitian ini berkisar dari 39.29% hingga 45.80%. Protokol produksi MAP memiliki nilai DD tertinggi (45.80%), diikuti protokol APM, MPA, PMA, PAM, dan AMP masing-masing sebesar 45.75%, 44.76%, 40.25%, 39.95%, dan 39.29%. Derajat deasetilasi hasil penelitian ini jauh dibawah nilai minimum 70% seperti disyaratkan oleh Protan Laboratorium. Wibowo (2006) juga menyatakan bahwa kitosan adalah kitin dengan derajat deasetilasi minimum 55%-65%. Derajat deasetilasi merupakan parameter mutu kitosan, dengan demikian kitosan yang diperoleh dalam penelitian ini bermutu sangat rendah atau masih mendekati kitin.
Derajat deasetilasi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan NaOH dan waktu reaksinya. Larutan NaOH yang dipergunakan dalam tahap deasetilasi kitin berfungsi memutuskan ikatan antara gugus karboksil dan atom nitrogen kitin (Angka dan Suhartono 2000). Demineralisasi dengan asam encer (Hardjito 2006) nampaknya cenderung memberikan DD yang lebih tinggi (Gambar 6). DD sangat bergantung pada suhu dan lama proses deasetilasi. Derajat deasetilasi kitosan kepiting dan udang meningkat dengan meningkatnya waktu dan suhu deasetilasi (Odote et al. 2005). Peneliti ini menggunakan waktu deasetilasi 3 – 8 jam untuk memperoleh kitosan dengan nilai DD yang tinggi. Dengan demikian, nilai DD cangkang udang yang
(37)
16
diperoleh dalam penelitian ini kemungkinan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan waktu deasetilasi. Selain itu, metode pengukuran juga dilaporkan menentukan tinggi-rendahnya nilai DD (Khan et al. 2002 dalam Kim 2004).
Protokol produksi kitosan berpengaruh nyata terhadap viskositas. Nilai viskositas kitosan hasil penelitian ini berkisar dari 120 cps sampai dengan 17200 cps (Lampiran 1). Protan Laboratorium, menggolongkan viskositas menjadi empat (4) kelompok, yaitu viskositas rendah (< 200 cps), viskositas sedang (200-799 cps), viskositas tinggi (800-2000 cps), dan viskositas sangat tinggi (> 2000 cps). Perlakuan PAM memiliki viskositas terendah yaitu 140 cps dan viskositas tertinggi diperoleh dengan perlakuan AMP, yaitu sebesar 17.180 cps. Pada protokol produksi PAM, tahap pertamanya adalah deproteinasi kitosan dengan 3,5% NaOH dan diakhiri dengan tahap demineralisasi. Beberapa hasil peneliti sebelumnya menunjukkan pengaruh demineralisasi yang berbeda terhadap viskositas atau berat molekul kitosan. Odote et al. (2005) mengemukakan bahwa demineralisasi dengan asam mineral (HCl), terutama pada konsentrasi yang lebih tinggi, dapat menurunkan viskositas. Tetapi Kim (2004) menyatakan bahwa penghilangan tahap demineralisasi justru dapat menurunkan nilai viskositas kitosan.
Hasil penelitian ini (Tabel 1) menunjukkan kecenderungan menurunnya viskositas kitosan dengan adanya perlakuan basa secara berurutan (PA atau AP). Dari dua urutan ini, urutan PA memiliki pengaruh lebih besar dalam menurunkan viskositas kitosan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh efek pengembangan struktur kitin oleh NaOH encer pada tahap deproteinasi. Struktur yang telah terkembang ini akan dengan mudah terdegradasi oleh alkali pekat (50%) saat proses deasetilasi (A). Kitosan memiliki struktur serupa selulosa, sehingga sangat rentan terhadap alkali (Sjostrom 1993).
(38)
17
Tabel 1. Viskositas kitosan hasil beragam protokol proses produksi
4.2. Sifat Papan Isolasi
Sifat papan isolasi diuji mengikuti prosedur standar JIS A 5905 2003, dan nilai rata-ratanya tertera di dalam Tabel 2. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa protokol produksi kitosan hanya berpengaruh nyata terhadap daya serap air papan isolasi.
Tabel 2. Hasil rata-rata pengujian sifat-sifat papan isolasi dari jerami padi
Protokol Produksi Viskositas (cps)
MPA 280 PMA 860 MAP 540 AMP 17180 PAM 140 APM 340 Sifat Papan Isolasi
DM DP DA
2% 4% 2% 4% 2% 4%
Kadar Air (%) 7.07 7.48 7.47 6.98 7.80 6.96
Kerapatan (g/cm3) 0.30 0.30 0.33 0.33 0.35 0.31
Pengembangan
Tebal (%) 20.12 21.43 17.90 19.80 20.38 16.22
Daya Serap Air
(%) 276.11 295.71 227.74 233.22 231.25 244.13
MOR (kg/cm2) 0.0337 0.0022 0.0103 0.0006 0.0043 0.0155
MOE (kg/cm2) 0.0219 0.0286 0.0200 0.0275 0.0271 0.0196
Kondktivitas
Panas (W/m.K) 0.1217 0.1182 0.1095 0.1266 0.1130 0.1208
Koefisien
(39)
18
Kadar air rata-rata papan isolasi berkisar dari 6.96% hingga 7.80% (Lampiran 3) dan memenuhi standar JIS A 5905 : 2003 untuk papan isolasi kelas A yang mensyaratkan kadar air 5% -13%. Papan isolasi hasil penelitian ini memiliki kerapatan rata-rata dari 0.30 gr/cm3 hingga 0.35 gr/cm3, sesuai kerapatan target menurut standar JIS A 5905 : 2003 yaitu kurang dari 0.35 gr/cm3. Pengembangan tebal papan isolasi yang dibuat berkisar dari 16.22% hingga 21.43%, sehingga tidak memenuhi standar JIS A 5905 : 2003 (10%). JIS A 5905 : 2003 tidak memiliki persyaratan daya serap air, MOE, MOR, dan koefisien absorbsi suara. Lampiran 3 menyajikan data tentang sifat-sifat papan isolasi ini. Nilai konduktivitas panas yang ditemukan pada papan isolasi penelitian ini berkisar dari 0.1095 W/m.K hingga 0.1266 W/m.K, memenuhi persyaratan standar JIS A 5905: 2003 (0.0552 W/m.K).
Kemampuan kitosan membentuk gel yang stabil (Suptijah 2006) menyebabkannya berfungsi sebagai perekat di dalam papan isolasi. Fungsinya sebagai perekat diharapkan mampu meningkatkan sifat-sifat papan isolasi melalui peningkatan potensi ikatan antar serat pulp sebagaimana fungsi dari pati tapioka (Tsoumis 1991). Tetapi nilai DD yang sangat rendah diduga menghambat fungsi kitosan sebagai perekat. Kegagalan peningkatan ikatan antar serat oleh kitosan dimanifestasikan oleh tingginya kadar rongga yang berakibat tertampungnya air secara berlebihan (Emilia 2001). Sifat kekuatan yang rendah juga dapat menjadi indikasi rendahnya ikatan antar serat yang merupakan faktor utama sifat kekuatan ini (Scott 1996 dalam Lertsutthiwong
(40)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Semua protokol yang dipergunakan dalam penelitian ini menghasilkan kadar air yang memenuhi standar Protan Laboratorium (kurang dari 10%). Tetapi nilai DD yang dihasilkan jauh dibawah standar (minimum 70%).
Protokol produksi dan konsentrasi kitosan dalam penelitian ini hanya berpengaruh terhadap daya serap air papan isolasi. Namun demikian kadar air, kerapatan, dan konduktivitas panas yang dihasilkan memenuhi standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat lain seperti pengembangan tebal, daya serap air, modulus patah, dan modulus elastisitas belum memenuhi standar JIS A 5905 : 2003.
Kemungkinan DD kitosan yang tinggi akan memperbaiki sifat perekatan kitosan dalam papan isolasi. Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan untuk mencari kondisi demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi kitin yang dapat menghasilkan nilai DD kitosan yang tinggi.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah R. 2001. Karakteristik dan Penerapan Khitin dan Khitosan. Jurnal Teknologi Industri II (2) : 61-68.
Alamsyah R. 2006. Pengembangan Proses Produksi Kitosan Larut Air. Dalam :
Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006 ; Bogor, 16 Maret
2006. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.hlm 41-51.
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. PKSPL - Institut Pertanian Bogor.
Baskoro IBW. 1986. Pengaruh Antrakinon-Soda Terhadap Sifat-Sifat Pulp Ampas
Tebu dan Jerami. [skripsi]. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor.
Emilia T. 2001. Sifat-sifat Papan Insulasi dari Kertas Bekas dan Serat Batang Pisang. [skripsi]. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor.
Hardjito L. 2006. Aplikasi Kitosan Sebagai Bahan Tambahan Makanan dan Pengawet. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006 ;
Bogor, 16 Maret 2006. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. hlm 1-13.
Hiziroglu S, Bauchongkol P, Fueangvivat V, Soontonbura W, dan Jarusombuti S. 2007. Selected Properties of Medium Density Fiberboard (MDF) Panels
Made from Bamboo and Rice Straw. http://industry-news.asp. [11 Maret
2008].
Kim SOF. 2004. Physicochemical and Functional Properties of Crawfish Chitosan as Affected by Different Processing Protocols. [thesis]. Seoul National University.
Lertsutthiwong P, Chandrkrachang S, Stevens WF. 2000. The Effect of the Utilization of Chitosan on Properties of Paper. Journal of Metals, Materials. Vol. 10, No. 1 : 43-52.
Odote PMO, Struszczyk MH, Peter MG. 2005. Characterization of Chitosan from Blowfly Larvae and Some Crustacean Species from Kenyan Marine Waters Prepared Under Different Conditions. Western Indian Ocean J. Mar. Sci. Vol. 4, No. 1: 99-107.
(42)
21
Rials TG, Wolcott MP.1997. Physical and Mechanical Properties of Agro-Based Fibers. Dalam Rowell RM., Young RA, Rowell JK, (eds) Paper and
Composites from Agrobased Resources. CRC Press, Inc.Florida.
Rochima E. 2005. Aplikasi Kitin Deasetilasi Termostabil dari Bacillus papandayan K29-14 asal Kawah Kamojang Jawa Barat pada
Pembuatan Kitosan. [tesis]. Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor.
Setyadi S. 2006. Pengembangan Produksi Kitin Secara Mikrobiologi. Dalam :
Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan ; Bogor 16 Maret 2006.
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. hlm 33-40.
Sjostrom, E. 1993. Wood Chemistry : Fundamentals and Aplications 2nd ed.
Academic Press, Inc. London.
Suhartono MT. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
Summers MD. 2000. Fundamental Properties of Rice Straw in Comparisons with Softwoods.faculty.engineering.ucdavis.edu/jenkins/projects/RiceStraw/R iceStrawDocs/SummersESPM286FinalReport.pdf. [3 Januari 2009] Suptijah P. 2006. Deskripsi Karakteristik Fungsional dan Aplikasi Kitin dan
Kitosan. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006 ; Bogor, 16 Maret 2006. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. hlm 14-24.
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood. Van Nostrand Reinhold. New York.
Wibowo S. 2006. Produksi Kitin Kitosan Secara Komersial. Dalam : Prosiding
Seminar Nasional Kitin-Kitosan 2006 ; Bogor, 16 Maret 2006.
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. hlm 52-64.
(43)
(44)
23
Lampiran 1. Kadar air, derajat deasetilasi, viskositas, dan rendemen kitosan.
Sampel Ulangan Kadar Air (%)
Derajat Deasetilasi (%)
Viskositas (cps)
Rendemen (%)
A 1 6.68 44.76 320 16.30
2 3.12 240 18.05
B 1 6.34 45.81 480 16.34
2 6.25 600 18.42
C 1 8.75 39.94 160 14.98
2 7.83 120 14.33
D 1 5.60 40.25 760 20.77
2 5.11 960 31.88
E 1 5.62 45.75 360 11.85
2 6.73 320 14.68
F 1 5.14 39.29 17160 15.95
(45)
24
Lampiran 2. Kualitas Standar Kitosan menurut Protan Laboratories Inc.
Sumber : Protan Laboratories Inc.
Sifat Kitosan Nilai yang dikehendaki
Ukuran partikel butiran-bubuk
Kadar Air (%) < 10.0
Kadar Abu (%) > 2.0
Derajat Deasetilasi > 70.0
Viskositas
* rendah < 200
*sedang 200-799
* tinggi 800-2000
(46)
25
Lampiran 3. Hasil pengujian papan isolasi dari jerami padi.
Modifikasi proses produksi kitosan
Konsentrasi
perekat (%) Ulangan
Kadar air (%) Kerapatan (g/cm3) Pengembangan tebal (%) Daya serap air (%) MOR (kg/cm2) MOE (kg/cm2) Konduktivitas panas (W/m.K) Koefisien absorpsi suara DM Demineralisasi
2 1 8.65 0.32 23.37 277.168 0.0581 0.0148 0.1224 4.93
2 6.69 0.28 16.87 275.047 0.0092 0.0290 0.1210 1.04
4 1 7.81 0.31 25.00 308.989 0.0023 0.0302 0.1178 2.09
2 7.15 0.29 17.86 282.434 0.0021 0.0269 0.1186 1.38
DP Deproteinasi
2 1 7.49 0.38 21.69 249.029 0.0201 0.0166 0.1045 1.15
2 7.44 0.28 14.10 206.455 0.0005 0.0235 0.1144 2.61
4 1 6.85 0.33 20.78 238.681 0.0149 0.0300 0.1348 2.07
2 7.11 0.32 18.82 227.760 0.0043 0.0250 0.1183 1.93
DA Deasetilasi
2 1 8.69 0.36 20.51 218.166 0.0055 0.0304 0.0980 2.16
2 6.90 0.33 20.24 244.325 0.0030 0.0239 0.1280 3.34
4 1 6.63 0.34 16.47 216.260 0.0209 0.0226 0.1192 1.77
2 7.29 0.28 15.96 271.998 0.0101 0.0166 0.1223 2.60
(47)
26
Lampiran 4. Hasil FTIR kitosan.
FTIR Kitosan A (MPA)
A1655 = 0,4376, A3450 = 0,5956, DD = 44,76% FTIR Kitosan B (MAP)
(48)
27
FTIR Kitosan C (PAM)
A1655 = 0,4082, A3450 = 0,5111, DD = 39,95% FTIR Kitosan D (PMA)
(49)
28
FTIR Kitosan E (APM)
A1655 = 0,3844, A3450 = 0,5328, DD = 45,75% FTIR Kitosan F (AMP)
(50)
29
Lampiran 5. Analisis keragaman kadar air kitosan. ANOVA
KA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 13.605 5 2.721 1.558 .301
Within Groups 10.477 6 1.746
(51)
30
Lampiran 6. Analisis keragaman viskositas kitosan ANOVA
Viskositas
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 468115866
.667 5 93623173.333 17126.190 .000
Within Groups 32800.000 6 5466.667
Total 468148666
.667 11
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Viskositas
Duncan
Modifikasi
N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 1
C 2 140.00
A 2 280.00 280.00
E 2 340.00
B 2 540.00
D 2 860.00
F 2 17180.00
Sig. .107 .448 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
(52)
31
Lampiran 7. Analisis keragaman kadar air papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects FactorsValue Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kadar_air
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 165.128(a) 6 27.521 62.024 .000
Intercept 491.731 1 491.731 1108.195 .000
Protokol .250 2 .125 .281 .761
Konsentrasi .760 1 .760 1.713 .223
Protokol * Konsentrasi .209 2 .104 .235 .795
Error 3.994 9 .444
Total 660.853 16
Corrected Total 169.122 15
(53)
32
Lampiran 8. Analisis keragaman kerapatan papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects FactorsValue Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kerapatan
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .307(a) 6 .051 55.532 .000
Intercept .912 1 .912 988.943 .000
Protokol .002 2 .001 1.093 .376
Konsentrasi .001 1 .001 .578 .466
Protokol * Konsentrasi .001 2 .000 .389 .689
Error .008 9 .001
Total 1.228 16
Corrected Total .316 15
(54)
33
Lampiran 9. Analisis keragaman pengembangan tebal papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects FactorsValue Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Pengembangan_T
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1154.358(a) 6 192.393 22.341 .000
Intercept 3354.437 1 3354.437 389.517 .000
Protokol 13.561 2 6.781 .787 .484
Konsentrasi .298 1 .298 .035 .857
Protokol * Konsentrasi 22.353 2 11.177 1.298 .320
Error 77.506 9 8.612
Total 4586.301 16
Corrected Total 1231.864 15
(55)
34
Lampiran 10. Analisis keragaman dan uji lanjut Duncan daya serap air papan
isolasi.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects FactorsValue Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: DSA
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 197390.996(a
) 6 32898.499 92.060 .000
Intercept 568633.630 1 568633.630 1591.202 .000
Protokol 7266.137 2 3633.068 10.166 .005
Konsentrasi 480.472 1 480.472 1.345 .276
Protokol * Konsentrasi 99.843 2 49.921 .140 .871
Error 3216.249 9 357.361
Total 769240.875 16
Corrected Total 200607.245 15
a R Squared = .984 (Adjusted R Squared = .973)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
DSADuncan
Protokol
N Subset
1 2 3 1
0 4 .00000
DP 4 230.48125
DA 4 237.68725
DM 4 285.90950
Sig. 1.000 .603 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 357.361. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b Alpha = .05.
(56)
35
Lampiran 11. Analisis keragaman MOE papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects FactorsValue Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: MOE
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .002(a) 6 .000 15.771 .000
Intercept .005 1 .005 259.464 .000
Protokol 7.58E-006 2 3.79E-006 .188 .832
Konsentrasi 1.43E-005 1 1.43E-005 .708 .422
Protokol * Konsentrasi .000 2 7.12E-005 3.527 .074
Error .000 9 2.02E-005
Total .007 16
Corrected Total .002 15
(57)
36
Lampiran 12. Analisis keragaman MOR papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects FactorsValue Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: MOR
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .002(a) 6 .000 1.756 .215
Intercept .001 1 .001 8.520 .017
Protokol .000 2 8.56E-005 .512 .616
Konsentrasi .000 1 .000 .871 .375
Protokol * Konsentrasi .001 2 .000 2.901 .107
Error .002 9 .000
Total .005 16
Corrected Total .003 15
(58)
37
Lampiran 13. Analisis keragaman konduktivitas panas papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects FactorsValue Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: KP
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .042(a) 6 .007 99.069 .000
Intercept .126 1 .126 1767.070 .000
Protokol 1.94E-005 2 9.68E-006 .136 .875
Konsentrasi .000 1 .000 2.133 .178
Protokol * Konsentrasi .000 2 .000 1.493 .275
Error .001 9 7.12E-005
Total .169 16
Corrected Total .043 15
(59)
38
Lampiran 14. Analisis keragaman koefisien absorpsi suara papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects FactorsValue Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: AS
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 17.784(a) 6 2.964 2.685 .089
Intercept 45.799 1 45.799 41.492 .000
Protokol .622 2 .311 .282 .761
Konsentrasi .958 1 .958 .868 .376
Protokol * Konsentrasi .938 2 .469 .425 .666
Error 9.934 9 1.104
Total 73.518 16
Corrected Total 27.718 15
a R Squared = .642 (Adjusted R Squared = .403)
(1)
Lampiran 9. Analisis keragaman pengembangan tebal papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Pengembangan_T
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1154.358(a) 6 192.393 22.341 .000 Intercept 3354.437 1 3354.437 389.517 .000 Protokol 13.561 2 6.781 .787 .484 Konsentrasi .298 1 .298 .035 .857 Protokol * Konsentrasi 22.353 2 11.177 1.298 .320
Error 77.506 9 8.612
Total 4586.301 16
Corrected Total 1231.864 15 a R Squared = .937 (Adjusted R Squared = .895)
(2)
Lampiran 10. Analisis keragaman dan uji lanjut Duncan daya serap air papan
isolasi.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: DSA
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 197390.996(a
) 6 32898.499 92.060 .000 Intercept 568633.630 1 568633.630 1591.202 .000 Protokol 7266.137 2 3633.068 10.166 .005 Konsentrasi 480.472 1 480.472 1.345 .276 Protokol * Konsentrasi 99.843 2 49.921 .140 .871
Error 3216.249 9 357.361
Total 769240.875 16
Corrected Total 200607.245 15 a R Squared = .984 (Adjusted R Squared = .973)
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
DSA
Duncan
Protokol
N Subset
1 2 3 1
0 4 .00000
DP 4 230.48125
DA 4 237.68725
DM 4 285.90950
Sig. 1.000 .603 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 357.361. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000. b Alpha = .05.
(3)
Lampiran 11. Analisis keragaman MOE papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: MOE
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .002(a) 6 .000 15.771 .000 Intercept .005 1 .005 259.464 .000 Protokol 7.58E-006 2 3.79E-006 .188 .832 Konsentrasi 1.43E-005 1 1.43E-005 .708 .422 Protokol * Konsentrasi .000 2 7.12E-005 3.527 .074
Error .000 9 2.02E-005
Total .007 16
Corrected Total .002 15
(4)
Lampiran 12. Analisis keragaman MOR papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: MOR
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .002(a) 6 .000 1.756 .215
Intercept .001 1 .001 8.520 .017
Protokol .000 2 8.56E-005 .512 .616 Konsentrasi .000 1 .000 .871 .375 Protokol * Konsentrasi .001 2 .000 2.901 .107
Error .002 9 .000
Total .005 16
Corrected Total .003 15
(5)
Lampiran 13. Analisis keragaman konduktivitas panas papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: KP
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model .042(a) 6 .007 99.069 .000 Intercept .126 1 .126 1767.070 .000 Protokol 1.94E-005 2 9.68E-006 .136 .875 Konsentrasi .000 1 .000 2.133 .178 Protokol * Konsentrasi .000 2 .000 1.493 .275
Error .001 9 7.12E-005
Total .169 16
Corrected Total .043 15
(6)
Lampiran 14. Analisis keragaman koefisien absorpsi suara papan isolasi
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Protokol 0 4
1 DM 4
2 DP 4
3 DA 4
Konsentrasi 0 4
1 2% 6
2 4% 6
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: AS
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 17.784(a) 6 2.964 2.685 .089 Intercept 45.799 1 45.799 41.492 .000
Protokol .622 2 .311 .282 .761
Konsentrasi .958 1 .958 .868 .376 Protokol * Konsentrasi .938 2 .469 .425 .666
Error 9.934 9 1.104
Total 73.518 16
Corrected Total 27.718 15
a R Squared = .642 (Adjusted R Squared = .403)