pengetahuan nilai pancaran T dan nilai serapan A, yang dihitung menggunakan rumus:
I I
T
t
dan
T Log
A 1
10
Selanjutnya koefisien absorbsi suara dihitung menggunakan rumus
x A
3026 ,
2
, dimana , A dan x masing-masing adalah nilai koefisien absorpsi suara, serapan dan ketebalan sampel mm.
3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik
Penelitan ini menggunakan RAL faktorial dengan dua ulangan dan penggabungan dua faktor. Faktor pertama adalah protokol produksi kitosan
dengan tiga perlakuan MPA+MAP, PAM+PMA, dan APM+AMP dan faktor kedua adalah konsentrasi kitosan 2 dan 4. Sehingga disebut
dengan percobaan faktorial 3 x 2 dengan dua kali ulangan. Model matematikanya adalah :
RAL : Y
ij
= µ + α
i
+ ε
ij
Y
ij
= nilai pengamatan ulangan ke-j dari perlakuan ke-i µ
= nilai tengah α
i
= pengaruh protokol produksi kitosan dari perlakuan ke-i ε
ij
= galat percobaan
RAL faktorial : Y
ijk
= µ + α
i
+ β
j
+ αβij + ε
ijk
Y
ijk
= nilai pengamatan ulangan ke-k dari perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j
µ = nilai tengah
α
i
= pengaruh protokol produksi kitosan dari perlakuan ke-i β
j
= pengaruh konsentrasi kitosan dari perlakuan ke-j αβij = pengaruh interaksi antara protokol produksi kitosan perlakuan ke-
i dan konsentrasi kitosan perlakuan ke-j ε
ijk
= galat percobaan
Jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka perlakuan tidak berpengaruh nyata pada suatu tingkat kepercayaan tertentu. Sedangkan jika F-
hitung lebih besar dari F-tabel, maka perlakuan berpengaruh nyata dan menimbulkan perbedaan-perbedaan pada suatu tingkat kepercayaan tertentu.
Perbedaan terhadap respon ditentukan dengan uji lanjut beda rata-rata Duncan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Kitosan
Rendemen rata-rata kitosan yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar dari 13.27 hingga 26.33, Lampiran 1 memuat informasi lebih lengkap
tentang rendemen ini. Perlakuan PMA memiliki rendemen tertinggi yaitu 26.33 dan rendemen kitosan terendah diperoleh dengan perlakuan APM,
yaitu sebesar 13.27. Kim 2004 menemukan bahwa rendemen kitosan hasil
penelitiannya berada di angka 0.34 hingga 18.8. Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa proses produksi kitosan yang diawali dengan deasetilasi A
menghasilkan kitosan dengan rendemen yang sangat rendah jika dibandingkan dengan kitosan lainnya.
Kadar air kitosan hasil penelitian ini berkisar dari 3.12 hingga 8.75. Nilai ini sesuai dengan temuan Kim 2004 dan memenuhi standar
mutu kitosan Protan Laboratorium yang mensyaratkan kadar air kurang dari 10.
Hasil analisis keragaman Lampiran 5 menunjukkan bahwa protokol produksi pada pembuatan kitosan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air.
Dengan demikian, terdapat keseragaman kadar air kitosan yang dihasilkan. Sifat dwikutub kitosan kemungkinan menentukan kecenderungannya untuk
mengikat air. Gugus karboksilat membuat kitosan berkutub negatif Hardjito 2006, yang dapat menyebabkan kitosan memiliki afinitas tinggi terhadap air.
Selain itu, derajat deasetilasi DD mempengaruhi kapasitas serapan air kitosan. Penyerapan air meningkat dengan meningkatnya derajat deasetilasi
akibat meningkatnya gugus hidroksil kitosan Robert 1992 dan Chandit et al. 1998 dalam Odote 2005. Tetapi Gambar 6 yang merupakan tabulasi hasil
penelitian ini menunjukkan hal sebaliknya. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh derajat deasetilasi yang terlalu rendah untuk memberikan pengaruh
perbedaan daya serap air.