digabungkan menjadi satu. Sehingga diperoleh kitosan DM MPA + MAP, DP PMA + PAM dan DA APM + AMP. Sebanyak 225 ml kitosan yang
sebelumnya telah dilarutkan dalam asam asetat CH
3
COOH 2 ditambahkan sebagai perekat papan isolasi. Kadar kitosan yang digunakan
adalah 2 dan 4 dari berat kering oven pulp. Pembentukan lembaran dilakukan dengan proses basah menggunakan
deckle box, dilanjutkan dengan pengempaan dingin lalu pengempaan panas pada suhu 120
C selama 1 jam. Lembaran papan kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 50
C selama 24 jam. Sebelum sifat-sifat papan diuji, lembaran papan dikondisikan pada ruang bersuhu dan berkelembaban tertentu.
3.3. Pengujian Kitosan
Kadar air kitosan ditentukan dengan mengeringkan 2 gram kitosan di dalam oven pada suhu 105
C. Pengeringan dilakukan sampai diperoleh berat kering yang konstan. Kemudian kadar air dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:
a - b Kadar air = x 100
c dimana : a = berat wadah dan sampel awal gr
b = berat wadah dan sampel setelah dikeringkan gr c = berat sampel gr
Metode KBr digunakan untuk analisis menggunakan FTIR Fourier Transformed Infrared Spectroscopy yaitu dengan menggerus halus 2 mg
kitosan dicampur dengan 100 mg KBr. Campuran ini dibuat pelet, kemudian dibaca, Serapan sampel diukur pada panjang gelombang 4000 cm
-1
sampai dengan 400 cm
-1
. Derajat deasetilasi kitosan ditentukan dengan metode base line menggunakan FTIR. Puncak serapan tertinggi dicatat dan diukur dari
garis dasar yang dipilih. Nilai serapan dihitung dengan rumus :
P P
Log A
Dimana P adalah jarak antara garis dasar terpilih dan garis singgung.
Sedangkan P adalah jarak antara garis dasar terpilih dan lembah. Derajat deasetilasi ditunjukkan oleh nilai N-deasetilasi yang dihitung
berdasarkan serapan pada frekuensi 1655 cm
-1
dan 3450 cm
-1
. Nilai N- deasetilasi sempurna 100 memiliki nisbah antara serapan frekuensi 1655
cm
-1
dan 3450 cm
-1
sebesar 1.33. Derajat N-deasetilasi dihitung menggunakan rumus berikut:
100 33
. 1
1 1
3450 1655
x x
A A
A
Viskositas larutan kitosan diukur dengan menggunakan viskosimeter brookfield. Viskosimeter dikalibrasi terlebih dahulu sebelum melakukan
pengukuran. Untuk mengukur viskositas, 2 gram kitosan dilarutkan dalam asam asetat 2 dan suhu larutan diturunkan menjadi 25
o
C. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan spindel 2
pada kecepatan 30 rpm. Pembacaan skala 10-100 dilakukan setelah 6 kali putaran penuh. Untuk
mendapatkan satuan centipoise cps, hasil pembacaan dengan spindel 2 digandakan 40 kali.
3.4. Pengujian Papan Isolasi
Pengujian sifat papan isolasi dilakukan dengan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat yang diuji meliputi meliputi kadar air, kerapatan,
pengembangan tebal, daya serap air, modulus patah MOR, modulus elastisitas MOE, koefisien absorpsi suara, dan konduktivitas panas.
Kerapatan, pengembangan tebal, daya serap air, MOE, dan MOR dari papan isolasi ditentukan dengan mengikuti prosedur standar JIS A 5905 : 2003.
Gambar 5 menunjukkan skema pembuatan contoh uji menurut JIS A 5905 : 2003.
Gambar 5. Skema pembuatan contoh uji papan isolasi JIS A 5905 : 2003
Pengujian konduktivitas panas dilakukan dengan menggunakan alat thermal conductivity meter merk Khemiterm. Nilai yang diukur adalah nilai
konduktivitas panas k. Nilai resistensi panas kemudian dihitung menggunakan rumus :
k x
W K
m R
f
.
2
Dimana : R
f
= faktor R resistensi dalam 1m
2
luas bahan k
= konduktivitas panas Wm.K ∆x = tebal sampel mm
Absorpsi suara ditentukan dengan mengukur intensitas gelombang suara dengan detektor suara pada frekuensi 1000 Hz. Intesitas yang dicatat
adalah intensitas tanpa penghalang I dan intensitas dengan penghalang
sampel papan isolasi I
t
. Nilai pengukuran berupa nilai amplitudo dalam satuan volt. Penghitungan koefisien absorpsi suara memerlukan