Instrumen Penelitian S IPAI 090654 Chapter3

Yusup Rahman Hakim, 2014 POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Karakter Disiplin

Karakter berasal dari bahasa Latin yaitu character, yang berarti watak, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian, dan akhlaq Fitri, 2012:20, kemudian KBBI offline versi 1.4 istilah disiplin berarti ketaatan kepatuhan. Menurut Soegeng Prijodarminto 1993: 15 mengemukakan bahwa “disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban”. Karakter disiplin yang dimaksud peneliti adalah perilaku peserta didik yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban di SMK Daarut Tauhiid Boarding School.

4. SMK Daarut Tauhiid Boarding School

SMK Boarding School Daarut Tauhiid DT adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang mengajarkan Informatika dan Teknologi IT sekaligus menerapkan nilai- nilai Tauhīd dan Ahlakul Karimah dengan Sistem Pondok Pesantren. Kejuruan Daarut Tauhiid Boarding School sebagai lembaga pendidikan yang baru berupaya untuk ikut andil dalam ikhtiar mencerdaskan bangsa dan memadukan sistem pendidik kurikulum formal dengan sistem pendidik kurikulum pesantren Daarut Tauhiid.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, Peneliti bertindak sebagai instumen sendiri, hal ini ditegaskan oleh Nasution dalam Sugiyono, 2010: 306 bahwa: Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu- satunya yang dapat mencapainya. Dari pernyataan diatas bisa dipahami bahwa instrumen penelitian dalam pendekatan kualitatif adalah peneliti itu sendiri, atau istilahnya dikenal Yusup Rahman Hakim, 2014 POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan human instrument. Lebih lanjut, Nasution dalam Sugiyono, 2010: 307 menjelaskan bahwa peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita. 5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika. 6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan. 7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti. Selanjutnya, Satori Komariah 2009: 67 mengungkapkan bahwa kekuatan peneliti sebagai Human Instrument adalah sebagai berikut: Yusup Rahman Hakim, 2014 POLA PENDIDIKAN ISLĀM DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Kekuatan akan pemahaman metodologi kualitatif dan wawasan bidang profesinya. 2. Kekuatan dari sisi personality. 3. Kekuatan dari sisi kemampuan hubungan sosial Human Relation. 4. Kekuatan dari sisi keterampilan berkomunikasi. Dalam penelitian ini, peneliti sudah memiliki kekuatan sebagai human instrumen sebagaimana yang dikemukakan oleh Satori dan Komariah diatas, pertama peneliti sudah memahami metodologi kualitatif, yaitu pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yang mencakup seluruh proses penelitian dimulai dari perencanaan penelitian, proses penelitian sampai dengan tahap analisis data dan kesimpulan. Kedua, peneliti sudah memiliki memeliki wawasan dibidang profesinya, maksudnya peneliti memiliki wawasan tentang pola pendidikan Islām dalam membentuk karakter disiplin peserta didik di SMK Daarut Tauhiid Boarding School, dan yang ketiga peneliti memiliki keakraban dengan pihak sekolah, terutama dengan para staf pengajar di SMK Daarut Tauhiid Boarding School, sehingga peneliti bisa melaksanakan penelitian di sekolah tersebut dengan mudah.

F. Prosedur Penelitian